Makalah Pendamping: Kimia Paralel A PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN LOGAM TIMBAL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK SKRIPSI. Diajukan kepada Program Studi Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Laporan Kimia Analitik KI-3121

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

3 Metodologi Penelitian

PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

Spektrofotometri Serapan Atom

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

II. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada didalam sampel, dan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media masa. Ungkapan tersebut bermacam ragam seperti pencemaran sungai oleh air

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

72 PENETAPAN LOGAM TIMBAL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK Imelda Fajriati, Eka Anastria Endah SW Program Studi Kimia Fak. Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jl. Laksda Adi sucipto Yogya Email: imel257_75@yahoo.co.id Abstrak Logam timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Keberadaan logam timbal dapat mencemari lingkungan air, tanah dan udara, sehingga sangat berbahaya bagi mahluk hidup yang ada disekitarnya. Teknik penetapan logam timbal yang paling sering digunakan adalah spektrofotometri serapan atom karena dianggap sebagai metode yang cepat dan akurat, tetapi penggunaan spektrofotometri serapan atom seringkali terjadi background correction serta ketersediaan Hollow Cathode Lamps Pb yang relatif mahal. Telah dilakukan penelitian dalam penetapan logam timbal secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi asam tartrat dan natrium sulfida. Analisis logam timbal secara spektrofotometri sinar tampak didasarkan pada pembentukan larutan berwarna biru kehitaman yang menyerap pada panjang gelombang 430 nm. Penelitian ini juga menentukan kondisi yang meliputi konsentrasi pereaksi dan waktu pembentukan kompleks, serta menentukan nilai ketepatan dan ketelitian. Hasil penelitian didapatkan, konsentrasi asam tartrat (HOOC(CHOH) 2COOH) adalah 1,5 M, penambahan volume Na 2S sebanyak 0,3 ml dengan waktu pembentukan senyawa kompleks maksimum selama 10 menit. Hasil penentuan ketepatan dan ketelitian pada konsentrasi timbal 100, 125 dan 150 ppm berturut-turut; 99,39% dan 99,87%, 99,57% dan 99,96%, 99,59% dan 99,92%. Dengan demikian, penetapan logam timbal secara spektrofotometri sinar tampak dapat menjadi metode alternatif dalam analisis logam timbal. Keyword: Spektrofotometri sinat tampak, logam timbal, senyawa kompleks PENDAHULUAN Untuk melangsungkan kehidupan, air merupakan komponen terpenting setelah oksigen. Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media transport utama bagi zatzat makanan dan produk buangan / sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu, air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral / unsur lain yang terdapat di dalamnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua perairan di bumi ini telah tercemar. Dalam lingkungan perairan sering kali terdapat timbal karena kemudahan bagi logam ini untuk larut. Beberapa aktifitas manusia yang menggunakan bahan timbal misalnya produksi aki, pemakaian kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin, produksi solder serta beberapa sebab lain yang semakin mengakumulasi jumlah timbal yang mencemari lingkungan bertambah. Dari uraian di atas sangat penting dikembangkan metode analisis penentuan timbal. Beberapa metode yang telah digunakan diantaranya adalah penetapan logam timbal secara Spektrofotometri Serapan Atom. Sebagai metode alternatif dari metode penentuan timbal diatas, telah dikembangkan metode lain yang pengerjaanya berdasarkan pembentukan senyawa berwarna untuk ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak. Prinsip dasar dari metode analisis secara spektrofotometri sinar tampak adalah pengukuran intensitas radiasi yang diserap oleh larutan berwarna. Zat yang menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar tampak akan meneruskan warna komplementernya. Keuntungan utama metode kolorimetri atau spektrofotometri sinar tampak adalah metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2 persen. Pengembangan kolorimeter fotolistrik yang tidak mahal menyebabkan cabang analisis kimia instrumental ini bahkan dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan yang kecil sekali pun. Dalam penelitian ini akan ditentukan kondisi penetapan kadar timbal melalui variasi konsentrasi asam tartrat, volume penambahan natrium sulfida dan waktu kestabilan kompleks. Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207, 21 (Palar, 2008). Senyawanya beracun bagi manusia dan hewan (Tim, 2008). Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit, diseluruh

