BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan

BAB II. PT. Socfin Indonesia Medan (socfindo) Perkebunan Aek. Pamienke

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

BAB III PROSES PRODUKSI kg kering per hari adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

KAJIAN KESEIMBANGAN PANAS UNTUK MENCEGAH HEAT STRESS PADA PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS SUHU BOLA BASAH (ISBB) di PT.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PT Karya Murni Perkasa didirikan pada tanggal 4 Februari 1978 dengan. nama CV. Karya Murni Perkasa yang berlokasi di jalan Sei Musi NO.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menyebabkan penyakit bagi masyarakat. Pengolahan limbah cair terdiri dari

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU. PT. Riau Crumb Rubber Factory (RICRY) merupakan Perusahaan Modal

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan industri di Indonesia semakin pesat, terlebih industri yang

PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM

VI. KEBUTUHAN INVESTASI

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) berdiri pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) dialihkan di bawah pengawasan pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan Presiden No. 6 Tahun 1965. Pada tahun 1968, PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) menjadi perusahaan gabungan antara Plantation Nord Sumatra S.A.-Belgia (pemilik saham SOCFINDO) dengan pemerintah R.I dengan nama PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) berdasarkan UU penanaman modal asing No. 01/1967 dengan perbandingan kepemilikan 60% saham Plantation Nord Sumatra dan 40% saham pemerintah R.I. Pada 13 Desember 2001, telah terjadi perubahan kepemilikan saham SOCFINDO menjadi 90% saham Plantation Nord Sumatra dan 10% saham pemerintah R.I. di bawah kementerian BUMN. Namun pada akhir ini saham PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) 90% milik Belgia. Kapasitas produksi crumb rubber pada PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) Tanah Besih terus mengalami perkembangan. Pada tahun 2014, kapasitas produksi crumb rubber mencapai 720.000 ton / tahun. Pada tahun 2015, setelah pergantian Tekniker 1, terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam peningkatan jumlah produksi yaitu dari 720.000 ton / tahun menjadi 900.000 ton / tahun.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. Socfin Indonesia Tanah Besih adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan karet SIR 3CV dan SIR 10 dengan jenis produk latex grade dan lower grade. Hasil produksi karet digunakan oleh perusahan-perusahaan luar negeri yang bergerak di bidang manufaktur untuk memproduksi produk-produk yang membutuhkan bahan baku karet. 2.3. Lokasi Perusahaan PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) berdasarkan akta pendiriannya beralamat di Jl. K.L. Yos Sudarso No.106, Medan, merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta produksi benih unggul kelapa sawit. PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) merupakan salah satu perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dengan status joint venture (patungan) yang beroperasi di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. 2.4. Daerah Pemasaran Daerah pemasaran dari hasil produksi perusahaan diekspor seluruhnya ke luar negeri, yaitu Eropa dan Amerika, khususnya Belgia dan Amerika Serikat. Pengiriman produk dilakukan dengan menggunakan kapal laut.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Manajemen Secara umum, struktur organisasi di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih memiliki struktur organisasi lini dan fungsional. Alasan dikatakan lini dan fungsional karena wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.1 PENGURUS KEBUN / ADM TEKNIKER I (KEPALA PABRIK) TEKNIKER II (ASISTEN PABRIK) ASISTEN KEBUN/ LAPANGAN PENGOLAHAN/ PACKING LABORATORIUM ADMINISTRASI PABRIK MESIN INDUK / PLN BENGKEL UMUM TRANSPORT G U D A N G TUKANG KAYU / KARYAWAN SIPIL Keterangan Hubungan Lini Hubungan Fungsional Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia Tanah Besih 2.5.2. Pembagian Tugas & Tanggung Jawab Pembagian jabatan pada PT. Socfin Indonesia Tanah Besih dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Pengurus Kebun Pengurus kebun adalah pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menentukan garis besar kebijakan umum dan program kerja pabrik dan kebun. b. Mengatur dan mengawasi tugas - tugas tiap kepala bagian. 2. Tekniker-I (Kepala Pabrik) Tekniker-I membawahi Tekniker-II yang merupakan asisten pabrik dan mempunyai tanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi secara umum. 3. Tekniker-II (Asisten Pabrik) Tekniker-II membawahi beberapa kepala bagian pada bagian pabrik yang bertanggung jawab atas kegiatan produksi dan mengawasi keseluruhan proses produksi. 4. Asisten Kebun / Lapangan Asisten kebun / lapangan membawahi beberapa kepala bagian pada bagian kebun yang bertanggung jawab dalam mengawasi kegiatan pengambilan latex saat panen dan mengawasi seluruh proses yang ada di kebun / lapangan. 5. Pengolahan / Packing Bagian pengolahan / packing bertanggung jawab dalam melakukan proses produksi dan packaging. Proses produksi dan packaging meliputi untuk SIR 3CV dan SIR 10. 6. Laboratorium Bagian laboratorium bertanggung jawab dalam melakukan penngujian mutu dan pengujian standarisasi pada bahan baku maupun produk.

7. Administrasi Pabrik Bagian administrasi pabrik bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen dan mengawasi aliran dokumen pada pabrik seperti penerimaan produksi, administrasi produksi, pengiriman produk dan sebagainya. 8. Mesin Induk / PLN Bagian mesin induk / PLN bertanggung jawab dalam melakukan pengoperasian listrik dan juga air pada pabrik. Bagian mesin induk / PLN juga bertanggung jawab dalam melakukan pemeliharaan (maintenance) pada mesin induk. 9. Bengkel Umum Bagian bengkel umum bertanggung jawab dalam melakukan pemeliharaan (maintenance) pada pabrik. 10. Transport Bagian transport bertanggung jawab dalam melakukan pengoperasian dan pemeliharaan transportasi yang ada pada pabrik maupun kebun. 11. Gudang Bagian gudang bertanggung jawab pemesanan dan administrasi barangbarang/kebutuhan kebun dan pabrik. 12. Tukang Kayu / Sipil Tukang kayu bertanggung jawab dalam melakukan pemeliharaan pabrik, perumahan, dan bangunan pada pabrik maupun kebun. 13. Karyawan Sebagai operator yang bertugas untuk menjalankan mesin.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja 2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja Perincian jumlah tenaga kerja di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih No. Departemen Jumlah 1 Pengurus Kebuun 1 2 Tekniker-I 1 3 Tekniker-II 2 4 Mandor Pengolahan / Packing 1 5 Kepala Laboratorium 1 6 Administrasi Pabrik 5 7 Bagian Mesin Induk / PLN 3 8 Bengkel Umum 6 9 Transport 3 10 Bagian Gudang 2 11 Tukang Kayu / Sipil 5 10 Karyawan 160 Total 190 2.5.3.2. Jam Kerja Klasifikasi jam kerja di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih terbagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Sistem Non Shift Jam kerja dengan sistem non shift diberlakukan bagi tenaga kerja di bagian administrasi pabrik. Pembagian jam kerja sistem non shift yang berlaku di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Sistem Non Shift PT. Socfin Indonesia Tanah Besih No. Hari Jam Kerja Aktif Istirahat Jam Kerja Aktif 1 Senin 08:00-12:00 12:00-13:00 13:00-16:00 2 Selasa 08:00-12:00 12:00-13:00 13:00-16:00 3 Rabu 08:00-12:00 12:00-13:00 13:00-16:00 4 Kamis 08:00-12:00 12:00-13:00 13:00-16:00 5 Jumat 08:00-12:00 12:00-14:00 14:00-15:00 6 Sabtu 08:00-12:00 12:00-13:00 13:00-16:00 2. Sistem Shift Jam kerja dengan sistem shift diberlakukan bagi tenaga kerja di luar bagian administrasi pabrik. Pembagian jam kerja sistem shift yang berlaku di PT. Socfin Tanah Besih dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Jam Kerja Sistem Shift PT. Socfin Indonesia Tanah Besih No. Hari Shift 1 Shift 2 Shift 3 1 Senin 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 2 Selasa 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 3 Rabu 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 4 Kamis 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 5 Jumat 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 6 Sabtu 00:00-08:00 08:00-16:00 16:00 24:00 2.6. Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan perusahaan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih menggunakan teknologi yang memanfaatkan tenaga listrik PLN untuk menggerakkan sistem permesinan dan bekerja secara otomatis dan untuk kebutuhan akan sumber air, PT. Socfin Indonesia Tanah Besih menggunakan

sumur bor untuk memenuhi kebutuhan akan air pada pabrik. Proses produksi yang dilakukan untuk pengolahan latex grade menjadi SIR 3CV dan lower grade menjadi SIR 10. 2.6.1. Bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi pengolahan crumb rubber meliputi bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan. 2.6.1.1. Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan baku yang digunakan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih terbagi menjadi 2 jenis, yaitu latex grade dan lower grade. Latex grade dan lower grade merupakan karet yang dihasilkan dari perkebunan milik PT. Socfin Indonesia Tanah Besih. Gambar 2.2 menunjukkan bahan baku latex dan Gambar 2.3 menunjukkan bahan baku lower grade. Gambar 2.2. Latex Grade

Gambar 2.3. Lower Grade 2.6.1.2. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi memberikan nilai tambah pada produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan antara lain sebagai berikut. 1. Plastik Pembungkus Plastik pembungkus digunakan sebagai pembungkus crumb rubber yang sudah jadi ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Gambar 2.4. Plastik Pembungkus 2. Pallet Pallet digunakan untuk membatasi produk yang akan dimasukkan ke dalam panel box ditunjukkan oleh Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Pallet 3. Panel Box Panel box merupakan kotak-kotak yang berfungsi sebagai packaging produk akhir ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Gambar 2.6. Panel Box 2.6.1.3. Bahan Penolong Bahan penolong merupakan bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, namun tidak terlihat di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan antara lain sebagai berikut. 1. Air sebagai pelarut dan pencampur zat-zat kimia dengan karet ditunjukkan oleh Gambar 2.7.

Sumber: http://rmoljakarta.com/images/berita/normal/877770_11081229052015_pipa_air.jpg Gambar 2.7. Air 2. Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) digunakan sebagai memantapkan viskositas Mooney karet ditunjukkan oleh Gambar 2.8. Gambar 2.8. Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) 3. Sodium Metabisulfite (SMBS) digunakan sebagai bahan pengawet pada latex grade ditunjukkan oleh Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Sodium Metabisulfite (SMBS) 4. HCOOH digunakan sebagai koagulan latex ditunjukkan oleh Gambar 2.10. Gambar 2.10. HCOOH 5. Ammonia digunakan agar latex tidak membeku ditunjukkan oleh Gambar 2.11. Sumber: http://ecx.images-amazon.com/images/i/415a4oevmvl._sy300_.jpg Gambar 2.11. Ammonia

2.6.2. Uraian Proses Berikut ini merupakan uraian proses pembuatan crumb rubber di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih: 1. Proses Pencampuran (Compounding) Pada tahap ini, latex grade yang sudah diterima pabrik dari kebun dicampurkan dengan Hydroxylamine Ammonium Sulphate (HAS) dengan takaran 1,2 1,7 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 60 dan 1,5 2,0 kg/ton karet kering untuk SIR 3CV 50. Setelah itu ditambahkan dengan Sodium Metabisulfite (SMBS) dengan takaran minimum 0,6 kg/ton karet kering dengan konsentrasi 2,5% untuk SIR 3CV. Pencampuran dilakukan pada Bulking Tank ditunjukkan oleh Gambar 2.12. Gambar 2.12. Proses Pencampuran (Compunding) 2. Proses Koagulasi (Coagulating) Pada tahap ini latex dipadatkan menjadi balok-balok yang dilakukan selama 8 jam pada bak koagulasi dengan dicampurkan HCCOH dengan dosis 2,5 4

liter/ton karet kering dan konsentrasi sebesar 2,5% ditunjukkan oleh Gambar 2.13. Gambar 2.13. Proses Koagulasi (Coagulating) 3. Proses Coagulating Trough Pada tahap ini dilakukan penggilingan latex dengan menggunakan mesin Mobile Crusher ditunjukkan oleh Gambar 2.14. Gambar 2.14. Proses Coagulating Through

4. Proses Pemecahan Latex Pada tahap ini dilakukan proses pemecahan latex dengan rincian sebagai berikut: a. Belt Conveyor & Twin Screw Prebreaker Pada tahap ini dilakukan proses pemecahan latex menjadi ukuran 30 mm ditunjukkan oleh Gambar 2.15. Gambar 2.15. Proses Pemecahan Latex Menjadi 30 mm b. Bucket Elevator & Extruder Pada tahap ini latex dibersihkan dan dialirkan ke dalam mesin Extruder dan dihasilkan ukuran latex menjadi 3 mm ditunjukkan oleh Gambar 2.16. Gambar 2.16. Proses Pemecahan Latex Menjadi 3 mm

5. Proses Pengeringan Latex yang sudah dipecahkan kemudian dimasukkan ke dalam Box Dryer dengan berat masing-masing box sebesar 130 140 kg/box dengan waktu pemanasan 10 13,5 menit/siklus. Suhu pada proses pengeringan sebesar 133 138 o C untuk SIR 3CV 60 dan 135 140 o C untuk SIR 3CV 50 ditunjukkan oleh Gambar 2.17. Gambar 2.17. Proses Pengeringan 6. Proses Inspeksi Mutu Pada tahap ini diambil sampel dari latex yang sudah dikeringkan untuk diperiksa tingkat viskositasnya ditunjukkan oleh Gambar 2.18. Gambar 2.18. Proses Inspeksi Mutu

7. Proses Finishing Tahap pada proses finishing adalah sebagai berikut : a. Penimbangan Pada tahap ini dilakukan penimbangan latex sampai mencapai berat 35 kg ditunjukkan oleh Gambar 2.19. Gambar 2.19. Proses Penimbangan b. Proses Pengepressan Latex yang sudah ditimbang ditekan dengan menggunakan mesin Press sampai berbentuk balok ditunjukkan oleh Gambar 2.20. Gambar 2.20. Proses Pengepressan

c. Proses Pemeriksaan Kadar Besi Latex yang sudah di-press dan berbentuk balok diperiksa untuk mengetahui apakah mengandung besi atau tidak dengan menggunakan conveyor yang dilengkapi dengan sensor metal detector ditunjukkan oleh Gambar 2.21. Gambar 2.21. Proses Pemeriksaan Kadar Besi d. Packing Setelah latex diperiksa dan dipastikan tidak mengandung besi, latex kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik dan dimasukkan ke pallet dan kemudian dimasukkan ke dalam panel box ditunjukkan oleh Gambar 2.22. Gambar 2.22. Proses Packing

2.7. Mesin dan Peralatan Mesin produksi adalah mesin-mesin yang secara langsung berperan dalam proses produksi. Berikut adalah beberapa mesin yang digunakan oleh PT. Socfin Indonesia Tanah Besih. Tabel 2.4 Mesin dan Peralatan yang Digunakan untuk Proses Produksi Crumb Rubber No Nama Foto Keterangan 1. Mobile Crusher Mobile Crusher merupakan mesin penekan yang berfungsi untuk menggiling latex 2 Mesin Prebreaker Mesin Prebreaker berfungsi untuk memecahkan latex menjadi ukuran 30 mm 3 Bucket Elevator Bucket Elevator ialah mesin untuk mengirim latex menuju mesin selanjutnya

Tabel 2.4 Mesin dan Peralatan yang Digunakan untuk Proses Produksi Crumb Rubber (Lanjutan) No Nama Foto Keterangan 4 Mesin extruder Mesin extruder berfungsi untuk memecahkan latex menjadi ukuran 3 mm 5 Mesin Single Dryer Mesin Single Dryer berfungsi untuk mengeringkan latex 6 Mesin Press Mesin Press berfungsi untuk membentuk produk menjadi balok-balok 7 Mesin Metal Detector Mesin Metal Detector berfungsi untuk memeriksa adanya kandungan logam dalam produk jadi

2.8. Utilitas Utilitas merupakan unit pendukung yang digunakan untuk memperlancar proses produksi dalam sebuah pabrik. Utilitas pendukung proses produksi keripik singkong pada PT. Socfin Indonesia Tanah Besih ditunjukkan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Utilitas Pendukung Proses Produksi Crumb Rubber No Nama Gambar Keterangan Utilitas 1 Generator Genset digunakan ketika terjadi pemadaman listrik di pabrik dan digunakan sebagai alternatif energi. 2 Tangki Air G Air digunakan untuk mencuci dan menjalankan latex pada lintasan produksi. Air yang digunakan berasal dari sumur bor yang dibuat perusahaan 2.9. Safety and Fire Protection Pihak perusahaan mengutamakan keselamatan pekerja saat melakukan proses produksi. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja perusahaanyaitu dengan memberi alat pelindung diri (APD) pada pekerja, antara lain sebagai berikut.

1. Masker Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang merugikan 2. Safety helmet Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh, dan terkena arus listrik 3. Boots Khusus untuk menginjak daerah yang licin agar tidak mudah terpeleset 4. Sarung tangan Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) Selain itu PT. Socfin Indonesia Tanah Besih juga memberikan jaminan kesehatan berupa BPJS ketenagakerjaan dan pemeriksaan kesehatan berkala guna untuk menjaga dan meningkatkan kinerja para pekerja. Untuk mengatasi kebakaran, perusahaan menyediakan fire extinguisher yang berfungsi sebagai alat pemadam api apabila terjadi kebakaran. Fire extinguisher ini terdapat di setiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi oleh orang yang sedang berada di daerah sekitar.

2.10. Pengolahan Limbah Produksi di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih menghasilkan limbah yang relatif kecil karena limbah yang ada masih dapat digunakan kembali. Air dan larutan kimia yang digunakan untuk membersihkan cetakan dinetralisir terlebih dahulu di dalam waste water treatment, kemudian setelah dinetralisir hingga ph normal, kemudian limbah tersebut dibuang ke selokan yang mengalir ke kolam limbah. Proses pengolahan limbah di PT. Socfin Indonesia Tanah Besih sebagai berikut : 1. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung pada bak penampungan dan selanjutnya dipompakan dengan mesin pompa ke kolam waste water treatment. Di kolam ini terdapat 4 jenis bak yaitu bak netralisir, bak aerasi, bak sedimentasi, dan bak biokontrol. 2. Pada bak netralisir limbah diatur ph nya sedemikian rupa sehingga pada proses selanjutnya limbah sudah netral. Jika limbah masuk ke bak ini memiliki ph 7-9 maka akan ditambahkan air kapur ke dalam bak sedangkan jika sebaliknya akan ditambahkan asam fosfat ke dalam bak tersebut. Setelah itu limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi. 3. Pada bak aerasi dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang betujuan untuk menginjeksikan oksigen ke dalam limbah tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Kemudian dialirkan ke bak sedimentasi.

4. Pada bak sedimentasi, limbah cair tersebut diendapkan beberapa hari dan selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol. 5. Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxigen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Kadar maksimum untuk BOD adalah 100 mg/l air limbah dan untuk COD kadar maksimumnya adalah 180 mg/l air limbah. 6. Limbah produk reject yang tidak dapat dikerjakan ulang lagi dibawa ke tempat penampungan untuk digunakan kembali dengan catatan produk tersebut diturunkan grade-nya. Denah Aliran limbah dapat dilihat pada Gambar 2.23. 4 2 3 1 Simbol Keterangan 1 Bak Netralisir 2 Bak Aerasi 3 Bak Sedimentasi 4 Bak Biokontrol 5 Lantai Produksi Aliran Bahan Jalan 5 Gambar 2.23. Denah Aliran Limbah PT. Socfin Indonesia Tanah Besih