III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kemampuan Puasa Ikan Hasil uji kemampuan puasa benih ikan gurame yang dipelihara sebanyak 30 ekor menunjukkan bahwa ikan gurame tersebut dapat bertahan hidup selama 6 hari. Berikut merupakan data tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air benih ikan gurame selama pemuasaan (Tabel 2). Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih dan Kualitas Air Benih Ikan Gurame Hari ke- ikan hidup (ekor) ikan mati (ekor) SR (%) Suhu (oc) ph NH 3 (mg/l) Tingkah Laku Ikan berenang aktif berenang aktif berenang aktif berenang aktif berenang aktif berenang lemas berenang lemas berenang lemas Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Ikan Gurame Hasil uji TKO diperoleh benih ikan gurame dengan bobot ±1,7 gram memiliki nilai TKO sebesar 0,219 mgo 2 /gr setiap jam, jadi jumlah oksigen yang dibutuhkan selama 72 jam dengan kepadatan 50 ekor/l adalah sebanyak 1340,28 mgo 2 (Lampiran 1) Laju Ekskresi TAN Benih Ikan Gurame Ekskresi TAN ikan gurame yang didapat dari pengujian setiap 12 jam selama 48 jam didapat nilai TAN yang dihasilkan oleh ikan gurame dengan bobot 1,7 gram adalah mg TAN/l perjam (Lampiran 2). Berdasarkan hasil uji 10

2 tersebut diprediksi nilai TAN ikan gurame dengan ukuran ±1,7 gram sebanyak 50 ekor dalam media pengepakan selama 72 jam adalah sekitar 22,644 mg/l Penelitian Utama Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Pengangkutan Benih Ikan Gurame Tingkat kelangsungan hidup benih ikan pada media pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3. Dan hasil analisis statistik dapat dilihat pada lampiran 19. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan pada jam ke-0 hingga jam ke-18, namun terdapat perbedaan nyata dan perbedaan tidak nyata pada jam ke-24 hingga jam ke-72. Tingkat kelangsungan hidup benih gurame masih sebesar 100% dari jam ke- 0 hingga jam ke-12. Kematian ikan mulai terjadi pada jam ke 18 dan kematian ini tetap terjadi pada perlakuan hingga jam ke-72. Kematian mulai terjadi pada perlakuan 8 ppt dan 10 ppt pada jam ke-18. Untuk perlakuan 6 g/l, ikan mulai mengalami kematian pada jam ke-18 sedangkan perlakuan 4 g/l mulai mengalami kematian pada jam ke-36. Pada akhir perlakuan nilai SR tertinggi terdapat pada perlakuan 4 g/l sebesar 86% dan terendah pada perlakuan 10 g/l sebesar 5,33%. Tabel 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame selama pengangkutan Jam ke- Nilai SR% Pemeliharaan per Perlakuan 4 ppt 6 ppt 8 ppt 10 ppt 0 100±0 a 100±0 a 100±0 a 100±0 a 6 100±0 a 100±0 a 100±0 a 100±0 a ±0 a 100±0 a 100±0 a 100±0 a ±0 a 100±0 a 98,67±2,31 a 98±2 a ±0 b 98,67±2,3 ab 98,67±2,31 ab 94±2 a ±0 b 98±3,5 b 97,33±1,15 b 76,67±5,77 a 36 99,33±1,15 b 97,33±4,62 b 95,33±3,06 b 69,33±15,14 a 42 99,33±1,15 b 91,33±7,57 b 82±5,29 ab 64,67±12,49 a 48 99,33±1,15 c 88±8 bc 76,67±3,06 ab 60±12,49 a 54 99,33±1,15 c 84±9,71 bc 70±9,17 b 48,67±8,08 a 60 92,67±5,03 b 74,67±8,33 b 40±0 A 26,67±23,09 a 66 91,33±3,06 c 69,33±2,31 b 24±10 a 12±10,58 a 72 86±7,21 c 35,33±2,31 b 16,67±12,7 ab 5,33±4,62 a Keterangan: Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05) 11

3 Berikut merupakan gambar grafik tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame selama pengangkutan. Gambar 1 menunjukkan grafik SR benih gurame selama perlakuan 72 jam. SR paling baik diperlihatkan oleh perlakuan 4 gr/l SR(%) Waktu 4 ppt 6 ppt 8 ppt 10 ppt Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame Kualitas Air Media Pengangkutan Konsentrasi NH 3 mengalami fluktuasi untuk setiap perlakuan dari jam ke-0 hingga jam ke-72 dari waktu ke waktu. Konsentrasi NH 3 mengalami peningkatan pada jam ke-24 untuk seluruh perlakuan. Kenaikan konsentrasi NH 3 tertinggi pada perlakuan 10 g/l yaitu sebesar 0,123±0,02 mg/l dan kenaikan terendah pada perlakuan 6 g/l yaitu sebesar 0,0621±0,007 mg/l. Nilai NH 3 pada jam ke 72- untuk semua perlakuan berkisar antara 0,035±0,005-0,054±0,006 mg/l (Gambar 2). NH3(mg/l) Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 2. Nilai NH 3 media pengangkutan 12