lapisan bumi hanya 0,0002 % dari jumlah seluruh kerak bumi (Palar, 2008). Konsentrasi standar maksimal yang diperbolehkan untuk timbal dalam air minum menurut Dep.Kes.R.I adalah sebesar 0,10 mg/l. Sedangkan Standar Internasional WHO (1963) adalah sebesar 0,05 mg/l (Totok, 2006). Logam timbal dan persenyawaanya adalah beracun. Untuk menimbulkan sifat racun ini diperlukan dosis yang besar dan jika jumlah Pb yang diserap tubuh hanya sedikit logam ini menjadi sangat bahaya karena timbal cenderung untuk berakumulasi dalam tubuh. Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati dan otak serta system syaraf sentral, dan dapat menyebabkan kematian (Rukaesih, 2004). a. Sifat fisis dan kimia timbal Sifat sifat fisika timbal antara lain sebagai berikut : 1) Timbal merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. 2) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik. 3) Mempunyai berat jenis 11,34, titik didih 1740 C, kerapatan pada suhu 20 C adalah 11,35 g/mldan mempunyai titik lebur 327,5 0 C. Sifat-sifat kimia timbal antara lain adalah sebagai berikut: 4) Kecenderungan membentuk senyawa dengan bilangan oksidasi +2 lebih besar dari unsur-unsur lain segolongan, ikatannya merupakan ikatan ion. 5) Ion plumbo, Pb 2+ terhidrolisis sebagian dalam air. 6) Timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk logam murninya, seperti dalam persenyawaan bijih logam timbal dalam bentuk galena (PbS), anglesit (PbSO 4 )dan dalam bentuk minim (Pb 3 O 4 ). b. Analisis Timbal dengan Spektrofotometer Sinar Tampak Salah satu syarat untuk dapat melakukan analisis dengan menggunakan metode spetrofotometri sinar tampak adalah sampel yang akan diamati harus merupakan suatu larutan berwarna. Untuk itu apabila sampel tersebut tidak berwarna maka perlu ditambahkan suatu larutan pengomplek agar diperoleh larutan berwarna, sehngga dalam penetapan logam timbal secara spektrofotometri sinar tampak sebab hanya larutan berwarna yang dapat memberikan suatu serapan sehingga besarnya absorbansi (A) atau % transmitansi (% T) dapat dibaca. 73 METODE PENELITIAN 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah memenuhi derajat pro analis (p.a), kecuali yang disebut khusus : timbal nitrat (Pb(NO 3 ) 2 ), asam tartrat (HOOC(CHOH) 2 COOH), kalium sianida (KCN), ammoniak (NH 4 OH), natrium sulfida (Na 2 S) dan akuades. 2. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: seperangkat alat gelas, neraca analitik digital dengan penutup, spektronik 20 D dengan kuvet. 3. Cara Kerja 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ( Maks) Dipipet larutan timbal nitrat 100 ppm sebanyak 10 ml dan dituangkan dalam gelas piala 100 ml ditambahkan asam tartrat 1 M sebanyak 10 ml. Ditambahkan 1 ml kalium sianida 10 % ditambah 5 ml ammonia 1: 2 (larutan bersifat ammoniakal) dan ditambahkan 0,5 ml natrium sulfida 10%. Diencerkan hingga 100 ml. Absorbansi di ukur dengan suatu spektrofotometer dari panjang gelombang 400 nm hingga 500 nm. 2. Penentuan Kondisi Optimum 2.1. Variasi Konsentrasi Asam Tartrat konsentrasi akhir 150 ppm. Ditambahkan 10 ml asam tartrat 1 M, 1 ml kalium sianida 10 %, 5 ml ammonia 1: 2 (larutan bersifat ammoniakal) dan 0,5 ml natrium sulfida 10 %. Larutan diencerkan 100 ml. Dengan cara yang sama dilakukan untuk variasi sampel asam tartrat 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 M. 2.2. Variasi Volume Natrium Sulfida konsentrasi akhir 150 ppm dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 10 ml asam tartrat konsentrasi (percobaan 3.1), 1 ml kalium sianida 10 %, 5 ml ammonia 1: 2 (larutan bersifat ammoniakal) dan 0,5 ml natrium sulfida 10 %. Larutan diencerkan 100 ml. Dengan cara yang sama dilakukan untuk variasi sampel volume natrium sulfida 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ml. 2.3. Waktu Kestabilan Kompleks konsentrasi akhir 150 ppm dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 10 ml asam tartrat konsentrasi (percobaan 3.1), 1 ml kalium sianida 10 %, 5 ml ammonia 1:2

74 (larutan bersifat ammoniakal) dan ditambahkan sejumlah volume (percobaan 3.2) natrium sulfida 10 %, Larutan diencerkan 100 ml. Dengan cara yang sama dilakukan untuk variasi waktu pendiaman 0, 5, 10, 15 dan 20 menit. 3. Penentuan Ketepatan dan Ketelitian Dibuat tiga seri larutan dari empat macam konsentrasi larutan timbal yaitu: 100, 125, 150 ppm. Masing-masing konsentrasi ditambahkan 10 ml asam tartrat dengan konsentrasi. Selanjutnya ditambahkan 1 ml kalium sianida 10 % ditambah 5 ml larutan ammonia 1: 2 yang sudah diatur (larutan bersifat ammoniakal) dan ditambahkan sejumlah volume larutan natrium sulfida 10% yang sudah diatur. Larutan dipindahkan dalam labu ukur 100 ml dan ditanda bataskan dengan akuades. Percobaan dilakukan 4 kali dalam waktu yang berbeda. Data absorbansi yang diperoleh diplotkan ke kurva baku hasil percobaan 4 kemudian dianalisa untuk mendapatkan nilai ketepatan dan ketelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Langkah pertama dalam analisis kuantitatif spektrofotometri sinar tampak adalah menentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan, sehingga larutan analit akan memberikan absorbsi maksimal. Data absorbansi hasil analisis dari timbal yang diukur pada berbagai panjang gelombang dapat dilihat pada gambar 1. pembacaan minimal, karena kesalahan terkecil untuk daerah pembacaan prosen transmitan adalah antara 20-80 %. b. Penentuan Kondisi Optimum Analisis kuantitatif dengan metode ini dilakukan dalam 3 tahapan, diantaranya penentuan kondisi, pembuatan kurva standar dan penentuan ketepatan dan ketelitian. Penentuan kondisi dilakukan untuk menentukan kondisi dimana asam tartrat, volume natrium sulfida dan waktu kestabilan kompleks memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang maksimum, sedangkan pembuatan kurva standar dilakukan untuk mengetahui korelasi konsentrasi dan absorbansi dari timbal sehingga bila absorbansi sampel diketahui maka konsentrasi sampel dapat dihitung dengan cara memplotkan ke persamaan kurva standar Y = a x + C. Penentuan kondisi dilakukan dalam 3 tahapan yaitu penentuan asam tartrat, penentuan volume natrium sulfida dan waktu kestabilan kompleks. 1. Penentuan konsentrasi asam tartrat Pengaruh konsentrasi asam tartrat dipelajari dengan memvariasi konsentrasi asam tartrat dari sampel timbal sehingga dapat diketahui konsentrasi asam tartrat yang memiliki absorbansi maksimum. Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 1. Absorbansi timbal yang diukur pada berbagai panjang gelombang Optimasi panjang gelombang () dilakukan pada rentang 400 500 nm. maks diperoleh 430 nm, sesuai dengan yang dinyatakan dalam Vogel (2004). Pada penelitian ini dipilih konsentrasi timbal 150 ppm yang menghasilkan absorbansi larutan timbal sebesar 0,449 dan masih memenuhi hukum Lambert-Beer. Dengan harga % T sebesar 35,56 % maka memiliki kesalahan Gambar 2. Absorbansi larutan timbal pada berbagai konsentrasi asam tartrat yang direaksikan dan diukur pada panjang gelombang 430 nm Optimasi konsentrasi asam tartrat dilakukan untuk memperoleh pada konsentrasi asam tatrat berapakah yang memberikan serapan maksimum untuk dapat bereaksi dengan larutan timbal. Dari hasil percobaan diperoleh asam tartrat yang memberi serapan maksimum pada konsentrasi 1,5 M.

