Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi"

Transkripsi

1 LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR KABUPATEN TASIKMALAYA (THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA REGANCY) Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Suyudi 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Riantin Hikmah Widi 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRACT This study aims to determine the type of fish that become superior commodities and it s locations distribution in the fishery subsector of freshwater aquaculture in Tasikmalaya regency. The method used is the case study method using secondary data from the fishery production in years (times series and cross section) were processed by the method of Location Quotient (LQ) analysis. Superior commodities based on the method of analysis LQ as one indicator in determining the commodity is Nilem Fish, gouramis and Tawes. The distribution location Nilem fish are in Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi and Sukaratu subdistrict. Gouramis fish in the Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu and Cisayong subdistrict. Tawes fish in Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Talbot, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah and Jamanis subdistrict. Key Word: Superior commodities, locations distribution, method of Location Quotient (LQ). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan serta lokasi penyebarannya pada subsektor perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan menggunakan data sekunder berupa data time serries dan cross section produksi perikanan budidaya air tawar kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dari tahun yang diolah dengan metode analisis Location Quotient (LQ). Komoditas unggulan berdasarkan metode analisis LQ sebagai salah satu indikator dalam penentuan komoditas adalah Ikan Nilem, Tambakan dan Tawes. Lokasi penyebaran ikan Nilem terdapat di Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Ikan Tambakan di Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong. Ikan Tawes tersebar di Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, 1

2 Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Jamanis. Kata Kunci: Komoditas Unggulan, Lokasi penyebaran, Metode Location Quotient (LQ). PENDAHULUAN Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah relatif berbeda dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah lain. Perbedaan potensi tersebut disebabkan oleh perbedaan karaktristik sumber daya fisik dan non fisiknya sehingga menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah maupun antar sektor. Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah (Bambang Wahyu ponco aji, 2008). Kebijakan Pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi ketimpangan antar wilayah adalah dengan memberlakukan Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta Undang Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Bungaran Saragih 2002). Robinson Tarigan (2012) mengatakan bahwa masing-masing daerah dengan kebijakan otonomi daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi unggulan yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan atau kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan mempunyai prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu daerah otonom dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kabupaten Tasikmalaya sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi perikanan khususnya perikanan darat di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi pengembangan kawasan minapolitan dari 197 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi di seluruh Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32 Tahun 2010 tentang penetapan lokasi minapolitan guna mendukung keberhasilan pelaksanaan revitalisasi perikanan. Subsektor perikanan masih dikategorikan sebagai basis di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian Marenda Ishak (2008) tentang pergeseran sektor unggulan Kabupaten Tasikmalaya menyimpulkan bahwa umumnya sejak pemekaran wilayah tahun 2004, Kabupaten Tasikmalaya belum mengalami pergeseran basis pertanian. Secara umum sektor 2

3 pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan adalah sektor basis yang menopang kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Tasikmalaya yang sesuai dengan kebijakan tata ruang dan wilayah yang berorientasi agroindustri. Penelitian tersebut perlu dilanjutkan dengan menetukan jenis ikan apa saja yang menjadi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya serta dimana saja lokasi penyebaran komoditas unggulan tersebut. Penentuan komoditas perikanan air tawar unggulan di Kabupaten Tasikmalaya merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan air tawar yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan dalam menghadapi globalisasi perdagangan yang akan dihadapi Kabupaten Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen resmi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Data tersebut berupa data deret waktu (time series) dan data Cross Section. Data ini diperoleh dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat. Data sekunder yang diambil adalah data produksi perikanan air tawar di tingkat kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat. Metode analisis Location Quotient (LQ) merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan dalam menentukan alternatif komoditas unggulan suatu daerah berdasarkan keunggulan komparatif. Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas pada subsektor perikanan budidaya air tawar merupakan komoditas basis atau komoditas nonbasis, rumus LQ dari Rachmat Hendayana (2003) adalah sebagai berikut: Keterangan : LQ = Koefisien Location Quotient p i = Produksi Ikan Jenis j di wilayah analisis P ij = Total produksi subsektor perikanan budidaya air tawar di wilayah analisis P s = Produksi total jenis ikan j secara nasional* P ts = Total produksi subsektor perikanan budidaya air tawar secara nasional* *Istilah nasional adalah wilayah yang lebih tinggi jenjangnya, misalnya apabila wilayah analisis adalah Kabupaten maka wilayah nasional adalah provinsi dan apabila wilayah analisis adalah kecamatan maka istilah nasional yang digunakan adalah wilayah Kabupaten. 3

4 Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) kriteria yaitu: (a) LQ > 1 Kondisi ini berarti komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas mempunyai keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. (b) LQ = 1 Komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. (c) LQ < 1 Komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Komoditas Unggulan Subsektor Perikanan Budidaya Air Tawar KabupatenTasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya secara umum merupakan daerah tangkapan air. Kondisi ini menyebabkan persedian air di Kabupaten Tasikmalaya cukup melimpah. Pemerintah pada era otonomi daerah perlu menetapkan komoditas perikanan mana saja yang menjadi komoditas unggulan mengingat komoditas unggulan sebagai komoditas basis diharapkan mampu berperan sebagai prime mover dalam perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Data produksi perikanan budidaya air tawar berdasarkan jenis ikan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2007 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Tasikmalaya tahun No Jenis Ikan Produksi (Ton) Rata-rata 1 Mas 8.509, , , , , ,33 2 Tawes 1.313, , , , , ,39 3 Mujair 652,64 625,07 704,25 643,69 377,65 600,66 4 Tambakan 872,58 865,02 970, , , ,03 5 Nilem 7.282, , , , , ,07 6 Gurame 363,95 463,20 509,35 636,93 808,83 556,45 7 Nila 4.090, , , , , ,47 Total , , , , , ,40 Pertumbuhan - (2,93) 11,91 21,11 9,47 9,89 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya (2012) Produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya dari tahun 2007 sampai 2011 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,89 persen per 4

