ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG M E I M A N Z E G A

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG (Studi kasus : Jl. Jamin Ginting Jl. Pattimura Jl. Mongonsidi)

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI KOORDINASI RAMBU LALU LINTAS TERHADAP VOLUME KENDARAAN SAAT WAKTU PUNCAK LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN MENGUNAKAN SOFTWARE VISSIM

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui :

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

BAB 4 ANALISIS DATA. 1) Pergerakan yang menuju luar kota Tangerang (Batu Ceper, Bandara, Kober, Kota Bumi dan sekitarnya) maupun sebaliknya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB III METODE Tahapan Studi Adapun diagram alur (flowchart) dari studi ini sebagai berikut.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

BAB IV METODE PENELITIAN

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

EVALUASI KINERJA DAN KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL JL.EMBONG MALANG JL.TIDAR & JL.BLAURAN JL.KEDUNG DORO DAN JL.BLAURAN JL.BUBUTAN & JL.

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

UNIVERSITAS DIPONEGORO KINERJA DAN RANCANGAN SIMPANG BERSINYAL TOL KRAPYAK SAMPAI DENGAN SIMPANG BERSINYAL PASAR JRAKAH SEMARANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Rencana pelaksanaan tugas akhir Analisa Simpang Bersinyal di Jl.Cideng dimulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dijabarkan dalam sebuah bagan diagram alir seperti gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan studi

ANALISA KINERJA LALU LINTAS SIMPANG BERSINYAL, STUDI KASUS SIMPANG EMPAT SRIKANDI DAN SIMPANG TIGA KARANGJATI, KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. KUPANG INDAH JL. RAYA KUPANG JAYA JL. DUKUH KUPANG UTARA 1 SURABAYA

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil studi di kawasan sekitar Jalan Sardjito. Lokasi ini dipengaruhi oleh:

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT PENDOWO PURWOREJO (JALAN RAYA PURWOREJO KM 9)

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

periode pengamatan. Simpang bersinyal Jokteng Kulon Yogyakarta merupakan

ANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

EVALUASI KINERJA SIMPANG RE.MARTADINATA- JALAN CITARUM TERHADAP LARANGAN BELOK KIRI LANGSUNG ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN ACEH JALAN BANDA BANDUNG

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan umum simpang tak bersinyal

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

RIWAYAT HIDUP. Sahlul Siregar dan Ibu Nurlan Lubis. Penulis merupakan putra 3 dari 3

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG PADA RUAS JALAN DIPONEGORO SURABAYA

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Ya Survei Pendahuluan

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

Transkripsi:

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG PADA RUAS JALAN DIPONEGORO SURABAYA Oleh: Emal Zain MTB 3105 100 128 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat Penelitian Lokasi Studi Proposal 2

Latar Belakang Banyaknya simpang bersinyal yang ada di kota besar telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Kendaaraan yang harus selalu berhenti pada tiap simpang yang berdekatan karena selalu mendapat sinyal merah. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan pengendara, disamping lamanya tundaan yang terjadi. Terdapat empat simpang bersinyal yang berdekatan pada ruas tersebut. Keempatnya adalah simpang antara Jalan Diponegoro dengan Jalan Ciliwung (persimpangan I), Jalan Bengawan (persimpangan II), Jalan Musi (Persimpangan III), dan Jalan Raya Dr Soetomo (persimpangan IV). Jarak antara simpang I dan IV adalah 930 meter 3

Latar Belakang (lanjutan) Dengan jarak antar simpang yang dekat, pengendara kerap kali berhenti pada tiap simpangnya karena terkena sinyal merah. Untuk itu, perlu dilakukan analisa terhadap koordinasi keempat simpang pada ruas Jalan Diponegoro tersebut. Penyelesaian yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan adalah dengan mengkoordinasikan ulang sinyal lampu lalulintas pada keempat simpang. 4

Peta Lokasi Lokasi Jalan Diponegoro di Surabaya 5

Peta Lokasi (lanjutan) Ruas Jalan Diponegoro 6

Peta Lokasi Lokasi Simpang yang Dikoordinasi 7

Rumusan Masalah Apakah keempat simpang di jalan diponegoro sudah terkoordinasi? Bagaimanakah mengkoordinasikan keempat simpang? Apakah keempat simpang menghasilkan kinerja lebih baik setelah dilakukan koordinasi sinyal antar simpang? Proposal 8

