I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

I PENDAHULUAN. produk pangan. Pewarna merupakan ingridient penting dalam beberapa jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Menurut definisi dari Wikipedia, gulai adalah sejenis makanan berbahan

Gambar 6. Kerangka penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstraksi dan Karakterisasi Antosianin

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 1

Tabel 2. Kadar Air Minuman Serbuk Effervescent Buah Duwet

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Zat Warna dari Kulit Manggis dan Pemanfaatannya untuk Pewarna Logam Aluminium Hasil Anosidasi. Agustinus Ngatin dan Edy Wahyu Sri Mulyono

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

I. PENDAHULUAN. pangan. Menurut Jettanapornsumran (2009), warna menjadi salah satu

Pengaruh Suhu Q10. Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit hipertensi termasuk penyakit kronik akibat gangguan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1 Latar Belakang Berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah serta kualitas zat pewarna alami menyebabkan pemakaian zat warna sintetis meningkat. Pewarna sintetis adalah zat warna yang mengandung bahan kimia yang biasanya digunakan di dalam makanan untuk mewarnai makanan. Pewarna sintetis memiliki keuntungan dibandingkan pewarna alami yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan lebih murah. Pewarna sintetis pada makanan kurang aman untuk konsumen karena diantaranya ada yang mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan pencarian alternatif sumber zat pewarna alami zat pewarna alami yang berpotensi untuk diekstrak adalah antosianin. Salah satu buah yang memiliki warna antosianin adalah buah naga. Buah naga saat ini telah populer dikalangan masyarakat karena selain daging buah naga yang sudah dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk sedangkan kulit buah naga belum banyak yang memanfaatkan sehingga hanya akan menjadi limbah. Kulit buah naga mengandung antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna pada makanan ataupun minuman. 1

2 Menurut Winarno (1994), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Antosianin berpotensi untuk menggantikan pewarna sintetik, khususnya pewarna merah seperti FD&C Red #40 dan FD&C Red #3 yang sudah dilarang penggunaannya. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan. Potensi antosianin sebagai pewarna makanan dikarenakan warnanya yang menarik, tersebar luas di alam, aman, dan sifatnya yang larut dalam air sehingga mudah dicampurkan ke dalam bahan pangan lainnya (Citramukti,2008). Pembuatan serbuk pewarna alami dari kulit buah naga menggunakan metode foam-mat drying. Metode ini menggunakan busa untuk mempercepat proses penguapan air dengan suhu antara 30 C sampai dengan 80 C dapat mengghasilkan kadar air 2 sampai 3 %. Bubuk hasil foam-mat drying mempunyai densitas atau kepadatan yang rendah (ringan) dan bersifat remah. Pewarna dari kulit buah naga yang mengandung antosianin mudah terdegradasi oleh berbagai faktor. Menurut Hendry dan Houghton (1992), kestabilan warna antosianin dipengaruhi suhu, ph, cahaya, dan adanya senyawa lain. 2

3 Menurut Syarief dkk. (1989), secara garis besar umur simpan dapat ditentukan dengan metode konvensional (extended storage studies, ESS) dan metode akselerasi kondisi penyimpanan (ASS atau ASLT). Umur simpan produk pangan dapat di duga kemudian ditetapkan waktu kadaluwarsanya. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah apakah kulit buah naga dapat dimanfaatkan menjadi serbuk pewarna alami dan apakah metode Arrhenius dapat digunakan untuk menduga umur simpan serbuk pewarna alami dari kulit buah naga dengan suhu penyimpanan yang berbeda. 1.3 Tujuan dan Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah dari buah naga merah menjadi pewarna serbuk alami dan menduga umur simpan dari produk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah agar limbah dari kulit buah naga merah dapat dimanfaatkan sebagai serbuk pewarna dan menduga umur simpan dari produk tersebut menggunakan metode Arrhenius. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurangi limbah dari buah naga dan menjadi bahan informasi bagi masyarakat baik konsumen maupun produsen, mengenai umur simpan dari serbuk pewarna alami dari kulit buah naga. 3

4 1.5 Kerangka Pemikiran Umur simpan sangat mempengaruhi seluruh kualitas produk terutama pada produk serbuk. Umur simpan menggunakan metode Arrhenius digunakan untuk mengetahui umur simpan produk berdasarkan suhu penyimpanan yang berbeda dengan cara mempercepat kerusakan mutu. Serbuk pewarna alami dari kulit buah naga menghasilkan warna antosianin yaitu berwarna merah. Umur simpan pewarna serbuk alami dari kulit buah naga dapat diketahui dengan beberapa parameter mutu. Antosianin dapat terganggu kestabilannya pada penyimpanan dengan suhu yang berbeda. Menurut Hendry dan Houghton (1992), telah dilihat pada data kinetik hingga saat ini menunjukkan bahwa mekanisme degradasi antosianin tergantung suhu. Pada suhu penyimpanan (misalnya <40 C) yaitu 25 C terjadi ketidakstabilan warna antosianin dengan energi aktivasi sekitar 17 kkal/mol. Efek suhu terhadap stabilitas antosianin pada produk makanan telah diselidiki oleh banyak peneliti dan kesimpulan secara umum bahwa antosianin akan rusak dengan pemanasan dan penyimpanan. Markakis (1982), menyatakan bahwa pengolahan strawberry pada 100ºC dalam 1 hari menghasilkan 50% kerusakan antosianin dan bila disimpan pada suhu 38ºC dapat bertahan hingga 10 hari. Kerusakan warna antosianin disebabkan oleh berubahnya kation flavilium yang berwarna merah menjadi basa karbinol yang tidak berwarna dan akhirnya menjadi khalkone yang tidak berwarna (Purnomo, 1995). Antosianin merupakan zat warna merah seperti betalain tetapi kestabilan yang berbeda. Hasil penelitian umur simpan pewarna serbuk alami umbi bit Yonatan dkk. 4

5 (2015), melaporkan bahwa suhu dapat mempengaruhi kadar air dimana kadar air sebesar 1,0562 dengan energi aktivasi sebesar 997,41 kal/mol, dan menunjukan selama penyimpanan aman dari cemaran mikroorganisme. Warna serbuk selama penyimpanan dapat stabil dengan suhu 25 C dan 35 C dan 45 C selama 8 minggu. Pada hasil penelitian umur simpan pewarna antosianin oleh Rahmawati (2013), melaporkan suhu penyimpanan 45 C, 55 C, 65 C selama 54, 49, dan 35 hari dapat mempengaruhi karakteristik warna dan kadar air pada pewarna antosianin bubuk dari buah duwet. Hasil penelitian Suhartatik dkk. (2013), Penyimpanan antosianin pada beras ketan hitam pada suhu kamar dan ph 7,0 dapat menurunkan kadar antosianin ekstrak dari 25 mg/100 ml menjadi 1,87 mg/100 ml. Berdasarkan penelitian Djamil dkk. (2015), penentuan umur simpan bubur instan ubi jalar ungu berakhir ketika terjadi penurunan konsentrasi antosianin dari 100% menjadi 30% dengan lama waktu 78,2 hari yang disimpan pada suhu ruang. Produk serbuk selama penyimpanan sangat berkaitan dengan kadar air yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air yang dihasilkan maka semakin rendah kualitas mutu produk dan semakin sukar larut dalam air. Berdasarkan SNI No. 01-4320 tahun 1996 tentang minuman serbuk tradisional untuk batas maksimum kadar air pada produk serbuk adalah 5%. Citramukti (2008), menyatakan ekstraksi dengan pelarut air dan asam sitrat menghasilkan pigmen antosianin kulit buah naga merah dengan kualitas terbaik, dengan nilai ph 1,91; tingkat kecerahan (L) 25,60; tingkat kemerahan (a+) 6,97; 5

6 tingkat kekuningan (b+) 0,50; absorbansi pigmen 0,363; kadar antosianin 1,1mg/100ml; kelarutan 66,52%. Hasil penelitian umur simpan bubuk jahe merah oleh Sugiarto dkk (2007), menunjukkan bahwa kecerahan bubuk jahe merah selama penyimpanan cenderung menurun dengan penurunan yang relatif kecil. Selama penyimpanan bubuk jahe merah cenderung menjadi lebih gelap seiring lamanya penyimpanan. Hal tersebut disebabkan terjadinya pencoklatan non-enzimatis yang terjadi pada kadar air rendah. Nilai hue pada kisaran 84 derajat menunjukkan warna bubuk jahe merah adalah cenderung kekuningan. Nilai chroma bubuk jahe merah memiliki kecenderungan yang semakin meningkat bersamaan dengan peningkatan waktu penyimpanan. Perubahan kadar air bubuk jahe merah pada setiap tingkat suhu tidak menunjukkan kecenderungan yang sama. Pada suhu 40 C bubuk jahe merah mengalami penurunan kadar air sedangkan bubuk jahe merah yang disimpan pada suhu 30 C mengalami peningkatan kadar air. Pada suhu 25 C perubahan kadar air tidak jelas terlihat atau cenderung konstan. Selama dua bulan penyimpanan, tidak terjadi perubahan kadar air yang berarti. Kadar air tertingi yang dicapai adalah sekitar 8 persen. Kadar air berfluktuasi di antara 4 dan 8 persen. Pada kadar air tersebut bubuk jahe merah relatif aman terhadap kerusakan mikrobiologis dan penggumpalan. Kemasan dapat mempengaruhi umur simpan pada produk dimana pada hasil penelitian Setiyoko (2016), melaporkan umur simpan minuman serbuk temulawak pada suhu ruang (28 C) didapatkan 96 hari dalam kemasan Alumunium foil, 84 hari dalam kemasan plastik, dan 88 hari dalam kemasan kertas. Kemasan alumunium 6

7 foil merupakan kemasan yang mampu mempertahankan umur simpan paling lama dibandingkan dengan kemasan plastik dan kertas. Didukung oleh penelitian Adiyudha dkk (2015), melaporkan kemasan alumunium foil yang paling dapat memperpanjang umur simpan kopi bubuk robusta selama 15849,04 hari (suhu 30 C, RH 75%) dibandingkan dengan kemasan plastik PP dan kemasan kombinasi dari plastik klip dan kertas Samson. 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat diambil suatu hipotesis bahwa kulit buah naga merah dapat dimanfaatkan sebagai serbuk pewarna alami dan metode Arrhenius dapat digunakan untuk menduga umur simpan serbuk pewarna alami dari kulit buah naga merah dengan suhu penyimpanan yang berbeda. 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Agustus 2016 bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193, Bandung. 7