4 Konsentrasi TAN untuk setiap perlakuan mengalami perubahan dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada Gambar 3. Nilai TAN tertinggi pada jam ke- 24 yaitu pada perlakuan 10 mg/l sebesar 2,2719±0.0,19 mg/l dan terendah pada perlakuan 8 mg/l sebesar ±0.14 mg/l. Pada jam ke-72 konsentrasi TAN untuk perlakuan 4 mg/l, 6 mg/l, 8 mg/l, dan 10 mg/l masing-masing yaitu 0,87±0.03, ±0.11,1.1,1262±0.12, dan ±0.04 mg/l (Gambar 3). Perbedaan yang nyata terjadi pada perlakuan 4 mg/l dengan 10 mg/l. Namun, perlakuan 6 dan 8 mg/l tidak terlihat perbedaaan yang nyata. Hal ini terjadi pada jam ke-24. Pada jam ke-48, perlakuan 6 mg/l bebeda nyata dengan perlakuan dengan 4 mg/l, namun tidak berbeda dengan perlakuan 8 dan 10 mg/l. Pada jam ke-72, perlakuan 4 mg/l berbeda nyata dengan perlakuan 8 mg/l namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 6 dan 10 mg/l. TAN (mg/l) Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 3. Nilai TAN media pengangkutan Nilai oksigen terlarut pada media pengangkutan dari jam ke- 0 sampai jam ke-72. Pada awal pengangkutan nilai oksigen terlarut di dalam media rata-rata sebesar 4,7975±0,18 mg/l. Peningkatan DO terjadi pada jam ke-24 dengan kisaran antara 5,6666±0,46-6,9467±0,83 mg/l, kenaikan nilai oksigen tersebut diduga karena adanya difusi oksigen murni yang ditambahkan ke dalam kemasan pengangkutan dengan air saat terjadinya goncangan. Penurunan DO pada media terjadi pada jam ke-48 dengan kisaran penurunan konsentrasi sebesar 4,6067±0,09-6,0733±0,13 mg/l. Kandungan DO tetap mengalami penurunan hingga jam ke-72 dengan kandungan DO terendah pada perlakuan 10 mg/l yaitu 13

5 sebesar 3.92±0,9 mg/l dan tertinggi pada perlakuan 4 mg/l yaitu sebesar 4,8033±0,29 mg/l. Penurunan nilai DO ini dikarenakan benih perlakuan mengkonsumsi oksigen yang ada di dalam media perlakuan (Gambar 4). Berdasarkan uji statistik pada jam ke-24 tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan. Pada jam ke-48 terjadi perbedaan antara perlakuan 8 mg/l dan 10 mg/l dengan perlakuan 4 mg/l dan 6 mg/l. Tidak terjadi perbedaan yang nyata untuk setiap perlakuan pada jam ke-72. DO mg/l Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 4. Nilai DO media pengangkutan Nilai CO 2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Semakin padat ikan, nilai CO 2 pun semakin tinggi. Nilai CO 2 mengalami peningkatan selama perlakuan dari jam ke-0 hingga jam ke-72. Nilai CO 2 pada jam ke-0 pada setiap perlakuan rata-rata sebesar 11,9856±3,26 mg/l. Kisaran nilai CO 2 pada jam ke-24 61,26±16,15-114,5294±4,61 mg/l. Pada jam ke 48, nilai CO 2 berkisar antara 88,56±4,61 mg/l hingga 122,52±2,31 mg/l. Nilai CO 2 terendah pada jam ke-72 pada perlakuan 10 mg/l sebesar 102,5435±4,61 mg/l dan tertinggi terdapat pada perlakuan 4 mg/l sebesar 159,81±11,99 mg/l (Gambar 5). 14

6 CO2 (mg/l) Waktu 4 ppt 6 ppt 8 ppt 10 ppt Gambar 5. Nilai CO 2 media pngangkutan Suhu awal pengepakan berada pada kisaran C kemudian terjadi penurunan suhu pada jam ke-24. Pada jam berikutnya, suhu berubah berkisar antara C. Pada jam berikutnya, perubahan suhu terjadi kembali, yaitu berkisar antara C. Suhu berkisar antara C pada jam ke-72 (Gambar 6) Suhu Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 6. Nilai suhu media pengangkutan Nilai kisaran ph media pada masing-masing perlakuan selama pengepakan. Nilai ph selama proses pengepakan antar perlakuan setiap jamnya relatif stabil berkisar antara 6-7,82. Berdasarkan analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (Gambar 7). 15

