i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X BAHASA MAN GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING ARTIKEL SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Meraih Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Matematika Oleh : SITI HAJAR NIM E1R012049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln. Majapahit No. 62Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125 HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI Artikel skripsi yang disusun oleh Siti Hajar (E1R012049) dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika siswa kelas X Bahasa MAN Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Materi Pembelajaran Trigonometri melaluapan model Discovery Learning telah diperiksa dan disetujui. Mataram, 6 September 2016 Pembimbing I, Mataram, 6 September 2016 Pembimbing II, (Dra. Sripatmi, M.Si) NIP.196008201985022001 ( Hapipi, S.Pd., M.Sc. ) NIP. 198104272005011001 MENGETAHUI : Ketua Program Studi Pendidikan Matematika ( Drs. Baidowi, M.Si ) NIP. 196504061992031001
iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v PENDAHULUAN... 1 METODE PENELITIAN... 3 HASIL PENELITIAN... 4 PEMBAHASAN... 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9
iv PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X BAHASA MAN GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING OLEH: Siti Hajar, Sripatmi, Hapipi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email: hajar.math2012@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X Bahasa MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pembelajaran trigonometri melalui penerapan model Discovery Learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus I adalah berturut-turut 10,01 dan 11,33 dengan kategori cukup dan tinggi. Pada pertemuan pertama dan kedua siklus II, skor aktivitas siswa adalah 13,33 dan 15,00 dengan kategori tinggi dan sangat tinggi. Skor aktivitas belajar siswa pada siklus III adalah 15,67 dengan kategori sangat tinggi. Dari analisis hasil evaluasi belajar siswa, rata-rata hasil evaluasi pada siklus I, siklus II dan siklus III berturut-turut adalah 72,47, 84,85 dan 85,31 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 65,38%, 80,76 % dan 88,46%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning pada materi pembelajaran trigonometri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X Bahasa MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model Discovery Learning.
v THE IMPROVEMENT STUDENTS ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT OF MATH AT GRADE X BAHASA MAN GERUNG ACADEMIC 2015/2016 ON TRIGONOMETRY TOPICS WITH THE APPLICATION OF DISCOVERY LEARNING ABSTRACT This research aims to know about the increasing of students activities and achievement at grade X Bahasa of MAN Gerung academic year 2015/2016 in learning mathematics on trigonometry topics with the application of Discovery Learning. The type of this research is classroom action research which was conducted in three cycles. The result showed that the score of students activities on the first and second meeting of first cycle in a row is 10,01 and 11,33 categorized quite active and high activity. In the first and second meeting of second cycle score of students activities in a row are 13,33 and 15,00 categorized high activity and very high activity. In the first and second meeting of second cycle, the students activities score are 13,33 and 15,00 categorized high and very high activity. In the third cycle, the students activities score is 15,67 categorized very high activity. Based on the analysis of evaluation results of students achievement, the average of the evaluation cycle I, II and III respectively is 72,47, 84,48 and 85,31 with classical completeness of each cycle is 65,38%, 80,76 % and 88,46%. It can be conclude that the implementation of Discovery Learning on trigonometry topics can enhance the students activities and achievement at grade X Bahasa MAN Gerung academic year 2015/2016. Keywords: students activities, students achievement, Discovery Learning
1 I. PENDAHULUAN Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dan wajib diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia [1]. Akan tetapi, pada kenyataanya sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami sebab matematika selalu dihubungkan dengan simbol dan rumus-rumus. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab hasil belajar matematika siswa di Indonesia masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil studi TIMSS (Trend in Internasional Mathematics and Science Study), survey Internasional tentang hasil belajar matematika dan sains yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2011 memperlihatkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata internasional adalah 500 [2]. Selain itu, hasil survey yang dilaksanakan Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika kurang dari satu persen. Pada survei yang melibatkan 65 negara di dunia ini, Indonesia berada di peringkat 64 atau kedua dari bawah untuk kemampuan matematika [3]. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika juga terjadi di kelas X Madrasah Aliyah Negeri Gerung. Berdasarkan sumber data nilai dari guru matematika MAN Gerung diketahui rata-rata nilai Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran matematika pada kelas X Bahasa berturut-turut yaitu 50,34 dan 52,59 dengan persentase ketuntasan klasikal berturut-turut sebesar 14.81% dan 7,40%. Dari hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di kelas X diperoleh beberapa informasi yaitu materi yang paling sulit dipahami oleh siswa yaitu materi trigonometri. Hal ini dikarenakan materi trigonometri
2 merupakan materi yang baru bagi siswa kelas X. Selain itu, siswa juga kesulitan dalam memahami konsep dari materi yang diajarkan, sulit mengingat rumus-rumus, dan kesulitan dalam menjawab soal-soal terutama soal non rutin dan soal pembuktian. Untuk dapat belajar materi trigonometri, siswa tidak cukup menghafal rumus-rumus saja. Tetapi harus mampu memahami dan mampu mengaitkan rumus-rumus tersebut dengan yang lainnya. Selain itu, model pembelajaran yang sering diterapkan guru yaitu model pembelajaran konvensional dimana guru menjelaskan materi secara lansung, memberikan contoh soal dan tugas-tugas. Penerapan model pembelajaran seperti ini masih kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru, serta mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Siswa seharusnya dituntut untuk mengkonstruksi, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah selama pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model yang cocok dengan permasalahan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya adalah model Discovery Learning. Model Discovery Learning adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi) [4]. Model ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula berpusat pada guru ke berpusat pada siswa. Dengan demikian diharapkan peserta didik lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
3 Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas X Bahasa MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pembelajaran Trigonometri melalui penerapan model Discovery Learning. II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh praktisi pendidikan (khususnya guru, dosen, atau instruktur) dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Kurt Lewin, penelitian tindakan terdiri dari empat komponen kegiatan yang dipandang sebagai satu siklus, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) [5]. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Gerung pada materi Trigonometri. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X Bahasa semester genap tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa adalah 26 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 11 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dan guru di diukur dari lembar observasi, sedangkan hasil belajar siswa diukur dari tes berbentuk uraian (essay). Nurkancana [6] menyatakan tes essay ini sesuai untuk mengukur atau menilai hasil dari suatu proses belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Data aktivitas belajar siswa dan guru dianalaisis dengan rumus dan [6]. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa minimal berkategori tinggi dan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata hasil evaluasi belajar siswa 70 dan tercapainya persentase ketuntasan belajar klasikal minimal.
4 III. Hasil Penelitian Data aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Data Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Aktivitas Siswa Siklus Rata-rata Ketuntasan Pertemuan I Pertemuan II hasil belajar Klasikal Skor Kategori Skor Kategori I 10,01 Cukup 11,33 Tinggi 72,47 65,38 % II 13,33 Tinggi 15,00 Sangat Tinggi 84,85 80,76 % III 15,67 Sangat Tinggi 85,31 88,46 % Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Aktivitas dan hasil belajar siswa tidak mengalami peningktan secara drastis, akan tetapi peningktan terjadi secara berangsur-angsur seiring dengan perbaikan pembelajarn yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada tiap siklus. Kekurangan serta perbaikan pembelajaran yang dimaksud seperti kurangnya interaksi dan kerja sama beberapa kelompok siswa yang disebabkan karena ada siswa yang tidak mendapat peran dalam kerja kelompok dan tidak memegang LKS. Sehingga dibentuklah kelompok baru, mengatur posisi duduk dan dilakukan pembagian LKS ke setiap anggota kelompok. Selain itu, beberapa kalompok masih belum menyelesaikan lembar kerja, padahal waktu yang diberikan telah usai. Hal ini disebabkan karena siswa kesulitan memahami petunjuk/ informasi yang tersedia di LKS. Memberikan informasi yang lebih komunikatif dan mudah dipahami oleh siswa pada LKS dan dikalukannya pengaturan ulang terhadap posisi duduk kelompok agar memudahkan setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi. Selain itu, guru lebih mempertimbangkan lagi alokasi waktu yang diberikan untuk mengerjakan LKS.
5 IV. Pembahasan Berdasarkan tabel 3.1, terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap pertemuan per siklus. Pada pertemuan 1 siklus I skor rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 10,01 dengan kategori cukup dan skor rata-rata aktivitas belajar siswa pertemuan 2 menjadi 11,33 dengan kategori tinggi. Pada siklus II, skor aktivitas siswa pada pertemuan 1 adalah 13,33 dengan kategori sangat tinggi dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 15,00 dengan kategori yang sama yaitu sangat tinggi. Pada siklus III, skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari dua siklus sebelumnya menjadi 15,67 dengan kategori aktivitas sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dalam penerapan Discovery Learning siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengreorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan [7]. Model Discovery Learning akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif, mengubah modus ekspository siswa dari yang hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru menjadi modus discovery siswa menemukan informasi sendiri [8]. Meskipun demikian, aktivitas belajar siswa tidak mengalami peningktan secara drastis, akan tetapi peningktan terjadi secara berangsur-angsur. Pada siklus I pertemuan 1, aktivitas belajar siswa masih berkategori cukup. Salah satu penyebabnya yaitu siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menerapkan model Discvery Learning. Hal ini terlihat dari kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan bebeapa tahapan pembelajaran seperti pada tahap stimulation (memberi rangsangan). Pada tahap ini sebagian besar siswa belum mamahami dengan baik rangsangan berupa permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga pada tahapan selanjutnya yaitu problem statement (identifikasi masalah) siswa juga mengalami kebingungan dalam membuat dugaan sementara (hipotesis).
6 Kesulitan yang dialami siswa tersebut tidak hanya disebabkan karna siswa tidak terbisa dengan pembelajan yang menerapkan model pembelajaran discovery learning, namun guru juga mengambil peran dalam hal tersebut. Guru memberikan stimulus atau rangsangan yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswapun tidak dapat merespon dengan baik. Oleh sebab itu dilakukanlah perbaikan-perbaikan pada pertemuan selanjutnya sehingga terjadilah peningkatan aktivitas belajar menjadi berkategori tinggi pada pertemuan 2 siklus I dengan skor rata-rata 11,33. Begitu pula dengan siklus berikutnya yaitu siklus II dan III, dengan melakukan perbaikan di setiap kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya maka skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 13,33 dan 15,00 pada siklus II dan 15,67 pada siklus III dengan kategori sangat tinggi. Sebelum diterapkannya model Discovery Learning, aktivitas belajar siswa masih dikategorikan rendah. Hal ini berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama mengikuti kegiatan PPL, beberapa siswa terlihat kurang fokus dan mudah bosan dengan penjelasan dari guru mengenai materi pembelajaran. Siswa juga lebih senang bermain atau melakukan kegiatankegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaan. Keadaan semacam ini disebakan oleh model pembelajaran yang diterapkan lebih didominasi oleh guru. Keadaan tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kita ketahui bahwa keaktifan merupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang anak akan berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat berarti anak itu tidak berpikir. Jadi berbuat dalam arti melakukan aktivitas dan menjadikan anak sebagai subjek belajar dinilai akan mempengaruhi hasil belajar anak tersebut [9]. Dengan menerapkan model Discovery Learning pada pembelajaran materi trigonometri akan memberikan kesempatan yang besar kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Keaktivan siswa dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam merespon stimulus, menyusun dugaan atau hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, verificasi serta menyimpulkan sendiri
7 konsep-konsep yang ditemukan tentang perbandingan-perbandingan trigonometri dan grafik fungsi trigonometri. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa juga akan mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel 4.10, terlihat bahwa hasil belajar mengalami peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus I nilai ratarata hasil belajar siswa adalah 72,47 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 65,38 %. Pada siklus II, rata-rata nilai siswa yaitu 84,85 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86,67 %. Dan pada siklus III rata-rata nilai sswa yaitu 86,23 dengan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 88,46 %. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus hingga siklus III. Pada siklus II indikator kerja dalam penelitian ini tercapai namun masih ada kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki lagi sehinga penelitian dilanjutkan ke siklus III dan pada siklus ketiga semua kekurangan dapat diatasi. Terlihat bahwa penerapan model discvery learning mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Walaupun pada awal penerapannya yaitu pada siklus I, diperoleh hasil evaluasi pembelajaran dengan persentase ketuntasan secara klasikal 65,38 % yang mengindikasikan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal berada dibawah indikator kerja yaitu kurang dari 75%. Namun nilai rata-rata hasil belajar siswa sudah berada diatas 70, dimana 70 merupakan standar kelulusan minimal. Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam penerapan model Discovery Learning pada pembelajaran siklus I masih terdapat kekurangan. Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menerapkan model Discvery Learning. Hal ini terlihat dari kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan bebeapa tahapan pembelajaran seperti pada tahap stimulation (memberi rangsangan) dimana pada tahap ini sebagian besar siswa belum mamahami dengan baik rangsangan berupa permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga pada tahapan selanjutnya yaitu problem statement (identifikasi masalah) siswa juga
8 mengalami kebingungan dalam membuat dugaan sementara (hipotesis). Begitu pula pada tahap penemuan seperti Data Collecting, Data Prosessing, Verification dan Generalization atau mengumpulkan data, mengolah data, verifikasi dan menyimpulkan, beberapa kelompok siswa masih mengalami kesulitan dalam menganalisis gambar dan mengolah informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Hal ini disebabkan karena stimulus yang diberikan guru belum dipahami dengan baik oleh siswa serta masih terdapat anggota kelompok yang tidak mendapat peran dalam kerja kelompok dan tidak memegang LKS. Yang lebih dominan memegang peran hanyalah siswa yang pandai saja. Dengan melakukan refleksi dan perbaikan atas kekurangan pada siklus I maka pada siklus II terjadilah peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata siswa menjadi 84,85 dan persentase kekuntasan belajar secara klasikal sebesar 86,67%. Data tersebut menunjukkan bahwa indikator kerja yang ditetapkan telah tercapai, namun masi ada kekurangan-kerungan yang harus diperbaiki lagi sehinga penelitian dilanjutkan ke siklus III dan pada siklus ketiga semua kekurangan dapat diatasi serta nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 85,31 dan persentase ketuntasan secara klasikal meningkat menjadi 88,46%. Uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning pada materi pembelajaran trigonometri dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Model Discovery Learning membantu siswa dalam memahami konsep perbandingan trigonometri dengan mudah. Discovery Learning adalah model pembelajaran yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri [10]. Secara umum, uraian diatas menunjukkan bahwa penerapan model Discovery Learning pada materi pembelajaran Trignometri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas X bahasa MAN Gerung tahun elajaran 2015/2016.
9 V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning secara optimal pada materi pembelajaran Trigonometri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X bahasa MAN Gerung tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar dan hasil evaluasi belajar siswa pada tiap pertemuan persiklus. Skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus I adalah berturut-turut 10,01 dan 11,33 dengan kategori cukup dan tinggi. Pada pertemuan pertama dan kedua siklus II, skor aktivitas siswa adalah 13,33 dan 15,00 dengan kategori tinggi dan sangat tinggi. Skor aktivitas belajar siswa pada siklus III adalah 15,67 dengan kategori sangat tinggi. Dari analisis hasil evaluasi belajar siswa, rata-rata hasil evaluasi pada siklus I, siklus II dan siklus III berturut-turut adalah 72,47, 84,85 dan 85,31 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 65,38%, 80,76 % dan 88,46%. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan menerapkan model Discovery Learning, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya yaitu alokasi waktu. Distribusi alokasi waktu untuk kegiatan penemuan harus lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya, terutama pada tahapan mengumpulkan data. Hal ini dimaksudkan agar interaksi siswa dalam kerja kelompok dapat berjalan optimal, sehingga siswa benar-benar memahami konsep-konsep yang telah ditemukan sendiri. Selain itu, posisi duduk siswa dalam kegiatan diskusi kelompok harus diatur sedemikian rupa sehingga semua anggota mendapatkan peran. Dan yang tidak kala pentingnya yaitu membagikan LKS ke semua anggota kelompok dan memastikan semua siswa di setiap kelompok memegang LKS, sehingga peran kerja kelompok setiap anggota merata. DAFTAR PUSTAKA [1]. Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs, (Jakarta: 2006), hal. 101. https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2006/101/sk.kd.pdf, diakses pada tanggal 3 Januari 2016.
10 [2]. Kiswanto, E. Survei Kualitas Pendidikan Anak Memasuki Tahap Endline pada www.cpps.or.id/content/survei-kualitas-pendidikan-anakmemasuki-tahap-endline, diakses pada tanggal 3 Januari 2016. [3]. IEA. Hasil TIMSS 2011. (online) http://timssandpirls.bc.edu/data-release- 2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011-Achievement.pdf, diakses pada tanggal 3 Januari 2016. [4]. Arends, R. (2008) Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar [5]. Muhyadi. 2011. Model-model Penelitian Tindakan Kelas. (online) http://cpps.or.id//conten//model-model-ptk-pdf.htm, diakses pada tanggal 12 Januari 2016. [6]. Nurkancana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. [7]. Kurniasih, I., dan Berlin, S. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena. [8]. Sukardi. 2014. Panduan PLPG 2014: Materi Analisis Video dan Strategi Pembelajaran. Mataram: Universitas Mataram. [9]. Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. [10]. Nurdiansyah, B. 2008. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa. (serial online). http://newsmath. wordpress.com/2008/06/15/proposal-ptk.htm, dikases pada tanggal 29 Desember 2015