5 tahun. Peningkatan produksi perikanan subsektor perikanan budidaya air tawar ini selain disebabkan karena potensi sumber daya alam yang dimiliki, juga karena ditetapkannya Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu kawasan minapolitan sehingga kebijakankebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Tasikmalaya ini diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi perikanan air tawar di Kabupaten Tasikmalaya. 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00-20,00-40,00-60, Nila -2,35 12,02 35,54 42,63 Gurame 27,27 9,96 25,05 26,99 Nilem -5,74 11,59 17,54 2,99 Tambakan -0,87 12,19 23,57 9,89 Mujair -4,22 12,67-8,60-41,33 Tawes 4,94 12,09 18,25 4,59 Mas -3,43 12,14 26,50 2,45 Gambar 1. Pertumbuhan Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya tahun Ikan mas memberikan kontribusi paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya. Produksi ikan mas sebesar 9.908,33 ton per tahun, disusul kemudian ikan nilem dan ikan nila dengan rata-rata pertumbuhan masingmasing secara berturut-turut adalah 9,41 persen, 6,59 persen dan 21,96 persen. Komoditas perikanan yang menunjukan pertumbuhan paling besar selama lima tahun terakhir adalah ikan gurame yaitu sebesar 22,31 persen pertahun. Sementara itu produksi ikan mujair cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Gambar 1). Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki cakupan lebih luas dimana Kabupaten Tasikmalaya berada didalamnya. Jenis-jenis ikan di Jawa Barat (Tabel 2) telah disesuaikan dengan jenis-jenis ikan yang diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun terakhir. Jenis-jenis ikan di Jawa Barat Sebenarnya lebih banyak lagi karena merupakan akumulasi jenis-jenis ikan yang berasal dari Kabupaten lainnya seperti Cirebon, Indramayu, Bekasi, Subang, dan sebagainya, akan tetapi jenis-jenis ikan yang tidak dibudidayakan di Kabupaten Tasikmalaya tidak dimasukkan dalam proses perhitungan nilai 5

6 Dalam persen LQ karena nilai produksi yang bernilai 0 (nol) ton ini akan menghasilkan nilai LQ yang juga bernilai 0 (nol). Data produksi perikanan budidaya air tawar berdasarkan jenis ikan di Jawa Barat selama tahun dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini: Tabel 2. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun No Jenis Ikan Produksi (Ton) Rata-rata 1 Mas , , , , , ,80 2 Tawes 4994, , , , , ,67 3 Mujair , , , , , ,40 4 Tambakan 3314, , , , , ,39 5 Nilem , , , , , ,58 6 Gurame , , , , , ,05 7 Nila , , , , , ,60 Total , , , , , ,50 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012 Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap total produksi perikanan budidaya air tawar Provinsi Jawa Barat berfluktuasi pada kisaran 8,6 sampai 9,7 persen. Komoditas perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki pangsa terbesar di Jawa Barat adalah nilem, tawes dan tambakan. Komoditas ikan mas yang memiliki produksi paling tinggi di tingkat Kabupaten Tasikmalaya ternyata pangsanya hanya mencapai 7,68 persen. Hal berbeda terjadi pada komoditas ikan tambakan, meskipun produksinya di tingkat kabupaten tidak masuk tiga terbesar tetapi pangsanya di Jawa Barat mencapai 35,65 persen. Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap produksi perikanan budidaya air tawar pada tingkat Jawa Barat dapat kita lihat pada Gambar 2 berikut: 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Mas 6,95 7,41 7,13 7,68 7,21 Tawes 26,31 18,77 30,77 31,87 39,35 Mujair 5,27 5,00 5,71 4,05 1,88 Tambak 26,33 27,91 35,65 28,12 31,56 Nilem 53,97 48,47 63,47 46,94 46,19 Gurame 3,26 4,55 3,91 4,91 5,87 Nila 4,48 3,97 5,12 5,67 6,44 Gambar 2. Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap produksi perikanan budidaya air tawar pada tingkat Jawa Barat. 6