75 2. Penentuan volume natrium sulfida Pengaruh penambahan volume natrium sulfida dipelajari dengan memvariasi penambahan natrium sulfida dari sampel timbale sehingga dapat diketahui volume natrium sulfida yang memiliki absorbansi maksimum. Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 4. Absorbansi larutan timbal pada berbagai waktu kestabilan kompleks yang direaksikan dan diukur pada panjang gelombang 430 nm Gambar 3. Absorbansi larutan timbal pada berbagai penambahan volume natrium sulfida yang direaksikan dan diukur pada panjang gelombang 430 nm Optimasi penambahan volume natrium sulfida dilakukan untuk memperoleh pada volume natrium sulfida berapakah yang memberikan serapan maksimum untuk dapat bereaksi dengan larutan timbal. Dari hasil percobaan diperoleh natrium sulfida yang memberi serapan maksimum pada penambahan volume 0,3 ml. 3. Penentuan waktu kestabilan kompleks Pengaruh waktu kestabilan kompleks dipelajari dengan memvariasi waktu dari sampel timbal sehingga dapat diketahui waktu kestabilan kompleks yang memiliki absorbansi maksimum. Data hasil percobaan dapat dilihat gambar 4. Penentuan waktu kestabilan dilakukan untuk memperoleh waktu kestabilan larutan timbal dengan memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum () yang dikenakan. Dari data percobaan diperoleh waktu kestabilan kompleks selama 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama terjadinya reaksi maka akan berlangsung baik, apabila reaksi sudah mencapai titik kesetimbangan setelah semua teroksidasi, maka reaksi akan turun dan seterusnya reaksi akan konstan. c. Penentuan Ketepatan Dan Ketelitian Untuk penentuan keepatan dan ketelitian, dibuat sampel buatan dengan konsentrasi timbal : 100, 125 dan 150 ppm dilakukan selama empat kali dalam waktu (hari) yang berbeda. Dari analisa menggunakan persamaan regresi kurva standar dengan persamaan Y = 0,002704 X (r = 0,9987) diperoleh hasil pengukuran yag disajikan dalam tabel 1. Penentuan ketepatan dan ketelitian juga menggunakan analisa regresi langsung seperti pada gambar 5, sehingga diperoleh persamaan: X 1 = 0,789350161 X 1 * Dimana X 1 * = konsentrasi timbal hasil pengukuran X 1 = konsentrasi timbal sebenarnya Gambar 5. Penentuan nilai ketepatan dengan analisis regresi

76 Konsentrasi timbal (ppm) Tabel 1. Hasil pengukuran ketepatan dan ketelitian Hasil perolehan kembali Ketepatan (%) Ketelitian (%) 100 99,3897929 ± 0,125371279 99,39 % ± 0,126 % 99,87 % 125 124,4452663 ± 0,045589559 99,57 % ± 0,037 % 99,96 % 150 149,3158284 ± 0,125371291 99,59 % ± 0,084 % 99,92 % Pada tahap penentuan perolehan kembali ini tidak dicapai hasil ketepatan 100 %, tetapi diperoleh ketepatan rata-rata sebesar 99,52 %. Hasil ini dapat disebabkan adanya oksidator lain yang dapat mengoksidasi timbal. Dengan berdasarkan hasil percobaan dan penggunaan metode yang relatife mudah, maka dapat disimpulkan bahwa metode ini cukup baik. SIMPULAN Hasil penelitian didapatkan, konsentrasi asam tartrat (HOOC(CHOH) 2 COOH) adalah 1,5 M, penambahan volume Na 2 S sebanyak 0,3 ml dengan waktu pembentukan senyawa kompleks maksimum selama 10 menit. Hasil penentuan ketepatan dan ketelitian pada konsentrasi timbal 100, 125 dan 150 ppm berturut-turut; 99,39% dan 99,87%, 99,57% dan 99,96%, 99,59% dan 99,92%. Dengan demikian, penetapan logam timbal secara spektrofotometri sinar tampak dapat menjadi metode alternatif dalam analisis logam timbal. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi, hal : 100. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT. Rineka Cipta.. Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta : PT. Rineka Cipta Sutrisno, Totok. 2006, Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :PT. Rineka Cipta Sastrohamidjojo, H. 1984, Spektroskopi, Jogjakarta: Liberty Vogel, A. I, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi kesatu, alih bahasa Pudjaatmaka. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 1994