HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED DISCRIMINATION DENGAN HARGA DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI MAKASSAR Desi Afianty Rahmah desi.afianty@gmail.com Dosen pembimbing : Dr. Yosef Dedy Pradipto, L.Th., M.Hum. Bina Nusantara University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 ABSTRACT This study aimed to see whether there is a correlation between perceived discrimination and self esteem on People Living with HIV/AIDS (PLHIV) in Makassar. Perceived Discrimination Questionnaire and Rosenberg Self-Esteem Scale were distributed to PLHIV with snowball sampling methods, the age ranged from 20 to 40 years old, n = 60, females (n = 16) and males (n = 44),with correlation coefficient r = -.408 and p =.001. The result showed that there was a significantly negative correlation between perceived discrimination and self esteem on People Living with HIV/AIDS (PLHIV) in Makassar. (DAR) Keyword : Perceived discrimination, self esteem, PLHIV ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived discrimination dengan harga diri pada Orang dengan HIV/AIDS di Makassar. Perceived Discrimination Questionnaire dan Rosenberg Self-Esteem Scale disebarkan kepada ODHA di Makasssar dengan metode Snowball Sampling, rentang usia 20-50 tahun, n = 60, perempuan (n = 16) dan laki-laki (n = 44), koefisien korelasi (r) = -.408 serta P =.001. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perceived discrimination dengan harga diri pada Orang dengan HIV/AIDS di Makassar. (DAR) Kata Kunci : Persepsi tentang diskirminasi, harga diri, ODHA.
PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia, virus tersebut menyerang dua jenis sel darah putih (sel CD4 dan T). Ketika kedua sel tersebut terinfeksi HIV maka sistem kekebalan tubuh manusia akan melemah dan tidak mampu lagi melawan beragam infeksi penyakit. Kemudian ada pula yang disebut dengan Acquired Immunodeficiency Down Syndrome (AIDS) yang merupakan kondisi lanjutan dari HIV dimana sistem kekebalan tubuh tidak dapat lagi berfungsi dengan baik atau tidak dapat lagi berfungsi sama sekali (Stolley & Glass, 2009). Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan individu yang positif mengidap HIV maupun AIDS. ODHA merasakan dan mengalami tindak diskriminasi yang dilakukan oleh masyarakat baik secara verbal maupun nonverbal. Perasaan terdiskriminas yang dialami oleh ODHA merupakan hasil persepsi mereka tentang bagaimana mereka mempersepsikan diskriminasi yang dialami secara langsung maupun tidak langsung. Diskriminasi yang dialami secara langsung bisa berupa verbal maupun nonverbal. Diskriminasi secara verbal berupa hinaan, membicarakan ODHA secara terang-terangan atau bergosip dan diskriminasi secara nonverbal berupa isolasi fisik dan sosial (isolation), kehilangan respek, kehilangan hak untuk mengambil keputusan, dan kehilangan hak untuk mengikuti ritual keagamaan (loss of identity and roles), tidak mendapat atau tertutupnya akses terhadap : pendidikan, pelayanan kesehatan, pembelaan hukum, dan berbagai sumber daya seperti rumah, kendaraan, dan pekerjaan (loss of access to recousrces and services). Persepsi tentang diskriminasi (Perceived discrimination) didefinisikan sebagai manifestasi perilaku sikap negatif, penilaian, atau perlakuan tidak adil yang diterima oleh anggota kelompok (Banks, Kohn-Wood, & Spencer, 2006; Pascoe & Richman, 2009). Berdasarkan kajian literatur dalam Kaiser dan Major (2006) ada dua jenis utama dari bias perspektif yang dapat terjadi. Individu-individu mungkin melihat lebih banyak diskriminasi daripada yang benar-benar ada (vigilance perspective), atau mereka mungkin melihat sedikitnya diskriminasi dari yang benar-benar ada (minimization perspective). Faktor individual, situasional dan budaya mempengaruhi sejauh mana individu akan mengaggap diri mereka sebagai korban diskriminasi (Kaiser & Major 2006) dan perasaan terdiskriminasi ini dapat mempengaruhi harga diri mereka dalam kehidupan seharihari. Harga diri mempengaruhi kehidupan individu dalam berbagai cara dan individu yang memiliki harga diri yang positif mengarah pada pengembangan sifat-sifat psikologis yang sehat dan individu dengan harga diri negatif mengacu terhadap berbagai masalah emosional dan perilaku (Khanam & Moghal, 2012). Harga diri dalam psikologi digambarkan oleh Rosenbergs (1965) sebagai sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri (Tariq 2011). Rosenberg (dalam Mruk, 2006) mendefinisikan harga diri sebagai sikap positif atau negatif terhadap objek spesifik, yaitu diri
sendiri. Harga diri merefleksikan gambaran citra diri, kemampuan, pencapaian, dan nilai yang dimiliki serta sejauh mana seorang individu sukses menerapkannya. Yang dialami dan dirasakan oleh ODHA ketika terdiskriminasi terbagi menjadi 2 mekanisme. Mekanisme pertama dalam mengalami diskriminisai adalah mengalami perubahan sumber-sumber psikososial (self efficacy dan self esteem) dan keyakinan tentang keadilan, yang pada akhirnya menyebabkan terganggunya kesejahteraan psikologis (Broman, Mavaddat, and Hsu. 2000; Grollman, 2012).Mekanisme kedua dalam mengalami diskriminasi adalah menarik diri dari lingkungan sosial dan mengalami stres fisiologis sehingga meningkatkan kerentanan dalam masalah kesehatan (Sanders-Phillips et al. 2009; Grollman, 2012). Pada tahapan mekanisme pertama ODHA mengalami perubahan terhadap sumber-sumber psikososialnya, dimana salah satu sumber psikososial dalam penelitian yang dituliskan oleh Broman, Mavaddat dan Hsu (dalam Grollman 2012) ada harga diri (self esteem). Branscombe, Schmitt dan Harvey (dalam Bourguignon, dkk) mengemukakan bahwa identification model mungkin sebenarnya dapat berfungsi sebagai penyangga antara diskriminasi dengan harga diri. Berdasarkan model ini Schmitt dan Branscombe (dalam Bourguignon, dkk) menerima diskriminasi setara dengan dikecualikan atau dikeluarkan dari lingkungannya dan hal tersebut mempunyai dampak yang negatif pada harga diri. Karena perasaan saling memiliki menurut Baumeister dan Leary (dalam Bourguignon, dkk) merupakan dasar kebutuhan manusia, orang yang terdiskriminasi bereaksi terhadap pengecualian ini dengan meningkatkan perasaan dikenali oleh anggota kelompoknya dan pada ada nantinya identification model ini bisa mempunyai dampak yang positif pada harga diri. Peneliti berasumsi bahwa perceived discrimination mempunyai hubungan dan dapat mempengaruhi harga diri pada ODHA. Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan perceived discrimination dengan harga diri pada ODHA di Makassar. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Partisipan dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berdomisili di Makassar dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Karakteristik usia partisipan adalah usia 20 50 tahun. Penelitian ini mengambil partisipan dengan rentang usia tersebut dikarenakan demikian disebabkan oleh tingginya prevalensi HIV/AIDS pada rentang umur tersebut berdasarkan statistik Ditjen PP dan Kementerian Kesehatan. Sampel Dalam penelitian merupakan sampel terpakai dengan jumlah 60 responden. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball sampling. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti kali ini adalah non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Alat Ukur Penelitian Setiap alat ukur menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan (Sugiyono, 2012). Alat Ukur Perceived Discrimination Untuk mengukur persepsi tentang diskriminasi pada ODHA, peneliti mengonstruk alat ukur dengan menggunakan dimensi dalam penelitian Kaiser dan Major (2006). Dimensi yang digunakan adalah vigilance perpective dan minimization perspective. Instrumen ini terdiri dari 60 butir, dengan contoh pertanyaan sebagai berikut, Karena status HIV/AIDS saya: saya mendapat kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan Pilihan respons yang diberikan terhadap setiap butir adalah dengan menggunakan skala likert, yaitu (1) Tidak pernah (0 kali), (2) Jarang (1-3 kali), (3) Kadangkadang (4-6 kali), (4) Sering (7-9 kali), (5) Selalu ( 10 kali). Alat Ukur Harga Diri Untuk mengukur harga diri, peneliti memilih untuk mengadaptasi Rosenberg Self-Esteem Scale oleh Morris Rosenberg (1989). Instrumen ini terdiri dari 10butir, dengan contoh pertanyaan sebagai berikut, Secara keseluruhan, saya merasa puas atas diri saya. Pilihan respons yang diberikan terhadap setiap butir adalah dengan menggunakan skala likert, yaitu (1) Sangat tidak setuju, (2) Tidak setuju, (3) Setuju, (4) Sangat setuju. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Uji validitas isi dilakukan pada tanggal 16 Desember 2013, dengan ahli yaitu Juneman S.Psi., M.Si dan Esther Widhi Andangsari, M.Psi., Psikolog. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun sebelumnya (Sugiyono, 2012). Dalam pengujian alat ukur tiap variabel, menggunakan expert judgement dan validitas konstruk. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Uji korelasi butir total (corrected item total correlation) untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas melalui teknik Alpha Cronbach. Kedua analisis tersebut menggunakan program computer Statitiscal Packages for Social Science (SPSS) versi 20. Validitas konstruksi dikatakan kuat apabila korelasi dari tiap butir dengan skor totalnya memiliki nilai yang positif dan besarnya 0,25 ke atas. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk itu, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Apabila nilai dari Alpha Cronbach yang diperoleh lebih dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa item reliabel. Prosedur Penelitian Tahap awal dalam pelaksanaan penelitian peneliti membuat alat ukur dari masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan uji validitas isi yang dievaluasi oleh expert judgment. Setelah item dievaluasi, kemudian dilakukan pilot study kepada 30 subjek terpakai untuk diuji coba. Setelah itu dilihat nilai validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas pada data yang didapatkan dari hasil uji alat ukur, item yang tidak valid dihapus agar mendapatkan nilai reliabilitas diatas 0,60. Peneliti menyusun item-item kembali setelah penghapusan untuk di penelitian berikutnya. Setelah itu, peneliti menyebarkan kuesioner di beberapa Puskesmas yang ada di Makassar. HASIL DAN BAHASAN Tabel 1.1 Korelasi antara perceived discrimination dengan harga diri pada ODHA di Makassar Perceived discrimination Harga diri Perceived discrimination Harga diri Pearson 1 -.408 ** Correlation Sig. (2-tailed).001 N 60 60 Pearson -.408 ** 1 Correlation Sig. (2-tailed).001 N 60 60 Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,408 dengan signifikansi (p) sebesar 0,001 pada taraf signifikan 0,01. Hasil pengolahan data diatas yang menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,408 berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perceived discrimination dengan harga diri pada ODHA di Makassar. Dari hasil penelitian, hipotesa nol (H 0 ) yang berbunyi Tidak ada hubungan antara perceived discrimination dengan harga diri pada ODHA di Makassar ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (H 1 ) yang berbunyi Ada hubungan antara perceived discrimination dengan harga diri
pada ODHA di Makassar diterima. Artinya, semakin tinggi persepsi tentang diskriminasi ODHA, maka semakin rendah harga diri ODHA begitu pula sebaliknya. Untuk dapat melihat seberapa besar kedua variabel tersebut berhubungan, peneliti kemudian mengkuadratkan nilai korelasi sehingga didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,16 (r 2 = -,408 2 ). Nilai koefisien determinasi sebesar 0,16 berarti variasi dari nilai persepsi tentang diskriminasi dapat diperdiksi berdasarkan hubungannya dengan harga diri sebesar 16% dan sebesar 84% (100%-16%) mempunyai hubungan dengan faktor atau variabel yang lain. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, simpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara perceived discrimination dengan harga diri pada ODHA di Makassar. Dimana semakin tingginya persepsi tentang diskriminasi pada ODHA di Makassar maka harga diri mereka akan semakin rendah demikian pula sebaliknya, dimana semakin rendahnya persepsi tentang diskriminasi pada ODHA di Makassar maka harga diri mereka akan semakin tinggi.peneliti menemukan bahwa H 1 diterima dan H 0 ditolak. Saran Saran Teoritis Mempersiapkan segala sesuatu dengan baik dan mempertimbangkan untuk melakukan analisis prediktif pada variabel perceived discrimination, memperhatikan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial dan psikologis pada ODHA yang berkaitan dengan perceived discrimination, sebaiknya mendampingi responden dalam pengerjaannya agar memastikan kuesioner yang diberikan kepada responden dapat dimengerti, bertanya langsung apabila ada aitem-aitem yang kurang dipahami dan dapat memastikan semuanya terisi dengan baik dan benar, kemudian menambahkan metode wawancara atau observasi sehingga bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang informasi yang dibutuhkan dari ODHA. Saran Praktis Diharapkan bagi LSM maupun Puskesmas yang bersangkutan dapat terbuka terhadap institusi-institusi ataupun mahasiswa yang ingin melakukan penelitian pada ODHA, dikarenakan hal tersebut bisa saja membantu meningkatkan kualitas dari LSM atau Komunitas ODHA dalam membantu perkembangan serta dapat membantu untuk lebih memahami para ODHA, memberikan pemahaman tentang persepsi dalam menanggapi suatu tindak disrkiminasi yang baik agar nantinya para ODHA tidak terlalu berlebihan atau malah cenderung mengaibakan diskriminasi yang ada. REFERENSI
Bourguignon, D., Seron, E., Yzerbyt, V., and Herman, G. (2006). Perceived Group & Personal Discrimination: Differential Effects On Personal Self Esteem. Social Psychology, Vol 26 (5), 773-789. Grollman, E.A. (2012). Health and Well-Being in Childhood and Adolescence: Multiple Forms of Perceived Discrimination and Health among Adolescents and Young Adults. Health and Social Behavior, 53(2) 199-214. Kaiser, C.K. & Major, B. (2006). A Social Psychological Perspective on Perceiving and Reporting Discrimination. Law & Social Inquiry, 801 830. Kementrian Kesehatan RI dan Ditjen PP. (2013). Hasil Laporan Survey HIV/AIDS Sampai Dengan Maret 2013. Mruk, C.J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice: Toward a positive psychology of selfesteem (3rd ed.). New York: Springer Publishing Company. Tariq, Q. (2011). Close Friendship and Its Relationship with Self-esteem, Anxiety and Life Statisfaction. Pakistan Journal of Psychology, 42, 21-34. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta. Stolley, S.K and Glass, J.E. (2009). HIV/AIDS. California: ABC-CLIO