7 Penentuan komoditas unggulan perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya dilakukan dengan menghitung dengan menghitung perbandingan relatif produksi jenis ikan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya dengan total produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat dari tahun Tabel 3. Hasil Perhitungan Dynamic LQ pada Subsektor Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya Tahun Jenis Ikan Nilai LQ Dynamic LQ Keterangan Mas 0,78 0,86 0,74 0,78 0,76 0,79 Non Basis Tawes 2,95 2,17 3,21 3,25 4,17 3,15 Basis Mujair 0,59 0,58 0,60 0,41 0,20 0,48 Non Basis Tambakan 2,95 3,22 3,72 2,87 3,34 3,22 Basis Nilem 6,06 5,60 6,63 4,79 4,89 5,59 Basis Gurame 0,37 0,53 0,41 0,50 0,62 0,48 Non Basis Nila 0,50 0,46 0,53 0,58 0,68 0,55 Non Basis Sumber: Data Sekunder diolah, 2013 Hasil analisis dengan menggunakan metode Loqation Quotien (LQ). menunjukkan bahwa dari tujuh komoditas perikanan budidaya air tawar yang dianalisis ternyata terdapat tiga jenis ikan yang memiliki nilai LQ lebih dari satu yaitu ikan tawes, ikan tambak dan ikan nilem. Nilai Dynamic LQ untuk masing-masing ikan tersebut secara berturut-turut adalah 3,15, 3,22 dan 5,59. Hasil ini sesuai dengan pangsa komoditas-komoditas tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa permintaan ikan nilem di Provinsi Jawa Barat 51,81 persennya sudah dapat di penuhi oleh produksi ikan nilem Kabupaten Tasikmalaya. Pemasaran ikan nilem pada saat ini ke wilayah Purwakarta, Cianjur dan Bandung yang merupakan wilayah jaring apung (sebagai pengisi jaring apung terluar) dan ke Jawa Tengah Wilayah Guci. Produksi ikan tambakan dan ikan tawes merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai produksi yang tergolong lebih rendah dibandingkan dengan nilai produksi ikan lainnya di Kabupaten Tasikmalaya seperti ikan mas, nila, gurame dan mujair, akan tetapi dengan menggunakan perhitungan Loqation Quotient (LQ) ikan tambakan dan ikan tawes dikategorikan sebagai komoditas basis, ini berarti kedua jenis ikan tersebut mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan produksi kedua ikan ini di Provinsi Jawa Barat. Jenis-jenis ikan yang dikategorikan sebagai non basis (bukan unggulan) antara lain adalah Ikan mas dengan perhitungan nilai Dynamic LQ sebesar 0,79, Gurame 0,48, Nila 0,55. dan Mujair 0,48. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bahwa ikan air tawar konsumsi terutama ikan mas, gurame, dan 7

8 nila masih harus di datangkan dari daerah lain antara lain Ciamis, Cianjur, Bandung dan Purwokerto. Lokasi Penyebaran Komoditas Unggulan Sub Sektor Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya. a) Ikan Nilem. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) pada Tabel 10, terdapat sebelas kecamatan yang nilai LQ-nya lebih dari satu yaitu yaitu Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Hasil perhitungan LQ jenis ikan nilem pada tiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tersaji pada Tabel 4 di bawah ini Tabel 4. Nilai LQ Produksi Ikan Nilem Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun No Kecamatan Nilai LQ Dynamic LQ Keterangan 1 Cipatujah 1,55 1,02 0,85 0,28 0,25 0,79 Non Basis 2 Karangnunggal 1,02 1,16 0,83 0,64 0,58 0,85 Non Basis 3 Cikalong 0,99 0,99 0,78 0,64 0,58 0,80 Non Basis 4 Pancatengah 1,43 1,16 0,82 0,73 0,66 0,96 Non Basis 5 Cikatomas 0,97 1,23 0,88 0,82 0,75 0,93 Non Basis 6 Cibalong 0,79 0,35 0,30 1,34 1,27 0,81 Non Basis 7 Parung ponteng 1,04 1,06 0,90 1,22 1,14 1,07 Basis 8 Bantarkalong 0,67 1,32 1,33 0,26 0,23 0,76 Non Basis 9 Bojongasih 0,91 0,92 0,93 1,34 1,27 1,07 Basis 10 Culamega 0,81 1,08 1,07 0,56 0,51 0,81 Non Basis 11 Bojonggambir 0,41 1,04 1,00 1,10 1,03 0,92 Non Basis 12 Sodonghilir 0,95 0,41 0,39 0,93 0,87 0,71 Non Basis 13 Taraju 0,87 1,05 1,06 1,26 1,21 1,09 Basis 14 Salawu 0,69 1,02 1,02 1,10 1,17 1,00 Non Basis 15 Puspahiang 0,77 1,20 1,23 1,18 0,97 1,07 Basis 16 Tanjungjaya 0,68 0,96 0,97 1,62 1,65 1,18 Basis 17 Sukaraja 0,49 0,30 0,33 2,15 2,07 1,07 Basis 18 Salopa 1,21 0,86 0,82 1,14 1,15 1,04 Basis 19 Jatiwaras 0,78 1,01 1,00 0,43 0,37 0,72 Non Basis 20 Cineam 0,64 0,75 0,75 0,65 0,64 0,69 Non Basis 21 Karangjaya 1,15 0,84 0,84 1,14 0,94 0,98 Non Basis 22 Manongjaya 0,48 0,79 0,81 1,04 1,03 0,83 Non Basis 23 Gunungtanjung 0,69 0,75 0,80 1,02 0,90 0,83 Non Basis 24 Singaparna 0,87 0,94 0,77 0,95 1,04 0,91 Non Basis 25 Mangunreja 0,93 0,98 0,98 0,58 1,01 0,90 Non Basis 26 Sukarame 0,96 0,79 1,02 1,29 0,80 0,97 Non Basis 27 Cigalontang 1,15 1,01 0,98 0,13 0,12 0,68 Non Basis 28 Leuwisari 0,97 1,04 1,13 1,21 1,09 1,09 Basis 29 Padakembang 1,07 1,19 1,20 1,46 1,37 1,26 Basis 30 Sariwangi 0,88 0,91 1,20 0,97 1,15 1,02 Basis 31 Sukaratu 1,09 1,13 1,05 1,66 1,70 1,33 Basis 32 Cisayong 1,19 1,05 1,16 0,63 0,60 0,93 Non Basis 33 Sukahening 1,13 0,88 0,98 0,62 0,50 0,82 Non Basis 34 Rajapolah 1,45 1,00 0,89 0,28 0,26 0,78 Non Basis 35 Jamanis 1,39 0,97 1,18 0,81 0,62 0,99 Non Basis 36 Ciawi 1,06 1,03 1,18 0,36 0,38 0,80 Non Basis 37 Kadipaten 1,91 1,04 1,21 0,26 0,23 0,93 Non Basis 38 Pagerageng 1,24 0,85 1,06 0,30 0,31 0,75 Non Basis 39 Sukaresik 1,54 0,97 1,00 0,50 0,45 0,89 Non Basis Sumber: Data Sekunder Diolah,