7 ph Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 7. Nilai ph media pengangkutan Pola nilai dari kesadahan untuk tiap perlakuan cenderung meningkat. Nilai kesadahan tertinggi pada jam ke-72 terdapat pada perlakuan 10 mg/l yaitu sebesar 362,41 mg/l, dan terendah pada perlakuan 4 mg/l sebesar 140,5488 mg/l (Gambar 8). Kesahadan (mg/l) Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 8. Nilai kesadahan media pengangkutan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih ikan Gurame Pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan Tingkat Kelangsungan hidup ikan gurame pasca pengangkutan memiliki persentase yang beragam. Pada awal pemeliharan terjadi kematian ikan pada hari ke-3 yaitu pada perlakuan 8 g/l. Tingkat kelangsungan hidup yang paling tinggi hingga masa akhir pemeliharaan selama 20 hari adalah pemeliharaan ikan pada perlakuan 4 g/l sebesar 100%. Untuk perlakuan 6 g/l memperoleh hasil sebesar 64,58%, dan perlakuan 8 g/l adalah senilai 45,45%. 16

8 SR(%) Waktu 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 9. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame pada pemeliharaan pasca pengangkutan selama 20 hari Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Gurame pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan Laju pertumbuhan gurame pasca transportasi dapat dilihat pada gambar 9. Dapat kita lihat, LPH tertinggi terdapat pada perlakuan 4 g/l yaitu sebesar 4,73% bobot tubuh/hari, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh perlakuan 6 g/l sebesar 3,77% bobot tubuh/hari, dan perlakuan 8 g/l sebesar 2,15% bobot tubuh/hari. Perlakuan 10 g/l tidak ada dalam gambar dikarenakan ikan mengalami kematian. (Gambar 10) g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Gambar 10. Laju pertumbuhan harian ikan gurame 17

9 Analisa Keuntungan Berikut ini merupakan analisa efisiensi biaya pengangkutan benih ikan gurame satu kantong dengan kepadatan sebanyak 50 ekor/liter. Tabel 4. Perhitungan Pembiayaan dan keuntungan transportasi benih kepadatan 50 ekor/l dengan perlakuan yang berbeda Jenis biaya 4 ppt 50e/l (Rp) 6 ppt 50e/l (Rp) 8 ppt 50e/l (Rp) 10 ppt 50e/l (Rp) Oksigen murni per kantong Plastik packing Karet Es batu Karbon aktif Zeolit Garam Transportasi per packing Harga beli ikan gurame (jempol) x50 400x50 400x50 400x50 = = = = Total biaya SR pengangkutan 86% 35,33% 16,67% 5,33% Jumlah ikan hidup pasca pengangkutan (ekor) Rata-rata biaya yang dikeluarkan/ekor pasca transportasi , Berdasarkan perhitungan biaya pengangkutan benih ikan gurame dengan perlakuan penambahan garam diperoleh efisiensi biaya yang berbeda untuk setiap perlakuan. Biaya terendah yang dikeluarkan yaitu pada perlakuan 4 g/l sebesar Rp 739,93 dan tertinggi yaitu pada perlakuan 10 g/l yaitu sebesar Rp Histologi Insang Histologi adalah ilmu yang mempelajari anatomi secara mikroskopis, yaitu dengan menggunakan mikroskop untuk mengamatinya. Histologi juga mempelajari suatu organ atau bagian tubuh ikan secara lebih cermat, terinci hingga ke selnya. Gambar berikut merupakan hasil pengamatan histologi insang 18

10 pada benih ikan gurame setelah 72 jam perlakuan. Dari gambar tersebut dapat dilihat abnormalitas yang terjadi pada insang pada saat perlakuan pengepakan. Pada bagian insang perlakuan, 4 g/l 6 g/l, 8 g/l, dan 10 g/l ada bagian insang yang mengalami hiperplasia, eudema, telangiektasis dan nekrosis (Gambar 11). A 1 B C 1 C D E (a) (b) A D E B C C E (c) (d) Gambar 11. Histologi insang pada benih ikan gurame setelah 72 jam dengan perbesaran 400x (skala bar mewakili 100 µm): (a) perlakuan 4 m/l (b) perlakuan 6 m/l (c) perlakuan 8 m/l (d) perlakuan 10 m/l Keterangan: A. Hiperplasia B. Nekrosis C. Eudema D. Telangiektasis E. Hemoragi. 19

