KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR"

Transkripsi

1 Penelitian Internal Laporan Hasil Penelitian KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR Oleh: Iman Pirman Hidayat, SE., M.Si., Ak.(NIDN: ) H. Asep Budiman, SE., MP. (NIDN: ) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2013

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Metode Analisis... 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KAJIAN Lembaga Keuangan Pengertian Bank Pengertian BPR Lembaga Keuangan Mikro Perubahan Badan Hukum Lembaga Keuangan Mikro Non Bank Menjadi BPR Penggabungan Badan Usaha Jenis dan bentuk penggabungan usaha Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha Akuntansi Pengabungan Usaha Kerangka Kajian BAB III GAMBARAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA Analisis Mengenai Potensi Daerah Keadaan Geografis i

3 3.1.2 Keadaan Demografis Penduduk Pencari Kerja Preferensi Masyarakat terhadap BPR Potensi Ekonomi Sektor Pertanian Sektor Peternakan Besar dan Kecil Sektor Peternakan Unggas Sektor Perdagangan Perkembangan PDRB Data Perbankan Kabupaten Tasikmalaya 2 Tahun Terakhir Pertumbuhan Pemberian Kredit Jumlah dan Pertumbuhan Perbankan Di Kab. Tasikmalaya 2 tahun Terakhir BAB IV KAJIAN MIGRASI ASET PD. PK PANCATENGAH MENJADI BPR Analisis Karakteristik Usaha dan Potensi Usaha PD. PK Pancatengah Kajian Akuntansi PD. PK Pancatengah Kajian Perubahan Badan Hukum PD. PK Pancatengah Alternatif Strategi Migrasi Aset Pemilihan Strategi Migrasi Aset BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan Rekomendasi REFERENSI ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Dalam 2 Tahun Di Kabupaten Tasikmalaya Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Pencari Kerja Kab. Tasikmalaya Tahun Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Per Km 2 Tahun Kab. Tasikmalaya Tabel 3.4 Luas Panen dan Produksi Padi Di 39 Kecamatan Kab. Tasikmalaya th Tabel 3.5 Jumlah Ternak Besar dan Kecil Di 39 Kecamatan Kab. Tasikmalaya th Tabel 3.6 Jumlah Ternak Unggas Di 39 Kecamatan Kab. Tasikmalaya th Tabel 3.7 Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional Di 39 Kecamatan Kab. Tasikmalaya Tahun Tabel 3.8 PDRB kab. Tasikmalaya Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tabel 3.9 PDRB kab. Tasikmalaya Tahun Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tabel 3.10 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Di Wilayah KBI Tasikmalaya pada Tahun Tabel 3.11 Pertumbuhan Kredit Di Wilayah KBI Tasikmalaya pada Tahun Tabel 3.12 Jumlah Perbankan Di Kab. Tasikmalaya Pada Tahun Tabel 3.13 Jumlah Perbankan Di Kota/Kab. Tasikmalaya Pada Tahun Tabel 4.1 Perkembagan Usaha PD. PK Pancatengah 5 Tahun Terakhir dan Posisi April iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Kajian iv

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberadaan lembaga keuangan mikro di masyarakat telah berperan dalam membantu pembiayaan usaha mikro dan kecil karena letaknya yang tersebar di pedesaan serta persyaratan yang mudah dipenuhi oleh masyarakat yang membutuhkannya. Disisi lain keberadaan lembaga keuangan mikro milik Pemerintah Daerah juga telah terbukti dapat mengurangi pengangguran sekaligus mampu berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). PD. PK di Jawa Barat dan Banten ada 82 unit dan dilikuidasi 10 unit sehingga tersisa 72 unit yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan Banten dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebagian PD. PK telah tumbuh signifikan dari tahun ke tahun baik menurut volume usaha, kredit maupun penghimpunan dana masyarakat yang diimbangi pula dengan semakin membaiknya tingkat kesehatan perusahaan. PD. PK Pancatengah milik Pemda Kabupaten Tasikmlaya dan Pemda Provinsi Jawa Barat adalah salah satu lembaga keuangan mikro tumbuh dengan baik dan belum berbadan hukum BPR tetapi operasionalnya sudah seperti BPR, dimana dalam pengembangannya terhambat dalam berbagai keterbatasan baik dana, SDM, Teknologi Informasi maupun yang lainnya. Hal tersebut karena ketidak jelasan status hukum, pengaturan, pembinaan dan pengembangannya. Perubahan status hukum PD. PK menjadi BPR sangat diperlukan guna memperoleh legalitas dan keabsahan usaha pada bidang simpan pinjam disamping untuk perolehan tambahan modal, kualifikasi direksi 1