9 Kecamatan Padakembang dan Kecamatan Sukaratu merupakan lokasi yang mempunyai nilai LQ lebih dari satu setiap tahunnya, artinya kedua kecamatan ini mempunyai keunggulan komparatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya karena kedua kecamatan ini mampu mempertahankan produksi ikan nilem pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan Kecamatan Padakembang merupakan lokasi yang menjadi sentra pengembangan kawasan minapolitan yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta terjalinnya kemitraan pada sub sektor perikanan budidaya air tawar antara BBI (Balai benih ikan) Rancapaku Kecamatan Padakembang dengan kelompok tani ikan yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penyebaran ikan nilem berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut Peta Lokasi Penyebaran Ikan Nilem Kabupaten Tasikmalaya U = Lokasi Basis Ikan Nilem di Kabupaten Tasikmalaya KETERANGAN 1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik Gambar 3. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Nilem Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Hasil Perhitungan Dynamic LQ Tahun

10 b) Ikan Tambakan Hasil perhitungan Dynamic LQ pada produksi ikan tambakan pada tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya diketahui terdapat 9 kecamatan yang tergolong basis yaitu Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong. Tabel 5. Nilai LQ Produksi Ikan Tambakan Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun No Kecamatan Tahun Dynamic LQ Keterangan 1 Cipatujah 0,33 0,04 0,00 0,00 0,00 0,07 Non basis 2 Karangnunggal 0,20 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 Non basis 3 Cikalong 0,36 0,08 0,00 0,00 0,00 0,09 Non basis 4 Pancatengah 0,40 0,07 0,00 0,00 0,00 0,09 Non basis 5 Cikatomas 0,24 0,05 0,00 1,94 1,81 0,81 Non basis 6 Cibalong 0,20 0,47 0,00 1,56 1,49 0,74 Non basis 7 Parungponteng 0,26 0,08 0,00 1,65 1,57 0,71 Non basis 8 Bantarkalong 0,19 0,05 0,00 2,36 2,13 0,95 Non basis 9 Bojongasih 0,35 0,12 0,00 1,56 1,49 0,70 Non basis 10 Culamega 0,40 0,05 0,00 2,04 1,90 0,88 Non basis 11 Bojonggambir 0,28 0,04 0,00 1,79 1,69 0,76 Non basis 12 Sodonghilir 0,35 0,06 0,00 1,71 1,63 0,75 Non basis 13 Taraju 0,20 0,03 0,00 1,46 1,42 0,62 Non basis 14 Salawu 0,24 0,23 0,00 1,28 1,38 0,62 Non basis 15 Puspahiang 0,24 0,10 0,00 1,37 1,14 0,57 Non basis 16 Tanjungjaya 0,29 0,07 0,00 1,08 1,12 0,51 Non basis 17 Sukaraja 0,54 0,48 0,00 0,72 0,70 0,49 Non basis 18 Salopa 0,47 0,05 0,00 1,32 1,35 0,64 Non basis 19 Jatiwaras 0,45 0,04 0,00 1,76 1,52 0,75 Non basis 20 Cineam 1,11 0,39 0,00 1,74 1,75 1,00 Non basis 21 Karangjaya 0,53 0,12 0,00 1,34 1,12 0,62 Non basis 22 Manongjaya 1,15 0,66 0,00 1,21 1,21 0,85 Non basis 23 Gunungtanjung 0,91 0,69 0,00 1,19 1,06 0,77 Non basis 24 Singaparna 1,36 2,45 2,66 0,81 0,88 1,63 Basis 25 Mangunreja 1,67 2,96 3,28 0,70 1,18 1,96 Basis 26 Sukarame 1,32 4,10 0,00 1,12 0,70 1,45 Basis 27 Cigalontang 0,97 2,01 3,51 1,67 1,63 1,96 Basis 28 Leuwisari 1,19 1,56 1,90 0,63 0,74 1,20 Basis 29 Padakembang 1,14 1,36 1,82 0,82 0,77 1,18 Basis 30 Sariwangi 0,93 2,07 2,40 0,73 0,65 1,36 Basis 31 Sukaratu 1,01 1,46 1,41 0,94 0,96 1,16 Basis 32 Cisayong 0,46 0,41 1,65 1,31 1,26 1,02 Basis 33 Sukahening 0,33 0,25 0,00 1,34 1,10 0,60 Non basis 34 Rajapolah 0,61 0,27 0,00 1,80 1,74 0,88 Non basis 35 Jamanis 0,78 0,92 0,00 1,67 1,29 0,93 Non basis 36 Ciawi 0,71 0,71 0,00 0,97 1,03 0,68 Non basis 37 Kadipaten 0,57 0,21 0,00 2,14 1,95 0,97 Non basis 38 Pagerageng 0,61 0,57 0,00 1,12 1,17 0,69 Non basis 39 Sukaresik 0,40 0,13 0,00 1,84 1,69 0,81 Non basis Sumber: Data Sekunder Diolah,

11 Kecamatan Mangunreja memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1,96 yang berarti Kecamatan Mangunreja mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi ikan tambakan dan memiliki kelebihan produksi untuk ekspor ke wilayah lain seperti halnya kecamatan-kecamatan lain yang memiliki nilai Dynamic LQ lebih dari satu. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat tiga puluh kecamatan yang tergolong non basis untuk produksi ikan tambakan di Kabupaten Tasikmalaya ini menunjukkan bahwasannya untuk memenuhi kebutuhan ikan tambakan di Kecamatan Jamanis maka harus mendatangkan ikan tambakan dari luar wilayahnya. Lokasi penyebaran ikan tambakan berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4 berikut Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tambakan Kabupaten Tasikmalaya U KETERANGAN = Lokasi Basis Ikan Tambakan di Kabupaten Tasikmalaya 1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik Gambar 4. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tambakan di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Hasil Perhitungan Dynamic LQ Tahun

12 Berdasarkan peta penyebaran lokasi basis ikan tambakan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kecamatan yang tergolong sebagai basis berada pada lokasi yang secara administrasi mengelompok, berdekatan satu sama lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi geografis yang hampir homogen pada kecamatan-kecamatan tersebut sehingga dengan lokasi yang secara administratif berdekatan maka proses adopsi inovasi dalam kegiatan budidaya ikan tambakan dapat secara cepat menyebar di kawasan tersebut c) Ikan Tawes Berdasarkan hasil analisis LQ ikan tawes tiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun pada tiap kecamatan mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Tabel 6. Nilai LQ Produksi Ikan Tawes Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun No Kecamatan Tahun Dynamic LQ Keterangan 1 Cipatujah 2,75 2,20 2,27 0,00 0,00 1,44 Basis 2 Karangnunggal 2,56 2,32 2,58 0,00 0,00 1,49 Basis 3 Cikalong 2,03 2,30 2,47 0,00 0,00 1,36 Basis 4 Pancatengah 1,67 1,14 1,26 0,00 0,00 0,81 Non basis 5 Cikatomas 1,35 0,66 0,74 0,00 0,00 0,55 Non basis 6 Cibalong 1,56 4,53 5,54 0,00 0,00 2,33 Basis 7 Parungponteng 1,44 1,71 1,85 0,00 0,00 1,00 Non basis 8 Bantarkalong 1,36 0,80 0,82 0,00 0,00 0,60 Non basis 9 Bojongasih 0,98 2,04 2,09 0,00 0,00 1,02 Basis 10 Culamega 1,13 1,22 1,22 0,00 0,00 0,71 Non basis 11 Bojonggambir 1,97 1,24 1,20 0,00 0,00 0,88 Non basis 12 Sodonghilir 2,19 1,32 1,28 0,00 0,00 0,96 Non basis 13 Taraju 0,83 1,41 1,43 0,00 0,00 0,73 Non basis 14 Salawu 1,00 0,52 0,53 1,55 0,00 0,72 Non basis 15 Puspahiang 1,19 0,90 0,93 1,66 3,90 1,71 Basis 16 Tanjungjaya 1,92 1,13 1,14 1,32 0,66 1,24 Basis 17 Sukaraja 1,26 1,29 1,42 0,87 1,80 1,33 Basis 18 Salopa 1,31 1,22 1,18 1,60 0,87 1,24 Basis 19 Jatiwaras 1,26 1,95 1,96 2,13 3,41 2,14 Basis 20 Cineam 1,64 0,94 0,95 2,11 0,90 1,31 Basis 21 Karangjaya 1,12 1,89 1,91 1,63 3,96 2,10 Basis 22 Manongjaya 1,68 1,11 1,15 1,46 0,76 1,23 Basis 23 Gunungtanjung 1,43 1,67 1,71 1,44 3,16 1,88 Basis 24 Singaparna 0,99 0,70 0,76 0,88 0,15 0,69 Non basis 25 Mangunreja 0,65 0,38 0,38 0,85 1,95 0,84 Non basis 26 Sukarame 1,12 0,73 0,90 1,36 0,81 0,98 Non basis 27 Cigalontang 1,26 1,04 0,97 2,51 1,93 1,54 Basis 28 Leuwisari 0,92 0,71 0,67 0,83 0,52 0,73 Non basis 29 Padakembang 0,90 0,37 0,36 1,16 0,94 0,75 Non basis 30 Sariwangi 1,01 0,48 0,44 1,05 1,87 0,97 Non basis 31 Sukaratu 0,84 0,97 0,95 1,27 0,80 0,96 Non basis 32 Cisayong 0,88 0,40 0,35 1,67 2,04 1,07 Basis 33 Sukahening 0,70 1,26 1,20 1,63 3,96 1,75 Basis 34 Rajapolah 0,86 0,79 0,82 2,19 1,50 1,23 Basis 35 Jamanis 1,02 1,67 1,68 0,00 3,40 1,56 Basis 36 Ciawi 0,86 1,67 1,68 0,16 0,00 0,87 Non basis 37 Kadipaten 0,20 0,95 0,92 0,00 0,40 0,49 Non basis 38 Pagerageng 0,53 1,23 1,16 0,00 0,00 0,59 Non basis 39 Sukaresik 0,55 1,40 1,45 0,00 0,00 0,68 Non basis Sumber: Data Sekunder Diolah,

13 Berdasarkan perhitungan Dynamic LQ ikan Tawes pada tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun, diketahui terdapat sembilan belas kecamatan yang memiliki nilai Dynamic LQ lebih dari satu yaitu Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Ciawi dengan rata-rata nilai basis produksi ikan tawes terendah dari tahun berada di Kecamatan Bojongasih dengan nilai basis 1,02 dan nilai tertinggi mencapai 2,33 di Kecamatan Cibalong. Lokasi penyebaran ikan tawes berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5 Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tawes di Kabupaten Tasikmalaya U = Lokasi Basis Ikan Tawes di Kabupaten Tasikmalaya KETERANGAN 1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik Gambar 5. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tawes Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun

14 Dari tiga puluh sembilan kecamatan, 59 persen kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tergolong non basis, salah satunya adalah di Kecamatan Pancatengah dengan nilai Dynamic LQ 0,81, ini menunjukkan bahwa permintaan ikan tawes di lokasi ini masih didatangkan dari luar wilayahnya. Kecamatan lainnya yang tergolong non basis merupakan kecamatankecamatan yang memiliki nilai LQ kurang dari satu sehingga masih memerlukan pasokan ikan tawes dari wilayah lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1) Komoditas unggulan pada subsektor perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis Location Quotien (LQ) sebagai salah satu indikator dalam menentukan komoditas unggulan adalah ikan nilem, tambakan dan tawes. 2) Lokasi penyebaran ikan nilem terdapat di Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Ikan tambakan mempunyai lokasi penyebaran di Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong. Lokasi penyebaran ikan tawes terdapat di Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Ciawi. Saran 1) Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam merencanakan pembangunan sektor perikanan kedepannya diharapkan dapat lebih fokus pada komoditas-komoditas yang menjadi unggulan melalui pembinaan lebih lanjut terhadap komoditas unggulan yang diharapkan dapat berkembang sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat yang bersangkutan agar pendapatan petani meningkat serta jangkauan pasar komoditas tidak terbatas pada pasar lokal tetapi memiliki jangkauan lebih luas lagi. 2) Untuk melengkapi kajian ini perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan analisis lain sebagai indikator penentuan komoditas unggulan, seperti analisis input-output dan analisis shift share sehingga akan dihasilkan rujukan kebijakan yang lebih terfokus, jelas dan akurat. 14

15 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya Bambang Wahyu Ponco Aji Identifikasi Sektor Basis dan Ketmpangan Antar Wilayah di Provinsi Papua. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bungaran Saragih Pembangunan Nasional Pada Era Otonomi Daerah. Keynote Speech Seminar Nasional dan Rekonsiliasi Mahasiswa Pertanian Indonesia Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat Buku Statistik Perikanan Budidaya Jawa Barat. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Bandung. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya Laporan Tahunan DPKK. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya. Marenda Ishak Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan Pertanian. Jurnal Agrikultura. Volume 19 No. 3. Hlm : Rachmat Hendayana Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian. Edisi 12 Desember. Hlm : Robinson Tarigan Ekonomi Regional Teori Dan Aplikasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 15

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BATAS TERTINGGI UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak 8,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN MODEL DB - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 0 TINGKAT KABUPATEN NO URAIAN KECAMATAN CIPATUJAH KARANGNUNGGAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN LAMPIRAN MODEL DB1 - KWK.KPU REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN A. SUARA SAH NOMOR DAN NAMA PASANGAN CALON BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00 ' 00 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Kondisi Geografis Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" - 07 48' 00" Lintang Selatan dan 107 54' 00" - 108

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : spatial economic, localization, specialization, LQ, SCP.

ABSTRACT. Keyword : spatial economic, localization, specialization, LQ, SCP. KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA (The Spatial and Institutional Economic Analysis of Layer Broiler Farming in The District of Tasikmalaya)

Lebih terperinci

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya

Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 04 No. 3 Oktober 2016 Hlm: 356-363 Prioritas Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya The Priority Region

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA

KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA KAJIAN EKONOMI WILAYAH DAN KELEMBAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN TASIKMALAYA (The Spatial and Institutional Economic Analysis of Layer Broiler Farming in The District of Tasikmalaya)

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat yang religius, berada di wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI

ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 DESTIARA LISMANIAR PUTRI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH mor : 521.1/965/Disperta.PR/2013 Tanggal : 25 Maret 2013 Alamat : Jln Mayor Utarya mor 1 Telp/Fax 0265 330163 Tasikmalaya mengumumkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Katalog : 9205.3206 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT TAHUN 2004 2006 Kerjasama : BADAN PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA Dengan BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015

Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Rakor Pelaku Dan Pendamping Kecamatan Program Keluarga Harapan (Pkh) Kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya, 30 Juni 2015 Dalam rangka optimalisasi koordinasi lintas sektor demi keberhasilan Program Keluarga

Lebih terperinci

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK

PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGUMUMAN RENCANA UMUM TAHUN ANGGARAN PERUBAHAN 2013 Nomor : 602/7715 /DBMP/ 2013 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA Alamat : Jln. Raya Mangunreja - Km. 1,200 Kab. Tasikmalaya / 1 1.03.1.03.01

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Jurnal Akuatika Vol. IV No. 2/ September 2013 ( ) ISSN DISPARITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS KABUPATEN TASIKMALAYA)

Jurnal Akuatika Vol. IV No. 2/ September 2013 ( ) ISSN DISPARITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS KABUPATEN TASIKMALAYA) Jurnal Akuatika Vol. IV No. 2/ September 2013 (115-130) DISPARITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS KABUPATEN TASIKMALAYA) Achmad Rizal Laboratorium Manajemen dan Bisnis Kelautan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan Pertanian

Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan Pertanian Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan Pertanian Marenda Ishak S Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG VOLUME PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG VOLUME PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK NO. NAMA PAKET KEGIATAN BELANJA / 1 1.03.1.03.01 Dinas Bina Marga dan 1 DED Jalan Papayan-Cikalong DED Jalan Amblas Ruas Jalan Papayan-Cikatomas-Cikalong (Banprov Jasa Konsultansi 672.180.000,00 1 Paket

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S.

LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. HAERUDIN, S. LAPORAN KEGIATAN RESES PERORANGAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2015 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HAERUDIN, S.Ag, MH No. Anggota A-477 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR

KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR Penelitian Internal Laporan Hasil Penelitian KAJIAN STRATEGI MIGRASI ASET PD. PK KE BPR Oleh: Iman Pirman Hidayat, SE., M.Si., Ak.(NIDN: 04-3008-7202) H. Asep Budiman, SE., MP. (NIDN: 04-1603-6001) FAKULTAS

Lebih terperinci

PANWASLU KABUPATEN TASIKMALAYA

PANWASLU KABUPATEN TASIKMALAYA PANWASLU KABUPATEN TASIKMALAYA KELOMPOK KERJA PEMBENTUKAN PANWASLU KECAMATAN Alamat : Jl. Raya Timur Ruko Blok Singaparna No. 25-27 Badakpaeh Singaparna Tasikmalaya 46417 PENGUMUMAN HASIL TES TERTULIS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH Gambaran umum daerah memperlihatkan kondisi terkini perkembangan pencapaian tujuan pembangunan daerah. Sesuai paradigma pembangunan yang dipakai yaitu pembangunan manusia, maka

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO RENTABILITAS PADA INDUSTRY KERAJINAN TANGAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA.

ANALISIS HASIL PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO RENTABILITAS PADA INDUSTRY KERAJINAN TANGAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA. ANALISIS HASIL PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO RENTABILITAS PADA INDUSTRY KERAJINAN TANGAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA Iwan Sugianto Program Studi Manajemen STIE Latifah Mubarokiyah Suryalaya Tasikmalaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TASIKMALAYA FAISHAL ADLAN

PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TASIKMALAYA FAISHAL ADLAN PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TASIKMALAYA FAISHAL ADLAN DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan:

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat studi, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, serta kerangka latar belakang yang berisikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA)

RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA) RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA) PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jl.Bojong Koneng Kompleks Perkantaoran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 61 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,

Lebih terperinci

RINAWATI Jl. Karang tingal 34 Rt 028/ Rw 004 Kelurahan Manonjaya Kecamatan Manonjaya

RINAWATI Jl. Karang tingal 34 Rt 028/ Rw 004 Kelurahan Manonjaya Kecamatan Manonjaya PENGARUH PERPUTARAN KAS TERHADAP PROFITABILITAS DAN DAMPAKNYA PADA DANA SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN (SPP) (Sensus Pada Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Wilayah Kab Tasikmalaya) RINAWATI Jl. Karang

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI PAPUA OLEH BAMBANG WAHYU PONCO AJI H

IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI PAPUA OLEH BAMBANG WAHYU PONCO AJI H IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI PAPUA OLEH BAMBANG WAHYU PONCO AJI H14084025 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL : Candra Nuraini, SP.,M.Si NIDN 00-1512-7402 Unang, Ir., M.Sc NIDN 04-2009-6001 Dibiayai oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time series) antara tahun 2009 hingga tahun 2013. Data tersebut terdiri dari:

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA No Nama Kegiatan/Paket Pekerjaan RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2012 DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA Sumber Dana 1 Pembangunan Jembatan (Banprov 2012) BANPROV 8,097,000,000

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BALAI PENGOBATAN (BP) UMUM PUSKESMAS DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BALAI PENGOBATAN (BP) UMUM PUSKESMAS DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009 ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BALAI PENGOBATAN (BP) UMUM PUSKESMAS DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009 TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

AKTIVITAS KELOMPOK TANI TEH RAKYAT DALAM UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA SINGASARI KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA

AKTIVITAS KELOMPOK TANI TEH RAKYAT DALAM UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA SINGASARI KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA AKTIVITAS KELOMPOK TANI TEH RAKYAT DALAM UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA SINGASARI KECAMATAN TARAJU KABUPATEN TASIKMALAYA Novi Tri Adianti 1 (Noftitrie01@yahoo.co.id) Nedi Sunaedi 2 (nedi-pdil@yahoo.com)

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT

PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis Universitas Wiralodra e-mail: yuswadi_yuri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 OLEH KPU KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 OLEH KPU KABUPATEN/KOTA MODEL A.3.3-PPWP REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 OLEH KPU KABUPATEN/KOTA KABUPATEN PROVINSI : TASIKMALAYA : JAWA BARAT JUMLAH DESA JUMLAH TPS PEMILIH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA Kode/Nama Rumpun Ilmu : 724/ Pendidikan Geografi LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA ANALISIS KAJIAN GEOGRAFIS POTENSI PARIWISATA AIR TERJUN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN (PPK)

DAFTAR NAMA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN (PPK) Kecamatan : CIPATUJAH 1 IIS SARKILAH TASIKMALAYA 1955-11-15 P 8/Kpts/KPU-Kab-011.329078/2013 2013-04-05 KP. SUKAJAYA RT/RW. 017/005 DESA CIPATUJAH KEC. CIPATUJAH 2 DAYAT SUMANA, S.Sos TASIKMALAYA 1965/09/25

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ITGBM

USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ITGBM USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ITGBM ITGBM PENCEGAHAN AIR BORN DESEASE PADA BALITA MELALUI EDUKASI RUMAH SEHAT Oleh : Dr. ASEP SURYANA ABDURRAHMAT, S.Pd.,M.Kes (NIDN 0023046905) LILIK HIDAYANTI, SKM.,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA PENGUMUMAN mor : /Peng/KPU-Kab.Tsm/V/ HASIL SELEKSI TEST WAWANCARA CALON ANGGOTA PPK PADA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA BUPATI TASIKMALAYA DAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2008 NOMOR : 15 A TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BERSAMA BUPATI TASIKMALAYA DAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2008 NOMOR : 15 A TAHUN 2008 TENTANG Dicabut dengan Perwal Nomor 64 Tahun 2013 PERATURAN BERSAMA BUPATI TASIKMALAYA DAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2008 NOMOR : 15 A TAHUN 2008 TENTANG TARIF ANGKUTAN PERBATASAN DI TASIKMALAYA DENGAN

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2015 PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Jl. Cisalak No. 133 A Tasikmalaya Telp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tasikmalaya, Maret 2011 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA KETUA, DEDEN NURUL HIDAYAT, ST., MM KABUPATEN TASIKMALAYA

KATA PENGANTAR. Tasikmalaya, Maret 2011 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA KETUA, DEDEN NURUL HIDAYAT, ST., MM KABUPATEN TASIKMALAYA KATA PENGANTAR Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai salah satu bagian dari penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN 2003 2013 Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 c_rahanra@yahoo.com P. N. Patinggi 2 Charley M. Bisai 3 chabisay@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 127 dan Pasal

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT (Determination of the Main Commodity Crops Based of Production in the Kotawaringin Barat Regency)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR METROPOLITAN AREA NETWORK (MAN) PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR METROPOLITAN AREA NETWORK (MAN) PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR METROPOLITAN AREA NETWORK (MAN) PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TESIS NIDAR NADROTAN NAIM SUJANA 0906578075 MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah penyerahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 117 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tasikmalaya 3.1.1 Kebijakkan Kabupaten Tasikmalaya A. Kebijakkan Kabupaten Tasikmalaya dalam Konteks Keruangan Nasional Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB II KONDISI UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB II KONDISI UMUM PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya Apip Supriadi

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya Apip Supriadi JIE ISSN : 2301-8828 Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 2, nomor 1, Januari Juni 2012 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Kerajinan Pandan Di Kabupaten Tasikmalaya Apip Supriadi Analisis Potensi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MERGER DAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN KINERJA KEUNGGULAN BERSAING KOMODITAS MINAPOLITAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Muhammad Rafiy 1, Ernawati 2, Surianti 3 Universitas Halu Oleo 1 muhammadrafiy53@gmail.com, 2 erna_unhalu@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang C502 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG. Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif

KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG. Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. H. Zainal Abidin Pagaralam No. 1A, Rajabasa,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BUDIDAYA PADI SRI BAGI PETANI DAN MASYARAKAT KABUPATENTASIKMALAYA. Oleh :

LAPORAN AKHIR KAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BUDIDAYA PADI SRI BAGI PETANI DAN MASYARAKAT KABUPATENTASIKMALAYA. Oleh : LAPORAN AKHIR KAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BUDIDAYA PADI SRI BAGI PETANI DAN MASYARAKAT KABUPATENTASIKMALAYA Oleh : Dr. Ronnie S Natawidjaja, Ir., MSc Endah Djuwendah, SP., MSi Gema Wibawa Mukti, SP.,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Taikmalaya berada sekitar 360 km sebelah Tenggara Jakarta dengan ibukota Singaparna. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci