PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

STRATIFIKASI INDUK DAN PEBINAAN KELOMPOK SEBAGAI BAGIAN DALAM PERBAIKAN MUTU GENETIK SAPI BALI

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

IDENTIFIKASI POLA PERKAWINAN SAPI POTONG DI WILAYAH SENTRA PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis Uji Performans. Eary Selection of Bali Cattle Stud Based on Performance Test

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE MUDA PASCASCREENING

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI PO MELALUI PENYEBARAN PEJANTAN UNGGUL HASIL UNIT PENGELOLA BIBIT UNGGUL (UPBU)

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

KORELASI BOBOT HIDUP INDUK MENYUSUI DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

KERAGAAN REPRODUKSI SAPI BALI PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN TABANAN BALI

PERBAIKAN TEKNOLOGI PEMELIHARAAN SAPI PO INDUK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN TURUNANNYA PADA USAHA PETERNAKAN RAKYAT

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

KINERJA PRODUKSI DAN UMUR PUBERTAS PEDET HASIL KAWIN SILANG SAPI PO, SIMMENTAL DAN LIMOUSIN DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. lebih banyak mengembangkan sapi-sapi persilangan dibandingkan sapi

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KORELASI BOBOT SAPIH TERHADAP BOBOT LAHIR DAN BOBOT HIDUP 365 HARI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

EVALUASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PERSILANGAN DUA DAN TIGA BANGSA PADA PETERNAKAN RAKYAT

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI PASUNDAN MENGGUNAKAN RUMUS WINTER PADA BERBAGAI SKOR KONDISI TUBUH DI KECAMATAN TEGAL BULEUD KABUPATEN SUKABUMI

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

TAMPILAN PRODUKTIVITAS TERNAK SAPI BALI PADA DUA MUSIM YANG BERBEDA DI TIMOR BARAT

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

NI Luh Gde Sumardani

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO INDUK PADA POLA PERKAWINAN BERBEDA DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN BLORA DAN PASURUAN

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Jl. Tentara Pelajar No 10 Bogor, ABSTRAK PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

STUDI UJI PERFORMANS TERNAK SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN (PRELIMINARY STUDY) Abstrak

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PERFORMANS SAPI SILANGAN PERANAKAN ONGOLE DI DATARAN RENDAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR)

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

Performans Sapi Bali Pada Periode Awal Pertumbuhan di Kabupaten Lampung Tengah. Performance Yearling and Growth of Bali Cattle In Central Lampung

PENGARUH SELEKSI BOBOT SAPIH DAN BOBOT SETAHUN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DI FOUNDATION STOCK

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

Karakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari

POLA PEMBIBITAN SAPI POTONG LOKAL PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

Kajian Produktivitas Sapi Madura Study On Madura Cattle Productivity

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

Model Rekording dan Pengolahan Data untuk Program Seleksi Sapi Bali

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Transkripsi:

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI (The Performance of Bali Cattle Cows as Calf Stocker at the Breeding Stock of BPTU Bali Cattle) HARTATI 1, D.B. WIJONO 2 dan MAHMUD SISWANTO 3 ¹Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2, Grati, Pasuruan 67184 ²Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali ABSTRACT Bali cattle has wide diversity, so it gives an opportunity to improve its performance as the source of breeding cattle. This research aimed to investigate the performance of Bali cow to be used as cow calf operation at breeding stock of Bali Province. This research was conducted at Bali cattle Breeding Stock in cooperation with Bali BPTU, during 2005 2006. The animal observed were 1132 head cow of Bali cattle owned by farmer at 2 regency at Tabanan and Bangli regency. The respondent was chosen through purposive random sampling method as base population for selection. The parameters were: physiological status, cow body weight and morphology. Data were analyzed using analysis of descriptive and t-student test. The result showed that Bali cattle at breeding stock of Tabanan and Bangli regencies had small diversity and relatively homogeneous. The different location was not influence Bali cattle, such as body weight or morphology. Key Word: Cow Performance, Bali Cattle, Breeding Stock ABSTRAK Sapi Bali memiliki keragaman yang cukup luas, sehingga masih memberikan peluang untuk diperbaiki performansnya sebagai sumber bibit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans sapi Bali induk yang digunakan sebagai penghasil bibit di wilayah breeding stock Propinsi Bali. Penelitian dilakukan di wilayah breeding stock Sapi Bali bekerjasama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali, dari tahun 2005 2006. Materi yang digunakan sebanyak 1132 ekor sapi Bali induk milik peternak yang tersebar di 2 Kabupaten yaitu Kab Tabanan dan Kab Bangli. Responden dipilih dengan metode purposive random sampling yang akan digunakan sebagai populasi dasar seleksi. Parameter yang diamati meliputi status fisiologis, bobot badan induk dan ukuran linier tubuh. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan uji beda dengan uji t-student. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi Bali yang digunakan sebagai indukan di wilayah breeding stock Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Bangli memiliki keragaman yang kecil dan relatif seragam. Perbedaan lokasi pemeliharaan tidak mempengaruhi performans sapi Bali, baik terhadap bobot badan maupun ukuran morfologi. Kata Kunci: Performans Induk, Sapi Bali, Breeding Stock PENDAHULUAN Sapi Bali merupakan sapi potong lokal yang diduga mengalami penurunan mutu genetik. Penurunan mutu genetik ini ditandai dengan performan yang semakin mengecil dan sulitnya mendapatkan performan yang baik untuk digunakan sebagai calon bibit. Penurunan mutu genetik tersebut diduga akibat inbreeding dan seleksi negatif yang terjadi pada peternakan rakyat seperti tingginya pemotongan betina produktif dan penggunaan pejantan yang tidak memenuhi kriteria sebagai pejantan unggul. SAMARIYANTO (2004) menambahkan penyebab lain adalah belum sempurnanya sistem peremajaan bibit yang diikuti dengan seleksi dan culling yang baik, sehingga calon bibit jantan dan calon bibit betina terbaik tidak digunakan untuk memperbaiki mutu genetik. Bila kondisi ini dibiarkan, maka tidak tertutup 258