7 yang memadai, serta mendorong PD. PK untuk melakukan kegiatan operasional perbankan yang lebih profesional. Selama ini landasan hukum operasional PD. PK Pancatengah mengacu kepada Perda Kabupaten Tasikmalaya Nomor 4 tahun 2010 dan Perda Pemda Provinsi Jawa Barat Nomor 30 tahun 2010 serta Kepmendagri Nomor 22 tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah padahal seharusnya sudah berstatus hukum BPR, Koperasi atau Perseroan Terbatas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan berlandaskan kepada amanat Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2010 tentang Perubahan Perda 14 tahun 2006 tentang PD. BPR dan PD. PK yang mengamanatkan bahwa masa depan PD. PK adalah menjadi entitas BPR tersendiri atau menjadi Kantor Cabang dari BPR yang telah ada. Untuk menjadi entitas BPR tersendiri, PD. PK memiliki kendala sebagai berikut : 1. Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bab IV tentang Perizinan, Bentuk Hukum dan Kepemilikan,Pasal 16 angka 1, Bab VIII tentang Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif Pasal 16 Angka 1 dan 2 serta penjelasannya. Inti dari Undang-undang tersebut adalah Keharusan adanya Izin dari Bank Indonesia untuk usaha yang menghimpun dana masyarakat dan sanksi yang mengatur pelanggaran. 2. Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi UKM dan Gubernur Bank Indonesia Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro yang mengharuskan Lembaga Keuangan Mikro agar menjadi BPR, Koperasi atau Badan usaha 2

8 Milik Desa selambat-lambatnya Tahun 2010 dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku; 3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang BPR, yang hanya mengatur pendirian BPR baru (tidak diakui model peningkatan status dari LKM / PD PK menjadi BPR). 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro Bab III tentang Pendirian, Kepemilikan, dan Perizinan. Pasal 4 Pendirian LKM paling sedikit harus memenuhi persyaratan : a) bentuk badan hukum; b) permodalan; c) mendapatkan izin usaha yang tata caranya diatur dalam Undang-Undang ini, dan Pasal 5 ayat (1) Bentuk badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a) adalah : a) Koperasi; atau b) Perseroan Terbatas, dimana Pembinaan, Pengaturan dan Pengawasan LKM dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan dalam praktik akuntansi, perubahan status hukum tersebut dapat dilakukan melalui: 1) Pengalihan aktiva melalui penyetoran inbreng dalam pendirian PD BPR, dimana harta kekayaan (aktiva) PD. PK tersebut disetorkan ke dalam PD BPR yang didirikan, kemudian PD. PK tersebut dilikuidasi (dan dicabut status badan hukum PD. PK-nya) sehingga kepemilikan saham atas PD BPR tersebut dimiliki secara langsung oleh Pemerintah Daerah sebagai pemegang saham; 2) Pengalihan aktiva dan pasiva PD. PK kepada suatu PD BPR yang sudah berdiri, dan kemudian sama halnya dengan poin (i) di atas, PD. PK tersebut dilikuidasi melalui proses migrasi; 3) merger (penggabungan) dan konsolidasi 3

9 dimana PD BPR akan menjadi surviving entity atau perusahaan yang dibentuk hasil konsolidasi atau bentuk merger atau akuisisi lainnya yang pada dasarnya sama dengan merubah status suatu PD PK menjadi PD BPR. Mengenai status perjanjian kredit dan jaminan yang ada, tergantung dari jenis corporate action yang dipilih. Jika dilakukan pengalihan aktiva dan pasiva seperti butir (i) dan (ii) di atas, maka perjanjian-perjanjian tersebut di atas tidak perlu dilakukan penandatanganan ulang atas perjanjian kredit, sepanjang prosedur Pasal 613 KUH Perdata dipenuhi (penyerahan piutang dengan pemberitahuan yang disetujui oleh si berhutang). Namun, jika dilakukan melalui cara Novasi sesuai Pasal 1413 KUH Perdata maka perjanjian kredit harus ditandatangani ulang termasuk perjanjian jaminannya. Apabila jenis corporate action yang dipilih adalah melalui merger dan konsolidasi pada butir (iii) di atas, maka pengalihan aset kredit terjadi secara serta merta berdasarkan hukum (by operation of law). Terkait upaya melegalkan status PD. PK tersebut Pemprov Jawa Barat melayangkan Surat Sekda No. 539/673/Admrek, tanggal 6 Februari 2012 Tentang Perubahan Bentuk LKM PD. PK menjadi BPR kepada Kantor Bank Indonesia Bandung, namum sampai dengan saat ini masih dilakukan pengkajian oleh Kantor Bank Indonesia Bandung. Dipihak lain terbitnya Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM, mengharuskan PD. PK untuk segera merubah bentuk hukum menjadi Koperasi atau Perseroan Terbatas. Dari fenomena tersebut diatas alternatif yang memungkinkan adalah menjadikan PD. PK menjadi kantor cabang BPR yang sudah ada dengan cara 4

10 migrasi aset atau pembelian aset dan akhirnya status badan hukum BPR tersebut di rubah menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan Undang Undang no. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Perda 14 tahun 2006, dimana PD BPR LPK yang telah merger akan dirubah status badan hukumnya menjadi Perseroan Terbatas. (studi kasus pada PD. PK dan PD. BPR LPK Kabupaten Tasikmalaya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang akan dikaji adalah : Bagaimana strategi migrasi aset PD. PK menjadi Kantor Cabang BPR yang sudah ada dengan tanpa melanggar ketentuan perbankan dan dalam kerangka standar akuntansi perbankan dan standar akuntansi pemerintahan? (studi kasus pada PD. PK dan PD. BPR LPK Kabupaten Tasikmalaya). 1.3 Tujuan Tersedianya strategi migrasi aset PD. PK menjadi Kantor Cabang BPR yang sudah ada, dengan tanpa melanggar ketentuan perbankan dan dalam kerangka standar akuntansi perbankan dan standar akuntansi pemerintahan. (studi kasus pada PD. PK dan PD. BPR LPK Kabupaten Tasikmalaya). 5

