VII. SIMPULAN 7.1. Simpolan Berdasarkan basil penelitian mengenai dampak kebijakan makroekonomi terhadap ketahanan pangan nasional, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model ekonometrika yang dibangun dapat mengintegrasikan aspek makro dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat mikro serta dampaknya terhadap kelompok masyarakat yang rawan pangan. 2. Kebijakan suku bunga, nilai tukar, penawarnn uang, dan pengeluaran pemerintah merupakan variabel kebijakan makroekonomi yang memiliki. dampak terhadap ketahanan pangan nasional. Kebijakan makroekonorni yang sangat mempengaruhi indikator outcome ketahanan pangan yaitu kelompok masyarakat yang rawan pangan adalah kebijakan kombinasi penurunan suku bunga dan peningkatan pengeluaran pemerintah. 3. Arah dari respon perubahan berbagai simulasi kebijakan makroekonomi telah sesuai dengan harapan namun besarannya masih keci! karena mekanisme transmisi yang panjang dari tingkat makro sampai target sasaran di tingkat mikro. 4. Penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan. Pada variabel indikator outcome ketahanan pangan penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan umuf harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi.
195 5. Apresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan produksi komoditas pangan dan konsumsi pangan sumber energi. Pada indikator outcome ketahanan pangan apresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi. 6. Peningkatan penawaran uang berdampak pada peningkatan produksi sebagian besar komoditas pangan sementara konsumsi relatif tidak mengalami perubahan. Pada indikator outcome ketahanan pangan peningkatan penawaran uang menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi. 7. Peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi dan penurunan konsumsi pangan sumber protein. Pada indikator outcome ketahanan pangan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi 8. Kombinasi kebijakan apresiasi nilai tukar dan peningkatan penawaran uang menyebabkan peningkatan produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan apresiasi nilai tukar dan penawaran uang menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi. 9. Kombinasi kebijakan apresiasi nitai tukar dan penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan pada produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan terjadi peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi.
196 10. Kombinasi kebijakan apresiasi nilai tukar dan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang glz1. 11. Kombinasi kebijakan penurunan suku bunga dan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan. Pada indikator outcome ketahanan pangan terjadi peningkatan pada umur harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi. Perubahan yang terjadi relatif kecil terutama disebabkan rendahnya pengeluaran pernerintah di sektor pertanian dan kesehatan yang terkait dengan ketahanan pangan. 7.2. Implikasi Kebijakan Kesimpulan penelitian tersebut memiliki implikasi kebijakan penting dalam pembangunan ketahanan pangan sebagai berikut: Untuk mempercepat tercapainya peningkatan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang diperlukan kebijakan baru dalam pembagunan ketahanan pangan nasional dengan melibatkan semua pemangku kepentingan serta dukungan berbagai kombinasi kebijakan makroekonomi. Kebijakan baru tersebut adalah : I. Memperbaiki mekanisme transmisi kebijakan makroekonorni Mekanisme transmisi kebijakan rnakroekonomi harus diperbaiki antara lain dengan mengarahkan dan memprioritaskan secara langsung kepada target sasaran yaitu petani serta pembangunan infrastruktur yang langsung mendukung pernbangunan pertanian dan pelayanan kesehatan masyarakat.
197 2. Meningkatkan pembangunan ekonomi di perdesaan Faktor penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan adalah meningkatnya daya beli masyarakat yang ditempuh melalui kebijakan pernbangunan ekonomi di perdesaan. Pendekatan kebijakan ini harus lebih mengintegrasikan sernua potensi yang ada baik di pemerintahan, swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat urnum. Pendekatan ini ditempuh melalui: (l) membangun investasi puhlik di perdesaan terutama untuk pendidikan dan kesehatan, (2) membangun sarana dan prasarana pertanian dan kesehatan di perdesaan, dan (3) memperbesar akses terhadap permodalan di perdesaan. 3. Mempercepat program diversifikasi pangan dan rneningkatkan program konsurnsi pangan bergizi bagi masyarakat yang rawan pangan. Program diversifikasi pangan ini diarahkan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat. Kebijakan utama dari program ini adalah meningkatkan ketersedian pangan yang berasal dari kelompok temak, sayuran dan buahbuahan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Dari sisi konsumsi. program prioritas harus diberikan pada kelornpok rnasyarakat yang rawan pangan yaitu anak balita, ibu hamil, dan menyusui. Program ini dilakukan melalui pemberian subsidi pangan khusus bagi anak balita, ibu hamil, dan menyusui.
198 7.3. Saran Penelitian tentang ketahanan pangan di masa mendatang perlu terus dilanjutkan mengingat ketahanan pangan merupakan prasyarat utama pembangunan nasional. Beberapa saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Indikator outcome ketahanan pangan khususnya terhadap masyarakat rawan pangan yang digunakan untuk penelitian berikutnya perlu diperluas agar program dan kebijakan yang akan diambil terkait dengan penanggulangan kelompok masyarakat rawan pangan dapat lebih spesifik dan komprehensif. Indikator yang dapat digunakan sebaiknya mencakup: (1) Ketersediaan pangan yang dukur dari tingkat konsumsi per kapita, (2) Akses pangan, meliputi: penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, persentase orang bekeija kurang dari 15 jam per minggu, dan persentase rumah tangga tidak akses listrik, dan (3) Penyerapan pangan, meliputi: persentase wanita buta huruf, persentase rumah tangga tidak akses ke fasilitas kesehatan, persentase rumah tangga tidak akses air bersih, angka barapan hidup rata-rata, persentase balita dengan berat badan di bawab standar, dan persentase angka kematian bayi. 2. Mengingat globalisasi perekonornian dunia merupakan 8uatu reaiitas, maka penelitian lanjutan periu memasukkan berbagai kebijakan yang terkait dengan liberalisasi perdagangan, misalnya tarif impor dan tarif ekspor dari negara lain khususnya negara mitra Indonesia dan negara produsen utama komoditas
199 pangan sehingga kebijakan yang diambil dapat dirumuskan secara lebih akurat. 3. Agregasi wilayah dalam penelitian selanjutnya perlu diperjuas sehingga mampu menangkap berbagai fenomena nyata dari keragaman wilayah Indonesia. Agregasi wilayah dapat dilakukan dengan membagi wilayah menjadi lima kawasan, antara lain: Sumatera; Jawa; Kalimantan; Nusa Tenggara dan Bali; serta Sulawesi, Maluku dan Papua.