ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI

dokumen-dokumen yang mirip
daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

ABSTRACT. Keyword : spatial economic, localization, specialization, LQ, SCP.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Jurnal Akuatika Vol. IV No. 2/ September 2013 ( ) ISSN DISPARITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS KABUPATEN TASIKMALAYA)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR

8.1. Keuangan Daerah APBD

PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DI PROVINSI JAWA BARAT RATNA CAHYANINGSIH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BERITA RESMI STATISTIK

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TASIKMALAYA FAISHAL ADLAN

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S.

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Transkripsi:

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Destiara Lismaniar Putri NIM I14100058

ABSTRAK DESTIARA LISMANIAR PUTRI. Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013. Dibimbing oleh YAYUK FARIDA BALIWATI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis potensi dan kebutuhan pangan kabupaten Tasikmalaya tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional studyberdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Produksi pangan, luas lahan pertanian pangan pokok dan jumlah penduduk di 39 kecamatan. Kebutuhan konsumsi normatif lebih besar dari konsumsi aktual pada kelompok pangan serealia, pangan hewani, dan kacang-kacangan. Hampir setiap kecamatan di kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi yang tinggi pada kelompok pangan serealia, umbi-umbian serta sayur dan buah.kecamatan yang memiliki daya dukung lahan pertanian di atas optimal 100% untuk padi, 92% untuk jagung, 36% untuk ubi kayu, dan 18% ubi jalar.potensii cadangan beras 303 258.1 ton. Kata kunci : daya dukung lahan pertanian, kebutuhan pangan,pangan, potensi ABSTRACT DESTIARA LISMANIAR PUTRI. Analysis of the Potential and Needs of FoodTasikmalayaDistrict in 2013. Supervised by YAYUK FARIDA BALIWATI. The purpose of this study was to analyze the potential and needs food of Tasikmalaya district in 2013. This study used a cross-sectional study design based on data from the National Socio economic Survey (SUSENAS), food production, the staple food of agricultural land and population in 39 districts. Normative consumption needs higher than actual consumption for cereals, animal food, and nuts. Almost every subdistrict in Tasikmalaya district has a high potential in the food groups of cereals, tubers and fruits and vegetables. Districts that have a carrying capacity of agricultural land on the optimum100% for rice, 92% for maize, 36% for cassava, and 18% for sweet potato. The potential reserves of 303 258.1 tonnes of rice Keywords: carrying capacity of farmland, food, food needs, potential

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi :Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 Nama : Destiara Lismaniar Putri NIM : I14100058 Disetujui oleh Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS Pembimbing I Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar yang berjudul Analisis dan Pengembangan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat yang diketuai oleh Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan ilmu. 2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas masukkan dan saran yang diberikan. 3. Papaku tersayang, Maman dan mamaku tersayang Lilis Setiawati atas seluruh doa, kasih sayang dan dukungan disaat senang maupun sedih kepada penulis. 4. Bagian Ketahanan Pangan Sekertariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang telah memberikan izin dalam menggunakan data konsumsi Kabupaten Tasikmalaya. 5. Adikku tersayang (Indah Lestari) atas kasih sayang, canda dan tawa serta telah menjadi penyemangat penulis. 6. Agung Praditya yang telah memeberikan dukungan dan bantuannya. 7. Sahabat sahabat di kelas TPB (Yuli, Syifa, Dewi, Febrina) atas segala keriangan, canda tawa, dan semangat kepada penulis. 8. Sahabatku tersayang (Annisa Pratiwi, Diany Olivya, Iqbar Mahendra, Rizky Ichwansyah, Widya Lestari, Yessy Niarty) yang telah menjadi penyemangat dan menemani penulis selama ini. 9. Dessy Ariyanti, Dyah Pramudita Kristin, Erik Sunandar, Sani atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar penulis. 10. Mbak Indah yang telah memberikan ilmu dan saran kepada penulis dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. 11. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang membantu terlaksana penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Destiara Lismaniar Putri

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 4 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 5 Definisi Operasional 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambaran Umum 10 Kondisi geografi dan topografi 10 Kondisi demografi dan ekonomi 10 Kebutuhan Pangan Tingkat Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya 13 Tingkat Kecukupan Pangan Kabupaten Tasikmalaya 17 Produksi pangan bersih 17 Daya Dukung Lahan Pertanian Pangan Pokok 23 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 39

DAFTAR TABEL 1. Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan... 5 2. Konsumsi normatif per kelompok pangan... 6 3. Faktor Konversi Penggunaan Komoditas Pangan untuk Benih, PakanTernak, dan Tercecer... 7 4. Kategori tingkat kecukupan... 8 5. Jumlah penduduk dan kepadadan penduduk per kecamatan tahun 2012... 11 6. PDRB atas harga konstan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009-2011 (dalam juta rupiah)... 12 7. Kebutuhan konsumsi pangan normatif dan aktual* Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 14 8. Produksi pangan bersih tingkat kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012... 18 9. Tingkat Kecukupan Pangan tingkat Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 20 10. Kecamatan berdasarkan kategori tingkat kecukupan pangandi Kabupaten Tasikmalaya... 21 11. Kecamatan yang berpotensi sebagai basis produksiberdasarkan kelompok pangan... 22 12. Persentase daya dukung lahan pertanian kecamatan... 24 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmlaya tahun 2013... 4 2. Peta Kabupaten Tasikmalaya... 10 3. Kebutuhan pangan serealia Kabupaten Tasikmalaya... 14 4. Kebutuhan pangan umbi-umbian Kabupaten Tasikmalaya... 15 5. Kebutuhan kacang-kacangan tingkat Kecamatan Tasikmalaya... 16 6. Kebutuhan Pangan hewani Kabupaten Tasikmalaya... 16 7. Kebutuhan sayur dan buah Kabupaten Tasikmalaya tingkat kecamatan tahun 2013... 17 DAFTAR LAMPIRAN 8. Kebutuhan pangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 29 9. Tingkat Kecukupan Pangan serealia Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 30 10. Tingkat Kecukupan Pangan umbi-umbian Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 31 11. Tingkat Kecukupan Pangan kacang-kacangan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 32

12. Tingkat Kecukupan Pangan pangan hewani Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 33 13. Tingkat Kecukupan Pangan sayur dan buah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013... 34 14. Daya dukung lahan pertanian padi... 35 15. Daya dukung lahan pertanian jagung... 36 16. Daya dukung lahan pertanian ubi kayu... 37 17. Daya dukung lahan pertanian ubi jalar... 38

PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Universal Declaration of Human Right menyatakan bahwa hak atas pangan merupakan bagian penting dari hak asasi manusia. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan, hal ini tertuang dalam UU no. 18 tahun 2012. Ketersediaan, distribusi, dan konsumsi merupakan aspek dalam sistem ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan menjadi prioritas ke-5 dalam RPJMN 2010-2014 salah satunya ialah dengan cara peningkatan produksi dan produktivitas agar tercapainya ketersediaan pangan yang memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia. Teori Malthus menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertumbuhan pangan seperti deret hitung. Pernyataan ini memiliki makna bahwa pangan akan menjadi kelangkaan karena kebutuhan pangan lebih tinggi dibandingkan ketersediaan pangan. Hal ini membutuhkan suatu sistem yang baik terkait pangan agar ketersediaan pangan mampu memenuhi kebutuhan pangan manusia. Daya dukung lahan memiliki peran dalam hal ini karena menurut Moniaga (2011) kemampuan bahan pada suatu satuan lahan untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk penggunaan lahan, yang pada akhirnya tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama bahan makanan. Ketersediaan pangan terdiri dari produksi, cadangan, dan impor. Jellife & Jellife (1989) mengatakan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi ketersediaan pangan ialah kondisi lingkungan yang terdiri atas iklim, luas lahan, kesuburan, sumber daya, dan air. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang Kabupaten Tasikmalaya sebesar9.05% untuk gizi kurang dan 0.56% untuk gizi buruk (Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya 2009). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk dikabupaten Tasikmalaya lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di provinsi Jawa barat dan Nasional. Hasil Risksedas (2010) prevalensi gizi buruk dan gizi kurang Provinsi Jawa Barat sebesar 13%, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang nasional sebesar 17.9%.Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di kabupaten Tasikmalaya juga sudah di bawah angka prevalensi yang di targetkan pada MDGs 2015 yakni kurang dari 18.5%. Namun, adanya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang Kabupaten Tasikmalaya tetap perlu diatasi salah satu caranya adalah dengan pengelolaan sumber daya pangan pangan terkait produksi dan pemanfaatan lahan yang optimal sehingga terciptanya keunggulan komparatif setiap wilayah di Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu upaya dalam mengurangi prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Kabupaten Tasikmalaya. Kerangka berpikir UNICEF memposisikan kebijakan dan politik sebagai akar masalah dalam penentuan status gizi. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan berpengaruh terhadap situasi ketahanan pangan terkait aspek ketersediaan,

2 distribusi, dan konsumsi. Misi kedua dalam RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Mewujudkan Perekonomian yang tangguh Berbasis Pedesaan dengan keunggulan Agribisnis. Kebijakan tersebut menempatkan sisi akses pangan melalui perekonomian yang tangguh dan sisi ketersediaan pangan dengan menerapkan keunggulan agribisnis. Sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya merupakan sektor yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap total PDRB kabupaten tasikmalaya tahun 2011 yakni sebesar 41.8% dengan nilai PDRB dari sektor pertanian Rp. 2505 563 850000 dan total PDRB Kabupaten Tasikmalaya sebesar RP. 5 995 402 690 000 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya 2012). Peraturan daerah provinsi Jawa barat nomor 22 tahun 2010 tentang rencana tata ruang wilayah provinsi Jawa barat tahun 2009-2029 Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah pengembangan priangan timur yang berpotensi untuk dikembangkan dalam sektor pertanian, hal ini menunjukan bahwa potensi pertanian di kabupaten Tasikmalaya cukup tinggi. Potensi wilayah diperlukan dalam upaya pengembangan pangan agar tercapainya keunggulan agribisnis yang mendukung terciptanya ketahanan pangan di Kabupaten Tasikmalaya. Oleh karena itu, Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan di Kabupaten Tasikmalaya perlu diteliti agar dapat menjadi bahan masukan dalam perencanaan dan program di Kabupaten Tasikmalaya sehingga dapat tercapai ketahanan pangan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi dan kebutuhan pangan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kebutuhan pangan aktual dan normatif di Kabupaten Tasikmalaya. 2. Menganalisis tingkat kecukupan pangan Kabupaten Tasikmalaya. 3. Menganalisis daya dukung lahan pertanian pangan pokok sumber karbohidrat dan cadangan pangan pokok. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tingkat kecukupan pangan yang memadai. 2. Daya dukung lahan pertanian pangan pokok sumber karbohidrat di Kabupaten Tasikmalaya diatas optimal. 3. Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi dalam pengembangan cadangan pangan pokok sumber karbohidrat.

3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah Kebupaten Tasikmalaya dalam mengambil kebijakan mengenai pangan di Kabupaten Tasikmalaya. KERANGKA PEMIKIRAN Laju pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk terus meningkat menyebabkan meningkatnya kebutuhan penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan berasal dari produksi domestik dan pasokan. Kebutuhan pangan dapat mempengaruhi status gizi, jika kebutuhan pangan tercukupi maka status gizi penduduk akan baik. Namun jika, kebutuhan pangan maka prevalensi gzi buruk dapat meningkat. Ketersediaan pangan merupakan salah satu pendukung terciptanya ketahanan pangan suatu wilayah disamping distribusi dan konsumsi pangan. Penyebab tidak langsung terhadap status gizi penduduk ialah ketersediaan pangan. Luas lahan, produktivitas, modal, teknologi, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi pangan bersih sehingga mepengaruhi tingkat kecukupan pangan. Tingkat kecukupan pangan dan kebutuhan pangan wilayah akan menentukan potensi pangan. Wilayah yang berbeda memiliki potensi lahan yang berbeda sehingga adanya keunggulan komparatif antar wilayah. Keunggulan potensi pangan yang berbeda dapat saling mendukung dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk sehingga wilayah tersebut dapat mencapai ketahanan pangan melalui analisis potensi dan kebutuhan pangan. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian yang berjudul Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

4 Jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk Kebutuhan pangan - Luas lahan - Produktivitas - Konsumsi aktual - Konsumsi normatif Kecukupan Pangan - Modal - Tenaga kerja - Teknologi Status gizi Potensi pangan Keterangan : : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Potensi dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Tasikmlaya tahun 2013 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dimana peneliti berusaha mengumpulkan berbagai informasi pada suatu waktu dan peneliti tidak melakukan atau memberikan intervensi apapun kepada contoh. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Kabupaten Tasikmalaya sebagai lokasi penelitian ialah karena variasi potensi lahan pertanian dan budi daya perikanan di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan bulan dimulai dari bulan Maret tahun 2014 sampai bulan Mei tahun 2014. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah kantor pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya.