Tujuan Mengevaluasi koordinasi keempat simpang di Jalan Diponegoro pada kondisi eksisting Mengetahui koordinasi yang tepat untuk memperlancar laju kendaraan dan mengurangi waktu tundaan dan antrian Mengetahui perbedaan kondisi antara sebelum dan sesudah dikoordinasi Proposal 9

Batasan Masalah Koordinasi tidak menyertakan persimpangan Jalan Kartini yang juga terdapat dalam ruas Jalan Diponegoro Penelitian dilakukan pada jenis kendaraan berat, kendaraan sedang, kendaran ringan, sepeda motor, dan kendaraan tak bermotor. Metode penghitungan hanya menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Survei lalulintas dilakukan satu hari pada jam sibuk pagi dan sore. Proposal 10

Batasan Masalah (lanjutan) Tidak merencanakan pelarangan gerakan belok kanan untuk menambah kapasitas Pola pengaturan waktu yang diterapkan hanya satu, tidak berubah-ubah (fixed time control) Tidak menghitung penghematan energi bahan bakar, pengurangan jumlah kecelakaan, dan dampak lingkungan Proposal 11

Manfaat Penelitian Terkoordinasinya pengaturan sinyal antar simpang di Jalan Diponegoro dengan lebih baik. Mengetahui nilai perbandingan kinerja simpang sebelum dan sesudah dikoordinasikan. Sebagai alternatif masukan dan pertimbangan bagi instansi yang terkait yaitu Pemerintah Daerah Kota Surabaya dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya untuk melakukan tindakan yang tepat sehingga kinerja koordinasi simpang tersebut menjadi lebih baik. Proposal 12

BAB III METODOLOGI Metode Pengerjaan Jenis Data 13

Metode Pengerjaan Tahap Persiapan, berupa studi pustaka Tahap Pengumpulan Data, untuk data primer diperoleh dengan survey lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait Tahap Analisa Data, untuk mendapatkan DS, Tundaan, dan Panjang Antrian pada kondisi eksisting Perencenaan CT baru dengan memperhatikan teori koordinasi Merencanakan koordinasi antar simpang dengan menggunakan waktu offset yang telah didapatkan 14

Bagan Alir Pengerjaan Mulai Identifikasi Masalah Studi literatur Pengumpulan data primer melalui survey, yang meliputi: Volume lalu lintas Waktu sinyal Kecepatan kendaraan Geometrik simpang Kondisi lingkungan Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait, diantaranya: Peta lokasi Jumlah penduduk kota B 15

Bagan Alir Pengerjaan (lanjutan) A Analisa data untuk mendapatkan derajat kejenuhan, tundaan, dan antrian pada kondisi eksisting Apakah semua simpang sudah dalam kondisi ideal (DS 0.85)? Tidak Perencanaan CT baru dengan memperhatikan teori koordinasi dan rumusan MKJI Perencanaan didasarkan atas kondisi terjenuh pada analisa data eksisting sebelumnya Ya C E D 16

Bagan Alir Pengerjaan (lanjutan) C E D Pemilihan kinerja terbaik Pada tiap impang Apakah sinyal antar simpang sudah terkoordinasi, dilihat dari waktu sinyal eksisting? Ya Dikoordinasikan Kesimpulan dan Saran Selesai Tidak 17

Untuk mendapatkan cycle time baru, akan dilakukan beberapa perencanaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kinerja simpang yang didasarkan pada cycle time yang berbeda-beda. Kinerja terbaik akan dipilih, untuk selanjutnya cycle time terpilih digunakan dalam mengkoordinasikan simpang. Dalam kasus ini sedikitnya akan dilakukan lima perencanaan, yaitu: 1. Perencanaan waktu siklus Simpang I, kemudian ketiga simpang lainnya direncanakan dengan waktu siklus dari Simpang I. 2. Perencanaan waktu siklus Simpang II, kemudian ketiga simpang lainnya direncanakan dengan waktu siklus dari Simpang II. 3. Perencanaan waktu siklus Simpang III, kemudian ketiga simpang lainnya direncanakan dengan waktu siklus dari Simpang III. 4. Perencanaan waktu siklus Simpang IV, kemudian ketiga simpang lainnya direncanakan dengan waktu siklus dari Simpang IV. 5. Dari waktu siklus masing-masing simpang, diambil rata-rata dari keempatnya dan waktu siklus rata-rata tersebut direncanakan pada semua simpang.

