HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

RESPON FISIOLOGIS IKAN PATIN SIAM (Pangiasanodon hypothalmus) PADA BERBAGAI TINGKAT KALSIUM MEDIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS FISIOLOGIS IKAN PATIN SIAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL. Parameter Utama

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Balashark

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

Tingkat Kelangsungan Hidup

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Biologi Udang Vaname

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

Hasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh(hemolim) juvenil udang galah 1. Kabel disambungkan ke sumber listrik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) KURNIA FATURROHMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer Bloch)

OSMOREGULASI Berasal dari kata osmo dan regulasi Artinya pengaturan tekanan osmotik (tekanan untuk mempertahankan partikel zat pelarut agar tidak muda

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

IV. HASIL DA PEMBAHASA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

1. PENDAHULUAN. jual dan permintaan yang cukup tinggi (Szuster & Albasri, 2010). Harga jual ikan

PENGARUH SALINITAS DAN KALSIUM TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BALASHARK (Balanthiocheilus melanopterus) TUTIK KADARINI

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854) pada salinitas berbeda

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

Transkripsi:

19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan patin siam tertera pada Gambar 2 dan 3. Sintasan Sintasan yang diperoleh pada penelitian tahap I selama 20 hari pemeliharaan adalah berkisar antara 91,65% sampai 93,30%. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar kalsium media tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap sintasan benih ikan patin siam. 100.00 98.00 96.00 Sintasan (%) 94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 0 100 200 Gambar 1 Rata-rata sintasan ikan patin siam selama penelitian Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Harian Laju pertumbuhan bobot benih ikan patin siam selama 20 hari dipengaruhi oleh tingkat kalsium media yang berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

20 laju pertumbuhan bobot dan panjang harian pada perlakuan C (media salinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) lebih tinggi dari perlakuan lainnnya. Laju pertumbuhan bobot (%/hari) 3.30 3.25 3.20 3.15 3.10 3.05 3.00 2.95 2.90 2.85 2.80 2.75 0 100 200 Gambar 2 Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama penelitian 1.40 Laju pertumbuhan panjang (%hari) 1.30 1.20 1.10 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0 100 200 Gambar 3 Rata-rata laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama penelitian

21 Penelitian Tahap II Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian tahap pertama dilanjutkan penelitian tahap kedua. Percobaan tahap kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tingkat kalsium media yang berbeda terhadap kondisi fisiologis benih ikan patin siam. Hasil pangamatan pada penelitian tahap kedua didapatkan data tentang parameter kualitas air baik kimia maupun fisika, konsentrasi kalsium media dan tubuh ikan, sintasan, laju pertumbuhan bobot dan panjang harian, tingkat kerja osmotik, kadar glukosa darah, tingkat konsumsi oksigen dan efisiensi pakan. Fisika Kimia Air Nilai parameter fisika kimia air selama penelitian secara umum masih layak untuk mendukung sintasan dan perumbuhan ikan patin siam. Data hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air dapat dilihat pada Tabel 2. Konsentrasi kalsium media pemeliharaan dan tubuh ikan meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi kalsium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kalsium media dan tubuh ikan yang tertinggi pada perlakuan media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 (Tabel 3). Tabel 2 Kisaran nilai parameter fisika kimia air pada setiap perlakuan selama penelitian Parameter Perlakuan A (0 mg/l) B (50 mg/l) C (100 mg/l) D (150 mg/l) Salinitas (ppt) 3 3 3 3 Suhu ( 0 C) 30-31 30-31 30-31 30-31 ph (unit) 6,20-7,81 6,63-7,81 6,61-7,98 6,61-8,08 NH 3 (mg/l) 0,01-0,1 0,01-0,07 0,01-0,05 0,01-0,03 Kesadahan (mg/l CaCO 3 ) 309,5-354,5 377,7-389,7 409,7-420,9 450,9-467,4 DO (mg/l) 3,20-6,01 3,53-6,02 3,54-6,03 3,36-6,02

22 Tabel 3 Rata-rata konsentrasi mineral Ca 2+ di media dan tubuh benih ikan patin siam pada setiap perlakuan selama penelitian Ca 2+ media CaCO Perlakuan 3 Media Ca 2+ tubuh (mg/l) (mg/l) (g/100g) A (3 ppt) 32,05 80,13 4021,8 B (3 ppt+50 mg/l CaCO 3 ) 43,64 109,10 4497,6 C (3 ppt+100 mg/l CaCO 3 ) 50,98 127,45 4565,3 D (3 ppt+150 mg/l CaCO 3 ) 60,06 150,00 4048,7 Sintasan Data sintasan benih ikan patin siam pada akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Sintasan pada perlakuan C (100 mg/l CaCO 3 ) relatif lebih tinggi yaitu 97,78% dibandingkan perlakuan B (50 mg/l CaCO 3 ), A (0 mg/l CaCO 3 ) dan D (150 mg/l CaCO 3 ) yaitu 94,45 %, 92,78 % dan 91,67%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat kalsium media yang berbeda tidak mempengaruhi sintasan benih ikan patin siam (P>0,05; Lampiran 6) Sintasan (%) 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 92,78±2,55 a 94,45±2,25a 97,78±2,55 a 91,67±0,96 a kalsium (mg/l CaCO 3 ) Gambar 4 Rata-rata sintasan ikan patin siam selama penelitian Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Harian Hasil pengukuran bobot pada setiap 10 hari sekali dapat dilihat pada Lampiran 7. Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian selama penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05), yaitu laju pertumbuhan bobot harian perlakuan C (media bersalinitas 3 ppt dengan

23 penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 5; Lampiran 8). Laju pertumbuhan bobot (%/hari) 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 2,42±0,07 b 2,82±0,04 c Gambar 5 Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama penelitian Hasil pengukuran panjang setiap 10 hari sekali dapat dilihat pada Lampiran 9. Rata-rata laju pertambahan panjang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05) yaitu perlakuan C (media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) menghasilkan laju pertambahan panjang tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 6). Laju pertumbuhan panjang (%/hari) 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 0,78±0,06 a 1,03±0,05 c 0,81±0,04 ab 0,90±0,04 b Gambar 6 Rata-rata laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama penelitian

24 Tingkat kerja osmotik Hasil penelitian (Gambar 7; Lampiran 11) menunjukkan bahwa TKOs berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05), yaitu TKOs pada perlakuan C (media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) lebih rendah dibandingkan pada perlakuan lainnya (perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan D). Tingkat Kerja Osmotik (Osmol/Kg) 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 0,241±0,014 c 0,225±0,014 bc 0,199±0.014 ab 0,187±0,004 a Gambar 7 Rata-rata tingkat kerja osmotik ikan patin siam selama penelitian Tingkat konsumsi oksigen Hasil penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa TKO berbeda nyata antar perlakuan (p<0,05; Lampiran 12), yaitu TKO pada perlakuan C (media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya (perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan D).

25 TKO (mgo2/gr tubuh ikan/jam) 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0,31±0,03 a 0,44±0,05 c 0,35±0,01 ab 0,37±0,01 b Gambar 8 Rata-rata tingkat konsumsi oksigen ikan patin siam selama penelitian Glukosa Darah Hasil penelitian (Gambar 9) menunjukkan ada perbedaan nyata (P<0,05; Lampiran 13) antar perlakuan terhadap kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah ikan patin siam pada perlakuan C (media 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) lebih rendah dibandingkan kadar glukosa darah pada perlakuan lainnya (perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan D). Glukosa darah (mg/100 ml) 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 57,67±1,89 c 50,43±1,78 ab 45,88±1,76 a 53,05±3,29 bc Gambar 9 Rata-rata kadar glukosa darah ikan patin siam pada selama penelitian

26 Efisiensi Pemanfaatan Pakan Data hasil penelitian efisiensi pemanfaatan pakan pada setiap perlakuan selama penelitian disajikan pada Gambar 10 dan secara rinci jumlah konsumsi pakan terlampir (Lampiran 14). Efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi dicapai pada perlakuan C (media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan 100 mg/l CaCO 3 ) yaitu 62,74% dibandingkan dengan perlakuan lainnya (perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan D). Efisiensi pakan (%) 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 62,74±2,38 b 51,99±2,23 a 50,28±2,28 a 44,74±4,17 a Gambar 10 Rata-rata efisiensi pakan ikan patin siam selama penelitian Pembahasan Parameter fisika kimia air selama penelitian pada Tabel 2, masih layak untuk sintasan dan pertumbuhan ikan patin siam. Kisaran suhu selama penelitian relatif stabil yaitu berkisar antara 30-31 0 C, hal ini dikarenakan pada saat penelitian menggunakan heater untuk menstabilkan suhu media. Menurut Handoyo et al. (2008) suhu media yang berkisar 26-31 0 C masih layak untuk sintasan dan pertumbuhan ikan patin siam. Oksigen terlarut selama penelitian masih layak untuk sintasan dan pertumbuhan ikan patin siam yaitu berkisar 3,20-6,02 mg/l. Rata-rata nilai kesadahan, ph dan kadar kalsium pada perlakuan penambahan kalsium 50, 100 dan 150 mg/l relatif lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa penambahan kalsium. Penambahan kalsium CaCO 3 ke dalam media pemeliharaan (salinitas 3 ppt) mengakibatkan peningkatan kadar Ca 2+

27 media sehingga nilai ph dan nilai kesadahan juga mengalami peningkatan. Mateen et al. (2004), menyatakan bahwa ikan akan tumbuh dengan baik pada berbagai tingkat kesadahan akan tetapi nilai kesadahan yang optimum yaitu 100-400 ppm. Nilai parameter kualitas air terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan patin siam selama penelitian juga ditentukan oleh kondisi media pemeliharaan yang stabil karena selama penelitian berlangsung dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari total volume air, oleh karena itu parameter fisika kimia air tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium media relatif meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi kalsium. Rata-rata kadar kalsium media berkisar 32,05 sampai dengan 60,06 mg/l (Tabel 3). Media bersalinitas dengan penambahan kalsium CaCO 3 mempengaruhi kadar kalsium tubuh ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium tubuh ikan berkisar 4021,8-4565,3 mg/100g. Kadar kalsium tubuh ikan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi penambahan CaCO 3. Media bersalinitas 3 ppt dengan penambahan kalsium 100 mg/l (perlakuan C) memiliki kadar kalsium tubuh yang relatif lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Peningkatan kadar kalsium didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Guerreiro et al. (2004) yang menunjukkan bahwa penyerapan kalsium meningkat pada ikan yang dipaparkan pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium dibandingkan ikan yang dipaparkan pada media bersalinitas tanpa penambahan kalsium. Kadar kalsium tubuh ikan pada perlakuan D (150 mg/l CaCO 3 ) relatif lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hasil penelitian Zaidy (2007) menunjukkan bahwa pada saat kadar kalsium lingkungan tinggi, jumlah HCO 3 di lingkungan akan rendah, sehingga HCO 3 yang masuk ke tubuh akan terhambat bahkan sebaliknya dapat keluar dari tubuh. Pertukaran kalsium antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui insang. Sel klorida yang terdapat pada insang memiliki peran aktif dalam penyerapan kalsium. Jumlah sel chloride pada insang ikan akan meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi kalsium di lingkungan (Calta 2000). Hasil pengamatan penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot meningkat pada konsentrasi penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 dan mengalami penurunan pada konsentrasi 200 mg/l CaCO 3. Perlakuan

28 kalsium dengan konsentrasi 100 mg/l CaCO 3 menghasilkan rata-rata sintasan tertinggi yaitu 97,78%, dari hasil tersebut maka ditetapkan konsentrasi 0, 50, 100, 150 mg/l CaCO 3 untuk digunakan pada penelitian tahap kedua. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa penambahan kalsium tidak memberikan pengaruh terhadap sintasan benih ikan patin siam selama penelitian. Hasil penelitian Kadarini (2009) menunjukkan bahwa penambahan kalsium dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30 dan 40 mg/l Ca(OH) 2 tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan balashark. Sintasan benih ikan patin selama penelitian tahap kedua pada setiap perlakuan dari hasil analisis ragam tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05), namun demikian hasil pengamatan didapatkan bahwa sintasan pada perlakuan C yaitu 95,55% cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan D). Tingkat kalsium media pemeliharaan yang berbeda mempengaruhi laju pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan patin (P<0,05). Laju pertumbuhan bobot dan panjang harian tertinggi terlihat pada perlakuan dengan konsentrasi penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 yaitu sebesar 2,82% dan 1,03% (Gambar 5 dan 6). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Abbink et al. (2006) terhadap ikan sea bream Sparatus auratus yang dipelihara pada media bersalinitas 2,5 ppt (konsentrasi kalsium 0,7 mmol/l) yaitu ditemukan adanya hubungan korelasi positif antara konsentrasi plasma Ca 2+ dan PTHrP (Parathyroid hormone related protein) dengan bobot tubuh ikan. PTHrP berperan sebagai hormon pertumbuhan pada ikan dan menunjukkan bahwa energi untuk mengontrol hypercalcemia menurun dan massa tubuh meningkat sehingga meningkatkan juga laju pertumbuhan ikan. Kousoulaki et al. (2010) menyatakan bahwa kalsium merupakan makro mineral utama untuk fisiologis mamalia dan ikan, mempengaruhi mineralisasi tulang, osmoregulasi dan proses enzimatik. Hasil penelitian (Gambar 7) menunjukkan bahwa perlakuan media salinitas 3 ppt dengan penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 menghasilkan tingkat kerja osmotik yang rendah. Hasil ini mengindikasikan bahwa beban kerja enzim Na +, K + -ATPase relatif minimal dalam melakukan aktivitas pengangkutan Na +, K + dan Cl - atau energi yang digunakan

29 untuk proses osmoregulasi juga akan relatif rendah sehingga porsi energi lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arjona et al. (2009) bahwa keseimbangan osmoregulasi dapat dicapai melalui aktivitas enzim Na +, K + -ATPase yang efisien sehingga ikan mampu mempertahankan konsentrasi Na + dan plasma osmolaritas. Perbedaan osmolaritas media dan plasma cairan tubuh benih ikan patin yang disebabkan oleh media bersalinitas dan penambahan kalsium akan menentukan tingkat kerja osmotik (beban osmotik) ikan yang selanjutnya akan mempengaruhi sintasan dan pertumbuhan ikan patin siam. Tingkat kerja osmotik yang dialami benih ikan patin siam merupakan selisih antara osmolaritas media dan cairan tubuh, semakin tinggi selisih osmolaritas media dan cairan tubuh maka kerja osmotik yang dialami benih ikan patin siam akan semakin tinggi. Tingkat kerja osmotik diluar kisaran media isoosmotik akan menyebabkan benih ikan melakukan kerja osmotik yang tinggi untuk keperluan osmoregulasi sehingga porsi energi untuk pertumbuhan akan berkurang (Karim 2006). Tingkat kerja osmotik pada media dengan penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 yaitu 0,187 Osmol/kg merupakan tingkat kerja osmotik yang memberikan kinerja fisiologis terbaik terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan patin siam. Hasil ini didukung oleh beberapa indikator fisiologis lainnya seperti tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah dan efisiensi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tekanan tingkat kerja osmotik 0,199 Osmol/kg, 0,241 Osmol/kg, dan 0,222 Osmol/kg, pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan patin siam rendah. Hasil ini mengindikasikan bahwa air bersifat hipoosmotik bagi benih ikan patin siam yang menyebabkan ikan tersebut harus melakukan kerja hiperosmotik untuk mempertahankan cairan tubuhnya. Media yang hipoosmotik dan kerja hiperosmotik yang besar akan mengakibatkan energi yang digunakan untuk osmoregulasi yang besar, sehingga porsi energi untuk pertumbuhan lebih kecil. Syakirin (1999 ) menyatakan bahwa pertumbuhan dan efisiensi pakan meningkat pada kondisi tingkat kerja osmotik yang rendah atau mendekati isoosmotik untuk ikan nila merah. Hasil penelitian Fitrani (2009) menunjukkan bahwa tingkat kerja osmotik yang rendah (mendekati

30 isoosmotik) yaitu 0.03 Osmol/kg memberikan pertumbuhan yang lebih baik untuk ikan patin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tekanan tingkat kerja osmotik 0,199 Osmol/kg, 0,241 Osmol/kg, dan 0,222 Osmol/kg, glukosa darah dan tingkat konsumsi oksigen meningkat. Hasil ini mengindasikan bahwa benih ikan patin siam harus merespon tingkat kerja osmotik yang tidak sesuai untuk media tempat hidupnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa media salinitas 3 ppt dengan penambahan kalsium dapat menurunkan tingkat kerja osmotik. Hasil penelitian Guerreiro et al. (2004) menunjukkan bahwa media bersalinitas dengan penambahan kalsium dapat menurunkan nilai osmolaritas. Karim (2006) menyatakan bahwa Ca 2+ merupakan salah satu ion utama yang menentukan osmolaritas media. Tingkat konsumsi oksigen pada awal penelitian secara umum lebih tinggi dibandingkan pada akhir penelitian. Hasil ini mengindikasikan bahwa ikan patin siam pada awal penelitian masih melakukan adaptasi atau penyesuaian terhadap media bersalinitas dengan penambahan kalsium dan tanpa penambahan kalsium. Hasil penelitian (Gambar 8; Lampiran 12) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi oksigen tertiggi dihasilkan pada tingkat kalsium media 0 mg/l CaCO 3 dan yang terendah pada media dengan konsentrasi kalsium 100 mg/l CaCO 3. Hasil ini mengindikasikan bahwa energi yang digunakan untuk proses metabolisme relatif kecil dan sisa energi bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Affandi dan Tang (2002) bahwa tingkat konsumsi oksigen merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat metabolisme pada ikan. Selain itu konsumsi oksigen juga merupakan indikator yang menunjukkan tingkat metabolisme energetik. Respon fisiologis ikan terhadap tekanan lingkungan seperti perubahan salinitas media dikategorikan kedalam 3 kelompok yaitu primer, skunder dan tersier (Barton 2002). Respon primer antara lain meningkatnya produksi katekolamin dan kortikosteroid, respon skunder berhubungan dengan metabolisme, pernafasan dan kardiovaskular sedangkan respon tersier yaitu pengaruh terhadap peforma organisme seperti perubahan terhadap pertumbuhan.

31 Respon stres primer d an skunder akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan. Media salinitas dengan penambahan kalsium dapat mengurangi stres yaitu dilihat dari menurunnya kadar glukosa darah pada perlakuan media bersalinitas dengan penambahan kalsium jika dibandingkan perlakuan tanpa penambahan kalsium. Pada penelitian ini untuk mengetahui respon stres ikan patin siam terhadap tingkat kalsium media berbeda maka dilakukan pengamatan terhadap kadar glukosa darah pada setiap perlakuan. Hasil penelitian (Gambar 9) menunjukkan bahwa perlakuan media salinitas 3 ppt dengan penambahan kalsium media 100 mg/l CaCO 3 merupakan perlakuan yang menghasilkan kadar glukosa darah terendah sebesar 45,88 mg/100 ml. Hasil ini mengambarkan bahwa media dengan penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 merupakan kondisi yang optimum untuk fisiologis ikan patin siam. Menurut Porchas et al. (2009) pada kondisi stres atau suboptimum (internal atau eksternal) sel kromaffin akan melepaskan hormon katekolamin yang merupakan hormon stres yang berhubungan dalam mobilisasi kortisol dan peningkatan glukosa darah. Hasil penelitian Arjona et al. (2009) menunjukkan bahwa tingkat kerja osmotik memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan. Media salinitas dengan penambahan kalsium (CaCO 3 ) mempengaruhi persentase efisiensi pemanfaatan pakan (P<0,05) dibandingkan media salinitas tanpa penambahan kalsium. Hasil penelitian (Gambar 10) pada media salinitas dengan penambahan kalsium 100 mg/l CaCO 3 menunjukkan persentase efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi yaitu 62,74 %. Hasil ini sejalan dengan tingkat kerja osmotik yang rendah (media mendekati isoosmotik) dan minimalnya tingkat konsumsi oksigen standar. Mahmudi (1991) menyatakan bahwa kondisi media yang isoosmotik mampu memaksimalkan konsumsi pakan dan mengefisienkan pemanfaatan pakannya. Hasil penelitian Imsland et al. (2008) bahwa pada kondisi lingkungan yang isoosmotik proses sintesis enzim-enzim pencernaan berjalan dengan baik sehingga proses pencernaan juga berjalan dengan lancar, dalam keadaan demikian maka akan meningkatkan efesiensi pakan dan pertumbuhan.