5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh melalui berbagai studi pustaka maupun dari dinas atau instansi terkait.penelusuran data dan informasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya dengan rincian pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1 Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan No Jenis Data Sumber 1 Data demografi meliputi jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012-2013 Kab. Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2013 BPS 2 Produksi pangan padi-padian, umbi-umbian, buah dan sayur Kabupaten Tasikmalaya Tahun Kab. Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2013 BPS 2012 3 Produksi peternakan dan perikanan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 Kab. Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2013 BPS 4 Data lahan pangan pokok (padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu) Kab. Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2013 BPS 5 Data konsumsi pangan tahun 2012 Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2012 BPS Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengolahan data yang dilakukan ialah 1) perhitungan potensi pangan per kecamatan 2) perhitungan kebutuhan pangan 3) analisis daya dukung lahan pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft Excell dan analisis inferensia dengan korelasi pearson menggunakan SPSS 16. Tahapan awal pengolahan data ketersediaan pangan adalah rekap data pokok berupa data jumlah penduduk, data produksi pangan aktual dan faktor konversi pangan. Setelah itu dilakukan editing dan cleaning data. 1. Kebutuhan pangan aktual dan normatif. Data konsumsi pangan yang digunakan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi penduduk Kabupaten Tasikmalaya dalam satuan (kg/kapita/minggu) pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2012. Data konsumsi tersebut dikonversi sebesar 110% untuk diperoleh jumlah ketersediaan pangan penduduk.kebutuhan pangan aktual diperoleh dari konsumsi aktual penduduk kg/kapita/tahun dikali dengan jumlah penduduk. Sedangkan, untuk kebutuhan pangan normatif diperoleh dari konsumsi normatif dikali dengan jumlah penduduk.

6 Tabel 2 Konsumsi normatif per kelompok pangan Kelompok Pangan Konsumsi normatif (gram/kapita/hari) Padi-padian 275 (Setara beras) Umbi-umbian 25(Setara ubi kayu) Pangan hewani 150 (Setara telur) Minyak dan lemak 25 Buah/biji berminyak 10 Kacang-kacangan 35(Setara Kedelai) Gula 30 Sayur dan Buah 250 (Setara sayur) Lain-lain -25 Sumber: FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009 2. Penghitungan Potensi Pangan per Kecamatan berdasarkan tingkat kecukupan pangan. Pertama, dihitung Produksi bersih kelima kelompok pangan yakni Pangan Serealia (padi, jagung), Umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang), Pangan Hewani (ikan, telur, susu, daging ruminansia, daging unggas), Kacang-kacangan (kacang merah, kacang tanah, kacang hijau, kedelai), Sayur dan Buah. Perhitungan potensi pangan hanya dilakukan pada kelima kelompok pangan karena data produksi aktual kelompok pangan buah dan biji berminyak, minyak dan lemak, dan gula tidak terdapat dalam data produksi pangan di Kabupaten Tasikmalaya. Penghitungan Produksi bersih pangan tersebut dengan menggunakan rumus berikut: Produksi bersih = Produksi (ATAP)-(Penggunaan untuk benih+pakan ternak+tercecer) Penggunaan benih, pakan, ternak, tercecer dihitung dengan rumus berikut: Keterangan: P = produksi ATAP Benih (s)= P x Faktor Konversi Pakan ternak (f)= P x Faktor Konversi Tercecer (w)= P x Faktor Konversi Adapun faktor konversi padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar terdapat pada Tabel 3 dibawah ini.

7 Tabel 3 Faktor Konversi Penggunaan Komoditas Pangan untuk Benih, PakanTernak, dan Tercecer Jenis Pangan Angka Konversi Penggunaan (%) Benih Pakan Ternak Tercecer Padi 0,9 0,44 5,4 Jagung 0,9 6 5 Ubi Kayu - 2 2,13 Ubi Jalar - 2 10 Setelah diperoleh hasil bahan makanan kemudian dilakukan perhitungan agar diperoleh hasil dalam satuan Kg/Kapita/tahun dan gram/kapita/hari dengan rumus sebagai berikut: Produksi Gram/kapita/hari = Kedua, Penghitungan tingkat kecukupan pangan (I AV ); dengan menggunakan rumus sebagai berikut: I AV = F/ Konsumsi Normatif Keterangan: I AV : Tingkat Kecukupan Pangan C norm : Konsumsi Normatif; dan F : Produksi pangan bersih. Jika nilai I AV kurang dari 1, maka daerah tersebut defisit pangan atau kebutuhan konsumsi normatif tidak bisa dipenuhi dari produksi bersih yang tersedia di daerah tersebut. Jika nilai I AV lebih dari 1, maka hal ini menunjukkan kondisi surplus pangan di daerah tersebut. Berikut adalah kategori kecukupan pangan berdasarkan rasio konsumsi normatif.

8 Tabel 4 Kategori tingkat kecukupan No. Tingkat kecukupan (IAV) Kategori 1 >= 1.5 Surplus tinggi 2 1.25-1.5 Surplus sedang 3 1.00-1.25 Surplus rendah 4 0.75-1.00 Defisit rendah 5 0.50-0.75 Defisit sedang 6 <0.50 Defisit tinggi Sumber: FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009 3. Daya dukung lahan pertanian Pertama, menghitung daya dukung lahan pertanian pangan pokok dihitung dengan formula berdasarkan teori Odum, Christeiler, Ebenezer Howard dan Issard dalam Soehardjo dan Tukiran, 1990 dalam Moniaga, 2011 sebagai berikut: Keterangan : α = X/K α= daya dukung lahan X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman pangan/kepala. (X dicari dengan menggunakan rumus) X = Luas panen/jumlah penduduk K = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan. (K dicari dengan rumus) K = konsumsi minimal/produksi rata-rata Konsumsi Fisik Minimal (KFM) dihitung berdasarkan kebutuhan konsumsi normatif setara beras sebesar 77.38 kg/kapita/thn untuk padi. Konsumsi Fisik Minimal (KFM) jagung dihitung berdasarkan proporsi konsumsi aktual padipadian 0.03 kg/kapita/thn. Konsumsi Fisik Minimal (KFM) ubi kayu dan ubi jalar berdasarkan proporsi konsumsi aktual umbi-umbian yakni 9.4 kg/kapita/thn untuk ubi kayu, dan 2.06 kg/kapita/thn untuk ubi jalar. Criteria nilai α, dimasukkan dalam standar evaluasi sebagai berikut : α > 1, berarti wilayah tersebut diatas optimal. α < 1, berarti wilayah tersebut dibawah optimal. Optimal α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang optimal. Perhitungan daya dukung lahan pertanian hanya terhadap lahan pertanian pangan pokok karena PDRB subsektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB sektor pertanian kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 yakni sebesar 65.7% (subsektor tanaman bahan makanan Rp.1 647 953 860 000 dan sektor pertanian Rp. 2 505 563 850 000).