kemungkinan kebanggaan terhadap sapi Bali sebagai plasma nutfah akan tinggal kenangan (KOMPAS, 2001). Direktorat Jenderal Peternakan, dalam hal ini Direktorat Pembibitan telah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perkembangan sapi Bali di wilayah breeding stock dengan membentuk Instalasi Populasi Dasar (IPD) pada tingkat peternakan rakyat. Kabupaten Tabanan dan Bangli merupakan 2 wilayah breeding stock P3Bali yang memiliki lebih dari 40 kelompok ternak. Sampai tahun 2004 populasi sapi Bali di propinsi Bali mencapai 575.731 ekor (BPS, 2005). Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap pengaruh lingkungan baik pada kondisi dataran rendah maupun dataran tinggi, menjadikan sapi Bali sebagai salah satu sapi potong lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu genetiknya, namun belum memberikan hasil yang optimal (MUDIKJO dan MULADNO, 1999). SAMARIYANTO (2004) menyatakan bahwa fokus utama perbaikan mutu genetik adalah merencanakan program breeding yang terarah melalui seleksi dan culling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai performans sapi Bali dalam upaya perbaikan mutu genetik di wilayah breeding stock. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di wilayah breeding stock Sapi Bali bekerjasama dengan BPTU Sapi Bali (dulunya bernama P3Bali) dari tahun 2005 2006. Materi yang digunakan sebanyak 1132 ekor sapi Bali induk milik peternak yang berada pada lokasi dengan agroekosistem dan ketinggian yang berbeda masing-masing adalah Kabupaten Tabanan dengan kondisi dataran rendah dan Kabupaten Bangli dengan kondisi dataran tinggi. Responden dipilih dengan metode purposive random sampling, yang akan digunakan sebagai populasi dasar seleksi. Parameter yang diamati meliputi status fisiologis, bobot badan induk dan ukuran linier tubuh. Data bobot badan yang diperoleh merupakan hasil konversi bobot badan 1, 3, 6 dan 9 bulan. Deskripsi daerah didapatkan dari data sekunder dan wawancara dengan pihak terkait. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan uji beda dengan uji t-student menurut petunjuk SUDJANA (1989). HASIL DAN PEMBAHASAN Agroekosistem lokasi penelitian (deskripsi wilayah) Wilayah yang digunakan untuk penelitian adalah Kab. Tabanan yang merupakan wilayah dataran rendah dan kabupaten Bangli sebagai daerah dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut masing-masing sekitar 125 m dan 1800 m. (BPS 2005). Secara umum wilayah Bali beriklim laut tropis dan dipengaruhi oleh angin musim, terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu di Kabupaten Tabanan sekitar 27 C sedangkan di Kabupaten Bangli sekitar 24,9 C dengan kelembaban relatif (RH) 86 mm² dan 88 mm². Luas wilayah Tabanan dan Bangli adalah 839,33 km² dan 520,81 km². Sebagian besar merupakan lahan kering masing-masing seluas 61.274 ha dan 49.182 ha dan lahan sawah seluas 22.626 ha dan 2.882 ha. (BPS, 2005). Populasi sapi potong di Kab. Tabanan adalah 59.501 ekor yang terdiri dari 26.924 ekor sapi jantan dan 32.577 ekor sapi betina dengan jumlah pemotongan sebesar 2.221 ekor, sedangkan populasi di Kabupaten Bangli adalah 79.357 ekor yang terdiri dari 52.265 ekor sapi jantan dan 27.092 ekor sapi betina dengan jumlah pemotongan sebanyak 551 ekor (DINAS PETERNAKAN BANGLI, 2006). Performans sapi Bali induk Kondisi performan induk sapi Bali berdasarkan status fisiologis di breeding stock disajikan pada Tabel 2. Secara umum tampilan bobot badan induk di Kab Tabanan adalah 252,04 ± 43,85 kg (n = 734 ekor) sedangkan di Kab. Bangli sebesar 265,26 ± 49,64 kg (n = 398 ekor). 259

Tabel 1. Performans sapi Bali induk berdasarkan status fisiologis di wilayah breeding stock Status fisiologis Tidak bunting Kabupaten Tabanan Kabupaten Bangli Pengamatan N % BB (kg) PBHH N (%) BB (kg) PBHH Awal 441 (60) 246,51 ± 79,93 (32,42) Akhir 246,84 ± 70,75 (28,66) Bunting Awal 277 (37,8) 263,60 ± 36,09 (13,69) Akhir 269,67± 40,39 (14,98) Laktasi 1 3 bulan 16 (2,2) 285,12 ± 33,32 (11,69) ( ) = persentase keragaman 0,00 ± 0,33 12 (3,0) 265,42 ± 80,38 (30,28) -0,01 ± 0,12 360 (90,5) 277,3 ± 36,64 (14,55) - - 279,47 ± 54,25 (19,41) -0,03±0,06 26 (6,5) 258,77 ± 25,81 (9,97) - -0,02 ± 0,09 0,06 ± 0,13 0,01 ± 0,01 Rataan bobot badan ini lebih rendah dibanding bobot badan hasil penelitian sebelumnya. PANE (1990), melaporkan bahwa rataan bobot badan sapi Bali betina dewasa di breeding center Provinsi Bali adalah 300 kg dan di P3 Bali adalah 278 kg. Sedangkan RASYID et al. (2005) mendapatkan rataan bobot badan induk sapi Bali di Kabupaten Tabanan sebesar 282,44 ± 51,53 kg dengan jumlah pengamatan sebanyak 96 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa performans bobot badan induk sapi Bali di wilayah breeding stock dari tahun 1990 sampai 2006 mengalami penurunan sebesar 0,89%/tahun. Hasil analisis statistik terhadap tampilan bobot badan induk sapi Bali pada kedua lokasi pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05), hal ini membuktikan bahwa perbedaan lokasi pemeliharaan tidak mempengaruhi performans sapi Bali. Ketinggian lokasi hanya akan mempengaruhi performan sapi potong apabila perbedaan ketinggian yang ditimbulkan cukup besar (LASLEY, 1978). ROBERTSHAW (1984) menyatakan bahwa sapi lokal daerah tropis mempunyai kemampuan adaptasi yang baik terhadap pengaruh lingkungan yang panas dan cukup toleran terhadap pengaruh lingkungan dingin. Performan pertumbuhan sapi Bali induk pada ke 2 wilayah breeding stock disajikan pada Gambar 1. Dari grafik pertumbuhan terlihat bahwa laju pertumbuhan sapi Bali memiliki keragaman yang tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh faktor lingkungan dan kemampuan individu beradaptasi terhadap kondisi pakan sehingga turut mempengaruhi kondisi bobot badan. WILLIAMSON dan PAYNE (1993) menyatakan bahwa lingkungan biotik mempengaruhi performans sapi potong melalui tingkat efisiensinya, sapi potong yang mendapat pakan yang terjamin (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) akan mampu menampilkan efisiensi performans secara maksimal. Performans reproduksi sapi Bali induk pada ke-2 lokasi breeding stock, terlihat sangat beragam (Tabel 2). Keberhasilan kebuntingan di Bangli (90,5%) lebih tinggi dibanding Tabanan (60%), hal ini menunjukkan bahwa tingkat fertilitas sapi Bali induk di Bangli lebih baik di banding Tabanan, hal ini tidak terlepas dari pengaruh kondisi badan, lingkungan pakan dan kesehatan. WIJONO et al. (2002) menyatakan bahwa pemeliharaan induk yang buruk akan menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas reproduksi bahkan terjadi inaktivitas ovarium. Secara teknis pola perkawinan juga akan mempengaruhi keberhasilan kebuntingan. Pola perkawinan baik melalui IB atau kawin alam masing-masing memiliki keterbatasan, terutama terhadap jangkauan wilayah yang terlalu luas dan keterbatasan pejantan di daerah pembibitan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tingkat penggunaan IB dan kawin alam di Tabanan masing-masing mencapai 50% dengan jumlah pengamatan sebanyak 122 ekor induk. Sedangkan di Bangli 260