11 1.4 Kegunaan Kegiatan kajian ini diharapkan menghasilkan rumusan strategi migrasi aset PD. PK menjadi Kantor Cabang BPR yang sudah ada, dengan tanpa melanggar ketentuan perbankan dan dalam kerangka standar akuntansi perbankan dan standar akuntansi pemerintahan, dan dapat diterapkan sebagai model bagi seluruh PD. PK di Jawa Barat dan Banten. (studi kasus pada PD. PK dan PD. BPR LPK Kabupaten Tasikmalaya. 1.5 Metode Analisis Metode yang dipergunakan dalam penyusunan kajian Migrasi PD. PK ke PD. BPR ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data data dari berbagai pihak yang terkait kemudian dianalisis dan ditarik menjadi suatu kesimpulan. 6

12 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KAJIAN 2.1 Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan menurut UU No.14/1967 Pasal 1 ialah Semua badan yang melalui kegiatannya di bidang keuangan, menaruh uang dari dan menyalurkannya dalam masyarakat. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Lembaga Keuangan atau Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang lengkap disamping menyalurkan dana atau memberi pinjaman (kredit) juga usaha bank dalam bentuk lainnya mamberikan jasa yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana. Dalam praktiknya lembaga keuangan dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Bank. 2) Lembaga Keuangan Bukan Bank 2.2 Pengertian Bank Menurut UU No.14/1967 Pasal 1 tentang pokok-pokok perbankan adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut UU No.10/1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka 7

13 meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.[2] Dalam pengertian ini bank adalah sebuah lembaga perantara keuangan (Intermediary Finansial Institution). 2.3 Pengertian BPR BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembagalembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 8

14 2.4 Lembaga Keuangan Mikro Lembaga Keuangan Mikro adalah upaya penyedia jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit, dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukan bagi keluarga miskin dan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial. Dalam Lincolin Arsyad, Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal, dan informal yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis. Lembaga Keuangan Mikro berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif yang dilakukan usaha mikro, maupun untuk kegiatan konsumtif keluarga masyarakat miskin. Sebagai lembaga simpanan, Lembaga Keuangan Mikro dapat menghimpun dana yang dijadikan prasyarat bagi adanya kredit walaupun pada akhirnya sering kali jumlah kredit yang diberikan lebih besar dari dana yang berhasil dihimpun. PD. PK merupakan lembaga keuangan mikro yang seharusnya sesuai Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi UKM dan Gubernur Bank Indonesia Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro. Mengharuskan Lembaga Keuangan Mikro agar menjadi BPR, Koperasi atau Badan usaha Milik Desa selambatlambatnya Tahun 2010 dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku. 9

15 2.5 Perubahan Badan Hukum Lembaga Keuangan Mikro Non Bank Menjadi BPR Perubahan badan hukum lembaga keuangan non bank menjadi bank terkendala oleh : 5. Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bab IV tentang Perizinan, Bentuk Hukum dan Kepemilikan,Pasal 16 angka 1, Bab VIII tentang Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif Pasal 16 Angka 1 dan 2 serta penjelasannya. Inti dari Undang-undang tersebut adalah Keharusan adanya Izin dari Bank Indonesia untuk usaha yang menghimpun dana masyarakat dan sanksi yang mengatur pelanggaran. 6. Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi UKM dan Gubernur Bank Indonesia Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro yang mengharuskan Lembaga Keuangan Mikro agar menjadi BPR, Koperasi atau Badan usaha Milik Desa selambat-lambatnya Tahun 2010 dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro Bab III tentang Pendirian, Kepemilikan, dan Perizinan. Pasal 4 Pendirian LKM paling sedikit harus memenuhi persyaratan : a) bentuk badan hukum; b) permodalan; c) mendapatkan izin usaha yang tata caranya diatur dalam Undang-Undang ini, dan Pasal 5 ayat (1) Bentuk badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a) adalah : a) Koperasi; atau b) Perseroan Terbatas, dimana Pembinaan, 10

16 Pengaturan dan Pengawasan LKM dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang BPR, yang hanya mengatur pendirian BPR baru (tidak diakui model peningkatan status dari LKM / PD PK menjadi BPR). Sedangkan praktik akuntansi, perubahan status tersebut dapat dilakukan melalui: 1) Pengalihan aktiva melalui penyetoran inbreng dalam pendirian PD BPR, dimana harta kekayaan (aktiva) PD. PK tersebut disetorkan ke dalam PD BPR yang didirikan, kemudian PD. PK tersebut dilikuidasi (dan dicabut status badan hukum PD. PK-nya) sehingga kepemilikan saham atas PD BPR tersebut dimiliki secara langsung oleh Pemerintah Daerah sebagai pemegang saham; 2) Pengalihan aktiva dan pasiva PD. PK kepada suatu PD BPR yang sudah berdiri, dan kemudian sama halnya dengan poin (i) di atas, PD. PK tersebut dilikuidasi melalui proses migrasi; 3) merger (penggabungan) dan konsolidasi dimana PD BPR akan menjadi surviving entity atau perusahaan yang dibentuk hasil konsolidasi atau bentuk merger atau akuisisi lainnya yang pada dasarnya sama dengan merubah status suatu PD PK menjadi PD BPR. Mengenai status perjanjian kredit dan jaminan yang ada, tergantung dari jenis corporate action yang dipilih. Jika dilakukan pengalihan aktiva dan pasiva seperti butir (i) dan (ii) di atas, maka perjanjian-perjanjian tersebut di atas tidak perlu dilakukan penandatanganan ulang atas perjanjian kredit, sepanjang prosedur Pasal 613 KUH Perdata dipenuhi (penyerahan piutang dengan pemberitahuan yang disetujui oleh si berhutang). 11