Jenis Data Data Primer Vl Volume kendaraan yang melewati setiap lengan simpang Jumlah fase dan waktu sinyal pada masing-masing simpang. Waktu tempuh rata-rata aa aadari simpang satu ke simpang berikutnya. Kondisi geometrik, pembagian jalur, dan jarak antar simpang. Lingkungan simpang yang diamati secara visual Data Sekunder Peta Surabaya Jumlah penduduk kota Surabaya 19

BAB V ANALISA DATA DAN PERENCANAAN Analisa Koordinasi Kondisi Eksisting Analisa Kinerja Simpang Kondisi Eksisting Perencanaan Waktu Siklus Baru Koordinasi Sinyal Antar Simpang 20

Analisa Dari Pengamatan Cycle Time Kecepatan rata-rata platoon dari arah Utara No Kec (km/jam) No Kec (km/jam) 1 50 16 50 2 50 17 50 3 50 18 50 4 50 19 55 5 40 20 55 6 50 21 55 7 50 22 65 8 50 23 55 9 60 24 50 10 60 25 55 11 50 26 40 12 60 27 50 13 65 28 55 14 50 29 50 15 50 30 40 21

Analisa Dari Pengamatan Cycle Time (lanjutan) Kecepatan rata-rata platoon dari arah Selatan No Kec (km/jam) No Kec (km/jam) 1 40 16 40 2 50 17 65 3 45 18 55 4 40 19 45 5 40 20 65 6 45 21 45 7 50 22 45 8 55 23 50 9 45 24 45 10 40 25 45 11 40 26 50 12 45 27 40 13 50 28 40 14 45 29 40 15 40 30 50 22

Analisa Dari Pengamatan Cycle Time (lanjutan) Kecepatan rata-rata untuk arah Utara-Selatan n 30 vi Vtutara sela tan i= 1 i= 1 v t = = = 52km / n 30 jam Kecepatan untuk arah Selatan-Utara n 30 vi Vt sela tan utara i= 1 i= 1 vt = = = 46,3km / n 30 jam Waktu tempuh dari Utara ke Selatan Jarak( S) t = Kecepa tan( v) 0,93km = 52km / jam = 0,018018 jam = 64 det ik Waktu tempuh dari Selatan ke Utara Jarak( S) t = Kecepa tan( v) 0,93km = = 46,3km / jam 0,020 jam = 71det ik 23

Analisa Dari Pengamatan Cycle Time (lanjutan) 24

Analisa Kinerja Simpang Eksisting Kinerja Simpang Peak Hour Pagi (Eksisting) Simpang Pendekat CT (dtk) GT (dtk) DS QL Delay (meter) (dtk) U-ST 128 78 0.218 127 14.9 U-RT 128 30 0.486 137 46.1 I S 128 48 0.722 164 39.9 T 128 128 0 0 0 B 128 40 0.914 204 63.9 Rata-rata 0.641 171 46.7 II U-ST 120 50 0.424 127 28.6 U-RT 120 20 0.764 98 61.2 S-ST 120 38 0.903 164 52.9 S-RT 120 8 0.327 50 51.0 T 120 23 1.013 73 135.1 B 120 24 3.191 173 4062.3 Rata-rata 1.151 123 788.7 III U 96 43 0.689 127 26.0 S 96 43 0.642 164 25.2 T 96 43 0.477 227 22.4 B 96 43 0.369 167 20.8 Rata-rata 0.595 179 25.4 IV U 76 45 0.544 164 13.4 S 76 45 0.482 164 12.8 T 76 21 1.493 212 933.3 B 76 21 1.633 238 1187.1 Rata-rata 1.118 215 537.8 25

Kinerja Simpang Peak Hour Sore (Eksisting) Simpang I Pendekat CT QL Delay GT (dtk) DS (dtk) (meter) (dtk) U-ST 128 78 0.421 127 17.0 U-RT 128 30 0.909 171 81.7 S 128 48 0.731 216 40.2 T 128 128 0 0 0 B 128 40 0.906 180 62.3 Rata-rata 0.742 173 50.3 II U-ST 120 50 0.581 127 31.2 U-RT 120 20 1.488 307 955.2 S-ST 120 38 0.776 216 44.1 S-RT 120 8 0.505 50 58.3 T 120 23 1.155 230 354.3 B 120 24 2.350 173 2516.3 Rata-rata 1.143 184 659.9 III U 96 43 0.994 127 59.4 S 96 43 0.648 163 25.3 T 96 43 0.660 280 26.9 B 96 43 0.336 160 20.4 Rata-rata 0.659 182 33.0 IV U 76 45 0.896 216 22.3 S 76 45 0.455 216 12.5 T 76 21 1.765 212 1425.2 B 76 21 1.366 238 704.0 Rata-rata 1.120 220 541.0 26

Perencanaan Waktu Siklus Baru PERENCANAAN I Perhitungan Waktu Siklus Terkoordinasi Simpang I U-ST U-RT S B Q (smp) 1556 416 1286 796 S (smp) 6059 1953 4687 2812 FR=Q/S 0.257 0.213 0.274 0.283 FRcrit 0.213 0.274 0.283 FRcrit 0.770 LTI (dtk) 10 Cycle Time 87 Green Time 48 21 27 28 27

Perhitungan Waktu Siklus Terkoordinasi (LANJUTAN) Simpang II U-ST U-RT S-ST S-RT T B Q (smp) 1469 623 1139 74 781 1180 S (smp) 6063 2511 4637 2208 3528 2511 FR=Q/S 0.242 0.248 0.246 0.034 0.221 0.470 FRcrit 0.248 0.246 0.221 0.470 FRcrit 1.185 LTI (dtk) 15 Cycle Time 87 Green Time 24 15 15 6 13 29 Simpang III U S T B Q( (smp) 2694 1345 522 350 S (smp) 6054 4637 1764 2328 FR=Q/S 0.445 0.290 0.296 0.150 FRcrit 0.445 0.296 FRcrit 0.741 LTI (dtk) 10 Cycle Time 87 Green Time 46 46 31 31 28

Perhitungan Waktu Siklus Terkoordinasi (LANJUTAN) Simpang IV U S T B Q (smp) 2486 1249 1750 1208 S (smp) 4687 4637 3588 3202 FR=Q/S 0.530 0.269 0.488 0.377 FRcrit 0.530 0.488 FRcrit 1.018 LTI (dtk) 10 Cycle Time 87 Green Time 40 40 37 37 29

Kinerja Simpang Perencanaan I Simpang Pendekat CT GT QL Delay DS (dtk) (dtk) (meter) (dtk) U-ST 87 48 0.466 127 15.7 U-RT 87 21 0.870 126 55.4 I S 87 27 0.870 216 38.9 T 87 87 0.000 0 0 B 87 28 0.870 132 42.4 Rata-rata 0.769 150 38.1 II U-ST 87 24 0.878 101 40.6 U-RT 87 15 1.432 307 838.6 S-ST 87 15 1.432 216 830.9 S-RT 87 6 0.488 40 42.5 T 87 13 1.432 230 835.6 B 87 29 1.432 173 828.0 Rata-rata 1.182 178 569.3 III U 87 46 0.837 127 23.5 S 87 46 0.546 216 17.6 T 87 31 0.837 213 41.3 B 87 31 0.426 116 24.8 Rata-rata 0.661 168 26.8 IV U 87 40 1.150 216 308.3 S 87 40 0.584 216 21.6 T 87 37 1.150 212 312.4 B 87 37 0.890 238 36.2 Rata-rata 0.944 220 169.6 30

