BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neutropenia merupakan komplikasi yang sering terjadi selama kemoterapi yaitu 20-40 % pada solid tumor dan 50-70 % pada keganasan hematologi. Durasi dan keparahan neutropenia sering menimbulkan kejadian infeksi ketika nilai Absolute Neutrophil Count (ANC) turun dari 1000/μl sampai kurang dari 100 /μl (Bolis et al., 2013). Neutropenia yang parah serta kejadian febrile neutropenia utamanya akan berdampak pada tertundanya dan berkurangnya dosis regimen kemoterapi sehingga dapat mengganggu outcome berupa kesembuhan dan survival pasien (Crawford et al., 2010). Febrile neutropenia sering terlihat pada siklus pertama kemoterapi, namun siklus selanjutnya juga merupakan risiko (Crawford et al., 2008). Hospitalisasi akibat neutropenia terjadi pada pasien sejumlah 60.000/ tahun di USA dengan tingkat kejadian mortalitas paling tinggi pada keganasan hematologi sebesar 7,1 % dari semua kanker (Caggiano et al., 2005). Menurut Lyman et al., (2014 ) usia lanjut, kondisi umum yang jelek, keganasan kanker, komorbid, baseline nilai angka sel darah, body mass index yang rendah, penggunaan kemoterapi mielosupresif, genetik polimorfisme, berhubungan dengan risiko febrile neutropenia. Regimen kemoterapi adalah salah satu faktor penentu yang menyebabkan risiko neutropenia dan sebagian ada yang bersifat lebih mielotoksik dibandingkan regimen lain (Crawford, 2004). Filgrastim merupakan recombinant human Granulocyte-colony Stimulating Factor (rhg-csf) yang disintesis dari rekombinan DNA sel bakteri 1
E.colli pada manusia. Filgrastim merangsang produksi neutrofil dan dapat mengurangi durasi neutropenia akibat kemoterapi. Hal tersebut membuat pentingnya pemberian prophylaxis Granulocyte Colony Stimulating Factor (G- CSF) pada pasien yang menerima regimen mielotoksik kemoterapi untuk mengurangi kejadian neutropenia yang parah dan insiden febrile neutropenia (Crawford et al., 2010). Filgrastim dapat digunakan sebagai terapi maupun profilaksis febrile neutropenia. Rekomendasi penggunaan profilaksis Granulocyte Colony- Stimulating Factor (G-CSF) adalah untuk pasien dengan resiko 20% febrile neutropenia, penggunaan G-CSF dipertimbangkan jika resiko 10% 20%, dan G-CSF tidak direkomendasikan jika resiko kurang dari 10% (Aapro et al., 2010). Hal ini berbeda dengan acuan yang ada di Indonesia. Data Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/ Menkes/ SK/ VIII/ 2013 tentang Formularium Nasional menetapkan bahwa filgrastim inj 300 mcg/ml atau lenograstim inj 263 mcg/vial dijamin pembiayaan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) hanya untuk leukopenia berat pra dan pasca kemoterapi (leukosit kurang dari 4000 /mm 3 dan neutrofil kurang dari 1500 /mm 3 ). Evidence menurut guideline 2010 update of EORTC guidelines, G-CSF digunakan pada penyakit Non-Hodgkin Lymphoma (NHL) dan Hodgkin Lymphoma (HL). Guideline ESMO 2010 menyatakan bahwa regimen NHL yaitu CHOP-14 (cyclophosphamid, doxorubicin, vincristine, prednisone), ICE (ifofosfamide, carboplatin, etoposide), RICE (rituximab,ifofosfamide, carboplatin, etoposide), dan DHAP (dexamethasone, cisplatin, cytarabine) perlu mendapatkan profilaksis G-CSF. 2
Filgrastim adalah nama generik dari berbagai merk produk G-CSF yang beredar di Indonesia, seperti Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda. Perbedaan Filgrastim merk A dan Filgrastim merk B selain pabrik yang memproduksi adalah harga produk Filgrastim merk A lebih murah dibandingkan Filgrastim merk B. Filgrastim merk B sebagai produk yang sering digunakan dan harga yang lebih mahal perlu diperbandingkan efektivitasnya dengan Filgrastim merk A. Filgrastim merk A pada penelitian ini merupakan produk yang lebih murah yang ditanggung oleh asuransi pemerintah. Perbedaan harga filgrastim akan menjadi problem bagi masyarakat menengah ke bawah apakah pasien yang mendapatkan harga yang lebih murah mendapatkan efektivitas yang sama dibandingkan filgrastim dengan harga yang lebih mahal. Perbandingan efektivitas masing-masing produk G-CSF dengan pertimbangan harga dapat membantu masyarakat mendapatkan produk G-CSF tersebut dengan produk yang paling efektif dan biaya yang lebih terjangkau. Selain itu, pembuat kebijakan yaitu pemerintah dapat menyeleksi dan mendapatkan obat yang paling efektif dengan penghematan biaya (Jamison et al., 2006). Karena itu pada penelitian ini dilakukan evaluasi perbandingan efektivitas Filgrastim merk A dengan produk Filgrastim merk B yang digunakan pada pasien di RS Sardjito Yogyakarta, dengan melihat kemampuannya dalam waktu mencapai ANC recovery. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Sevince at al., (2014) yang membandingkan efektivitas produk biosimilar filgrastim dengan original filgrastim yang menggunakan parameter waktu ANC recovery. Kecepatan waktu filgrastim dalam mencapai ANC recovery penting untuk diteliti karena efek samping neutropenia apabila terjadi dalam waktu yang 3