11 3.2 Pembahasan Penelitian Pendahuluan Tingkat kelangsungan hidup ikan pada hasil uji kemampuan puasa ikan menunjukkan selama kegiatan puasa yang dilakukan selama 6 hari benih ikan gurame dapat bertahan hidup hingga dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kematian ikan selama perlakuan lebih kurang 72 jam bukan dikarenakan ikan tidak diberi pakan tetapi karena faktor lain. Pemuasaan benih sebelum perlakuan adalah lebih kurang selama 2 hari. Hal ini dilakukan karena penurunan ekskresi ikan paling besar adalah pemuasaan selama 2 hari. Nilai tingkat konsumsi oksigen benih gurame dengan bobot ±1,7 gram yaitu sebesar 0,219 mgo 2 /g setiap jam. Untuk pengangkutan gurame dengan kepadatan 50 ekor/l konsumsi oksigen diperkirakan sebesar 1340,28 mgo 2 (Lampiran 1). Oleh karena itu, pasokan oksigen murni dengan nilai 5203 mgo 2 (Lampiran 1). diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi oksigen benih selama perlakuan ±72 jam. Jika terjadi kematian ikan uji di media pengangkutan, hal ini bukan dikarenakan benih kekurangan oksigen terlarut namun dikarenakan faktor parameter kualitas air lainnya. Benih gurame dengan bobot 1,7 gram menghasilkan ekskresi amoniak sebesar mg/l setiap jam (Lampiran 2). Berdasarkan hasil perhitungan maka diperkirakan nilai TAN selama 72 jam pada media pengepakan dengan jumlah ikan sebanyak 50 ekor yang diangkut adalah lebih kurang sebesar 22,644 mg/l Penelitian Utama Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan penelitian transportasi ikan gurame ukuran ±4 cm dengan lama pengangkutan 72 jam dengan dosis zeolit (20 g/l) dan karbon aktif (10 g/l) yang dilakukan oleh Maria (2010) yang memperoleh SR sebesar 84,17% dengan kepadatan optimum 40 ekor/l. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada perbedaan penambahan garam pada media pengangkutan. Adapun dosis yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu zeolit (20 g/l) dan karbon aktif (10 g/l) dan tanpa penambahan 20

12 garam sedangkan penelitian ini menggunakan dosis zeolit (20 g/l) dan karbon aktif (10 g/l) dan garam (4 g/l, 6 g/l, 8 g/l dan 10 g/l). Kepadatan tinggi benih gurame digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui efisiensi penambahan garam yang dilihat berdasarkan tingkat kelangsungan hidup benih selama pengangkutan. Doudoroff (1957) dalam Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa, ikan air tawar mempunyai batas toleransi terhadap tekanan osmotik lingkungan hidupnya sebesar kurang lebih 6 atm atau setara dengan 5 mg/l NaCl. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) yang terbaik adalah perlakuan 4 g/l yang mencapai 86%. Sedangkan SR terendah terjadi pada perlakuan 10 g/l sebesar 5,33 % (Tabel 3). Nilai SR pada perlakuan 10 g/l menggambarkan kematian benih pada media pengangkutan. Kematian mulai terjadi pada jam ke-18 dan ikan pada perlakuan 10 g/l mengalami kematian yang paling besar yaitu sebesar 48,67%. hal tersebut terjadi karena kandungan NH 3 mengalami peningkatan di dalam media yang tidak dapat ditolerir oleh ikan. Jika dibandingkan dengan perlakuan lain, peningkatan NH 3 pada perlakuan 10 g/l memiliki nilai NH 3 yang paling besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan lampiran 7. Jumlah ikan yang mati semakin bertambah seiring waktu. Penambahan bahan aktif ke dalam media mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pada benih perlakuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat diketahui tingkat kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan dipengaruhi oleh kualitas air di dalam media dan adanya peran penambahan bahan kedalam media yaitu zeolit, karbon aktif, dan garam. Penambahan garam sebanyak 4 g/l ke dalam media memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup (SR) yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya yaitu sebesar 86%. Menurut Swann dan Illinois (1993), penambahan bahan kimia aditif dapat diberikan pada saat pengepakan ikan, namun dosis yang berlebih akan mengakibatkan munculnya masalah pada saat perlakuan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengukuran dosis yang tepat untuk setiap bahan aditif. Berdasarkan penelitian ini, penambahan dosis garam sebesar 4 g/l merupakan dosis garam yang tepat. Bahan umum yang ditambahkan pada media pengepakan adalah garam. Penambahan garam kedalam air yang digunakan sebagai media 21

