VII. SIMPULAN. Berdasarkan basil penelitian mengenai dampak kebijakan makroekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, budaya dan aspek lainya (Jonnadi dkk, 2012). antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Bab 4 P E T E R N A K A N

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

EXECUTIVE SUMMARY PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA DAERAH

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

Better Prepared And Ready to Help

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bangsa lndonesia bertujuan untuk. mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB VII P E N U T U P

POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

Pe n g e m b a n g a n

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

STABILISASI HARGA PANGAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

RENCANA KINERJA TAHUNAN PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN Indeks harga yang dibayar petani

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

10Pilihan Stategi Industrialisasi

REVITALISASI PERTANIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Transkripsi:

VII. SIMPULAN 7.1. Simpolan Berdasarkan basil penelitian mengenai dampak kebijakan makroekonomi terhadap ketahanan pangan nasional, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model ekonometrika yang dibangun dapat mengintegrasikan aspek makro dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat mikro serta dampaknya terhadap kelompok masyarakat yang rawan pangan. 2. Kebijakan suku bunga, nilai tukar, penawarnn uang, dan pengeluaran pemerintah merupakan variabel kebijakan makroekonomi yang memiliki. dampak terhadap ketahanan pangan nasional. Kebijakan makroekonorni yang sangat mempengaruhi indikator outcome ketahanan pangan yaitu kelompok masyarakat yang rawan pangan adalah kebijakan kombinasi penurunan suku bunga dan peningkatan pengeluaran pemerintah. 3. Arah dari respon perubahan berbagai simulasi kebijakan makroekonomi telah sesuai dengan harapan namun besarannya masih keci! karena mekanisme transmisi yang panjang dari tingkat makro sampai target sasaran di tingkat mikro. 4. Penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan. Pada variabel indikator outcome ketahanan pangan penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan umuf harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi.

195 5. Apresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan produksi komoditas pangan dan konsumsi pangan sumber energi. Pada indikator outcome ketahanan pangan apresiasi nilai tukar menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi. 6. Peningkatan penawaran uang berdampak pada peningkatan produksi sebagian besar komoditas pangan sementara konsumsi relatif tidak mengalami perubahan. Pada indikator outcome ketahanan pangan peningkatan penawaran uang menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi. 7. Peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi dan penurunan konsumsi pangan sumber protein. Pada indikator outcome ketahanan pangan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi 8. Kombinasi kebijakan apresiasi nilai tukar dan peningkatan penawaran uang menyebabkan peningkatan produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan apresiasi nilai tukar dan penawaran uang menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi. 9. Kombinasi kebijakan apresiasi nitai tukar dan penurunan suku bunga menyebabkan peningkatan pada produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan terjadi peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang gizi.

196 10. Kombinasi kebijakan apresiasi nilai tukar dan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi pangan dan konsumsi pangan sumber energi sedangkan pada indikator outcome ketahanan pangan menyebabkan peningkatan umur harapan hidup dan prevalensi anak kurang glz1. 11. Kombinasi kebijakan penurunan suku bunga dan peningkatan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan. Pada indikator outcome ketahanan pangan terjadi peningkatan pada umur harapan hidup dan penurunan prevalensi anak kurang gizi. Perubahan yang terjadi relatif kecil terutama disebabkan rendahnya pengeluaran pernerintah di sektor pertanian dan kesehatan yang terkait dengan ketahanan pangan. 7.2. Implikasi Kebijakan Kesimpulan penelitian tersebut memiliki implikasi kebijakan penting dalam pembangunan ketahanan pangan sebagai berikut: Untuk mempercepat tercapainya peningkatan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang diperlukan kebijakan baru dalam pembagunan ketahanan pangan nasional dengan melibatkan semua pemangku kepentingan serta dukungan berbagai kombinasi kebijakan makroekonomi. Kebijakan baru tersebut adalah : I. Memperbaiki mekanisme transmisi kebijakan makroekonorni Mekanisme transmisi kebijakan rnakroekonomi harus diperbaiki antara lain dengan mengarahkan dan memprioritaskan secara langsung kepada target sasaran yaitu petani serta pembangunan infrastruktur yang langsung mendukung pernbangunan pertanian dan pelayanan kesehatan masyarakat.

197 2. Meningkatkan pembangunan ekonomi di perdesaan Faktor penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan adalah meningkatnya daya beli masyarakat yang ditempuh melalui kebijakan pernbangunan ekonomi di perdesaan. Pendekatan kebijakan ini harus lebih mengintegrasikan sernua potensi yang ada baik di pemerintahan, swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat urnum. Pendekatan ini ditempuh melalui: (l) membangun investasi puhlik di perdesaan terutama untuk pendidikan dan kesehatan, (2) membangun sarana dan prasarana pertanian dan kesehatan di perdesaan, dan (3) memperbesar akses terhadap permodalan di perdesaan. 3. Mempercepat program diversifikasi pangan dan rneningkatkan program konsurnsi pangan bergizi bagi masyarakat yang rawan pangan. Program diversifikasi pangan ini diarahkan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat. Kebijakan utama dari program ini adalah meningkatkan ketersedian pangan yang berasal dari kelompok temak, sayuran dan buahbuahan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Dari sisi konsumsi. program prioritas harus diberikan pada kelornpok rnasyarakat yang rawan pangan yaitu anak balita, ibu hamil, dan menyusui. Program ini dilakukan melalui pemberian subsidi pangan khusus bagi anak balita, ibu hamil, dan menyusui.

198 7.3. Saran Penelitian tentang ketahanan pangan di masa mendatang perlu terus dilanjutkan mengingat ketahanan pangan merupakan prasyarat utama pembangunan nasional. Beberapa saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Indikator outcome ketahanan pangan khususnya terhadap masyarakat rawan pangan yang digunakan untuk penelitian berikutnya perlu diperluas agar program dan kebijakan yang akan diambil terkait dengan penanggulangan kelompok masyarakat rawan pangan dapat lebih spesifik dan komprehensif. Indikator yang dapat digunakan sebaiknya mencakup: (1) Ketersediaan pangan yang dukur dari tingkat konsumsi per kapita, (2) Akses pangan, meliputi: penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, persentase orang bekeija kurang dari 15 jam per minggu, dan persentase rumah tangga tidak akses listrik, dan (3) Penyerapan pangan, meliputi: persentase wanita buta huruf, persentase rumah tangga tidak akses ke fasilitas kesehatan, persentase rumah tangga tidak akses air bersih, angka barapan hidup rata-rata, persentase balita dengan berat badan di bawab standar, dan persentase angka kematian bayi. 2. Mengingat globalisasi perekonornian dunia merupakan 8uatu reaiitas, maka penelitian lanjutan periu memasukkan berbagai kebijakan yang terkait dengan liberalisasi perdagangan, misalnya tarif impor dan tarif ekspor dari negara lain khususnya negara mitra Indonesia dan negara produsen utama komoditas

199 pangan sehingga kebijakan yang diambil dapat dirumuskan secara lebih akurat. 3. Agregasi wilayah dalam penelitian selanjutnya perlu diperjuas sehingga mampu menangkap berbagai fenomena nyata dari keragaman wilayah Indonesia. Agregasi wilayah dapat dilakukan dengan membagi wilayah menjadi lima kawasan, antara lain: Sumatera; Jawa; Kalimantan; Nusa Tenggara dan Bali; serta Sulawesi, Maluku dan Papua.