17 Namun, jika dilakukan melalui cara Novasi sesuai Pasal 1413 KUH Perdata maka perjanjian kredit harus ditandatangani ulang termasuk perjanjian jaminannya. Apabila jenis corporate action yang dipilih adalah melalui merger dan konsolidasi pada butir (iii) di atas, maka pengalihan aset kredit terjadi secara serta merta berdasarkan hukum (by operation of law). 2.6 Penggabungan Badan Usaha Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun1999 : Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut : Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk 12

18 menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi Jenis dan bentuk penggabungan usaha Jenis-jenis penggabungan usaha Berdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 2007, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu: : 1) Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana sala h satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. 2) Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer) 13

19 2.6.2 Bentuk-Bentuk Penggabungan Usaha. Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : ) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut : Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut : 1) Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut. 2) Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi. 3) Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering). Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi : 14

20 1) Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. 2) Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru. 3) Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya Akuntansi Penggabungan Usaha Konsep akuntansi dari penggabungan usaha direfleksikan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan No. 22, tentang Akuntansi penggabungan Usaha. Usaha-usaha yang sebelumnya terpisah bersama-sama membentuk stau entitas ketika sumber daya dan operasinya berada di bawah pengendalian kelompok manajemen tunggal. Pengendalian terhadap suatu entitas usaha terbentuk dalam penggabungan usaha di mana; a) Satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak 15

21 b) Satu perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada perusahaan lain, atau c) Setiap perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada sebuah perusahaan baru yang dibentuk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahaan lain memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50% kepemilikan). Maka, sebuah penggabungan usaha dapat diwujudkan melalui akuisis kurang dari 100% kepemilikan (saham) perusahaan lain. Perusahan -perusahan yang digabung tetap memilikiidentitas hukum yang terpisah dan catatan akuntansiyang terpisah, sekalipun mereka telah menjadi satu entitas untuk tujuan pelaporan utamanya. Penggabungan usaha di mana satu perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada perusahaan lain dapat diwujudkan dalam berbagai cara, tetapi dalam kasus apa pun perusahaan mengakuisisi pada dasarnya harus memperoleh semua aktiva bersih. Altenatif lain, setiap peruisahaan yang bergabung dapat mentransfer aktibva bersihnya pada perusahan baru yang dibentuk. Karena perusahan baru tidak mempunyai aktiva bersih sendiri, perusahan tersebut mengeluarkan sahamnya (modal diseto rnya) kepada perusahaan lain yang bergabung atau kepada para pemegang saham dari perusahaan yang bergabung. Metode akuntansi yang digunakan dalam penggabungan usaha ada dua, yaitu metode penyatuan kepentingan (pooling of interest method) dan metode pembelian (purchase method). Menurut PSAK No.12, penggunaan metode tersebut bukanlah pilihan bagi perusahaan. Penggunaan metode tersebut harus 16

22 sesuai dengan maksud penggabungan usaha, apakah penyatuan kepentingan dan jika syarat-syarat penyatuan kepentingan tidak terpenuhi, maka harus menggunakan metode pembelian. Penetapan dengan metode penyatuan kepentingan sebagai berikut: a) Kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relative tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru, karena tidak ada pembelian perusahaan-perusahaan yang bergabung dan tidak ada harga pembelian. b) Aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya (book value),karena setiap goodwill yang timbul pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukan sebagai aktiva pada buku entitas yang masih beroperasi. Termasuk laba ditahan dan pendapatan masing-masing perusahaan yang bergabung juga dimasukan dalam entitas yang disatukan. c) Jumlah yang dicatat harus menggunakan metode yang sama, sehingga jika metode yang digunakan perusahaan-perusahaan yeng bergabung berbeda, maka harus direkonsiliasi dan berlaku surut. Jadi data-data sebelumnya harus disajikan kembali. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka penggabungan usaha harus dicatat denganmenggunakan metode pembelian, yaitu dengan mengasumsikan bahwa penggabungan usaha adalah suatu transaksi, dimana suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang 17

23 bergabung. Dengan demikian, perusahaan yang membeli/ memperoleh, mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban ditanggung sebesar nilai wajar(fair value). Setiap kelebihan harga perolehan atas nilai wajar aktiva bersih diakui sebagai goodwill. Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru. Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan. Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masingmasing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, 18

24 jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated). Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest: a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan penggabungan b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang bergabung. 19

25 2.7. Kerangka kajian Kajian mengenai strategi migrasi asset dari PD PK Pancatengah menjadi BPR ini merupakan kajian teoritis dari sudut pandang akuntansi dan peraturan perbankan dan peraturan lainnya yang berlaku berkaitan dengan pelaksanaan migrasi asset. Kerangka kajian ini bisa digambarkan sebagai berikut: Analisis Karakteristik Usaha dan Potensi Usaha PD. PK Pancatengah Kajian Akuntansi PD. PK Pancatengah Kajian Perubahan Badan Hukum PD. PK Pancatengah Alternatif Strategi Migrasi Aset Pemilihan Strategi Migrasi Aset Gambar 2.1. Kerangka Kajian 20

