IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sonny Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Akut Uji akut dilakukan pada konsentrasi timbal sebesar 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm serta perlakuan kontrol negatif. Respon ikan uji terhadap deretan konsentrasi pada uji akut menunjukkan kepekaan mortalitas yang tinggi terhadap daya toksik timbal (Gambar 2). Gambar 2. Persentase mortalitas ikan kerapu macan selama uji akut Pada konsentrasi 160 ppm, mortalitas ikan uji mencapai 50% setelah 24 jam pemaparan. Sedangkan pada konsentrasi 20 ppm, mortalitas ikan uji mencapai 0 % setelah 24 jam pemaparan dan mencapai 5% setelah 48 jam pemaparan dan 96 jam pemaparan. Sedangkan pada konsentrasi 160 ppm mortalitas ikan mencapai 50% setelah 48 jam hingga 96 jam. Pada kontrol, mortalitas ikan uji sampai pada jam ke-96 mencapai 0%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas media pemeliharaan dan vitalitas ikan selama pengujian dalam kondisi yang baik. Toksisitas akut timbal yang tinggi terhadap juvenil ikan kerapu macan, diduga karena kecilnya kemampuan adaptasi ikan kerapu macan untuk memperkecil pengaruh biokimia yang ditimbulkan timbal masuk kedalam tubuh, menyebabkan turunnya kemampuan menyerap oksigen dari lingkungan.
2 24 Sementara saat ikan dalam kondisi stress, metabolisme tubuhnya akan meningkat dan kebutuhan oksigen akan meningkat pula yang diperlukan dalam mempertahankan kondisi homeostasis. Gerberding (2005) dalam Sabilu (2010) melaporkan bahwa meskipun organisme biasanya mengembangkan perlawanan setelah beberapa saat terpapar oleh timbal akan tetapi kemampuan mengembangkan perlawanan tersebut ditentukan oleh spesies dan efek toksik yang ditimbulkan. Demikian pula Rand and Petrocelli (1985) dalam Sabilu (2010) menyatakan bahwa pengaruh bahan toksik terhadap suatu organisme akan terlihat dalam waktu pemaparan yang berbeda. Pengambilan awal logam berat oleh ikan kerapu macan dapat melalui empat proses utama yakni melalui insang, permukaan tubuh, mekanisme osmoregulasi dan penyerapan melalui makanan. Pengaruh tersebut ditentukan oleh sifat toksik logam berat timbal dan keberhasilan tubuh ikan kerapu macan melakukan proses detoksifikasi dan ekskresi, sehingga pengaruh sifat toksik timbal terhadap tubuh ikan kerapu macan masih dapat ditolerir oleh tubuh atau telah melewati ambang batas sehingga mengakibatkan kematian. Menurut Connel and Miller (1995), kehadiran xenobiotik dalam tubuh ikan merangsang ikan melakukan perlawanan secara fisiologis untuk meminimalisir dampak racun yang ditimbulkan. Perlawanan tersebut dilakukan melalui proses biotransformasi, detoksifikasi dan ekskresi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan organisme melakukan perlawanan ditentukan oleh konsentrasi dan sifat toksik yang dimiliki oleh toksikan maka kemampuan organisme melakukan perlawanan fisiologis akan semakin kecil. Data mortalitas kumulatif juvenil ikan kerapu macan pada uji akut selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik untuk menentukan nilai LC 50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam. Hasil analisis statistika menunjukkan nilai LC 50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam berturutturut adalah 90,45 ppm, 78,76 ppm, 74,264 ppm dan 68,627 ppm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemaparan maka nilai LC 50 timbal terhadap ikan kerapu macan akan semakin rendah. Nilai LC jam timbal pada juvenil ikan kerapu macan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai LC jam timbal yang dipaparkan pada ikan bandeng di salinitas 16 ppt yaitu 13,43 ppm (Siahaan 2003). Dari nilai LC jam yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
3 25 timbal bersifat toksik tinggi terhadap juveil ikan kerapu macan. Klasifikasi WHO dan EPA bahwa rentang nilai LC jam pada konsentrasi antara 1-50 ppm dikatagorikan bersifat toksik yang tinggi (Balazs 1970). Pengaruh bahan toksik dalam waktu singkat dapat diketahui dengan menghitung nilai LC 50 suatu substansi terhadap satu atau beberapa spesies. LC 50 adalah konsentrasi suatu bahan kimia dalam air yang dapat mematikan 50% dari populasi organisme dalam waktu pemaparan tertentu (OECD 1981 dalam Siahaan 2003). Menurut Connel dan Miller (1995), dampak mematikan suatu bahan toksik merupakan tanggapan yang terjadi akibat zat-zat xenobiotik tertentu mengganggu proses sel dalam makhluk hidup yang melebihi batas toleransi sehingga menyebabkan kematian secara langsung. Gambar 3. Frekwensi pergerakan operkulum juvenil ikan kerapu macan Gerakan operkulum pada konsentrasi lebih tinggi memperlihatkan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ksontrol. Secara berturut-turut frekuensi gerakan operculum pada perlakuan A, B, C, D dan E yaitu 89 kali/menit, 91 kali/menit, 96 kali/menit, 107 kali/menit dan 133 kali/menit (Gambar 3). Tingkah laku ini diduga untuk meningkatkan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh proses biokimia tubuh sebagai pola adaptasi fisiologi sehingga dapat bertahan hidup atau memperlambat efek kematian. Respon fisiologi ini diikuti dengan menurunnya nafsu makan dan umumnya ikan uji cenderung lebih banyak berada di tengah dan permukaan akuarium.
4 Uji Sub Kronis Tingkat Konsumsi Oksigen Kebutuhan oksigen biologi didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh biota akuatik dalam waktu tertentu berhubungan linear dengan banyaknya oksigen terlarut di perairan tersebut. Gambar 4. Tingkat konsumsi oksigen juvenil kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal. Pengamatan terhadap tingkat konsumsi oksigen sebelum pemaparan timbal, terlihat bahwa konsumsi oksigen hampir merata pada setiap perlakuan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pada semua perlakuan, insang masih berfungsi dalam keadaan normal. Pengukuran hari ke-10; 20 dan hari ke-30 menunjukkan bahwa pemaparan timbal dengan konsentrasi 0,69 ppm, 3,43 ppm dan 6,86 ppm mengalami penurunan tingkat konsumsi oksigen yaitu 0,52 mg O 2 /gr berat tubuh ikan/jam, 0,44 mg O 2 /gr berat tubuh ikan/jam dan 0,34 mg O 2 /gr berat tubuh ikan/jam. Grafik diatas memberikan indikasi bahwa semakin tinggi konsentrasi timbal dan semakin lama waktu pemaparan akan menyebabkan konsumsi oksigen akan semakin rendah. Kenyataan menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86
5 27 ppm di hari ke-10 dapat menurunkan tingkat konsumsi oksigen juvenil ikan kerapu macan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatahuddin dkk (2003) dalam Sabilu (2010) bahwa laju konsumsi oksigen juvenil ikan bandeng akan semakin rendah seiring dengan lama waktu pengamatan dan peningkatan konsentrasi seng dalam air. Demikian halnya dengan penelitian Ghalib dkk (2002) bahwa semakin lama waktu pemaparan timbal pada juvenil ikan bandeng akan menurunkan tingkat konsumsi oksigen. Besarnya selisih konsumsi oksigen pada konsentrasi timbal yang lebih tinggi diakibatkan oleh kerusakan insang dan kemampuan darah untuk mengikat oksigen semakin kecil akibat keracunan logam berat timbal, dimana akibat keracunan timbal, ikan akan mengalami gangguan pada proses pernafasan dan metabolisme tubuhnya. Hal ini terjadi karena bereaksinya logam berat timbal dengan lendir insang sehingga insang diselimuti lendir yang mengandung timbal dan mengakibatkan proses pernafasan dan metabolisme tubuh terganggu. Heath (1987) mengemukakan bahwa logam berat dapat menyebabkan kerusakan insang seperti nekrosis dan lepasnya lapisan epithelium. Sejalan pula dengan laporan Wardoyo (1975) dalam Ghalib (2002) bahwa salah satu jaringan tubuh organisme yang cepat terakumulasi logam berat adalah insang sehingga menyebabkan terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gas-gas melalui insang Respons Hematologi Hematokrit Hematokrit (Hct) atau volume packed cell merupakan persentase darah yang dibentuk oleh eritrosit. Pengukuran ini merupakan persentase eritrosit dalam darah lengkap setelah specimen darah disentrifugasi.