Kinerja Simpang Perencanaan II CT GT Simpang Pendekat DS (dtk) (dtk) I II III IV QL (meter) Delay (dtk) U-ST 100 57 0.451 127 16.4 U-RT 100 25 0.856 137 57.0 S 100 32 0.856 216 41.6 T 100 100 0 0 0 B 100 33 0.856 160 44.5 Rata-rata 0.755 160 39.9 U-ST 100 30 0.807 127 39.5 U-RT 100 18 1.394 307 776.4 S-ST 100 18 1.394 216 768.5 S-RT 100 6 0.561 40 53.5 T 100 16 1.394 230 773.4 B 100 34 1.394 173 764.6 Rata-rata 1.158 182 529.3 U 100 45 0.998 127 64.9 S 100 45 0.651 216 26.4 T 100 45 0.651 293 27.1 B 100 45 0.331 171 20.7 Rata-rata 0.658 202 34.8 U 100 53 1.009 216 73.1 S 100 53 0.512 216 19.4 T 100 37 1.303 212 594.9 B 100 37 1.009 238 96.3 Rata-rata 0.958 220 195.9 31

Kinerja Simpang Perencanaan III CT GT Simpang Pendekat DS (dtk) (dtk) I II III IV QL (meter) Delay (dtk) U-ST 77 43 0.460 127 14.0 U-RT 77 19 0.885 114 55.4 S 77 24 0.885 216 37.3 T 77 77 0 0 0 B 77 25 0.885 128 41.5 Rata-rata 0.779 146 37.1 U-ST 77 20 0.933 101 45.1 U-RT 77 13 1.472 307 905.9 S-ST 77 13 1.472 216 898.2 S-RT 77 6 0.432 40 35.4 T 77 12 1.472 230 902.8 B 77 25 1.472 173 896.1 Rata-rata 1.209 178 613.9 U 77 40 0.851 127 22.5 S 77 40 0.555 216 16.5 T 77 27 0.851 200 40.5 B 77 27 0.433 109 22.8 Rata-rata 0.672 163 25.6 U 77 35 1.170 216 340.9 S 77 35 0.594 194 20.1 T 77 32 1.170 212 344.6 B 77 32 0.906 214 35.9 Rata-rata 0.960 209 185.4 32

Kinerja Simpang Perencanaan IV CT GT QL Delay Simpang Pendekat DS (dtk) (dtk) (meter) (dtk) U-ST 86 48 0.460 127 15.2 U-RT 86 21 0.872 126 55.3 I S 86 27 0.872 216 38.7 T 86 86 0.000 0 0 B 86 28 0.872 144 42.3 Rata-rata 0.769 153 37.9 U-ST 86 24 0.868 110 39.33 U-RT 86 15 1.435 307 844.5 II S-ST 86 15 1.435 216 836.7 S-RT 86 6 0.482 40 41.7 T 86 13 1.435 230 841.44 B 86 28 1.435 173 833.9 Rata-rata 1.182 179 572.9 U 86 46 0.838 127 23.4 III S 86 46 0.546 216 17.5 T 86 30 0.838 213 41.2 B 86 30 0.426 116 24.6 Rata-rata 0.662 168 26.7 U 86 40 1.152 216 311.1 IV S 86 40 0.585 216 21.5 T 86 36 1.152 212 315.2 B 86 36 0.892 238 36.1 Rata-rata 0.945 220 171.0 33

Kinerja Simpang Perencanaan V Simpang Pendekat CT GT QL Delay DS (dtk) (dtk) (meter) (dtk) U-ST 86 48 0.460 127 15.2 U-RT 86 21 0.872 126 55.3 I S 86 27 0.872 216 38.7 T 86 86 0.000 0 0 B 86 28 0.872 144 42.3 Rata-rata 0.769 153 37.9 U-ST 86 24 0.868 110 39.3 U-RT 86 15 1.435 307 844.5 II S-ST 86 15 1.435 216 836.7 S-RT 86 6 0.482 40 41.7 T 86 13 1.435 230 841.44 B 86 28 1.435 173 833.9 Rata-rata 1.182 179 572.9 U 86 46 0.838 127 23.4 III S 86 46 0.546 216 17.5 T 86 30 0.838 213 41.2 B 86 30 0.426 116 24.6 Rata-rata 0.662 168 26.7 U 86 40 1.152 216 311.1 IV S 86 40 0.585 216 21.5 T 86 36 1.152 212 315.2 B 86 36 0.892 238 36.1 Rata-rata 0.945 220 171.0 34

Kinerja Simpang Perencanaan VI Menggunakan CT maksimum dari MKJI Perencanaan Terpilih CT GT QL Delay Simpang Pendekat DS (dtk) (dtk) (meter) (dtk) U-ST 130 76 0.439 127 19.0 U-RT 130 33 0.835 171 63.8 I S 130 43 0.835 216 49.0 T 130 130 0.000 0 0 B 130 44 0.835 200 51.1 Rata-rata 0.736 178 45.7 U-ST 130 42 0.750 127 45.1 U-RT 130 24 1.340 307 691.4 II S-ST 130 24 1.340 216 683.2 S-RT 130 6 0.729 40 93.4 T 130 21 1.340 230 688.5 B 130 46 1.340 173 677.1 Rata-rata 1.140 182 479.8 U 130 72 0.802 127 28.9 III S 130 72 0.523 216 22.2 T 130 48 0.802 347 49.1 B 130 48 0.408 178 33.9 Rata-rata 0.634 217 33.5 U 130 63 1.103 216 235.3 IV S 130 63 0.560 216 28.2 T 130 57 1.103 212 241.0 B 130 57 0.854 238 42.5 Rata-rata 0.905 220 136.7 35

Kinerja Simpang Perencanaan VII Dicoba dengan mengumpamakan bahwa semua simpang memiliki pendekat tanpa LTOR CT GT QL Delay Simpang Pendekat DS (dtk) (dtk) (meter) (dtk) U-ST 130 80 0.417 127 16.8 U-RT 130 30 0.925 177 88.8 I S 130 50 0.925 127 50.7 T 130 130 0.000 0 0 B 130 40 0.925 200 68.3 Rata-rata 0.798 158 56.2 U-ST 130 35 0.900 127 58.2 U-RT 130 22 1.474 307 934.0 II S-ST 130 19 1.474 127 926.0 S-RT 130 6 0.729 40 93.4 T 130 21 1.474 159 930.33 B 130 53 1.474 173 921.3 Rata-rata 1.254 155 643.9 U 130 72 0.808 127 29.4 III S 130 72 0.561 127 23.2 T 130 48 0.808 184 47.1 B 130 48 0.458 160 34.5 Rata-rata 0.659 149 33.5 U 130 57 1.046 127 138.6 IV S 130 57 0.521 127 30.9 T 130 63 1.046 162 140.1 B 130 63 0.797 157 34.33 Rata-rata 0.852 143 86.0 36

Perencanaan VIII Perubahan Geometrik Simpang II dan Simpang IV Geometrik Awal Geometrik Rencana Perubahan Geometrik pada Simpang II 37

Perencanaan VIII (lanjutan) Perubahan Geometrik Simpang II dan Simpang IV Geometrik Awal Geometrik Rencana Perubahan Geometrik pada Simpang IV 38

Perencanaan VIII (lanjutan) Tabel Perubahan Lebar Efektif Akibat Perubahan Geometrik Eksisting Perencanaan Simpang Pendekat W masuk W keluar We W masuk W keluar We II IV Timur 6 5.8 5.8 7 6.8 6.8 Barat 8 4.5 4.5 7 6.2 6.2 Timur 6.5 7 6.5 9 9 9 Barat 6.8 8.5 6.8 9 9 9 39

Perencanaan VIII (lanjutan) Trial and Error Perubahan Waktu Hijau Simpang II Pendekat Awal Trial & error green DS QL Delay green DS QL Delay U-ST 47 0.670 127 39.8 56 0.562 127 32.0 U-RT 28 1.152 307 356.1 33 0.977 307 104.1 S-ST 27 1.183 216 401.0 33 0.968 216 81.5 S-RT 8 0.547 50 66.0 10 0.437 55 59.0 T 22 1.154 197 358.3 24 1.058 120 197.3 B 38 1.167 197 367.7 25 1.774 197 1470.3 *Pendekat Barat dikorbankan agar pendekat lainnya mendapat kinerja lebih baik 40

Kinerja Simpang Perencanaan VIII Simpang Pendekat CT QL Delay GT (dtk) DS (dtk) (meter) (dtk) U-ST 130 76 0.439 127 19.0 U-RT 130 33 0.835 229 63.8 I S 130 43 0.835 216 49.0 T 130 130 0.000 0 63.8 B 130 44 0.835 276 51.1 Rata-rata 0.736 212 45.7 U-ST 130 56 0.562 127 32 II U-RT 130 33 0.977 307 104.1 S-ST 130 33 0.968 216 81.5 S-RT 130 10 0.441 55 59 T 130 24 1.058 71 197.3 B 130 25 1.774 197 1470.3 Rata-rata 0.963 160 322.2 U 130 72 0.802 127 28.9 III S 130 72 0.523 216 22.2 T 130 48 0.802 453 49.1 B 130 48 0.408 251 33.9 Rata-rata 0.634 262 33.5 U 130 72 0.956 216 43.9 IV S 130 72 0.486 216 21.6 T 130 48 0.956 212 60.9 B 130 48 0.660 238 39.2 Rata-rata 0.765 220 41.4 41

Perubahan Pergerakan Fase Satu Simpang I Fase Pergerakan Eksisting Pergerakan Rencana 1 U-RT U-ST S-ST B-RT U-RT S-ST U-RT B-RT 42

Perubahan Pergerakan Fase Satu Simpang II Fase Pergerakan Eksisting Pergerakan Rencana S-ST S-RT U-ST U-RT T B U-ST 1 U-RT S-ST S-RT T B U-ST U-RT S-ST S-RT T B 43

Diagram Koordinasi Sinyal Waktu Siklus Baru Bandwidth Utara-Selatan = 57 detik Bandwidth selatan-utara = 31 detik 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Proposal 45

Kesimpulan 1. Keempat simpang pada ruas Jalan Diponegoro sebelumnya belum terkoordinasi. Hal ini terlihat dari kecilnya proporsi kendaraan yang terkoordinasi saat dilakukan survey secara acak. Perbedaan yang mencolok pada waktu siklus tiap simpang juga menyebabkan sinyal menjadi acak satu sama lain, sehingga tidak ada koordinasi sinyal antar simpangnya. 2. Koordinasi keempat simpang dilakukan dengan menentukan waktu siklus yang sama terlebih dahulu. Dari delapan perencanaan dipilih waktu siklus berkinerja terbaik sebesar 130 detik. Koordinasi sinyal dilakukan dengan menggunakan waktu offset yang telah didapat sebelumnya. Dari waktu offset dan waktu siklus tersebut akan terbentuk lintasan-lintasan aliran dari kedua simpang. Dari lintasan inilah akan didapatkan bandwidth, yang mana memiliki syarat bahwa lintasan tidak boleh terkena sinyal merah. Dalam hal ini, waktu siklus dapat digeser secara horizontal untuk mendapatkan koordinasi yang tepat. 3. Pada kondisi eksisting, rata-rata keempat simpang menunjukkan kinerja yang mendekati lewat jenuh. Bahkan untuk Simpang II dan Simpang IV, kinerja sudah lewat jenuh. Untuk peak hour dalam sehari terjadi pada sore hari. Sedangkan setelah dilakukan perencanaan waktu siklus baru untuk koordinasi, kinerja semua simpang menjadi lebih baik. Hanya saja terdapat beberapa pendekat yang masih memiliki kinerja sangat buruk. 46

Saran 1. Permasalahan terbesar pada koordinasi sinyal antar simpang pada ruas Jalan Diponegoro ini i adalah pada Simpang II (Jalan Diponegoro- Jalan Bengawan), yang memiliki kinerja paling jenuh dibanding simpang lainnya, terutama untuk pendekat dari Barat. Untuk itu perlu dilakukan manajemen lalu lintas khusus untuk simpang ini. 2. Dari analisa kasus ruas Jalan Diponegoro ini, besarnya jumlah kendaraan tidak mampu ditampung oleh kapasitas simpang atau jalan yang ada. Seiring berjalannya waktu, jumlah kendaraan akan terus bertambah sedangkan kapasitas jalan tidak mungkin lagi untuk ditambah. Untuk itu, perlu sebuah kebijakan serius dan tegas dari pemerintah untuk menekan pertambahan jumlah kendaraan. Tentu saja hal ini dibarengi dengan penyediaan moda angkutan umum yang memadai. 47

TERIMA KASIH