26 BAB III GAMBARAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA 3.1. Analisa Mengenai Potensi Daerah Keadaan Geografis. Kondisi fisik dasar Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Tasikmalaya memiliki batas wilayah sebagai berikut: o Sebelah Utara : Kota Tasikmalaya, dan Kab. Ciamis; o Sebelah Selatan : Samudera Hindia; o Sebelah Barat : Kabupaten Garut; dan o Sebelah Timur : Kabupaten Ciamis. Sedangkan letak geografis wilayah Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya berada pada 7,32 0 sampai dengan 7,49 0 Lintang Selatan dan 108,15 0 sampai dengan 108,21 0 Bujur Timur, dengan luas wilayah adalah ha,, Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pancatengah, adalah : o Sebelah Utara : Kecamatan Cikatomas; o Sebelah Barat : Kecamatan Cikatomas dan Cikalong; o Sebelah Timur : Kabupaten Ciamis; dan o Sebelah Selatan : Kecamatan Cikalong; 21

27 3.1.2 Keadaan Demografi. Merujuk pada Buku Kabupaten Tasikmalaya in Figure (Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka) Tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya yang diterbitkan bulan Juni tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya sebanyak orang di banding dengan tahun 2010 mengalami penurunan 3,08%. Berikut data kependudukan dilihat dari jumlah dan laju pertumbuhan penduduk wilayah Kabupaten Tasikmalaya selama tahun 2010 dan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Dalam 2 Tahun Di Kabupaten Tasikmalaya Jumlah Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Laju Pertumbuhan Tahun 2010 Tahun ,99% Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa di Kabupaten Tasikmalaya laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 terdapat penurunan sebesar -2,99 % dari tahun Tetapi dengan memperhatikan rasio jumlah lembaga keuangan yang masih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk, merupakan suatu peluang dan kesempatan bagi PD. PK Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya untuk memperluas jaringan pelayan dalam hal penghimpunan dana dan penyaluran kredit. 22

28 3.1.3 Penduduk Pencari Kerja Jumlah penduduk pencari kerja di Kabupaten Tasikmalaya dalam tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel sbb : Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Pencari Kerja Kabupaten TasikmalayaTahun Pendidikan L P L P SD SMP SMA Diploma Sarjana Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 Berdasarkan data pada Tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tasikmalaya cukup banyak dan dari daftar pencari kerja tersebut merupakan gambaran jumlah pengangguran di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Dari data tersebut di atas belum bisa dijadikan acuan bahwa pencari kerja dan pengangguran di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 tampak menurun, karena data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transamigrasi Kabupaten Tasikmalaya ini hanya berdasarkan pada data orang atau angkatan kerja yang mendaftar atau membuat kartu kuning (kartu pencari kerja) saja tidak mencerminkan jumlah pencari kerja dan jumlah pengangguran secara nyata. Dengan dibukanya kantor cabang di Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya berarti PD. BPR LPK Cipatujah Tasikmalaya membuka kesempatan kerja dan ikut serta mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Tasikmalaya. 23

29 Tenaga kerja yang dibutuhkan akan direkrut sesuai dengan kemampuan, latar belakang pendidikan, keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan perusahaan. Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Per Km2 Tahun Kabupaten Tasikmalaya Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km , , Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 Tingkat kepadatan penduduk sangat dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduknya itu sendiri. Pada table 2.3 tercatat kepadatan penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 adalah 618 orang/km2. Dengan tingkat kepadatan penduduk seperti itu akan mendorong aktivitas masyarakat dalam berbisnis terutama untuk pengusaha kecil dan mikro. Dengan demikian merupakan harapan yang baik bagi perkembangan PD. BPR LPK Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya untuk membuka Kantor Cabang di kecamatan Pancatengah Preferensi Masyarakat terhadap BPR Berbicara masalah preferensi masyarakat terhadap BPR dan keberadaan BPR disuatu daerah ditentukan oleh keberadaanya ditengah-tengah masyarakat, terutama dalam membantu mengembangkan usaha masyarakat khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah serta sektor informal, sementara itu keberadaan Bank Umum yang orientasinya lebih memberikan perhatian kepada pengusaha besar, selain itu kebanyakan masyarakat tidak menyukai pelayanan yang terlalu birokratis tetapi pelayanan yang cepat, mudah dan sesuai dengan 24

30 kebutuhannya. Selama ini pelayanan yang diberikan BPR relatif lebih cepat dan tanpa birokrasi yang berbelit dibandingkan dengan Bank Umum sehingga masyarakat akan menyambut baik lembaga keuangan seperti BPR khususnya di kecamatan Pancatengah yang belum ada BPR dan BRI unit Potensi Ekonomi Sektor Pertanian Dalam sektor Pertanian di wilayah Kabupaten Tasikmalaya khususnya kecamatan-kecamatan yang menjadi target pengembangan BPR, memberikan kontribusi perekonomian yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada Tabel 2.4. Data di bawah ini menggambarkan luas panen dan produksi padi di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, data ini juga berperan sebagai indikator ketersediaan dan ketahanan pangan Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu lumbung beras di Provinsi Jawa Barat. Dengan tingginya tingkat produksi padi dan luasnya lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya ini, membuka kesempatan yang seluas-luasnya sekaligus potensi yang prospektif bagi kami dalam penyaluran kredit dalam sector pertanian ini. Sebagaimana kita maklumi bersama, penyaluran kredit pada sector pertanian ini masih terbatas dan minim, hal ini dikarenakan perbankan masih bersikap berhati-hati dalam penyaluran kredit bagi sektor ini. Tabel 3.4 Luas Panen dan Produksi Padi Di 39 Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2011 No. KECAMATAN LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKSI (Ha) (Ha) (Ton) 1 Cipatujah Karangnunggal

31 3 Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamuga Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiyang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Mangunreja Sukarame Cigalontang Leuwisari Padakembang Sariwangi Sukaratu Cisayong Sukaherang Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun

32 3.2.2 Sektor Peternakan Besar dan Kecil Pada bidang peternakan, masyarakat Kabupaten Tasikmalaya umumnya memelihara hewan ternak cukup tinggi dan produktif. Binatang ternak yang dipelihara ditujukan untuk pemenuhan keperluan sendiri, sedangkan yang mempunyai ternak yang banyak atau usaha peternakan tentunya bertujuan ekonomis yaitu untuk diternakan dan selanjutnya dijual sebagai pemenuhan kebutuhan mereka. Berdasarkan Tabel 3.5 ini dapat terlihat bahwa sebagian besar peternakan yang relative besar (sapi, domba dan kambing) berada di daerah Tasikmalaya, ini disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim yang lebih cocok dengan peternakan. Tabel 3.5 Jumlah Ternak Besar dan Kecil di 39 Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2011 No. KECAMATAN TERNAK BESAR TERNAK KECIL SAPI KEBAU KUDA DOMBA KAMBING 1 Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamuga Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiyang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras

33 20 Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Mangunreja Sukarame Cigalontang Leuwisari Padakembang Sariwangi Sukaratu Cisayong Sukaherang Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun Sektor Peternakan Unggas Untuk peternakan jenis unggas, seperti ayam ras dan bukan ras pun sebagian besar terkonsentrasi berada di daerah Tasikmalaya Selatan. Peternakan unggas ini selain untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sendiri, juga untuk dikirim ke kota-kota besar lainnya. Tabel 3.6. Jumlah Unggas di 39 Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2011 Jenis Unggas No. Kecamatan Ayam Ayam Ras Ayam Ras Itik Buras Petelur Pedaging 1 Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah

34 5 Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamuga Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiyang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Mangunreja Sukarame Cigalontang Leuwisari Padakembang Sariwangi Sukaratu Cisayong Sukaherang Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 Dengan banyaknya kecamatan di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya khusunya Tasikmalaya Selatan yang menjadi sentra peternakan ayam, hal ini membuka kesempatan dalam penyaluran kredit PD. BPR LPK Cipatujah di sektor 29

35 peternakan. Dengan sendirinya hal tersebut akan membantu permodalan dan keuangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Sektor Perdagangan Pada bidang perdagangan dan industri di 23 Kecamatan dari 39 kecamatan yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, bidang perdagangan memberikan peran dan kontribusi sangat besar dalam perkonomian Kabupaten Tasikmalaya. Sebagaimana dalam Tabel 3.7, dari 39 kecamatan sebagai daerah pengambangan dan ekspansi PD. BRP LPK Cipatujah berada di Kecamatan Pancatengah, terlihat aktifitas perdagangan yang cukup. Tabel 3.7 Jumlah Perusahaan Perdagangan Nasional di 39 Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2011 No. KECAMATAN PERUSAHAAN DAGANG BESAR MENENGAH JUMLAH 1 Cipatujah Karangnunggal Cikalong Pancatengah Cikatomas Cibalong Parungponteng Bantarkalong Bojongasih Culamuga Bojonggambir Sodonghilir Taraju Salawu Puspahiyang Tanjungjaya Sukaraja Salopa Jatiwaras

36 20 Cineam Karangjaya Manonjaya Gunungtanjung Singaparna Mangunreja Sukarame Cigalontang Leuwisari Padakembang Sariwangi Sukaratu Cisayong Sukaherang Rajapolah Jamanis Ciawi Kadipaten Pagerageung Sukaresik JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun Perkembangan PDRB Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah region tersebut. Fakta yang terjadi menunjukan bahwa sebagaian faktor produksi dari kegiatan produksi di suatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam produksi wilayah lain. Dengan kata lain, Produk Domestik Regional Bruto 31

37 (PDRB) menunjukan gambaran Production Originatea. Hal ini menyebabkan nilai produksi domestik yang timbul disuatu wilayah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Tabel 3.8 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun Atas Dasar Harga Berlaku, Menurut Lapangan Usaha Jutaan Rupiah NO. LAPANGAN USAHA Pertanian , , ,45 2 Pertambangan dan Energi , , ,27 3 Industri Pengolahan , , ,79 4 Listrik Gas dan Air Bersih , , ,77 5 Bangunan , , ,25 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,20 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,82 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , ,83 9 Jasa-Jasa , , , , , ,56 Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 Tabel 3.9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun Atas Dasar Harga Konstan, Menurut Lapangan Usaha Jutaan Rupiah NO. LAPANGAN USAHA Pertanian , , ,78 2 Pertambangan dan Energi , , ,50 3 Industri Pengolahan , , ,14 4 Listrik Gas dan Air Bersih , , ,24 5 Bangunan , , ,15 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,05 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,74 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa , , ,10 Perusahaan 9 Jasa-Jasa , , , , , ,38 Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya tahun

38 3.4. Data Perbankan Kabupaten Tasikmalaya 2 Tahun Terakhir Informasi pertumbuhan tabungan dan deposito masyarakat yang berada pada Bank Umum dan BPR merupakan salah satu pertimbangan penting untuk melihat bagaimana minat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan tersebut dalam rangka menyimpan dana baik dalam bentuk tabungan maupun deposito. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan tabungan dan deposito dalam kurun waktu dua tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 2.10 sebagai berikut : Tabel Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Di Wilayah KBI Tasikmalaya Pada Tahun 2010, 2011 dan 2012 Miliar (Rp.) No. Jenis Bank Umum Konvensional BPR DPK 1 Tabungan 2.341, , ,84 110,91 125,38 165,32 2 Deposito 1.088, , ,45 110,46 135,11 144,92 3 Giro 666,67 660,58 600,20 Sumber : Pusat Informasi KBI Tasikmalaya 2011 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa Dana Pihak ketiga setiap tahunnya terjadi peningkatan, hal ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank juga semakin meningkat Pertumbuhan Pemberian Kredit Pertumbuhan simpanan masyarakat sebagai bukti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank, itu harus diimbangi juga dengan tingkat pertumbuhan pemberian kredit dari bank terhadap masyarakat agar roda perekonomian berjalan secara seimbang. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan pemberian kredit dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut : 33

39 Tabel Pertumbuhan kredit Di Wilayah KBI Tasikmalaya Pada Tahun 2010, 2011 dan 2011 Miliar (Rp.) No. Jenis Bank Umum Konvensional BPR Modal Kerja 2.323, , ,01 137,47 158,09 191,25 2 Investasi 327,52 510,61 884,41 10,37 12,30 10,17 3 Konsumtif 2.283, , ,67 124,18 140,25 181,20 Sumber : Pusat Informasi KBI Tasikmalaya Jumlah dan Pertumbuhan Perbankan Di Kabupaten Tasikmalaya 2 Tahun Terakhir. Analisa terhadap jumlah maupun pertumbuhan perbankan sangat penting yaitu untuk mempertimbangkan tingkat kejenuhan aktivitas perbankan yang ada lam suatu wilayah. Hal tersebut dapat terlihat dalam Tabel mengenai jumlah Bank Umum dan BPR di Kabupaten Tasikmalaya sebagai berikut Tabel Jumlah Perbankan Di Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2011 Bank Umum tahun 2011 No Nama Bank KC BRI Unit KCP/Unit KK KL Syari'ah 1 PT. BRI (Persero) PT. Bank Mandiri (Persero) PT. BNI (Persero) PT Bank Danamon Indonesia PT Bank Central Asia PT Bank CIMB Niaga PT Bank OCBC NISP PT Bank Jabar Banten PT Bank Tabungan Negara PT BTPN PT Bank Himpunan Saudara Jumlah Sumber : Pusat Informasi KBI Tasikmalaya

40 Tabel 3.13 Jumlah Perbankan Di Kota / Kabupaten Tasikmalaya Pada Tahun 2012 BPR Tahun 2012 Kota dan Kabupaten Tasikmalaya No. Nama Bank Pusat Cabang Pelayanan Kas Kota Tasikmalaya 1 PT BPR Pola Dana PT BPR Artha Jaya Mandiri PT BPR Siliwangi PD BPR Artha Sukapura PD BPR Artha Galunggung PT BPR Nusamba Singaparna PT BPR Syariáh Al Wadiáh PT BPR Syariáh Al Madinah Kabupaten Tasikmalaya 1 PT BPR Syariáh Al Wadiáh PT BPR Syariáh Al Madinah PT BPR Nusamba Sinagaprna PT BPR Mitra Kopjaya Mandiri PT BPR Nusantara Bona Pasogit PT BPR Nusumma Singaparna PT BPR Sehat Sentosa PD BPR LPK Cipatujah PD BPR LPK Bojonggambir PD BPR Artha Sukapura PD BPR Artha Galunggung JUMLAH Dari tabel 3.12 dan diketahui bahwa di Kecamatan Pancatengah belum ada BPR dan Bank Umum, sehingga membuka peluang untuk PD. BPR LPK Cipatujah membuka Kantor Cabang melalui migrasi asset dari PD PK Pancatengah ke PD BPR LPK Cipatujah kabupaten Tasikmalaya. 35

41 BAB IV KAJIAN MIGRASI ASET PD. PK PANCATENGAH MENJADI BPR 4.1. Analisis Karakteristik Usaha dan Potensi Usaha PD. PK Pancatengah Karakteristik dan potensi usaha PD. PK Pancatengah kabupaten Tasikmalaya selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan hal tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Perkembangan Usaha PD. PK Pancatengah 5 Tahun Terakhir Dan Posisi April 2013 (jutaan rupiah) NO POS-POS Desember APRIL Tabungan Deposito Pinjaman Dit & ABP Total Asset Kredit Yang Diberikan Pendapatan Biaya Laba (rugi) ( ) Rasio NPL 7,82 7,47 5,26 4,44 1,65 1,9 Rasio KAP 6,28 6,16 4,03 3,39 1,29 1,44 Dari tabel tersebut diatas nampak antara tahun 2008 dibanding tahun 2012 bahwa Asset tumbuh sebesar 157,33 % ; kredit tumbuh 157,57 %; Dana Pihak Ketiga (tabungan; deposito dan Antar Bank Pasiva) tumbuh sebesar 177,45 %; Pendapatan tumbuh sebesar 162,09 %; Biaya naik sebesar 108,68 %; Laba naik sebesar 488,20 %; Non Performance Loan/NPL turun 6,17 % dan ratio kualitas aktiva produktif turun 4,99 %, sedangkan total asset bulan ke 4 (empat) di tahun 36

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00 ' 00 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Kondisi Geografis Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" - 07 48' 00" Lintang Selatan dan 107 54' 00" - 108

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BATAS TERTINGGI UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN LAMPIRAN MODEL DB1 - KWK.KPU REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN A. SUARA SAH NOMOR DAN NAMA PASANGAN CALON BUPATI

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak 8,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN MODEL DB - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 0 TINGKAT KABUPATEN NO URAIAN KECAMATAN CIPATUJAH KARANGNUNGGAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MERGER DAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR KABUPATEN TASIKMALAYA (THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT A. SEJARAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pertemuan 7 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat yang religius, berada di wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu menjelaskan: 1.1 Pengertian penggabungan usaha 1.2 Sifat penggabungan usaha

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 61 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Katalog : 9205.3206 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT TAHUN 2004 2006 Kerjasama : BADAN PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA Dengan BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memajukan perekonomian suatu negara peranan perbankan sangat penting dalam mewujudkan perekonomian yang maju. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 04 No. 3 Oktober 2016 Hlm: 356-363 Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya The Priority Region

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SURYA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 12 /PBI/2001 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA PELAKSANAAN JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998. 1 PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN BANK Bank berasal dari bahasa Italia BANCO yang kartinya Bangku. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan (bank) merupakan lembaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : spatial economic, localization, specialization, LQ, SCP.

ABSTRACT. Keyword : spatial economic, localization, specialization, LQ, SCP. KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA (The Spatial and Institutional Economic Analysis of Layer Broiler Farming in The District of Tasikmalaya)

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA

PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA PERTEMUAN 2 PENGGABUNGAN USAHA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu menjelaskan: 2.1 Bentuk dan jenis penggabungan usaha 2.2 Persoalan yang

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal I

PASAL DEMI PASAL. Pasal I PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.05/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN

Lebih terperinci

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DIREKTORAT Pengertian LKM 1. Apa yang dimaksud Lembaga Keuangan Mikro? Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. OJK. Lembaga Keuangan Mikro. Perizinan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 412). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya memang dapat dikatakan tidak merata. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya memang dapat dikatakan tidak merata. Terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya memang dapat dikatakan tidak merata. Terjadi ketimpangan antara masyarakat kelas atas dan

Lebih terperinci

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Dalam rangka optimalisasi koordinasi lintas sektor demi keberhasilan Program Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara dan erat kaitanya dengan perkonomian, hampir semua kegiatan yang berkaitan dengan lalu lintas

Lebih terperinci

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.342, 2014 KEUANGAN. OJK. Perizinan. Usaha. Kelembagaan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5621) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH mor : 521.1/965/Disperta.PR/2013 Tanggal : 25 Maret 2013 Alamat : Jln Mayor Utarya mor 1 Telp/Fax 0265 330163 Tasikmalaya mengumumkan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.343, 2014 KEUANGAN. OJK. Lembaga Keuangan. Mikro. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5622) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut: BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi mengeksplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai

Lebih terperinci

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS BAB I KETENTUAN UMUM 1 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berawal sejak zaman penjajahan Belanda. BPR di Indonesia dimulai sejak abad 19 dengan berdirinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5847 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 24) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M No.73, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Modal Minimum. Modal Inti Minimum. Bank. Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5686) PERATURAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan

Lebih terperinci

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 351) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU No. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU No. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN RGS Mitra Page 1 of 14 UNDANG-UNDANG NOMOR NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU No. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku PENGENALAN BANK DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku Menurut UU no. 10 th 1998 Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

Lebih terperinci

PERSEROAN TERBATAS (PT) - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) SOLUSI PELESTARIAN DANA BERGULIR PNPM-MD

PERSEROAN TERBATAS (PT) - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) SOLUSI PELESTARIAN DANA BERGULIR PNPM-MD PERSEROAN TERBATAS (PT) - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) SOLUSI PELESTARIAN DANA BERGULIR PNPM-MD Latar Belakang Dalam upaya mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan menengah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank yang merupakan lokomotif pembangunan ekonomi mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Tidak mengherankan jika pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 melaksanakan pembangunan nasional dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. Otoritas Jasa Keuangan 2017

PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. Otoritas Jasa Keuangan 2017 PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Otoritas Jasa Keuangan 2017 Sekilas Tentang Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan Lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT HASIL MERGER DI KABUPATEN GARUT, KABUPATEN SUBANG, KABUPATEN CIANJUR, DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Klasifikasi Bank Ada beberapa definisi bank yang dikenal dalam masyarakat Indonesia. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu Bank adalah

Lebih terperinci

2016 EFFECT OF OPERATING CASH FLOW TO PROFIT GROWTH

2016 EFFECT OF OPERATING CASH FLOW TO PROFIT GROWTH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam sebuah kegiatan ekonomi, perdagangan karena melalui kegiatan perkreditan dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak saat ini terus dilakukan. Berbagai upaya ke arah itu khususnya di bidang

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci