Ema Sekar Arum Love has its own Story Ketika Hati Menemukan Cinta Nulis Buku
Love Has Its Own Story Oleh: Ema Sekar Arum Copyright 2013 by Ema Sekar Arum Penerbit Nulis Buku www.nulisbuku.com admin@nulisbuku.com Ide Judul: Ardy Desain Sampul: macsdne@yahoo.com Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2
SEBUAH CERITA SEBUAH CINTA 3
Riuh ramai siswa-siswi berseragam putih abuabu yang berjalan masuk dari pintu gerbang menuju gedung sekolah menghiasi pagi ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.58, pantas saja semua siswa terlihat panik ketika berhasil melewati gerbang yang di jaga oleh satpam super jutek. Seorang cowok berjalan terburu-buru diikuti oleh seorang cewek yang terlihat lebih muda. Mereka adalah kakak beradik yang baru saja pindah dari kota kembang, Bandung. Pindah ke Jakarta lantaran pekerjaan orangtua mereka. Yang cowok adalah kakaknya, Evan, lumayan tinggi untuk ukuran cowok, berpostur tubuh atletis, rambutnya cepak, dan saat ini memakai tas ransel berwarna abu-abu. Adiknya, Silvia, berambut panjang sedikit melebihi bahu dengan poni miring kekanan, memakai rok abu-abu pendek, dan membawa sebuah kertas bergambar denah SMA Advent. Kelas gue mana ya? Evan bergumam sambil tetap berjalan cepat. Mana gue tau! Makanya, tadi disuruh bawa denah kagak mau lu! sahut Silvia. Ih ogah! Berasa cupu aja bawa-bawa denah... Evan memutar bola matanya. Jadi lo pikir gue cupu gitu? Terserah deh ya, gue mau duluan! Udah nemu tuh, kelas gue! suara Silvia terdengar cuek sambil menunjuk sebuah ruang kelas yang bertuliskan Laboraturium yang terletak disamping papan mading. Sementara Evan masih 1 4
sibuk mencari ruang kelasnya, pelajaran pertamanya adalah Biologi, jadi paling tidak dia harus menemukan Laboraturium Biologi di sekolah barunya. SMA ini memakai sistem moving class, jadi memang agak ribet untuk berpindah-pindah kelas, apalagi bagi siswa baru seperti mereka. Akhirnya setelah beberapa menit mencari, Evan menemukan kelasnya. Ternyata bukan sebuah laboraturium, melainkan hanya kelas biasa dengan meja-kursi dari kayu. Beruntung pelajaran belum dimulai, Evan segera masuk ke dalam kelas tersebut dan duduk di kursi yang kebetulan kosong. Beberapa pasang mata jelas sedang menatapnya. Selang beberapa detik setelah dia meletakkan pantatnya diatas kursi, sang guru datang, seorang wanita yang berumur sekitar 40 tahun lebih, memakai kacamata dan membawa stopmap didepan dadanya. Tanpa basa-basi dia duduk dan langsung membuka buku, berencana untuk segera memulai pelajaran. Tok tok tok. Hampir semua siswa menoleh kearah pintu masuk. Maaf Bu, saya terlambat, ban saya bocor dijalan.. kata seorang siswi setelah mengetuk pintu dan kemudian berdiri disamping meja guru. Alasan! Untung pelajaran belum saya mulai! Sudah, duduk.. Yang diajak bicara menatap seisi ruang kelasnya. Hanya ada satu kursi kosong di kelas itu, dengan percaya diri, dia langsung duduk di kursi tersebut, di samping Evan. Rambut hitam, bergelombang, panjang, yang dibiarkan tergerai, seragam putih abu-abu yang kecil, 5
mengikuti bentuk tubuhnya, dan bibir yang terlihat mengkilap dari samping membuat senyum Evan mulai mengembang ketika melirik siswi tersebut. Lo... Anak baru ya? Kenalin... Gue Bella, Bella, nama siswa tersebut, mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Evan mengangguk, Evan, Hmm... Dari mana? tanya Bella, tanpa dia sadari, dia sedikit tertarik pada teman cowoknya ini. Bandung, lo asli sini ya? Iya... Bella tersenyum jaim. Ngomong-ngomong, lo tahu latihan basket di sekolah ini? Basket...? Hmm, kebetulan sore ini ada kok, dateng aja! Lo anak basket ya? Hah? Enggak! Masalahnya latihan basket barengan sama latihan cheers juga, makanya... gue tau! diiringi tawa kecil Bella menjawab. Percakapan mereka terhenti sampai disitu ketika guru Biologi mulai menerangkan dan memberi tugas. Istirahat Bella sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ketika pelajaran selesai. Ke lab fisika bareng? tanya Evan yang masih duduk disampingnya. Boleh, sambil tersenyum Bella menjawab. Sejak obrolan beberapa menit antara Evan dan Bella, mereka menjadi lumayan akrab hari ini. Itulah kelebihan Bella, easy going, dia mudah dekat dengan orang lain, terlebih cowok. 6
LATIHAN PERDANA Suara pantulan bola basket terdengar berulang kali ketika Evan dan adiknya berjalan masuk ke lapangan basket. Evan segera melepas jaketnya, memperlihatkan jersey bertuliskan Lakers, 23, berwarna kuning-ungu yang sedang dia pakai. Tanpa basa-basi dia ikut gabung ke beberapa orang yang sedang asyik melakukan three point di setengah lapangan. Sedangkan Silvia dengan jersey lawasnya, bertuliskan angka 12 dan namanya sendiri, memilih untuk duduk di pinggir lapangan dan dengan ramah mulai berkenalan dengan beberapa siswa seangkatan. Lo anak baru itu ya? tanya seorang cowok pada Evan ketika selesai melepas three point. Evan menoleh dan mengangguk, iye... jawabnya. Cowok itu mengulurkan tangannya, gue Micky... Teman sekelas lo, kalo lo nyadar, Evan tertawa kecil, Evan... singkat, padat dan jelas. Itu yang pakai jersey pop mie nomor 99 pelatih sini, kita biasa panggil bang Belor... Micky menunjuk seorang laki-laki yang berumur 28 tahun yang saat ini sedang duduk mengobrol dengan salah seorang siswa cowok. Sosok tinggi, coklat, botak dengan suara yang membahana. Nah, ini nih... salah satu junior kita, KAPTEN!! Micky mengenalkan seorang cowok yang kebetulan baru saja datang dan menaruh tas. Dia memanggil cowok itu dengan keras, Kapteeen! Walaupun masih junior, Rio, berhasil dipilih menjadi kapten SMA Advent tahun ini. Dia 7
satu angkatan dengan Silvia, postur yang lebih pendek, rambut cepak, kulit bersih coklat muda, tampan - babyface, salah satu idaman para siswi di SMA ini. Itu yang pake jersey putih namanya Dhea, pacarnya si Rio... Eh itu adik lo ya? Evan menoleh dan mendapati adiknya sedang mengobrol dengan teman ceweknya, Dhea. Cantik, tinggi, putih, bersih dan menawan. Ehm, iya, kenapa? Nggak... mirip aja sama lo, ujar Micky. Evan tersenyum kecil, bentar deh... eh, Sil! Evan dengan lantang memanggil adiknya itu. Silvia. Apaan sih? Resek! Kalo manggil yang sopan dong! kata Silvia, sedikit jengkel. Evan tertawa, sorry... ini, kenalin... teman sekelas gue tenyata, Akhirnya Micky dan Silvia berkenalan. Mereka saling melempar senyum. Hening sejenak. Micky terus memperhatikan Silvia yang kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya. Ngomong-ngomong, lo tahu dari mana kalau hari ini ada latihan? tanya Micky yang disaat bersamaan membuat Evan mengalihkan pandangan dari cewek bernama Dhea. Hmm, Bella... Bella? Micky langsung menoleh ke luar lapangan dan samar-samar melihat gerakan cheers yang sedang latihan. Cepet banget ya kalian akrabnya... sahutnya. Oh iya? Hmm, ya... dia baik... 8
Dia... emang baik... tapi dia udah punya cowok, Micky sedikit tertawa. Evan hanya menatapnya dalam diam, bahkan tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Lebih lengkapnya silahkan beli bukunya ya temanteman 9