13 transportasi bertujuan untuk menurunkan perbedaan kadar mineral antara air dan darah ikan yang akan menurunkan efek dari ketidakseimbangan tekanan osmotik. Ikan air tawar memiliki konsentrasi mineral garam dalam tubuh yang lebih tinggi dari pada lingkungannya sehingga ikan cenderung kehilangan mineral garam dalam tubuh. Untuk itu dibutuhkan penambahan garam dalam media air untuk meminimalisir penggunaan energi oleh ikan untuk kegiatan osmoregulasi. Konsentrasi TAN pada penelitian menunjukkan penurunan setiap waktunya. Konsentrasi TAN tertinggi pada jam ke- 72 terdapat pada perlakuan 10 mg/l sebesar 0,0477±0.002 mg/l. Salah satu cara untuk mengurangi konsentrasi amoniak adalah menggunakan zeolit dan karbon aktif, dimana zeolit dan karbon aktif ini mampu mengadsorbsi sejumlah amoniak dalam waktu tertentu (Supendi, 2006). Ghozali (2007) dalam waktu satu jam zeolit berukuran -40/60 mesh dengan berat 10 gram mampu menurunkan kandungan TAN sampai 1,2 mg/l. Kematian mulai terjadi pada jam ke-18 hingga perlakuan berakhir. Hal ini dikarenakan nilai NH 3 yang berada di atas nilai toleransi ikan terhadap NH 3. Nilai NH 3 paling tinggi terdapat pada perlakuan 10 g/l. Kematian paling banyak terjadi pada saat jam ke-24 untuk perlakuan 10 g/l, dimana pada perlakuan ini nilai NH 3 sebesar 0,123 pada saat jam ke-24. Sawyer dan McCarty (1978) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar amoniak bebas yang tidak terionisasi pada air tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l. Jika kadar amoniak lebih dari 0,02 mg/l maka air tersebut bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Menurut Lin dan Randall (1990) dalam Wood (1993) kadar amoniak darah pada ikan air tawar yang dipaparkan amoniak pada ph yang berkisar antara 4,0-5,5 mengalami peningkatan beberapa jam setelah perlakuan diberikan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh terhalangnya pertukaran antara Na + /NH + 4. Kandungan NH 3 yang tinggi tanpa didukung oleh faktor lain seperti kandungan oksigen yang memadai, keberadaan kation yang bermaanfaat untuk ikan di dalam air, dll akan menyebabkan kematian ikan karena bersifat toksik. Menurut Effendi (2003) bentuk kandungan NH 3 dan NH + 4 tergantung pada konsentrasi ion hidrogen pada air. Air dengan ph rendah memiliki ion hidrogen lebih banyak sehingga bentuk NH + 4 lebih dominan. kestabilan nilai ph selama perlakuan dikarenakan suhu yang rendah dan adanya bahan aditif berupa zeolit dan karbon aktif. Kematian ikan 22

14 pada saat perlakuan diakibatkan terhalangnya pengikatan oksigen dalam darah oleh NH 3. Muhammad (2001) menyatakan pengikatan hemoglobin terhadap amoniak lebih tinggi dibandingkan pengikatan hemoglobin terhadap oksigen, sehingga sel pada insang tidak mendapat suplai oksigen yang cukup dan mengakibatkan kematian pada benih. Kandungan oksigen mengalami peningkatan pada jam ke-24 di dalam media, hal ini terjadi karena adanya difusi antara muka air dengan pasokan oksigen murni yang dimasukkan saat pengangkutan, sehingga meningkatkan kandungan oksigen di media. Menurut Effendi (2003), difusi oksigen dapat terjadi saat pergolakan air akibat gerakan muka air. Pergerakan muka air ini dapat dikarenakan goncangan ataupun pergerakan ikan. Penurunan oksigen terlarut pada media terjadi pada jam ke- 48 dan ke-72 hal ini dikarenakan adanya respirasi oleh benih. Kisaran oksigen terlarut di dalam media pengangkutan pada jam ke- 72 berkisar antara 3,2-4,8 mg/l. Menurut Pescod (1973), nilai oksigen terlarut yang baik untuk transportasi ikan adalah 2 mg/l. Selain itu, Francis dan Floyd (2003) menyatakan bahwa kematian ikan biasanya terjadi bila konsentrasi oksigen terlarut di bawah 2 mg/l. Nilai oksigen akhir pengangkutan ini masih dalam toleransi kandungan oksigen untuk transportasi ikan. Kematian ikan yang terjadi pada perlakuan 10 mg/l juga dapat dikarenakan nilai konsentrasi oksigen yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Semakin padat ikan maka kandungan CO 2 juga semakin tinggi. Peningkatan konsentrasi CO 2 dalam media air pengangkutan terus dari jam ke-0 hingga jam ke-72. Nilai konsentrasi CO 2 tertinggi adalah pada perlakuan 4 mg/l sebesar 159,81 mg/l, kemudian 6 mg/l sebesar 130,51 mg/l, 8 mg/l sebesar 127,85 mg/l, dan 10 mg/l sebesar 102,54 mg/l. Kandungan CO 2 yang tinggi disebabkan kurangnya kemampuan zeolit dan karbon aktif dalam menyerap CO 2 dalam media pengangkutan dan jumlah benih dalam media. Menurut Setyawan (2003) selain dapat dipakai sebagai penyerap ion NH + 4, Fe +, Mn +, bahan ini juga mampu menyerap CO 2 namun zeolit akan lebih aktif menyerap NH 4 di dalam media dibandingkan CO 2 karena ion NH 4 di dalam media lebih mudah berikatan dengan zeolit. Boyd (1992) mengatakan konsentrasi CO 2 sebesar mg/l dapat membunuh ikan, namun karbon diokdisa tidak berpengaruh nyata ke ikan, karena 23

15 kebanyakan ikan mampu bertahan selama beberapa hari dalam air dengan konsentrasi CO 2 sebesar 60 mg/l dengan kondisi cukup oksigen terlarut. Kematian ikan pada penelitian ini diakibatkan kadar CO2 yang diluar toleransi benih gurame serta tidak mencukupinya DO dalam media. CO2 bersifat racun dikarenakan gas ini menghalangi pengikatan oksigen oleh darah. Konsentrasi karbondioksida dengan konsentrasi lebih besar dari 20 mg/l akan menghalangi pengambilan dan pengikatan oksigen dalam darah (Swann dan Illinois, 1993). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air meningkat, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Suhu yang tinggi juga mengurangi tingkat kelarutan oksigen didalam air (Effendi, 2003). Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu usaha untuk menurunkan suhu pada media angkut guna mengatasi peningkatan laju metabolisme. Untuk mencegah tingginya suhu pada saat pengangkutan maka dilakukan penambahan es pada kemasan box styrofoam. Suhu media selama pengangkutan benih ikan gurame pada penelitian ini berkisar antara 21 0 C C. Suhu optimal habitat hidup gurame adalah berkisar antara C (Khairuman dan Amri, K., 2003). Penurunan suhu hingga 21 0 C pada media mampu menurunkan metabolisme dan tingkat konsumsi oksigen gurame. Derajat keasaman (ph) selama dari jam ke-0 hingga jam ke-72 relatif stabil untuk setiap perlakuan yaitu berkisar antara 6,9-7,8. Menurut Khairuman dan Amri (2003) kisaran ph yang dapat ditoleransi untuk kehidupan ikan gurame adalah 5 9, sehingga ph selama perlakuan masih dianggap memenuhi persyaratan ikan jenis ini. Nilai kesadahan yang diperoleh pada penelitian menunjukkan nilai kesadahan tertinggi pada jam ke-72 terdapat pada perlakuan 10 mg/l sebesar 361,411 mg/l, dan terendah pada perlakuan 4 mg/l sebesar 140,55 mg/l. Menurut Effendi (2003) kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium). Karbondioksida yang bereaksi dengan kalsium karbonat akan membentuk kalsium bikarbonat di mana di perairan tawar, ion bikarbonat berperan sebagai sistem buffer. Kalsium dan magnesium dalam media berasal dari reaksi zeolit dengan air dan karbondioksida dalam media sehingga membentuk ikatan karbonat. 24

16 Histologi adalah ilmu yang mempelajari struktur organ makhluk hidup secara terperinci beserta hubungan antar struktur (Bavelander, 1998). Salah satu keuntungan mempelajari histologi adalah mempermudah dalam mengamati kelainan atau abnormalitas pada organ yang disebabkan oleh organisme patogen atau lingkungan. Tanda-tanda klinis tersebut dapat diketahui dari adanya kerusakan pada organ yang diamati (Nitimulyo et al., 1993). Organ yang digunakan untuk preparat histologi penelitian ini adalah insang. Organ ini digunakan karena organ ini merupakan salah satu organ tubuh ikan yang berkaitan langsung dengan mekanisme osmoregulasi pada ikan. Affandi dan Tang (2002) mengatakan bahwa insang memiliki peranan yang sangat penting sebagai organ yang mampu dilewati air maupun mineral, serta tempat diekskresikannya sisa metabolisme. Pada insang terdapat sel khlorida yang melakukan transport aktif kelebihan Na + dan Cl - melawan gradien konsentrasi kembali ke media/lingkungan. Anggoro (1988) dalam Affandi dan Tang (2002) mengatakan bahwa baik pada mekanisme regulasi hipoosmotik maupun regulasi hiperosotik, pertukaran elektrolit dilakukan dengan cara transpor aktif melaui insang. Menurut Robert (2001) dalam Permana (2009), telangiektasis dapat terjadi pada insang ikan yang berada pada kualitas air yang buruk. Abnormalitas ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari pada luka-luka hiperplasia pada insang. Pada perlakuan pengepakan 6 g/l, 8 g/l, dan 10 g/l terjadi telangiektasis. Hal ini dapat dilihat pada gambar 11 (b), (c), dan (d). Dimana pada ujung lamella skunder terdapat pembengkakan seperti balon, hal tersbut dikarenakan adanya penggumpalan darah. Selanjutnya hiperplasia adalah pembesaran kelenjar suatu jaringan atau organ yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah sel. Menurut Permana (2009), hiperplasia merupakan penebalan jaringan yang terinfeksi. Hiperplasia menurut Kimball (1988) merupakan pembesaran atau penambahan massa total suatu otot sebagai akibat dari peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serat otot. Peristiwa ini biasanya terjadi sebagai respon terhadap suatu kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal atau hampir maksimal. Pada gambar 11(a) dan 11(b) terlihat adanya nekrosis. Plum (1994) dalam Ersa (2008) mengatakan bahwa nekrosis jaringan pada ikan adalah kematian sel-sel atau jaringan. 25