6 28 Gambar 5. Rerata hematokrit juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan Data kadar hematokrit menunjukkan bahwa ada penurunan kadar hematokrit pada semua perlakuan sampai pengukuran pada hari ke-30. Dimana makin tinggi perlakuan konsentrasi timbal yang dipaparkan maka kadar hematokrit akan semakin rendah (Gambar 5). Pada awal perlakuan, nilai hematokrit berkisar antara 23,19 24,70%, setelah dipaparkan timbal selama 30 hari maka nilai hematokrit semakin menurun dan kadar hematokrit paling rendah ditemukan pada konsentrasi 6,86 ppm. Selanjutnya 3,43 ppm dan 0,69 ppm dengan persentase berturut-turut 9,66%, 12,33% 15,10% dan 18,78%. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 secara nyata dapat menurunkan kadar hematokrit dalam darah juvenil ikan kerapu macan. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar hematokrit juvenil kerapu macan berbeda nyata (P<0,05) antar setiap perlakuan. Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal secara nyata dapat menurunkan kadar hematokrit darah pada juvenil ikan kerapu macan Hemoglobin Hemoglobin (Hb) adalah pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah yang merupakan suatu protein yang kaya akan zat besi. Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen, dan kadar haemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi (Kuswardani 2006).
7 29 Gambar 6. Rerata kadar hemoglobin juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada semua perlakuan pemaparan timbal selama 30 hari mengalami penurunan dimana semakin tinggi konsentrasi timbal yang dipaparkan maka akan menurunkan kadar hemoglobin dalam darah juvenil ikan kerapu macan. Gambar diatas memperlihatkan bahwa kadar hemoglobin pada awal penelitian berkisar antara 3,70 3,87%. Setelah timbal dipaparkan selama 30 hari terlihat bahwa kadar haemoglobin mengalami penurunan. Kadar hemoglobin paling rendah ditemukan pada konsentrasi 6,86 ppm selanjutnya 3,43 ppm, 0,69 ppm dan 0 ppm, dengan persentase secara berturut-turut 2,64%, 2,86%, 3,23% dan 3,62%. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 dapat menurunkan kadar hemoglobin dalam darah juvenil ikan kerapu macan. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar haemoglobin juvenil kerapu macan berbeda nyata (P<0,05) antar setiap perlakuan. Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal secara nyata dapat menurunkan kadar hematokrit darah pada juvenil ikan kerapu macan Eritrosit Eritrosit atau disebut juga sel darah merah merupakan sel yang paling banyak banyak jumlahnya. Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05x10 6-3,0 x10 6 sel/mm 3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Data hasil
8 30 penelitian menunjukkan bahwa pada awal penelitian jumlah eritrosit berkisar antara 1,03x10 6 sel/mm 3 1,06x10 6 sel/mm 3. Gambar 7. Rerata jumlah eritrosit juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal. Selama 30 hari pemaparan timbal, jumlah eritrosit menurun hingga mencapai 0,77x10 6 sel/mm 3 untuk konsentrasi 6,86 ppm dan 0,86 x10 6 sel/mm 3 untuk konsentrasi 3,43 ppm. Sedangkan untuk konsentrasi 0,69 ppm dan 0 ppm nilainya mencapai 0,89x10 6 sel/mm 3 dan 1,0x10 6 sel/mm 3. Gambar diatas menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 dapat menurunkan jumlah eritrosit dalam darah juvenil ikan kerapu macan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah eritrosit berbeda nyata antar setiap perlakuan (P<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lanjut toksisitas timbal pada konsentrasi yang lebih tinggi secara nyata dapat menurunkan jumlah eritrosit dalam darah juvenil ikan kerapu macan Leukosit Leukosit atau disebut juga sel darah putih mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak berwarna dan jumlahnya tiap mm 3 darah ikan berkisar antara butir, serta merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel-sel leukosit akan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi (Mulyani 2006). Meningkatnya jumlah leukosit disebut leukositosis sedangkan penurunan disebut leucopenia.
9 31 Gambar 8. Rerata jumlah leukosit juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal penelitian jumlah leukosit berkisar antara 0,61x10 6 sel/mm 3-0,65x10 6 sel/mm 3 dan selama 30 hari pemaparan timbal telah meningkatkan jumlah leukosit terlihat bahwa jumlah leukosit tertinggi terdapat pada konsentrasi timbal 6,86 ppm yaitu 0,81x10 6 sel/mm 3, kemudian konsentrasi 3,43 ppm sebesar 0,7x10 6 sel/mm 3, 0,69 ppm sebesar 0,65x10 6 sel/mm 3 dan 0 ppm sebesar 0,60x10 6 sel/mm 3. Pada gambar 8 menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 dapat meningkatkan jumlah leukosit dalam darah juvenil ikan kerapu macan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah eritrosit berbeda nyata antar setiap perlakuan (P<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lanjut toksisitas timbal pada konsentrasi yang lebih tinggi secara nyata dapat menaikkan jumlah leukosit dalam darah juvenil ikan kerapu macan Kadar Glukosa Darah Kadar glukosa darah merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk bisa mengenali tubuh ikan saat stres. Mekanisme terjadinya perubahan kadar glukosa darah selama stress dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stress oleh organ reseptor. Selanjutnya informasi tersebut disampaikan ke otak bagian hypothalamus melalui sistem saraf. Hipothalamus memerintahkan sel kromafin untuk mensekresikan hormon katekolamin melalui serabut saraf
10 32 simpatik. Adanya katekolamin ini akan mengaktivasi enzim-enzim yang terlibat dalam katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Gambar 9. Rerata kadar glukosa darah juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal penelitian kadar glukosa darah nilainya berkisar antara 22,90 23,28 mmol/liter dan selama 30 hari pemaparan timbal meningkatkan kadar glukosa pada konsentrasi 6,86 ppm selanjutnya 3,43; 0,69 dan 0 ppm sebesar 90,79 mmol/liter; 62,68 mmol/liter; 59,87 mmol/liter dan 46,21 mmol/liter (Gambar 9). Data penelitian menunjukkan bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 dapat meningkatkan kadar glukosa darah juvenil ikan kerapu macan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar glukosa darah berbeda nyata antara setiap perlakuan (P<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lanjut toksisitas timbal pada konsentrasi yang lebih tinggi secara nyata dapat menaikkan kadar glukosa dalam darah juvenil ikan kerapu macan Laju Pertumbuhan spesifik Pengukuran sampai dengan hari ke 30, konsentrasi 0 ppm memberikan pengaruh laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi disusul konsentrasi 0,69 ppm, 3,43 ppm dan 6,86 ppm. Dengan nilai laju pertumbuhan spesifik yaitu 0,24%, 0,14%, 0,07% dan 0,03% BB/hari. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa konsentrasi 6,86 ppm memiliki laju pertumbuhan yang sangat rendah bila
11 33 dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya, dan dapat dikatakan bahwa semakin lama pemaparan timbal dan semakin tinggi konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan (Gambar 10). Gambar 10. Laju Pertumbuhan spesifik juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal Tingkat Kelangsungan Hidup Gambar 11 menunjukkan penurunan persentase kelangsungan hidup pada semua perlakuan. Persentase kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol dengn konsentrasi 0,68 ppm selanjutnya konsentrasi 3,43 ppm dan 6,86 ppm dengan persentase kelangsungan hidup 100%, 88,33%, 78,33% dan 66,67%. Gambar 11. Kelangsungan hidup juvenil ikan kerapu macan selama 30 hari pemaparan timbal.
12 34 Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi timbal dipaparkan maka persentase kelangsungan hidup juvenil ikan kerapu macan akan rendah karena adanya kerusakan pada jaringan tubuh ikan khususnya insang menyebabkan kemampuan insang untuk menyerap oksigen semakin berkurang sehingga ikan akan mengalami anemia dan mengakibatkan kematian pada ikan Kandungan timbal (Pb) dalam daging ikan dan media air laut Pengukuran kandungan timbal dalam daging juvenil ikan kerapu macan dilakukan pada semua perlakuan dan kontrol pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Hasil pengukuran timbal dalam daging juvenil ikan kerapu macan serta pada media air laut dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 dibawah ini. Pada awal perlakuan, rerata kandungan timbal pada daging ikan < 0,05 mg/kg sedangkan pada akhir penelitian kandungan timbal meningkat pada konsentrasi 6,86 ppm disusul konsentrasi 3,43 ppm dan 0,68 ppm yaitu 22,6 mg/kg; 16,9 mg/kg; 9,8 mg/kg dan 0,08 mg/kg, hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam berat dalam media pemeliharaan diabsorbsi oleh ikan sehingga terakumulasi dalam tubuh ikan. Tabel 1. Rerata kandungan Timbal dalam daging ikan Perlakuan Hari ke-0 Kandungan Pb (mg/kg) Hari ke-30 A <0,05 0,08 B <0,05 9,8 C <0,05 16,9 D <0,05 22,6 Pada Tabel 2 dibawah ini menunjukkan bahwa rerata kandungan timbal dalam air laut pada awal penelitian berkisar antara 0,032 mg/l 0,094 mg/l, sedangkan pada akhir penelitian menunjukkan bahwa kandungan timbal pada air laut yaitu < 0,005 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peristiwa absorbsi logam dari air laut kedalam tubuh ikan sehingga dalam waktu 30 hari kandungan
13 35 timbal dalam tubuh ikan meningkat sedangkan kandungan timbal dalam media air laut berkurang. Tabel 2. Rerata kandungan Timbal dalam media air laut Perlakuan Hari ke-0 Kandungan Pb (mg/l) Hari ke-30 A 0,032 <0,005 B 0,055 <0,005 C 0,062 <0,005 D 0,094 <0, Kualitas Air Data kualitas air yang diambil dalam penelitian ini adalah suhu, salinitas, ph, DO, alkalinitas dan TAN. Suhu air selama penelitian berkisar antara 28,5-29⁰C. Sedangkan salinitas 34, ph berkisar antara 7,72-7,97, kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3,50-3,75 ppm, alkalinitas berkisar antara ppm CaCO 3, dan kisaran nilai TAN yaitu 0,001-0,231 ppm. Data parameter kualitas air dibawah ini (Tabel 3) menunjukkan bahwa kisaran kualitas air pada uji sub kronis masih dalam kisaran yang layak untuk kehidupan juvenil ikan kerapu macan. Tabel 3. Parameter kualitas air selama uji sub kronis Parameter kualitas air Hari Perlakuan Suhu Salinitas DO Alkalinita TAN Ke ph (⁰C) ( ) (mg/l) (mg/l) (mg/l) , ,95-7,96 3,50-3, ,030 0,69 28, ,72-7,95 3,50-3, ,027 3,43 28, ,72-7,93 3,55-3, ,010 6,86 28, ,72-7,76 3,50-3, , , ,95-7,96 3,55-3, ,096 0,69 28, ,72-7,95 3,55-3, ,119 3,43 28, ,72-7,93 3,50-3, ,162 6,86 28, ,72-7,76 3,50-3, , , ,86-7,90 3,58-3, ,012 0,69 28, ,80-7,95 3,55-3, ,004 3,43 28, ,86-7,93 3,50-3, ,001 6,86 28, ,90-7,95 3,70-3, , , ,88-7,97 3,58-3, ,056 0,69 28, ,95-7,96 3,55-3, ,117 3,43 28, ,90-7,96 3,60-3, ,182 6,86 28, ,88-7,90 3,55-3, ,331 NAB ,8-8,3 >3,5 ppm
14 Pembahasan Umum Timbal termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia dan mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2 (Palar 2004). Adanya persenyawaan timbal yang masuk kedalam ekosistem menjadi sumber pencemaran dan dapat berpengaruh terhadap biota perairan sebagai contoh dapat mematikan ikan terutama pada fase larva (juvenil) karena toksisitasnya tinggi. Organisme perairan khususnya ikan yang mengalami keracunan logam berat akan mengalami gangguan pada proses pernafasan dan metabolisme tubuhnya, hal ini terjadi karena bereaksinya logam berat dengan fraksi dari lendir insang sehingga insang diselimuti oleh gumpalan lendir dari logam berat yang mengakibatkan proses pernafasan dan metabolisme tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hasil pengamatan pada uji akut menunjukkan bahwa gejala klinis terlihat sesaat setelah pemaparan timbal. Gejala klinis yang teramati yaitu terjadinya perubaan tingkah laku, antara lain gerakan berenang yang tidak teratur dan terkejut-kejut, cenderung berada di permukaan, frekuensi gerak operkulum terus menerus dengan bukaan yang lebih lebar dan selanjutnya ikan cenderung diam dan kehilangan refleks. Respon tersebut karena adanya pengaruh sifat timbal yang menyerang sistem saraf pusat, mengganggu proses sel dan sistem kerja jaringan tubuh ikan kerapu macan sampai melewati batas toleransi menyebabkan kematian secara langsung. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai LC jam logam berat timbal terhadap juvenil ikan bandeng selama 24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam berturut-turut adalah 90,45 ppm, 78,76 ppm, 74,264 ppm dan 68,627 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemaparan maka nilai LC 50 akan semakin rendah. Hal ini berarti bahwa juvenil ikan kerapu macan akan mengalami kematian yang lebih cepat apabila terpapar timbal dengan konsentrasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi yang rendah. Menurut Hutagalung (1984), daya toksik logam berat terhadap organisme perairan dapat diketahui dengan mengukur LC 50. Biasanya waktu yang digunakan adalah 96 jam, semakin kecil nilai LC 50 maka semakin besar sifat toksik logam beratnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Hutagalung (1991) dalam Ghalib (2002) bahwa semakin besar
15 37 kadar logam berat maka daya toksisitasnya akan semakin besar pula. Timbal yang masuk kedalam tubuh juvenil ikan kerapu macan akan bersifat sebagai xenobiotik abiotik yang menghambat kerja asetilkolinesterase (AchE) sehingga terjadi akumulasi astilkolin (ACh) dalam susunan saraf pusat. Selanjutnya akumulasi tersebut akan menginduksi tremor, inkoordinasi, kejang-kejang sampai dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan akumulasi pada neuromuskuler akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan, hilangnya reflex dan paralisis. Hal ini menyebabkan difusi oksigen kedalam kapiler darah terganggu. Pergerakan oksigen kedalam kapiler darah di insang ditentukan oleh perbedaan tekanan oksigen yang terdapat dalam insang dengan tekanan oksigen dalam kapiler darah insang. Sedangkan tekanan oksigen dalam insang sangat ditentukan oleh struktur lamella. Jika struktur lamella insang terganggu atau rusak, maka dapat dipastikan akan menurunkan kemampuan insang mengikat oksigen. Heath (1987) dalam Ghalib (2002) mengemukakan bahwa logam berat dapat menyebabkan kerusakan insang seperti nekrosis dan lepasnya lapisan epithelium. Sejalan dengan itu maka Wardoyo (1975) mengemukakan bahwa salah satu jaringan tubuh organisme yang cepat terakumulasi logam berat adalah jaringan insang, sehingga menyebabkan terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gasgas melalui insang. Oleh karena itu, kerusakan struktur lamella yang sangat ringan sekalipun dapat mempengaruhi proses respirasi pada juvenil ikan kerapu macan. Pengaruh kerusakan insang terhadap sistem respirasi ikan kerapu macan selanjutnya ditunjukkan dengan pengukuran tingkat konsumsi oksigen. Tingkat konsumsi oksigen pada dasarnya menunjukkan tingkat metabolisme. Konsumsi oksigen adalah indikator respirasi yang juga menunjukkan metabolisme energetik. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen ikan kerapu macan mengindikasikan bahwa semakin tinggi konsentrasi timbal dan semakin lama waktu pemaparan menyebabkan konsumsi oksigen semakin rendah. Toksisitas logam berat timbal juga mempengaruhi kondisi hematologi ikan kerapu macan. Gambaran darah ikan digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami, karena darah memiliki fungsi vital bagi tubuh ikan, antara lain sebagai pengangkut zatzat kimia seperti hormon, pengangkut hasil buangan metabolisme dan pengangkut
16 38 oksigen dan karbondioksida. Hasil pengukuran menunjukkan adanya penurunan kadar hematokrit, kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit dan terlihat bahwa setelah 30 hari pemaparan, pengaruh lanjut toksisitas timbal mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10 dapat menurunkan kadar hematokrit, kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit dalam darah ikan kerapu macan. Sedangkan jumlah leukosit mengalami peningkatan mulai pada konsentrasi 6,86 ppm di hari ke-10. Penurunan atau peningkatan parameter hematologi dalam darah menunjukkan telah terjadi penyimpangan fisiologis pada ikan kerapu macan. Berkaitan dengan fungsi vital darah dalam metabolisme tubuh, sehingga diduga hal tersebut mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan kerapu macan. Menurut Saeni (1989), logam berat timbal dapat mengganggu kerja enzim dan fungsi protein, dan hal ini diperkuat dengan tingkat pertumbuhan ikan kerapu macan menurun pada perlakuan dengan pemaparan konsentrasi timbal yang lebih tinggi. Pada pengamatan kadar glukosa darah terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah ikan kerapu macan. Pada perlakuan dengan konsentrasi timbal yang lebih tinggi akan memberikan pengaruh peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hasil juga menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol, kadar glukosa darah juga mengalami kenaikan namun masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Kadar glukosa dalam darah digunakan sebagai indikator stress pada ikan kerapu macan. Marcel et al. (2009) mengemukakan bahwa naik turunnya kadar glukosa darah ikan mengindikasikan bahwa ikan sedang lapar atau sedang kenyang. Naiknya glukosa darah menandakan bahwa ikan sedang kenyang, artinya nafsu makan berkurang karena energi yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi. Sebaliknya pada saat kadar glukosa darah turun, maka ikan akan merasa lapar sehingga diperlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Pada saat ikan stress menyebabkan kadar glukosa dalam darah terus naik yang diperlukan untuk mengatasi homeostasis. Dengan tingginya kadar glukosa dalam darah tersebut maka sinyal dari saraf pusat menandakan bahwa ikan merasa kenyang dan tidak mau makan. Relevan dengan kondisi yang terjadi dalam penelitian ini dimana ikan kerapu macan pada perlakuan kontrol selalu menunjukkan respon yang lebih baik terhadap makanan
17 39 yang diberikan. Naiknya kadar glukosa darah dibutuhkan untuk proses memperbaiki homeostasis selama stress, namun kebutuhan energi dari glukosa tersebut akan dapat terpenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera masuk kedalam sel, dan ini sangat bergantung pada kinerja insulin. Jika kondisi ini dicapai oleh ikan kerapu macan maka seharusnya ikan akan lebih respon terhadap makanan sehingga dapat memberikan dampak pertumbuhan yang lebih baik bagi ikan, akan tetapi hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat tidak diikuti dengan dampak pertumbuhan yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu diduga bahwa peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan indikasi bahwa telah terjadi stress pada ikan kerapu macan akibat toksistas logam berat timbal. Kandungan logam berat timbal dalam tubuh ikan pada akhir penelitian menunjukkan bahwa terjadi akumulasi timbal dalam tubuh juvenil ikan kerapu sehingga pada konsentrasi yang tertinggi (6,86 ppm) ikan tersebut mengakumulasi timbal sebanyak 22,8 mg/kg dalam waktu 30 hari. Sedangkan konsentrasi timbal dalam media pemeliharaan mencapai <0,005 mg/l. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Darmono (1995) bahwa Pb termasuk kelompok logam berat yang diregulasi oleh organisme air tetapi terus-menerus terakumulasi dalam jaringan organisme sehingga kandungannya terus bertambah dengan konsentrasi logam dalam air, dan hanya sedikit sekali yang diekskresikan. Data kualitas air juga menunjukkan bahwa kisaran kualitas air pada penelitian masih dalam kisaran yang layak untuk kehidupan juvenil ikan kerapu macan sehingga parameter kualitas air dalam penelitian ini bukanlah sebagai faktor pembatas yang mempengaruhi kehidupan juvenil ikan kerapu macan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut
51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Hasil uji nilai kisaran (Range value test) merkuri pada ikan bandeng menunjukkan bahwa nilai konsentrasi ambang bawah sebesar 0.06
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat
41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran
Lebih terperinciTOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus
TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Akumulasi Logam Berat Pb Konsentrasi awal logam berat di air pada awal perlakuan yang terukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) yaitu sebesar 2.36 mg/l.
Lebih terperinciJURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 7, Nomor 2, Oktober 2011 MINAWISATA BAHARI KARAMBA PEMBESARAN IKAN DI PULAU- PULAU KECIL BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG (KASUS PULAU DULLAH KOTA TUAL
Lebih terperinciDAMPAK TOKSISITAS NIKEL TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI IKAN BANDENG Chanos chanos Forsskal, STUDI LANJUT RESPON FISIOLOGI.
Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 205 216 DAMPAK TOKSISITAS NIKEL TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI IKAN BANDENG Chanos chanos Forsskal, STUDI LANJUT RESPON FISIOLOGI Kadir Sabilu 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pestisida banyak digunakan oleh petani dengan tujuan untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu yang merugikan kegiatan petani. Menurut Lodang (1994), penggunaan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan
Lebih terperinciII. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS
II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA
ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ambang Batas Dari uji yang dilakukan diperoleh nilai konsentrasi ambang bawah (LC 0-48 jam) sebesar 0,06 mg/l, yaitu konsentrasi tertinggi dari moluskisida niklosamida yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi
Lebih terperinciANALISIS HISTOFISIOLOGIS IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) PADA ALIRAN SUNGAI BATANG OMBILIN, SUMATERA BARAT YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN
ANALISIS HISTOFISIOLOGIS IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) PADA ALIRAN SUNGAI BATANG OMBILIN, SUMATERA BARAT YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN (Dibawah bimbingan Dr. Djong Hon Tjong, dan Dr. Indra Junaidi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila
Lebih terperinciPenyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)
Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y) Oleh: Komala Sari (Dibawah bimbingan Prof. Dr. Hamzar Suyani, M.S dan Dr. Tesri Maideliza, MS) RINGKASAN Limbah percetakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciRESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)
1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. Lokasi pelaksanaan penelitian, yaitu : Laboratorium Lingkungan Departemen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan kerapu yang umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kurva Standar Berdasarkan percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai kurva standar, didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi AS dalam akuades maka nilai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah
Lebih terperinciIma Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Lingkungan Ikan Nila Gift 2.2 Distribusi dan Akumulasi Pencemar Logam oleh Hewan Air
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Lingkungan Ikan Nila Gift Ikan nila gift merupakan golongan ikan euryhalien, pada salinitas > 29 ppt ikan ini masih dapat bertumbuh dengan baik tetapi tidak dapat berkembang
Lebih terperinciKonsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling
Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Waktu dan Tempat
13 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu uji, tahap I penelitian pendahuluan yang terdiri dari uji nilai kisaran dan uji toksisitas akut. Tahap II penelitian inti terdiri dari biokonsentrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Penggunaan pestisida pada usaha pertanian khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR (SB )
TUGAS AKHIR (SB-091358) Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Juvenile Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) secara In-Situ di Kali Mas Surabaya Oleh : Robby Febryanto (1507 100 038) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perilaku Kanibalisme Ketersediaan dan kelimpahan pakan dapat mengurangi frekuensi terjadinya kanibalisme (Katavic et al. 1989 dalam Folkvord 1991). Menurut Hecht dan Appelbaum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciPENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal
Lebih terperinciHasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tahap pertama (uji bioassay) Untuk memperoleh suhu subletal, maka dilakukan uji bioassay yang terdiri dari 2 percobaan, masing-masingg dengan 4 perlakuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada
Lebih terperinciTINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)
Abstrak TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE) Johan Danu Prasetya, Ita Widowati dan Jusup Suprijanto Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan
Lebih terperinciFitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)
SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,
Lebih terperinciKonsentrasi Letal (LC jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp)
Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 1(D) 13107 Konsentrasi Letal (LC 50-48 jam) Logam Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp) Muhammad Hendri,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).
3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama dilakukan persiapan media uji bahan pemingsan dan hewan yaitu hati batang pisang dan ikan bawal air tawar. Tahap ini juga dilakukan
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air
HASIL PENELITIAN Kondisi Kualitas Air Kualitas Air pada Tahap Eksplorasi Salinitas yang digunakan sebagai perlakuan didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menghasilkan petunjuk batas kisaran optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat onset, durasi, kematian dan tahapan anestesi Acepromazine (ACP). Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan ACP yang diberikan secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh kosentrasi limbah terhadap gerakan insang Moina sp Setelah dilakukan penelitian tentang gerakan insang dan laju pertumbuhan populasi Moina sp dalam berbagai kosentrasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa
Lebih terperinciUNTUK PERTUMBUHAN DAN PENINGKAT. (Cromileptes altivelis)
BIOAVAILABILITY Fe-TEPUNG DARAH UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENINGKAT DAYA TAHAN TUBUH IKAN KERAPU (Cromileptes altivelis) Peneliti: 1. Mia Setiawati, MSi 2. Sri Nuryati, MSi 3. Prof. Ing Mokoginta (tahun ke-3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan terhadap ikan didapatkan suatu parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup berupa laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan derajat kelangsungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam Jumlah rata rata benih ikan patin siam sebelum dan sesudah penelitian dengan tiga perlakuan yakni perlakuan A kepadatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya peningkatan secara kuantitatif maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat membawa dampak bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif dari industriindustri salah satunya yaitu terbukanya
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida
Lebih terperinciGambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan
Lebih terperinciGambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang
Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciAni Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian- UNTIRTA
Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian- UNTIRTA Mengapa oksigen penting? RESPIRASI Respirasi adalah proses pengambilan oksigen dari lingkungan ke dalam tubuh dan pelepasan karbondioksida
Lebih terperinciKESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta
KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,
Lebih terperinci