panjang akan meningkatkan kejadian infeksi yang serius yang dapat berakibat fatal yaitu kematian (Rifkin et al., 2010). B. Perumusan Masalah Bagaimana perbandingan efektivitas Filgrastim merk A dengan Filgrastim merk B dalam penggunaan klinis sehari-hari di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilihat dari kecepatan waktu untuk mencapai ANC recovery? C. Tujuan Penelitian Mengetahui perbandingan efektivitas Filgrastim merk A dibandingkan Filgrastim merk B dalam penggunaan klinis sehari-hari di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilihat dari kecepatan waktu untuk mencapai ANC recovery. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi dan bahan evaluasi efektivitas penggunaan filgrastim pada pasien keganasan limfoma. 2. Memberi masukan kepada lembaga terkait perihal efektivitas penggunaan filgrastim pada pasien keganasan limfoma. Filgrastim merk A sama efektivitasnya dengan Filgrastim merk B maka pemilihan Filgrastim merk Berdasarkan cost effectiveness. Jika Filgrastim merk A tidak sama efektivitasnya dengan Filgrastim merk B maka pemilihan berdasarkan filgrastim yang lebih efektif menaikkan ANC mencapai target. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai perbandingan efektivitas penggunaan filgrastim pada pasien keganasan limfoma yang menerima kemoterapi dapat dilihat pada tabel 1. 4
Peneliti (tahun) Tabel 1. Efektivitas Penggunaan Filgrastim Pada Pasien Keganasan Limfoma Yang Menerima Kemoterapi Pinto et al., 2007 Sevincet al.,2014 Astuti, 2003 Judul Penelitian Comparison of pegfilgrastim with filgrastim on febrile neutropenia, grade IV neutropenia and bone pain: a meta-analysis of randomized controlled trials Comparison Of The Efficacy Of Filgrastim (Neupogen ) And Biosimilar Filgrastim (Leucostim ) In Patients With Chemotherapyinduced Neutropenia: A Nationwide Observational Study Evaluasi penggunaan Granulocyte Colony Stimulating Factor pada pasien kanker limfoma setelah pemberian kemoterapi di RS Kanker Dharmais Jakarta periode Januari 2001-September 2003 Tujuan Penelitian Membandingkan efek pegfilgrastim dengan filgrastim pada kejadian Febrile Neutropenia (FN) pada pasien dengan tumor padat dan limfoma ganas menerima kemoterapi myelosuppressive. Penelitian cohort untuk mempelajari efektivitas biosimilar dan original filgrastim pada pasien dengan neutropenia akibat kemoterapi. Menggambarkan insidensi neutropenia, serta mengevaluasi GCS-F meliputi pola penggunaan di rumah sakit, respon klinik pasien, kesesuaian waktu pemberian, durasi pemberian dibandingkan dengan guideline terbaru, gambaran biaya yang dikeluarkan pasien satu episode Rancangan penelitian Randomized controlled trials (RCTs) Studi observasional nasional Cross sectional study secara retrospektif Jumlah Sampel 617 337 56 Variabel yang diteliti Grade 4 Neutropenia, Febrile Neutropenia, waktu untuk mencapai ANC recovery,efek samping nyeri tulang Waktu ANC recovery Pola penggunaan di rumah sakit, respon klinik pasien, kesesuaian waktu pemberian, durasi pemberian dibandingkan dengan guideline terbaru, gambaran biaya yang dikeluarkan pasien satu episode Hasil tidak ada perbedaan signifikan efikasi dan keamanan antara pegfilgrastim dengan filgrastim tidak ada perbedaan signifikan efikasi antara biosimilar filgrastim (Leucostim ) dengan original filgrastim (Neupogen ) insidensi neutropenia sebesar 55,56%G-CSF sebagai terapi 92,86% dan profilaksis 7,14%. Pasien yang menggunakan G-CSF profilaksis 75 % tidak mengalami onset neutropenia. Rata-rata durasi neutropenia pasien dengan G-CSF terapi adalah 4,81 hari sedangakan profilaksis 1,75 hari RR 1,462 (95% CI 0,258-0,283). Sebanyak 75% febrile neutropenia terjadi pada pasien dengan G- CSF sebagai terapi dan 25% profilaksis RR 3,462 (95% CI, 0,632-18,963; p=0,002). 5
Berdasarkan keterangan diatas maka penelitian yang dilakukan peneliti mengenai Perbandingan Efektivitas Penggunaan Filgrastim Pada Pasien Keganasan Limfoma yang Menerima Kemoterapi di RSUP Sardjito Yogyakarta di mana tempat, sampel, kurun waktu, metode penelitian dan analisis penelitian berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. 6