9 Definisi Operasional Kebutuhan Pangan adalah jumlah pangan (serealia, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah) yang harus dipenuhi untuk memenuhi konsumsi penduduk di suatu wilayah dan terukur dari jumlah konsumsi pangan normatif dikalikan dengan jumlah penduduk. Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan dan waktu tertentu dan diukur secara kuantitatif (AKE dan AKP). Produksi pangan bersih adalah jumlah pangan (serealia, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah) yang dihasilkan dalam suatu wilayah untuk memenuhi konsumsi pangan penduduk dapat diukur dalam satuan kg/kapitan/tahun ataun ton/tahun. Tingkat Kecukupan Pangan adalah ukuran ketersediaan pangan suatu wilayah yang diperoleh dari rasio produksi pangan bersih dengan kebutuhan konsumsi normatif (seperti yang terdapat pada Tabel 2). Daya Dukung Lahan adalahkemampuan suatu lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia khususnya kebutuhan pangan yang diukur berdsarkan rasio luas panen tanaman pangan dengan konsumsi fisik mimimum dibagi produksi tanaman pangan/ha/tahun.

10 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kondisi geografi dan topografi Kabupaten Tasikmalaya mengalami pemekaran secara bertahap pada tahun 2000-2005 yang terbagi kedalam 39 kecamatan dan terdiri dari 351 desa. Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran 269907hektar dimana 218 154hektar dipergunakan sebagai lahan pertanian dan 51753hektar merupakan lahan bukan pertanian. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara 7º02 dan 7º50 Lintang Selatan serta 109º97 dan 108º25 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya SebelahTimur : Kabupaten Ciamis SebelahSelatan : Samudra Indonesia SebelahBarat : Kabupaten Garut Gambar 2 Peta Kabupaten Tasikmalaya Kondisi demografi dan ekonomi Kepadatan penduduk di Kabupaten Tasikmalaya masih tergolong cukup rendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat yakni 634 orang/km 2 (Tasikmalaya dalam angka 2013). Jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 1716178 orang dengan komposisi penduduk perempuan 860999 dan penduduk laki-laki 855.179hal ini yang menyebabkan Rasio Jenis kelamin/sex ratio berada dibawah angka 100 yaitu sebesar 99.32 persen. Bila dirinci menurut kecamatan tidak sedikit diantaranya yang jumlah penduduk laki-lakinya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan.laju pertumbuhan penduduk positif sebesar 1.40 % per tahun. Jumlah penduduk dan kepadatan penduuduk per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah penduduk dan kepadadan penduduk per kecamatan tahun 2012 No Kecamatan Jumlah penduduk Kepadan per Km 2 1 Cipatujah 64394 261 2 Karangnunggal 82735 607 3 Cikalong 62542 448 4 Pancatengah 45886 227 5 Cikatomas 48799 368 6 Cibalong 31154 532 7 Parungponteng 34219 724 8 Bantarkalong 35024 585 9 Bojongasih 19609 508 10 Culamega 23427 343 11 Bojonggambir 39273 232 12 Sodonghilir 63876 686 13 Taraju 38233 685 14 Salawu 58714 1163 15 Puspahiang 33380 957 16 Tanjungjaya 43300 1180 17 Sukaraja 50250 1166 18 Salopa 49620 408 19 Jatiwaras 48967 667 20 Cineam 33930 431 21 Karangjaya 12717 266 22 Manonjaya 61603 1563 23 Gunungtanjung 28163 776 24 Singaparna 67301 2712 25 Sukarame 40131 1354 26 Mangunreja 38046 1910 27 Cigalontang 69386 579 28 Leuwisari 37296 700 29 Sariwangi 31104 626 30 Padakembang 36483 968 31 Sukaratu 44794 784 32 Cisayong 53739 905 33 Sukahening 29990 1055 34 Rajapolah 45810 2135 35 Jamanis 33070 1554 36 Ciawi 58994 1302 37 Kadipaten 33617 734 38 Pagerageung 52480 786 39 Sukaresik 34125 1917 Tasikmalaya 1716178 634 11

12 Persentase penduduk yang tingkat pendidikan di atas Sekolah menengah atas sebesar 35% dan 65% penduduk dengan tingkat pendidikan Sekolah menengah atas atau di bawahnya (Badan pusat statistik Kabupaten Tasikmalaya 2012). Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 adalah sebesar 4.32% sebagian besar masih didominasi oleh sektor pertanian. Kemampuan ekonomi dapat dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya. Produktivitas total daerah dapat menggambarkan seberapa besar tingkat produktivitas dari tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian suatu daerah. Peningkatan nilai PDRB kabupaten Tasikmalaya terus terjadi pada setiap tahunnya yakni antara tahun 2009-2011. Hal ini terjadi pada atas dasar harga konstan. Diantara sembilan sektor/lapangan usaha, yang berkontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya adalah sektor/lapangan usahapertanian disusul kemudian oleh sektor/ lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran. Sektor/lapangan usaha yang kontribusinya paling kecil terhadap PDRB adalah sektor/lapangan usaha listrik, gas, dan air bersih. Tabel 6 PDRB atas harga konstan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009-2011 (dalam juta rupiah) LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011-1 -2-3 -4 1. PERTANIAN 2 483 928.8 2.536 219.01 2.505.563.85 a. Tanaman Bahan Makanan 1 631 449.60 1.663 338..93 1.647.953.86 b. Tanaman Perkebunan 338 369.54 349 525.70 345.083.93 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 187 338.75 191 116.39 187.030.71 d. Kehutanan 192 268.68 194 005.44 188.271.53 e. Perikanan 134 502.21 138.232.56 137.223.81 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 12 371.50 13 096.42 12.685.64 a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0,00 0.00 b. Pertambangan tanpa Migas 294.17 304.75 298.22 c. Penggalian 12 077.33 12 791.67 12.387.42 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 12 077.33 423 919.26 465.057.02 a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 1). Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 2). Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 b. Industri Tanpa Migas 406 255.31 423 919.26 465 050.2 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 57.302.24 58 149.85 60.921.11 a. Listrik 55.357.89 58 149.85 58.813.48 b. Gas Kota 0.00 0.00 0.00 c. Air Bersih 1.944.35 2.030.49 2.107.63 5. BANGUNAN 40 291.15 40.909.21 42.615.48 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1 198 961.51 1 286 595.81 1.414.164.13 a. Perdagangan Besar dan Eceran 1 097 816.51 1 178 615.17 1 301 231.98 b. H o t e l 125.02 125.67 137.86 c. Restoran 101 019.99 107 854.96 112 794.29 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 268 082.74 282 627.58 286 178.50 a. Pengangkutan 203 872.60 218041.70 204 601.61 1. Angkutan Rel 50 759.02 50.346.61 0.00 2. Angkutan Jalan Raya 133 543.12 146 813.66 180604.37

13 Lanjutan Tabel 6 PDRB Atas Harga Konstan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009-2011 (dalam juta rupiah) LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011-1 -2-3 -4 3. Angkutan Laut 0.00 0.00 0.00 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan 0.00 0.00 0.00 5. Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 6. Jasa Penunjang Angkutan 19 570.45 20 881.43 23 997.23 b. Komunikasi 64 210.14 64 585.87 81 576.89 1. Pos dan Telekomunikasi 64 210.14 64 585.87 81 576.89 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0.00 0.00 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 211 460.10 224 201.34 24 101.93 a. Bank 58 851.50 64 550.13 72 161.02 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 33 111.58 33 684.11 38 882.94 c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 d. Sewa Bangunan 94 564.57 99 919.62 102 256.60 e. Jasa Perusahaan 24 932.44 26 047.48 27 717.37 9. JASA-JASA 838 326.05 889 430.55 967 199.03 a. Pemerintahan Umum 732 941.24 779 457.45 837 440.11 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 316 064.96 336 124.06 371 546.89 2. Jasa Pemerintah lainnya 416876.28 443 333.39 465 893.22 b. Swasta 105 384.81 109 973.10 127 58.92 1. Sosial Kemasyarakatan 50 173.57 50 963.90 57 600.90 2. Hiburan dan Rekreasi 1 794.86 1 901.24 2 148.53 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1 794.86 57 107.96 70 009.49 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5 516979.39 5.755.149.02 5 995 402.69 Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Tasikmalaya 2012 Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 sebesar 5 995402690000 rupiah. Nilai PDRB pada tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2010 dengan nilai sebesar 5 775 149020000 rupiah. Laju pertumbuhan PDRB dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 9.1% dengan rata-rata laju PDRB dari tahung 2009 hingga 2011 sebesar 8.1%. Pada tahun 2011, pertanian merupakan sektor usaha yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB. Kontribusi yang diberikan oleh sektor pertaniankurang dari setengah total PDRB Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebesar 41.8%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 26.2%. Kebutuhan Pangan Tingkat Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya Kebutuhan ialah sesuatu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup. Pangan merupakan kebutuhan mendasar yang wajib dipenuhi, kebutuhan pangan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan pangan yang tidak terpenuhi akan menjadi masalah pangan. Hal ini tertuang dalam UU no 18 tahun 2012 tentang pangan bahwa masalah pangan adalah kedaan kekurangan, kelebihan, dan atau ketidakmampuan perseorangan atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kemanan pangan. Kebutuhan pangan

14 merupakan kebutuhan mendasar yang wajib dipenuhi oleh suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya. Pemerintah dan pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan berkewajiban: 1) mengatur, mengembangkan, dan mengalokasikan lahan pertanian dan sumber daya air; 2) memberikan penyuluhan dan pendampingan; 3) menghilangkan berbagai kebijakan yang berdampak pada penurunan daya saing; 4) melakukan pengalokasian anggaran. Menurut Krisnamurti (2003) peningkatan kebutuhan pangan terbesar akan terjadi pada negara-negara berkembang sedangkan peningkatan produksi pangan dunia akan bersumber dari negara-negara maju. Selain itu, menurut Atmanti (2010) Indonesia diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan agar tercapainya kemandirian pangan. Kebutuhan pangan dibagi menjadi 2 yakni kebutuhan pangan aktual dan kebutuhan pangan normatif. Menurut Handayati et al (2008) konsumsi pangan yang baik diperlukan karena konsumsi pangan merupakan aspek penentu pencapaian status gizi yang baik. Konsumsi pangan dibagi menjadi 2 yakni konsumsi pangan normatif dan konsumsi pangan aktual. Konsumsi normatif dan aktual (gram/kapita/hari) Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kebutuhan konsumsi pangan normatif dan aktual* Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 Kelompok pangan Konsumsi (gram/kapita/hari) Normatif Aktual Serealia (setara beras) 275 261 Umbi-umbian (setara ubi kayu) 25 33 Kacang-kacangan (setara kedelai) 35 13 Pangan hewani (setara telur) 150 55 Sayur dan buah (setara bayam) 250 278 *Berdasarkan data SUSENAS Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 Kebutuhan pangan aktual ialah kebutuhan pangan untuk konsumsi berdasarkan konsumsi aktual penduduk di Kabupaten Tasikmalaya. Kebutuhan pangan wilayah dapat diukur dari konsumsi normatif di kalikan dengan jumlah penduduk dengan satuan Kg/kapita/tahun atau ton/tahun. Kebutuhan berdasarkan kelompok pangan yang akan dibahas pada pembahasan ini ialah serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, pangan hewani, serta sayur dan buah. Kebutuhan pangan serealia dapat dilihat pada Gambar 3. 9000,0 8000,0 7000,0 6000,0 5000,0 4000,0 3000,0 2000,0 1000,0 0,0 Kebutuhan konsumsi aktual (ton) Kebutuhan konsumsi normatif (ton) Gambar 3 Kebutuhan pangan serealia Kabupaten Tasikmalaya

Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamega Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Sukarame Mangunreja Cigalontang Leuwisari Sariwangi Padakembang Sukaratu Cisayong Sukahening Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik 15 Kebutuhan konsumsi normatif serealia di setiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya lebih tinggi dari dari kebutuhan konsumsi aktual karena konsumsi aktual penduduk kabupaten Tasikmalaya lebih rendah dibandingkan konsumsi normatif yang dianjurkan yakni 275 gram/kapita/hari untuk kelompok pangan seralia. Rata-rata konsumsi aktual kelompok pangan serealia yakni 261 gram/kapita/hari. Kebutuhan pangan untuk konsumsi tertinggi terdapat di kecamatan Karangnunggal sebesar 7885,54 ton/tahun untuk konsumsi aktual dan 8304,53 ton/tahun untuk konsumsi normatif. Hal ini karena kecamatan Karangnunggal memiliki jumlah penduduk tertinggi di antara 38 kecamatan lainnya. 1200,0 1000,0 800,0 600,0 400,0 200,0 0,0 Kebutuhan Konsumsi Aktual Kebutuhan Konsumsi Normatif Gambar 4 Kebutuhan pangan umbi-umbian Kabupaten Tasikmalaya Konsumsi aktual umbi-umbian penduduk Kabupaten Tasikmalaya cukup tinggi yakni 33 gram/kapita/tahun hal ini dibuktikan oleh Gambar 4. Karena kebutuhan pangan untuk konsumsi aktual lebih tinggi dari kebutuhan pangan konsumsi normatif yang dianjurkan sebesar 25 gram/kapita/hari. Berbeda dengan umbi-umbian konsumsi aktual kacang-kacangan sebesar 13 gram masih dibawah konsumsi normatif yang dianjurkan sebesar 35 gram/kapita/hari. Hal ini digambarkan pada Gambar 5 dibawah ini.

Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamega Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Sukarame Mangunreja Cigalontang Leuwisari Sariwangi Padakembang Sukaratu Cisayong Sukahening Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamega Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Sukarame Mangunreja Cigalontang Leuwisari Sariwangi Padakembang Sukaratu Cisayong Sukahening Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik 16 1200,0 1000,0 800,0 Kebutuhan Konsumsi Aktual Kebutuhan Konsumsi Normatif 600,0 400,0 200,0 0,0 Gambar 5 Kebutuhan kacang-kacangan tingkat Kecamatan Tasikmalaya Konsumsi kacang-kacangan masih dibawah konsumsi normatif terlihat pada kebutuhan kacang-kacangan untuk konsumsi aktual lebih rendah dari kebutuhan pangan untuk konsumsi normatif. Hal yang serupa terjadi pada kelompok pangan hewani karena konsumsi aktual pangan hewani penduduk sebesar 55 gram/kapita/hari lebih rendah dari konsumsi normatif pangan hewani yang dianjurkan sebesar 150 gram/kapita/hari. Hal ini diindikasikan oleh kebutuhan pangan untuk konsumsi aktual lebih rendah dibandingkan kebutuhan pangan untuk konsumsi normatif. Menurut Handayani et al (2008) pangan hewani yang sering dikonsumsi manusia ialah daging ayam, daging angsa, daging domba, daging sapi, dan daging kerbau. Kebutuhan konsumsi aktual dan normatif pangan hewani dapat dilihat pada Gambar 6. 5000,0 4500,0 4000,0 3500,0 3000,0 2500,0 2000,0 1500,0 1000,0 500,0 0,0 Kebutuhan Konsumsi Aktual Kebutuhan Konsumsi Normatif Gambar 6 Kebutuhan Pangan hewani Kabupaten Tasikmalaya

Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamega Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Sukarame Mangunreja Cigalontang Leuwisari Sariwangi Padakembang Sukaratu Cisayong Sukahening Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik 17 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Kebutuhan Konsumsi Aktual Gambar 7 Kebutuhan sayur dan buah Kabupaten Tasikmalaya tingkat kecamatan tahun 2013 Kebutuhan pangan sayur dan buah untuk konsumsi aktual lebih tinggi dibandingkan kebutuhan pangan sayur dan buah untuk komsi normatif. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi aktual penduduk di seluruh kecamatan Kabupaten Tasikmalaya sebesar 278 gram/kapita/hari lebih tinggi dibandingkan kebutuhan konsumsi normatif yang dianjurkan sebesar 250 gram/kapita/hari. Tingkat Kecukupan Pangan Kabupaten Tasikmalaya Produksi pangan bersih Produksi pangan merupakan bagian dari ketersediaan pangan yang terdiri atas produksi, cadangan, dan impor. Pangan dapat dipenuhi jika diiringi dengan produksi yang cukup oleh karena itu produksi pangan ialah bagian utama dalam memenuhi kebutuhan pangan suatu wilayah. Menurut Awasthi (2010) masalah menurunnya ketersediaan pangan dapat diatasi melalui peningkatan produktivitas. Produksi pangan dibagi menjadi 2 yakni produksi pangan aktual dan produksi pangan bersih. Produksi pangan bersih diperoleh dari produksi pangan aktual dikurangi faktor lainnya (pakan,bibit, benih, tercecer). Konsumsi penduduk wilayah dipenuhi oleh produksi pangan bersih. Produksi pangan bersih kelima kelompok pangan yakni serealia (padi dan jagung), Umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, dan kentang), Kacang-kacangan (kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai), Pangan hewani (Ikan, daging ruminansia, daging unggas, telur, dan susu), dan Sayur serta buah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

18 Tabel 8 Produksi pangan bersih tingkat kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 Kecamatan Total Produksi (ton)/tahun Serealia Umbi-umbian Kacang-kacangan Pangan Hewani Sayur dan buah Cipatujah 28 649.7 24 498.2 731.3 932.8 38 183.9 Karangnunggal 13 346.7 16 000.5 372.0 1 431.4 6 589.1 Cikalong 12 725.9 300.7 270.2 1 087.6 8 564.8 Pancatengah 14 733.6 20 499.5 1 137.2 829.3 21 820.7 Cikatomas 9 368.9 6 539.1 270.0 1 233.6 2 183.2 Cibalong 7 508.3 12 357.8 216.9 2 185.3 2 480.8 Parungponteng 13 408.7 1 481.1 89.1 812.4 5 893.3 Bantarkalong 9 309.7 16 854.7 143.4 1 014.1 9 281.0 Bojongasih 7 757.0 15 205.7 239.2 429.6 4 857.8 Culamega 17 335.6 663.9 13.0 486.3 3 258.1 Bojonggambir 12 756.0 3 245.8 197.2 585.7 21 809.3 Sodonghilir 21 244.2 3 421.1 37.3 1 063.8 7 774.5 Taraju 12 068.2 10 749.4 195.4 844.0 10 572.3 Salawu 17 914.7 9 504.8 403.8 2 010.5 43 237.9 Puspahiang 12 627.5 7 666.9 348.1 2 137.9 23 227.9 Tanjungjaya 6 445.1 4 833.5 117.0 1 745.9 5 597.7 Sukaraja 6 498.2 68.0 53.0 1 053.9 2 135.3 Salopa 10 889.3 5 479.7 71.9 1 286.6 17 741.2 Jatiwaras 9 954.4 22 139.8 809.5 909.8 21 859.8 Cineam 7 701.4 1 609.3 10.6 1 365.7 38 001.5 Karangjaya 4 289.9 4 915.6 0.0 500.8 16 190.7 Manonjaya 6 005.9 1 060.0 106.4 1 290.3 45 704.3 Gunungtanjung 6 508.9 822.0 120.2 490.7 15 916.5 Singaparna 11 147.3 75.7 0.0 4 187.7 1 282.2 Sukarame 10 963.0 28.7 0.0 2 676.2 4 851.8 Mangunreja 10 076.3 453.5 23.6 3 426.4 440.2 Cigalontang 21 828.3 645.0 21.3 2 577.5 13 346.1 Leuwisari 14 392.0 1 094.8 11.8 6 393.6 6 857.3 Sariwangi 11 482.1 711.9 7.1 6 879.4 5 468.4 Padakembang 11 748.9 803.9 13.0 3 419.0 2 293.5 Sukaratu 14 828.8 420.8 13.3 4 921.4 765.7 Cisayong 24 769.0 1 266.9 29.3 3 519.9 1 029.0 Sukahening 8 454.3 1 636.7 149.4 1 399.8 3 863.6 Rajapolah 5 472.0 84.2 57.3 1 561.5 1 192.8 Jamanis 6 302.7 402.3 54.2 764.9 1 574.9 Ciawi 17 272.9 4 509.5 82.5 1 774.9 2 994.9 Kadipaten 16 508.5 3 167.2 527.6 868.0 2 971.4 Pagerageung 13 048.1 1 604.4 85.2 6 327.3 1 745.2 Sukaresik 8 177.4 2 125.2 128.4 2 070.7 21 079.8

19 Produksi serealia tertinggi terdapat di kecamatan Cipatujah dengan jumlah produksi per tahun sebesar 28649.7 ton, 21409 ton untuk beras dan 7240,48 ton untuk jagung (setara beras). Produksi serealia terendah terdapat di kecamatan Manonjaya, hal ini selaras dengan pembahasan sebelumnya bahwa kecamatan ini tidak memiliki potensi untuk kelompok pangan serealia. Cipatujah merupakan produsen serealia tertinggi tetapi tidak menjadi kecamatan dengan potensi serealia tertinggi hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atmanti (2010) bahwa walaupun produksi pangan tinggi tetapi tidak menjamin wilayah tersebut berpotensi tinggi karena dalam menentukan potensi terdapat variabel konsumsi yang di[pengaruhi oleh jumlah penduuduk. Produksi umbi-umbian tertinggi terdapat di kecamatan Cipatujah dengan jumlah produksi 24498,2 ton/tahun, produksi ubi kayu 23229 ton/tahun dan produksi ubi jalar 1269,4 ton/tahun (setara ubi kayu). Produksi umbi-umbian terendah terdapat di kecamatan Sukarame dengan jumlah produksi 28,7 ton/tahun. Produksi kacang-kacangan tertinggi terdapat di kecamatan Pancatengah dengan jumlah produksi 1137,2 ton/tahun. Produksi kacang-kacangan terendah terdapat di kecamatan karangjaya, singaparna, dan sukarame dengan jumlah produksi 0 ton/tahun. Produksi pangan hewani tertinggi terdapat di kecamatan Sariwangi dengan jumlah produksi 6879,36 ton/tahun. Produksi pangan hewani terendah terdapat di kecamatan Bojongasih dengan jumlah produksi 429,57 ton/tahun. Produksi pangan sayur dan buah tertinggi terdapat di kecamatan Manonjaya dengan jumlah produksi 45704,3 ton/tahun. Produksi pangan sayur dan buah terendah terdapat di kecamatan Mangunreja dengan jumlah produksi 440,23 ton/tahun. Tingkat Kecukupan Pangan Potensi adalah sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia maupun yang dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya potensi dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang ada disekitar kita. Potensi terdiri atas potensi fisik dan non fisik. Fokus penelitian ini membahas mengenai potensi produksi pangan berdasarkan Tingkat Kecukupan Pangan. Pangan dapat dikembangkan melalui kawasan yang berpotensi tinggi. Menurut Siregar (2008) kawasan potensial merupakan engine of growth yang berarti mampu mempercepat pembangunandan peningkatan daya saing suatu wilayah. Potensi pangan wilayah ialah kemampuan suatu wilayah yang mempunyai kemungkinan dalam memproduksi pangan. Ukuran potensi pangan dalam suatu wilayah ditentukan oleh jumlah pangan yang diproduksi dalam wilayah tersebut. Tetapi, besarnya jumlah pangan yang diproduksi wilayah tidak selalu mengindikasikan wilayah tersebut berpotensi terhadap pangan tersebut karena penilaian terhadap kawasan yang berpotensi pada penelitian ini dilihat dari nilai tingkat kecukupan pangan. Kawasan potensial dapat diketahui melalui rasio produksi pangan terhadap konsumsi normatif. Menurut Hanafie (2012) konsumsi normatif merupakan tingkat konsumsi zat gizi yang seharusnya dipenuhi agar dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Analisis ini dilakukan terhadap produksi pangan disetiap kecamatan berdasarkan kelompok pangan serealia (padi dan jagung), umbi-

20 umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang), kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah), pangan hewani ikan, telur, susu, daging unggas, daging ruminansia), dan sayur serta buah. Tingkat kecukupan pangan terhadap kelima kelompok pangan di 39 kecamatan Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel9. Tabel 9 Tingkat Kecukupan Pangan tingkat Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 Tingkat Kecukupan Pangan No. Kecamatan Umbiumbiakacangan hewani dan buah Kacang- Pangan Sayur Serealia 1 Cipatujah 4.43 41.69 0.89 0.26 6.5 2 Karangnunggal 1.61 21.19 0.35 0.32 0.87 3 Cikalong 2.03 0.53 0.34 0.32 1.5 4 Pancatengah 3.2 48.96 1.94 0.33 5.21 5 Cikatomas 1.91 14.68 0.43 0.46 0.49 6 Cibalong 2.4 43.47 0.55 1.28 0.87 7 Parungponteng 3.9 4.74 0.2 0.43 1.89 8 Bantarkalong 2.65 52.74 0.32 0.53 2.9 9 Bojongasih 3.94 84.98 0.95 0.4 2.71 10 Culamega 7.37 3.11 0.04 0.38 1.52 11 Bojonggambir 3.24 9.06 0.39 0.27 6.09 12 Sodonghilir 3.31 5.87 0.05 0.3 1.33 13 Taraju 3.14 30.81 0.4 0.4 3.03 14 Salawu 3.04 17.74 0.54 0.63 8.07 15 Puspahiang 3.77 25.17 0.82 1.17 7.63 16 Tanjungjaya 1.48 12.23 0.21 0.74 1.42 17 Sukaraja 1.29 0.15 0.08 0.38 0.47 18 Salopa 2.19 12.1 0.11 0.47 3.92 19 Jatiwaras 2.03 49.55 1.29 0.34 4.89 20 Cineam 2.26 5.2 0.02 0.74 12.27 21 Karangjaya 3.36 42.36 0 0.72 13.95 22 Manonjaya 0.97 1.89 0.14 0.38 8.13 23 Gunungtanjung 2.3 3.2 0.33 0.32 6.19 24 Singaparna 1.65 0.12 0 1.14 0.21 25 Sukarame 2.72 0.08 0 1.22 1.32 26 Mangunreja 2.64 1.31 0.05 1.64 0.13 27 Cigalontang 3.13 1.02 0.02 0.68 2.11 28 Leuwisari 3.84 3.22 0.02 3.13 2.01 29 Sariwangi 3.68 2.51 0.02 4.04 1.93 30 Padakembang 3.21 2.41 0.03 1.71 0.69 31 Sukaratu 3.3 1.03 0.02 2.01 0.19 32 Cisayong 4.59 2.58 0.04 1.2 0.21 33 Sukahening 2.81 5.98 0.39 0.85 1.41 34 Rajapolah 1.19 0.2 0.1 0.62 0.29

Lanjutan Tabel 9 Tingkat Kecukupan Pangan tingkat Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 Tingkat Kecukupan Pangan No. Kecamatan Umbiumbiakacangan hewani dan buah Kacang- Pangan Sayur Serealia 35 Jamanis 1.9 1.33 0.13 0.42 0.52 36 Ciawi 2.92 8.38 0.11 0.55 0.56 37 Kadipaten 4.89 10.32 1.23 0.47 0.97 38 Pagerageung 2.48 3.35 0.13 2.2 0.36 39 Sukaresik 2.39 6.82 0.29 1.11 6.77 21 Kategori berdasarkan tingkat kecukupan ada enam yakni surplus tinggi, surplus sedang, surplus rendah, defisit rendah, defisit sedang, dan defisit tinggi. Persentase kecamatan yang masuk dalam kategori surplus tinggi pada kelompok pangan serealia sangat besar yakni sebesar 97% dan persentase kecamatan yang masuk dalam kategori defisit rendah sebesar 3%. Persentase kecamatan yang masuk dalam kategori surplus tinggi pada kelompok pangan umbi-umbian sebesar 77%. Persentase kecamatan yang masuk dalam kategori surplus tinggi pada kelompok pangan kacang-kacangan hanya sebesar 3% dan defisit tinggi sebesar 79%. Persentase kecamatan yang masuk dalam kategori surplus tinggi pada kelompok pangan hewani hanya sebesar 15% dan defisit tinggi sebesar 46%. Persentase kecamatan yang masuk dalam kategori surplus tinggi pada kelompok pangan sayur dan buah sebesar 54% dan defisit tinggi sebesar 21%. Tabel 10 Proporsi Kecamatan berdasarkan kategori tingkat kecukupan pangandi Kabupaten Tasikmalaya No. Jenis pangan Surplus Kategori (%) Defisit Tinggi Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi 1 Serealia 97 0 0 3 0 0 100 2 Umbi-umbian 77 5 5 0 3 10 100 3 Kacang-kacangan 3 3 3 8 5 79 100 4 Pangan hewani 15 3 13 3 21 46 100 5 Sayur Buah 54 10 8 3 5 21 100 Total Tingkat Kecukupan Pangan terhadap kelima kelompok pangan pada tabel Tabel 10 menjadi acuan dalam penentuan kecamatan yang masuk dalam kategori berpotensi. Kecamatan yang berpotensi sebagai basis produksi dan pengembangan kelima kelompok pangan dapat dilihat pada Tabel 11.

22 Tabel 11 Kecamatan yang berpotensi sebagai basis produksiberdasarkan kelompok pangan No. Kelompok Pangan 1 Serealia 2 Umbi-umbian 3 Kacang-kacangan Pancatengah Kecamatan Culamega, Kadipaten, Cisayong, Cipatujah, Bojongasih, Parungponteng, Leuwisari, Puspahiang, Sariwangi, Karangjaya, Sodonghilir, Sukaratu, Bojonggambir, Padakembang, Pancatengah, Taraju, Cigalontang, Salawu, Ciawi, Sukahening, Sukarame, Bantarkalong, Mangunreja, Pagarageung, Cibalong, Sukaresik, Gunungtanjung, Cineam, Salopa, Jatiwaras, Cikalong, Cikatomas, Jamanis, Singaparna, Karangnunggal, Tanjungjaya, Sukaraja, Rajapolah Bojongasih, Bantarkalong, Jatiwaras, Pancatengah, Cibalong, Karangjaya, Cipatujah, Taraju, Puspahiang, Karangnunggal, Salawu, Cikatomas, Tanjungjaya, Salopa, Kadipaten, Bojonggambir, Ciawi, Sukaresik, Sukahening, Sodonghilir, Cineam, Parungponteng, Pagerageung, Leuwisari, Gunungtanjung, Culamega, Cisayong, Sariwangi, Padakembang, Manonjaya 4 Pangan hewani 5 Sayur dan buah Sariwangi, Leuwisari, Pagerageung, Sukaratu, Padakembang, Mangunreja Karangjaya, Cineam, Manonjaya, Salawu, Puspahiang, Sukaresik, Cipatujah, Gunungtanjung, Bojonggambir, Pancatengah, Jatiwaras, Salopa, Taraju, Bantarkalong, Bojongasih, Cigalontang, Leuwisari, Sariwangi, Parungponteng, Culamega, Cikalong Berdasarkan tabel 11 potensi pangan serealia, umbi-umbian dan sayur serta buah hampir dimiliki sebagian besar kecamatan di Kabupaten. Serealia merupakan kelompok pangan sumber karbohidrat terdiri dari jenis pangan beras dan jagung. Kawasan yang berpotensi memproduksi serealia terdapat hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yakni 38 kecamatan dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Kecamatan Culamega merupakan kecamatan yang memiliki potensi tertinggi pada kelompok pangan serealia dengan nilai rasio ketersediaan 7,37 menurut kategori tingkat kecukupan FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009 termasuk kategori surplus tinggi. Kecamatan yang tidak termasuk kawasan berpotensi pada kelompok pangan serealia ialah kecamatan Manonjaya dengan nilai rasio ketersedian 0,97 menurut kategori tingkat kecukupan FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009 termasuk kategori defisit ringan, hal ini mengindikasikan bahwa produksi serealia di kecamatan Manonjaya belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi normatif penduduk. Umbi-umbian ialah bahan pangansumber karbohidrat selain serealia. Jenis umbi-umbian antara lain ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, ganyong, dan lain-lain.