4 PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan terhadap fraksi non-alkaloid kulit batang Litsea javanica, berhasil mengisolasi 4 senyawa, satu diantaranya adalah senyawa murni yaitu (-)-epikatekin (5, 7, 3, 4 -tetrahidroksiflavan-3-ol) (73). Penentuan struktur senyawa tersebut dilakukan dengan menggunakan data UV, IR, 1 H NMR dan 13 C NMR. Senyawa (-)-epikatekin (73) Senyawa (-)-epikatekin (73) ini diperoleh berupa kristal berwarna kuning kecoklatan dengan titik leleh 148-150 o C dan [ α ] 20 D = - 30º (C. 0,133 gr/100ml, Me). Spektrum UV senyawa ini menunujukan adanya serapan pada panjang gelombang 205 nm, 232 nm (bahu), dan 279 nm yang merupakan ciri dari senyawa kelompok flavonoid. Penambahan pereaksi geser Na memperlihatkan efek batokromik sebesar 10 nm menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki unit fenol bebas. Hal tersebut didukung dari spektrum IR (KBr) yang memperlihatkan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 3457 cm -1 untuk gugus hidroksil. Selain itu, data spektrum IR (KBr) menunjukkan adanya vibrasi ulur dari C-H alifatik pada bilangan gelombang 2931 cm -1, gugus cincin benzen pada 1625 cm -1, 1521 cm -1, 1469 cm -1, dan 1441 cm -1. Serapan untuk vibrasi ulur dari C-O terlihat pada 1260 cm -1. (Gambar 4.2)
205 232 279 232 242 279 289 (a) (b) Gambar 4.1 Spektrum UV (-)-epikatekin (73) dalam (a) Me dan (b) Me+Na Gambar 4.2 Spektrum IR (-)-epikatekin (73) dalam KBr Pengukuran dengan spektroskopi 13 C-NMR APT (Attached Proton Test) menunjukkan bahwa senyawa yang berhasil diisolasi mengandung 15 atom karbon yang terdiri dari dua atom karbon kuartener (δ 132,21; 99,74 ppm), lima atom karbon oksiaril (δ 157,54; 157, 5; 157,1; 145,32; 29
15,22 ppm), lima atom karbon aromatik (δ 119,3; 115,42; 115,23; 96,08; 95,62 ppm), satu karbon metilen (δ 28,94 ppm), dua atom karbon metin alifatik (δ 66,87; 79,36 ppm). Berdasarkan data UV, IR, dan 13 C NMR tersebut, senyawa ini tersusun dari 15 atom karbon yang pada kerangkanya tidak ditemukan gugus karbonil, sehingga merupakan senyawa flavonoid dari golongan flavan-3-ol (Gambar 4.3). Dari spektrum 1 H-NMR memperlihatkan sembilan sinyal proton untuk daerah aromatik dan alifatik. Pada daerah aromatik terdapat lima sinyal proton yang mewakili dua unit benzen tersubtitusi. Salah satu unit benzen tersubtitusi memperlihatkan satu sistem ABX yang khas untuk trisubtitusi benzen dengan pola 2, 5 dan 6. Sinyal-sinyal tersebut terbagi atas dua kelompok yaitu doublet pada pergeseran kimia 7,03 (J = 1,9 Hz) dan 6,7 ppm (J = 8 Hz) yang merupakan sinyal proton dari C2 dan C5 serta double doublet pada pergeseran kimia 6,8 ppm (J = 1,9 ; 8 Hz) untuk sinyal proton C6. Pada unit benzen tersubtitusi yang lain, terdapat sepasang sinyal dengan multiplisitas doublet pada pergeseran kimia 5,9 (J = 2,4 Hz) dan 6,0 ppm (J = 1,9 Hz) yang masing-masing merupakan sinyal dari C6 dan C8. 145,2 145,3 96,1 114,3 3' 95,6 157,1 O 1' 5' HO 115,4 1 7 8a 115,2 157,5 4a 3 79,4 5 28,9 99,7 157.5 66,8 Gambar 4.3 Geseran kimia 13 C-NMR (-)-epikatekin dalam ppm Spektrum 1 H NMR pada daerah alifatik memperlihatkan empat sinyal proton yang terbagi atas dua multiplisitas yaitu doublet dan double doublet. Satu sinyal proton doublet pada pergeseran kimia 4,19 ppm (J = 5,5 Hz) merupakan sinyal proton dari C2 serta sepasang sinyal multiplisitas double doublet pada geseran kimia 2,7 (J = 3,3 ; 16,8 Hz) dan 2,8 ppm (J = 4,3 ; 16,8 Hz) menunjukkan proton-proton geminal dari C4. Multiplisitas lain pada pergeseran kimia 3,6 ppm (J = 3,6 ; 8,5 Hz) menunjukkan sinyal proton dari C3. Sinyal proton pada karbon ini lebih deshielding daripada sinyal proton-proton yang lain akibat adanya efek gugus gugus. Penetapan struktur tersebut diperkuat dengan membandingkan data geseran kimia spektrum 13 C dan 1 H NMR senyawa hasil isolasi dengan data (-)-epikatekin (73) literatur (Chien-Chang Shien, 1993) yang menunjukkan kemiripan perbandingan nilai pergeseran kimia baik pada data 13 C 30
maupun 1 H NMR. Perbandingan antara pergeseran kimia senyawa hasil isolasi dengan literatur dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perbandingan data 13 C dan 1 H NMR (-)-epikatekin (73) literatur dan hasil isolasi δ C δ H (multiplisitas, J dalam Hz) No. C Literatur* Hasil isolasi Literatur* Hasil isolasi (DMSO) (Aseton) (DMSO) (Aseton) 1 - - - 2 78,1 79,4 4,75 (s, m) 4,19 (1H, d, J = 5,5 Hz) 3 65,0 66,8 4,03 (1H, m) 3,65 (1H, dd, J = 3,6 & 8,5) 4 28,2 28,9 2,7 (1H, dd, J = 4,4 & 16,4 Hz) 2,85 (1H, dd, J = 4,3 & 16,8 Hz) 4a 156,5 157,5 2,5 (1H, dd, J = 3,5 & 16,4 Hz) 2,72 (1H, dd, J = 3,4 & 16,8 Hz) 5 95,2 96,1-6 156,3 157,5 5,91 (1H, d, J = 2,3 Hz) 6,0 (1H, d, J = 1,85 Hz) 7 94,2 95,6 8 155,8 157,1 5,75 (1H, d, J = 2,3 Hz) 5,9 (1H, dd, J = 2,4 Hz) 8a 98,6 99,7 1 130,7 132,7 2 114,9 114,3 6,91 (s) 7,03 (1H, d, J = 1,85 Hz) 3 144,4 145,2 4 144,5 145,3 5 114,8 115,4 6,68 (s) 6,77 (1H, d, J = 7,95 Hz) 6 118,0 115,2 6,68 (s) 6,71 (1H, d, J = 1,85 & 8,55 Hz) * Chien Chan Shien, 1993 31
Penemuan senyawa (-)-epikatekin (73) merupakan pertama kali pada spesies Litsea javanica, berdasarkan laporan penelitian-penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa senyawa (-)- epikatekin (73) pada genus Litsea pertama kali ditemukan pada Litsea japonica (Vardis Dilis, 2007). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian bioaktivitas terhadap senyawa (-)- epikatekin (73). Namun penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan bahwa senyawa (-)- epikatekin (73) memiliki sifat anti oksidan (Vardis Dilis, 2007) dan anti bakteri terhadap spora Clostridium botulinum dan Clostridium butyricum (Yukiko Hara Kudo, 2005). 32