MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan [Pasal 7 ayat (1) huruf b ] terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Viktor Santoso Tandiasa 2. Denny Rudini 3. Kurniawan ACARA Perbaikan Permohonan (II) Rabu, 13 November 2013, Pukul 13.40 13.50 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) 3) Arief Hidayat (Anggota) Luthfi Widagdo Eddyono Panitera Pengganti
Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Joko Widarto 2. Denny Rudini 3. Okta Heriyawan
SIDANG DIBUKA PUKUL 13.40 WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang Perkara Nomor 86/PUU-XI/2013 dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Ya, selamat siang, Para Pemohon. Hari ini adalah hari sidang perbaikan permohonan. Kami telah menda menerima permohonan perbaikan Anda dan saya mohon dijelaskan, siapa yang hadir di sini? Silakan. 2. PEMOHON: DENNY RUDINI Ya, assalamualaikum wr. wb. Terima kasih, Yang Mulia. Saya mewakili Forum Kajian Hukum dan Konstitusi, nama saya Denny Rudini. 3. PEMOHON: OKTA HERIYAWAN Selamat siang, Yang Mulia. Nama saya Okta Heriyawan yang mewakili dari Forum Kajian Hukum dan Konstitusi. 4. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Satu lagi? 5. PEMOHON: JOKO WIDARTO Terima kasih, Yang Mulia. Saya selaku Pemohon yang kedua dalam perbaikan ini. Nama saya Joko Wirdato, Yang Mulia. Terima kasih. 6. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya di dalam permohonan ini, agak berbeda dengan yang lalu ya, Pemohonnya menjadi dua atau tiga? 7. PEMOHON: JOKO WIDARTO Tiga.
8. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Jadi, satu, Viktor Santoso yang perorangan maksudnya, perorangannya dua, dan satu forum. Oh, untuk forum ak anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya belum ada? Ya, nanti diajukan! Saya mohon untuk dijelaskan apa saja yang sudah diperbaiki. 9. PEMOHON: JOKO WIDARTO Terima kasih, Yang Mulia. Sesuai dengan nasihat Yang Mulia pada sidang yang pertama, kami mencoba memperbaiki mengenai bukti-bukti, lampiran-lampiran, tapi kami sangat memohon maaf, ternyata kalau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga untuk FKHK (Forum Kajian Hukum dan Konstitusi) masih ada kekhilafan gitu, mohon maaf. Tapi ada, Yang Mulia. Kemudian yang kedua, berkaitan dengan legal standing. Yang pertama, sekali lagi adalah itu, Yang Mulia, Forum Kajian Hukum dan Konstitusi, dalam hal ini sesuai dengan akta notaris dari Reni Herlanti Nomor 1 Tahun 2012 yang pada saat ini diwakili oleh Okta Heriyawan di sebelah saya. Dimana pada Pemohon I ini merupakan organisasi badan hukum yang bergerak di bidang kajian pendidikan, penyuluhan tentang hukum dan konstitusi, serta berperan aktif dalam penegakkan konstitusionalisme. Sehingga Pemohon I mohon untuk dipandang sebagai perwujudan upaya, baik secara sendiri maupun secara kolektif dalam membangun masyarakat, bangsa, dan negara dalam mengembangkan nilai-nilai konstitusionalisme. Sedangkan Pemohon II, saya sendiri, Yang Mulia, selaku Pemohon perorangan, dimana saya selaku pengajar, khususnya untuk Hukum Tata Negara di Universitas Esa Unggul sesuai dengan SK yayasan untuk pengangkatan saya sebagai dosen tetap, pada bukti yang keenam. Saya berusaha untuk peduli terhadap pelaksanaan tugas dan kewenangan lembaga-lembaga negara, serta ide-ide konstitusi dan merupakan saya melakukan pemantauan terhadap penyimpangan yang terjadi pada proses pelaksanaan nilai-nilai konstitusionalisme. Saya juga berusaha untuk concern dalam mengampanyekan perlindungan nilai-nilai konstitusionalisme melalui pengajaran dan diskusi-diskusi ilmiah agar sistem ketatanegaraan dapat berjalan dengan baik, sehingga dengan masuknya Tap MPR dalam hierarki peraturan perundangan (suara tidak terdengar jelas) konsekuensi proses pengujian yang pada saat ini memiliki kekosongan hukum. Sedangkan Pemohon yang ke III adalah mahasiswa-mahasiswa kami di situ. Dia pun juga aktif dalam berbagai macam kegiatan, concern juga dalam penerapan nilai dan semangat nasionalisme konstitusionalisme dengan melakukan berbagai macam kajian serta
gerakan dan pemantauan terhadap penyimpangan atas terjadinya proses pelaksanaan nilai-nilai konstitusionalisme, sebagaimana bukti pada P-10. Untuk legal standing, demikian, Yang Mulia. Kemudian berkaitan dengan alasan Pemohon. Sesuai dengan nasihat Yang Mulia pada sidang yang pertama, Prof. Maria, kemudian Prof. Arief, intinya mohon maaf, Prof. Fadlil. Mohon maaf saya takut salah, Yang Mulia, mau menyebutkan. Prof. Fadlil, mohon maaf ya. Jadi, kemarin akhirnya saya menyimpulkan, intinya dari Prof. Maria, Prof. Fadlil, dan Prof. Arief, sampailah pada yang disarankan, dinasihatkan oleh Prof. Arief. Karena ini terjadi kekosongan hukum, dan itu ada pada jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, maka kita harus ada kepastian hukum. Jadi batu uji kita pada Pasal 28D. Demikian juga, sudah pasti berpangkal pada Pasal 1 ayat (3), sehingga sangat terima kasih dan langsung kami melaksanakan apa yang dinasihatkan oleh Prof. Arief bahwa pada akhirnya, dengan mempertimbangkan pendapat para Ahli Hukum Tata Negara (suara tidak terdengar jelas), maka sudah selayaknya mengenai Tap MPR yang masih mempunyai kekuatan hukum yang mengikat keluar, sebagaimana dimaksud Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR Nomor 1/MPR/2003 tentang Peninjauan Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Sementara, dan Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, disetarakan dengan undang-undang, sehingga dapat dilakukan uji materiil di Mahkamah Yang Mulia, di Mahkamah Konstitusi ini. Jadi kami memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia, Yang Terhormat, untuk memeriksa dan memutus uji materiil. Yang pertama, menerima dan mengabulkan permohonan pengujian undang-undang yang kami ajukan ini. Yang kedua, meminta kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk melakukan tafsir konstitusional terhadap Ketetapan MPR, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan yang masih mempunyai kekuatan hukum mengikat keluar disetarakan dengan undang-undang, sehingga dapat dilakukan uji materiil di Mahkamah Konstitusi ini. Dan yang ketiga, memohon memerintahkan amar putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ini yang mengabulkan permohonan Pengujian Undang-Undang 12 Tahun 2011 ini untuk dimuat dalam Berita Negara. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. 10. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Jadi Pemohon I itu organisasi, tapi diwakili oleh dua orang?
11. PEMOHON: JOKO WIDARTO Ya, Yang Mulia. 12. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Pemohon III dan Pemohon IV itu perseorangan, ya? Petitumnya seperti Anda kemukakan tadi ya, jadi Anda menginginkan bahwa Tap- Tap yang mengatur mengikat keluar itu, disetarakan dengan undangundang. Coba nanti dilihat Tap-Tap itu mengatakan setiap orang atau enggak ya, mengikat keluar itu berarti naar buiten werken, itu berarti dia mengikat keluar dari lembaga itu, ya. Ya, Anda sudah mengajukan alat bukti, ada 10, P-1 sampai dengan P-10, akan saya sahkan. Dan kami terima perbaikan permohonan Anda, nanti saya akan menyerahkan ini kepada Rapat Pemusyawaratan Hakim untuk diputuskan, apakah ini akan dilanjutkan ke sidang-sidang selanjutnya, nanti Anda akan diberikan apa... ada undangan kalau ini akan dilanjutkan ya, saya belum tahu nanti. Seandainya ini dilanjutkan, maka nanti pertama kali nanti kita akan mendengarkan tanggapan dari Pemerintah dan DPR. Dan kalau sudah selanjutnya, Anda mengajukan ahli-ahli atau kesaksian yang perlu diajukan ya, untuk sementara itu, ya. Ada yang perlu disampaikan? 13. PEMOHON: JOKO WIDARTO KETUK PALU 1X Cukup, Yang Mulia. Terima kasih. 14. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, kalau sudah tidak ada yang dikemukakan lagi, maka sidang ini saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 13.50 WIB Jakarta, 13 November 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.