17 karakteristik dari jaringan nekrotik yaitu memiliki warna yang lebih pucat dari warna normal, hilangnya daya rentang (jaringan menjadi rapuh dan mudah terkoyak), atau memiliki konsistensi yang buruk atau pucat (seperti bubur), dan kadang-kadang menimbulkan bau yang tidak sedap. Nekrosis dapat diakibatkan oleh trauma, agen-agen biologis, agen-agen kimia atau terjadinya gangguan terhadap penyediaan darah pada suatu daerah khusus. Pada gambar 11(b) dan 11(d) terlihat adanya hemoragi. Alberts et al. (2002) mengatakan bahwa hemoragi merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya darah yang keluar dari susunan kardiovaskular. Hemoragi ini disebabkan oleh keluarnya darah dari pembuluh darah karena adanya lubang pada dinding atau darah menerobos dinding yang utuh. Eudema merupakan peningkatan volume cairan disertai dengan penimbunan cairan dalam sel-sel jaringan dan rongga serosa (Alberts et al.,2002). Hibiya dan Fumio (1995) dalam Permana (2009) mengatakan bahwa eudema mengindikasikan adanya suatu ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau kesalahan pada tekanan osmotik darah, peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler dan limfe yang dapat dihubungkan dengan bahan toksik kimia. Abnormalitas yang terjadi pada insang benih gurame pada penelitian ini dikarenakan adanya kontrasi otot insang selama mempertahankan tekanan osmotik dalam tubuhnya. Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang hipertonik, cairan tubuh organisme bersifat hipoosmotik terhadap medianya. Organisme akan berusaha mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh agar tidak keluar dari selnya dalam kondisi tersebut. Untuk itu, organisme mengestrak air tawar dari medianya. Kelebihan elektrolit, terutama Na + dan Cl -, yang diambil darah akan dikeluarkan oleh insang melalui salt secreting epithellium atau chloride secreting cell, sehingga diperoleh air bebas elektrolit, pengaturan imbangan elektrolit tersebutlah yang menyebabkan kontraksi epitel insang sehingga menyebabkan hipertrofi pada insang benih. Tingkat kelangsungan hidup pada pemeliharaan pasca pengangkutan benih gurame selama 20 hari tertinggi pada perlakuan 4 mg/l sebesar 100%, kemudian perlakuan 64,58 dan 8 mg/l sebesar 45,45%. Kematian ikan pada pemeliharaan pasca transportasi rata-rata terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-14. Tingkat kelangsungan hidup yang tinggi pada pemeliharaan ini berhubungan dengan 26

18 perlakuan saat pengangkutan. Ikan yang pada saat perlakuan mengalami SR paling kecil akan memberikan hasil SR pemeliharaan yang kecil pula, hal ini berkaitan dengan daya tahan tubuh benih tersebut dan tingkat stres benih. Dosis garam yang optimum pada media pengepakan mempengaruhi tekanan osmotik di dalam dan di luar tubuh ikan hampir atau mendekati sama. Ghozali (2010) menyatakan penambahan garam pada perlakuan mempengaruhi jumlah sel darah merah ikan maanvis, perlakuan zeolit (20g/l), karbon aktif (10g/l), dan garam 4 g/l memiliki kondisi hampir mendekati isoosmotik sehingga energi yang digunakan untuk osmoregulasi lebih sedikit, sehingga alokasi energi digunakan untuk adaptasi dalam menghadapi stres. Laju pertumbuhan harian yang paling tinggi dari semua perlakuan adalah perlakuan 4 mg/l sebesar 4,73%. kemudian pada perlakuan 6 mg/l, dan 8 mg/l memiliki laju pertumbuhan harian sebesar 3,77%, dan 2,15%. Nilai laju pertumbuhan ini berhubungan konsumsi pakan benih, dan kondisi ikan pasca perlakuan pengepakan Perhitungan biaya pengangkutan benih ikan gurame dengan perlakuan penambahan garam diperoleh efisiensi biaya yang berbeda untuk setiap perlakuan. Biaya terendah yang dikeluarkan yaitu pada perlakuan 4 g/l sebesar Rp 739,93 dan tertinggi yaitu pada perlakuan 10 g/l yaitu sebesar Rp Perlakuan 4 g/l menghabiskan biaya yang paling murah dikarenakan jumlah ikan hidup yang lebih banyak dari pada perlakuan lainnya. 27

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Penelitian Pendahuluan Hasil penelitian pendahuluan menyitir hasil penelitian Handayani (2012). 3.1.1.1 Kemampuan Puasa Ikan Kemampuan puasa benih ikan nila BEST

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Penelitian Pendahuluan 3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dalam keadaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand (Khairuman dan Amri, 2008; Slembrouck et al., 2005). Ikan patin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Salah satu produk akuakultur

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN 6.1 Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pemasaran Benih Ikan Patin PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko operasional. Risiko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam Jumlah rata rata benih ikan patin siam sebelum dan sesudah penelitian dengan tiga perlakuan yakni perlakuan A kepadatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut 51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Hasil uji nilai kisaran (Range value test) merkuri pada ikan bandeng menunjukkan bahwa nilai konsentrasi ambang bawah sebesar 0.06

Lebih terperinci

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DA PEMBAHASA IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain BEST yang berasal dari Instalasi Riset Plasma Nutfah, Cijeruk dengan ukuran panjang 4,52±3,9 cm dan bobot 1,35±0,3

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Akumulasi Logam Berat Pb Konsentrasi awal logam berat di air pada awal perlakuan yang terukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) yaitu sebesar 2.36 mg/l.

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Penambahan garam dalam air media yang berisi zeolit dan arang aktif pada transportasi sistem tertutup benih ikan gurami Osphronemus goramy Lac.

Penambahan garam dalam air media yang berisi zeolit dan arang aktif pada transportasi sistem tertutup benih ikan gurami Osphronemus goramy Lac. Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 190 201 (2012) Penambahan garam dalam air media yang berisi zeolit dan arang aktif pada transportasi sistem tertutup benih ikan gurami Osphronemus goramy Lac. The addition

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. Populer yang terletak di Jalan Raya Cerme Lor no. 46, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kurva Standar Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai kurva standar, didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi AS dalam akuades maka nilai

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Kualitas Warna Perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 1, 2 dan 4 hari yaitu sebanyak 11,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Kanibalisme Ketersediaan dan kelimpahan pakan dapat mengurangi frekuensi terjadinya kanibalisme (Katavic et al. 1989 dalam Folkvord 1991). Menurut Hecht dan Appelbaum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air HASIL PENELITIAN Kondisi Kualitas Air Kualitas Air pada Tahap Eksplorasi Salinitas yang digunakan sebagai perlakuan didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menghasilkan petunjuk batas kisaran optimal

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN MINYAK CENGKEH PADA KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus)

KAJIAN PEMBERIAN MINYAK CENGKEH PADA KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) KAJIAN PEMBERIAN MINYAK CENGKEH PADA KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) Alfabetian Harjuno Condro Haditomo 1, Sri Rejeki 1, M Fajar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN GURAME

TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN GURAME EFEKTIVITAS PEAMBAHA ZEOLIT 20 g/l, KARBO AKTIF 10 g/l DA GARAM 5 g/l DALAM TRASPORTASI TERTUTUP BEIH IKA GURAME Osphronemus goramy Lac DEGA KEPADATA BERBEDA AISA YULIA HAPSARI DEPARTEME BUDIDAYA PERAIRA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984). 3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae,

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1 Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Uji Akut Uji akut dilakukan pada konsentrasi timbal sebesar 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm serta perlakuan kontrol negatif. Respon ikan uji terhadap deretan

Lebih terperinci

EFISIENSI TRANSPORTASI BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) PADA UKURAN DAN KEPADATAN YANG BERBEDA

EFISIENSI TRANSPORTASI BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) PADA UKURAN DAN KEPADATAN YANG BERBEDA EFISIENSI TRANSPORTASI BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) PADA UKURAN DAN KEPADATAN YANG BERBEDA AGUS PURNOMO WIBISONO SKRIPSI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan oval

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan oval II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi. Badan berwarna kecoklatan dengan

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan Benur udang vannamei yang digunakan dalam penelitian berasal dari Balai Benih Air Payau (BBAP) Situbondo menggunakan transportasi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pestisida banyak digunakan oleh petani dengan tujuan untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu yang merugikan kegiatan petani. Menurut Lodang (1994), penggunaan

Lebih terperinci

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air Sebagai Tempat Hidup Ikan Bawal Air Tawar Hasil analisis kualitas media air yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI i KELANGSUNGAN HIDUP BENIH BAWAL AIR TAWAR Colossoma macropomum Cuvier. PADA SISTEM PENGANGKUTAN TERTUTUP DENGAN PADAT PENEBARAN 43, 86 DAN 129 EKOR/LITER ALFIE SYAUQI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan terhadap ikan didapatkan suatu parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup berupa laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan derajat kelangsungan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 Komariah Tampubolon 1 dan Wida Handini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci