BAB V. kelembagaan bersih

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Lampiran 1: Data kualitas air dan udara Kawasan Pemukiman di Cisauk dan sekitarnya. Pengambilan data Agustus 2011

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

ANALISIS MDS (MULTI DIMENSIONAL SCALLING) UNTUK KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR LINTAS WILAYAH Studi Kasus DKI Jakarta

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

BAB V STATUS KEBERLANJUTAN DAS CILIWUNG HULU

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015

6 STATUS KEBERLANJUTAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU TARAKAN

III METODE PENELITIAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Sistem Agribisnis Ikan Lele

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB III METODE PENELITIAN

Ringkasan Eksekutif. i i

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

V ANALISIS KEBERLANJUTAN

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO. Abstrak

Adanya Program/Proyek Layanan Pengelolaan air limbah permukiman yang berbasis masyarakat yaitu PNPM Mandiri Perdesaan dan STBM

Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

MODEL PENGENDALIAN LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN KOTA BARU BERKELANJUTAN : Studi Kasus Pengembangan Kotabaru Bumi Serpong Damai

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E.

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

ABSTRAK PENDAHULUAN ABSTRACT R. WIDIRIANI 1, S. SABIHAM 2, S. HADI SUTJAHJO 3, DAN I. LAS 4 ISSN

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013, TGL 18 FEBRUARI 2015.

BAB V Area Beresiko Sanitasi

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN AIR BAKU DAS BABON (Studi Kasus di Kota Semarang)

DIMENSI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN KOTA TEPIAN PANTAI (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) (Handling Operation Sustainability (Case Study: Semarang Waterfront))

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

BAB III. METODE PENELITIAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

4/12/2009. Water Related Problems?

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

III. METODOLOGI KAJIAN

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2015 JUDUL:

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

TPAM SLIDE 9 MASTER PLAN SISTEM PENYEDIAAN. Prepared by Yuniati, PhD AIR BERSIH KOTA

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR

Tujuan Penyediaan Prasarana

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Matriks Program Strategis AMPL Kabupaten Banyuasin Tahun

Transkripsi:

150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi hukum dan kelembagaan serta dimensi infrastruktur dan teknologi. Untuk menilai keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta diguakan alat analisis rapfish. 5..1.1 Dimensi Ekologi Analisis multi atributt tehadap dimensi ekologi dengan menggunakann rapfish diperoleh nilai 48,75. Hal ini mengandung arti bahwa secara ekologi belum berlanjut atau kurang berlanjut (nilai kurang dari 50). Hal tersebut nampak pada Gambar 22 berikut ini. Gambar 22. RAP dimensi ekologi pengelolaan air baku lintas wilayah

151 Jika dilihat dari nilai masing masing atribut, menunjukkan atribut kejadian kekeringan (0,98), atribut pemenuhan vegetasi (0,95) dan atribut frekuensi kejadian banjir memiliki peran yang sangat menonjol (dominan) atau disebut sebagai atribut pengungkit. Oleh karena itu untuk memperbaiki dimensi ekologi dalam pengelolaan air, maka perlu kebijakan dalam mengelola ketiga atribut tersebut yaitu dengan memperbaiki kondisi yang menyebabkan terjadinya kekeringan dan terjadinya banjir serta dengan melakukan penambahan ruang terbuka hijau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Ruang terbuka hijau merupakan tempat meresapnya air hujan sehingga air hujan tidak begitu saja terbuang ke sungai. Disamping itu perlu kerjasama lintas wilayah dalam rangka pengelolaan air sesuai dengan peraturan yang ada baik tentang kewenangan dalam pengelolaan sungai serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan sumber daya air termasuk UU Nomor 7 Tahun 2004, PP 38 Tahun 2004, UU Nomor 32 Tahun 2004, UU Nomor 32 Tahun 2009. Kerjasama lintas wilayah yang dimaksud adalah termasuk dalam melakukan pendanaan konservasi sumber daya air di hulu sehingga ketersediaan air baku untuk air bersih dapat terjaga dan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya peran masing-masing atribut ekologi pada pengelolaan air lintas wilayah berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 23.

152 Leverage of Attributes Dimensi Ekologi Rap Spam Attribute KAWASAN PERMUKIMAN DI KONTAMINASI MIKROBA/ZAT KEPEMILIKAN UPL KOMUNAL/IPAL SANITASI LINGKUNGAN PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK KE VEGETASI TINGKAT SEDIMENTASI KEJADIAN KEKERINGAN FREKUENSI KEJADIAN BANJIR PENGGUNAAN AIR TANAH TINGKAT PENCEMARAN SUMBER AIR KETERSEDIAAN SUMBER AIR BERSIH DEGRADASI LAHAN KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN 0.30 0.52 0.66 0.35 0.54 0.68 0.66 0.61 0.53 0.38 0.28 0.95 0.98 0.90 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 23. Peran masing-masing atribut dimensi ekologi pengelolaan air baku lintas wilayah 5.1.2 Dimensi Sosial Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai indeks tingkat keberlanjutan pengelolaan air untuk dimensi sosial sebesar 56,36 pada skala cukup keberlanjutan. Sebagaimana nampak pada Gambar 19, menunjukkan bahwa tingkat sosial masyarakat dalam pengelolaan air sudah diperhatikan namun masih minim yaitu sedikit di atas keberlanjutan. Masyarakat dalam pembayaran air sudah baik artinya tepat waktu namun dalam hal jika terjadi kualitas air kurang baik, maupun dalam hal kontinuitas dan kuantitas airnya tidak stabil, maka masyarakat sulit melakukan komplain, tingkat keberlanjutan dimensi sosial dapat dilihat pada Gambar 24.

153 60 MONTE CARLO ANALYSIS RAP Spam Dimensi Sosial Ordination (Median with Error Bars showing 95%Confidence of Median) Other Distingishing Features 40 20 0 20 40 0 20 40 56.36 60 80 100 120 60 Nilai Indikator Keberlanjutan Dimensi Sosial Rap Spam Gambar 24. Indeks tingkat keberlanjutan dimensi sosial pengelolaan air baku lintas wilayah Namun, demikian peningkatan indeks dimensi sosial dapat dilakukan dengan perbaikan-perbaikan terhadap atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi sosial yang terdiri dari (1) pendidikan masyarakat, (2) pemberdayaan masyarakat, (3) kesehatan masyarakat, (4) pola hidup bersih masyarakat, (5) kepadatan penduduk, (6) perilaku membuang sampah ke sungai, (7) kesadaran lingkungan, (8) pengetahuan lingkungan, (9) partisipasi masyarakat dalam prokasi, (10) partisipasi masyarakat dalam program penghijauan, (11) tingkat pencurian air bersih oleh masyarakat, (12) keluhan masyarakat dalam pelayanan PAM, (13) ketepatan waktu dalam pembayaran rekening air, (14)

154 gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi air bersih, (15) jumlah masyarakat yang belum memperoleh pelayanan air bersih, (16) jumlah masyarakat yang mempunyai sarana MCK tidak sehat, (17) persepsi masyarakat terhadap harga air, (18) jumlah penduduk yang tinggl di permukiman kumuh (Gambar 25). Leverage of Attributes Dimensi Sosial Rap Water Attribute PERSEPSI MAYS THD HARGA AIR JMLH MASY YG BLM MEMPEROLEH KETEPATAN PEMBAYARAN REKENING TINGKAT PENCURIAN AIR PDAM PARTISIPASI MASY DLM PROGRAM KESADARAN LINGKUNGAN KEPADATAN PENDUDUK KESEHATAN MASY TINGKAT PENDIDIKAN MASY 0.19 0.25 0.32 0.10 0.21 0.28 0.07 0.13 0.24 0.02 0.36 1.29 1.72 1.44 1.61 1.66 1.86 2.04 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar. 25 Peran masing-masing atribut dimensi sosial pengelolaan air baku lintas wilayah Atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks dimensi sosial, dilakukan analisis leverage (Gambar 20). Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks dimensi sosial yaitu: (1) ketepatan pembayaran rekening air, (2) gangguan masyarakat akibat mengkonsumsi air bersih, (3) partisipasi masyarakat dalam program kali bersih. Untuk memperbaiki dimensi sosial, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap faktor pengungkit tersebut. Namun hal lain yang sangat menonjol yaitu pola hidup bersih dan sehat masyarakat (0,13), kepadatan penduduk (0,07), dan tingkat pendidikan masyarakat (0,02) memiliki daya pengungkit yang sangat kecil.

155 Namun hal itu perlu juga dilakukan perbaikan oleh sektor lain agar tidak menganggu program pengelolaan air baku untuk air bersih yang berkelanjutan. 5.1.3 Dimensi Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai indeks tingkat dimensi ekonomi dalam pengelolaan air baku untuk bersih sebesar 69,17. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan pada dimensi ekonomi baik di atas 50. Namun, demikian peningkatan indeks dimensi ekonomil dapat dilakukan dengan perbaikan-perbaikan terhadap atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi sosial yang terdiri dari (1) presentase penduduk miskin, (2) pendapatan masyarakat perkapita, (3) pengeluaran masyarakat perkapita, (4) pendapatan daerah, (5) iklim investasi, (6) penyerapan tenaga kerja, (7) besarnya subsidi, (8) perubahan mata pencaharian, (9) perkembangan sektor informal, (10) biaya pengelolaan air dibandingkan nilai jual. Atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks dimensi ekonomi, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks dimensi ekonomi, yaitu: (1) pendapatan daerah, (2) perubahan mata pencaharian, (3) penyerapan tenaga kerja (Gambar 20). Namun atribut (2) perubahan mata pencaharian dan atribut (3) penyerapan tenaga kerja karena berdasarkan analisa ISM tidak begitu terkait langsung dengan pengelolaan air baku untuk air bersih. Dalam dimensi ekonomi yang menjadi atribut pengungkit yaitu pendapatan daerah (3,50) dan perubahan mata pencarian masyarakat (3,13). Untuk itu faktor pengungkit tersebut (pendapatan daerah) yang memerlukan perhatian dibandingkan dengan atribut lainnya. Sedangkan atribut lainnya seperti penyerapan tenaga kerja dan iklim investasi memiliki nilai yang hampir sama yaitu berkisar antara 2,30. Jika ingin meningkatkan kinerja pada dimensi ekonomi maka pendapatan daerah harus diperhatikan, karena pendapatan daerah merupakan sumber pendanaan untuk pengembangan dan pembangunan air bersih. Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi dapat dilihat pada gambar 26 berikut ini.

156 Leverage of Attributes Dimensi Ekonomi Rap Spam BIAYA PENGELOLAAN AIR DIBANDING 1.09 PERKEMBANGAN SEKTOR INFORMAL 2.23 PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN 3.13 BESARNYA SUBSIDI 2.00 Attribute PENYERAPAN TENAGA KERJA IKLIM INVESTASI PENDAPATAN DAERAH 2.33 2.30 3.50 PENGELUARAN MASY PER KAPITA 1.73 PENDAPATAN MASY PER KAPITA 1.44 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 1.05 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 26. Peran masing-masing atribut dimensi ekonomi pengelolaan air bersih lintas wilayah 5.1.4 Dimensi Infrastruktur dan Tekonologi Hasil analisis terhadap dimensi teknologi dan infrastruktur menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan dimensi tersebut sebesar 61,45 artinya berlanjut. Dalam tekonologi pengelolaan memang sudah menunjukkan penggunaan teknologi yang efisien dan tepat guna. Tingkat kebocoran di tingkat distribusi sangat tinggi yaitu sekitar 40% sampai dengan 50%, untuk itu perlu perlakuan khusus terhadap masalah tingkat kebocoran (Gambar 27).

157 Other Distingishing Features 60 40 20 0 20 40 60 RAP Spam Dimensi Infra dan Teknologi BAD UP 61.45 DOWN GOOD 0 50 100 150 Nilai Indikator Keberlanjutan Dimensi Infra dan Teknologi Rap Spam Real Value References Anchors Gambar 27. Indeks keberlanjutan dimensi infrstruktur dan tekonologi pengelolaan air lintas wilayah Peran masing masing atribut dari dimensi infrastruktur dan tekonologi dapat dilihat pada Gambar 27. Atribut dukungan sarana dan prasarana pengelolaan air dengan nilai (5,57), sedangkan tingkat penguasaan teknologi dengan nilai 4,76. Fakta di lapangan mempelihatkan bahwa dukungan infrastruktur cukup bagus, Kementrian Pekerjaan Umum sedang merencanakan untuk membangun saluran bawah tanah yang mengalirkan air dari Citarum ke Jakarta dan juga sedang melakukan kajian studi kelayakan tentang pembangunan saluran air bawah tanah dari Provinsi Banten ke DKI Jakarta. Jika hal itu terwujud, maka kualitas air dan kuantitas air suplai air baku untuk air bersih akan dapat terjaga dengan baik sampai ke instalasi pengelola/ produksi. Untuk lebih jelasnya peran masing-masing atribut teknologi dapat dilihat pada Gambar 28.

158 Leverage of Attributes Dimensi Infra dan Teknologi Rap Spam KUALITAS AIR BERSIH YANG DIHASILKAN TGERJADINYA KEBOCORAN TEKNO RAMAH LINGK 1.21 1.11 1.61 Attribute DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA TINGKAT PENGUASAAN TEKNO 4.76 5.57 PEMBANGUNAN DAM DAN SALURAN DRAINASE 0.27 REKLAMASI LAHAN 3.45 TEKNO PENANGGANAN LIMBAH 0.25 0 1 2 3 4 5 6 Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100) Gambar 28. Peran masing-masing atribut dimensi infrastruktur dan teknologi pengelolaan air baku lintas wilayah 5.1.5 Dimensi Hukum dan Kelembagaan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai indeks tingkat dimensi hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan air baku lintas wilayah sebesar 68,24 atau cukup berkelanjutan. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan dalam posisi cukup berkelanjutan (Gambar 24). Namun, demikian peningkatan indeks dimensi hukum dan kelembagaan dapat dilakukan dengan perbaikan-perbaikan terhadap atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap nilai indeks dimensi hukum dan kelembagaan yang terdiri dari (1) ketersediaan perangkat hukum, (2) sinkronisasi kebijakan pusat, (3) kelembagaan pengelola, (4) keberadaan lembaga keuangan, (5) ketersediaan

159 lembaga sosial, (6) ketersediaan organisasi masyarakat, (7) ketersediaan pengawasan hukum, (8) ketersediaan penegak hukum, (9) penyuluhan hukum pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, (10) transportasi dalam kebijakan, (11) intensitas pemanfaatann yang melanggar hukum. Gambar 29. Indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan pengelolaan air baku lintas wilayah Atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks dimensi ekonomi, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks dimensi hukum dan kelembagaan yaitu: (1) ketersediaan lembaga sosial, (2) keberadaan lembaga keuangan, (3) kelembagaan pengelola (Gambar 30 ).

160 Gambar 30. Peran masing-masing air bersih lintas atribut dimensi hukum dan kelembagaan pengelolaan wilayah 5.2 Analisis Multi Dimensi Hasil analisis terhadap dimensi hukum dan kelembagaan mendapatkan hasil bahwa nilai indeks keberlanjutann dimensi hukum dan kelembagaan sebesar 68, 24. Dimensi hukum dan kelembagaan padaa pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan (studi kasus DKI Jakarta ) termasuk kedalam kategori berkelanjutan. Berdasarkan analisis leverage terdapat tiga atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan, yaitu: ketersediaan lembaga sosial (3,82 ) dan keberadaan lembaga keuangann (3,73) serta kapasitass kelembagaan pengelola (3,23). Analisa keberlanjutann dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan pengelolaan air bersih lintas wilayah sebesar

161 (60,82) > 50 dengan nilai cukup berkelanjutan. Nilai masing-masing dimensi nampak pada Gambar 31. Gambar 31. Diagram layang-layang pengelolaan air lintas wilayah Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis tingkat keberlanjutan dari pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan DKI Jakarta dengan MDS berdasarkan teknik rapish pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial, infrastruktur dan teknolgi, dan dimensi hukum dan kelembagaan. Dimensi keberlanjutan dalam pengelolaan air lintas wilayah ini menekankan pada aspek ekonomi dan juga aspek hukum yaitu dengan nilai 69,17, dimensi ekonomi dan 68,24, dimensi hukum dan kelembagaan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengelola air yang saat ini untuk operatornya dikonsesikan kepada pihak swasta yaitu PT. Aetra dan PT. Palyja memang lebih menekankan akan profit semata dan sedikit sekali memperhatikan aspek ekologi. Begitu juga tentang

162 kelembagaan, untuk kelembagaan PAM Jaya memang menjadi BUMD yang ditunjuk oleh undang-undang dan perda sebagai pengelola. Namun karena ada perjanjian kerjasama dengan swasta, amandemen perjanjian kerjasama tertanggal 22 Oktober 2001, peran PAM Jaya bukan lagi sebagai operator namun hanya sebagai pengawas. Hasil analisa keberlanjutan telah menunjukkan beberapa atribut yang sensitif dari masing-masing dimensi sebagaimana tertuang pada Tabel 31 Atribut sensitif pengelolaan air lintas wilayah Dimensi Atribut sesnsitif Atribut terpilih* Ekologi Ekonomi Sosial Infrastruktur & teknologi Hukum & kelembagaan -Kekeringan -Kejadian banjir -Vegetasi -Pendapatan daerah -Perubahan mata pencaharian -Penyerapan tenaga kerja -Ketepatan pembayaran rekening air -Gangguan kesehatan -Partisipasi dalam Prokasi -Pengetahuan terhadap lingkungan -Dukungan sarana dan prasarana -Tingkat penguasaan teknologi -Reklamasi lahan -Kualitas air bersih -ketersediaan lembaga sosial - keberadaan lembaga keuangan -kapasitas lembaga pengelola -Kekeringan -Kejadian banjir -Vegetasi -Pendapatan daerah -Ketepatan pembayaran rekening air -Gangguan kesehatan -Partisipasi masyarakat dalam Prokasi -Dukungan sarana dan prasarana -Tingkat penguasaan teknologi -Kualitas air bersih -Keberadaan lembaga keuangan -Kapasitas lembaga pengelola

163 *Aribut dengan nilai tertinggi dan terkait langsung dengan pengelolaan air bersih. Atribut yang sensitif dan memiliki daya pengungkit tersebut dipilih dan dijadikan sebagai input terkendali pada sistem dinamik. Pemilihan atribut sentitif berdasarkan kriteria nilai tertinggi dan memiliki keterkaitan dengan pengelolaan air bersih lintas wilayah.