Bobot Badan(kg) 300 280 260 240 220 300 290 280 270 260 250 240 230 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bobot Badan(kg) Bulan TB Tabanan B Tabanan L Tabanan TB Bangli B Bangli L Bangli Gambar 1. Grafik pertumbuhan sapi Bali induk di wilayah breeding stock TB = tidak bunting; B = bunting; L = laktasi Tabel 2. Ukuran morfologi sapi Bali induk di breeding stock Status fisiologis Induk Tidak bunting Bunting Laktasi Tidak bunting Bunting Laktasi Kabupaten Tabanan n PB (cm) TP (cm) TG (cm) LD (cm) 455 120,22 ± 48,39 110,35 ± 6,94 109,78 ± 5,26 151,93 ± 12,79 277 120,87 ± 9,07 111,95 ± 4,62 111,27 ± 4,22 155,86 ± 9,85 16 120,44 ± 4,29 113,44 ± 3,39 113,06 ± 3,28 158,13 ± 6,02 Kabupaten Bangli 12 120,58 ± 17,22 112,08 ± 5,20 110,33 ± 7,23 156,75 ± 13,57 360 118,77 ± 6,00 120,69 ± 17,84 112,58 ± 6,92 156,69 ± 19,04 25 118,45 ± 4,75 115,14 ± 3,27 113,45 ± 4,42 159,27 ± 10,64 PB = Panjang badan ; TP = Tinggi pinggul ; TG = Tinggi gumba ; LD = Lingkar dada IB mencapai 45% dan kawin alam 55% dengan jumlah pengamatan 40 ekor induk. Ini membuktikan bahwa minat peternak terhadap IB masih rendah dan penggunaan sapi jantan di peternakan rakyat masih dipertahankan karena dianggap masih layak sebagai pejantan. Hasil penelitian AFFANDHY et al. (2005), diperoleh tingkat penggunaan IB di Propinsi Bali mencapai 20,7% sedangkan kawin alam mencapai 51,7% sisanya adalah merupakan kombinasi antara keduanya. Selanjutnya ditambahkan bahwa keberhasilan program IB sapi potong di wilayah sentra pembibitan ditentukan oleh pengetahuan peternak, sikap peternak dan persepsi peternak. Tampilan morfologi sapi Bali induk di wilayah breeding stock disajikan pada Tabel 2. Hasil uji statistik terhadap tampilan morfologi sapi Bali induk di ke-2 wilayah breeding stock pada berbagai status fisiologis menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05). Secara umum tampilan morfologi sapi Bali induk di Kab. Tabanan untuk masingmasing parameter PB, TB, TG dan LD adalah 120,48 ± 38,08 cm, 111,15 ± 4,99 cm, 110,41 ± 4,93 cm dan 153,65 ± 10,59 cm; sedangkan di Kabupaten Bangli adalah 120,84 ± 34,83 cm, 115,98 ± 15,19 cm, 112,91 ± 4,80 cm dan 156,74 ± 18,48 cm. Tampilan morfologi sapi Bali induk yang digunakan sebagai populasi dasar pembibitan, secara rataan memiliki keragaman yang sangat kecil. Tampilan morfologi ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. PANE 261

(1990) menyatakan bahwa ukuran tubuh sapi Bali juga dipengaruhi oleh tempat hidupnya yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan terutama di daerah pengembangan. Selanjutnya juga dilaporkan bahwa ukuran morfologi sapi betina dewasa di breeding center Propinsi Bali untuk masingmasing parameter PB, TG dan LD adalah 119,6 cm, 114,4 cm dan 174,2 cm sedangkan di P3Bali adalah 118,7 cm, 113,8 dan 166,1 cm. Hasil penelitian RASYID et al., (2005) mendapatkan tampilan morfologi sapi Bali induk di Kab. Tabanan untuk parameter yang sama sebesar 121,1 ± 5,79 cm, 114,3 ± 3,93 dan 162,4 ± 10,50 cm. KESIMPULAN Sapi Bali yang digunakan sebagai indukan di wilayah breeding stock Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Bangli memiliki keragaman yang kecil dan relatif seragam. Perbedaan lokasi pemeliharaan tidak mempengaruhi performans sapi Bali, baik terhadap bobot badan maupun ukuran morfologi. DAFTAR PUSTAKA AFFANDHY, L., D. PAMUNGKAS, D.B. WIJONO, P.W. PRIHANDINI, P. SITUMORANG, HARTATI, W.C. PRATIWI dan T. SUSILOWATI. 2005. Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Efisiensi Reproduksi. Laporan Akhir Tahun. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati Pasuruan. BPS. 2005. Bali Dalam Angka. DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BANGLI. 2006. Informasi Data Peternakan Perikanan. Laporan Tahun Dinas Peternakan Perikanan Kabupaten Bangli. KOMPAS. 2001. Minus, perbaikan mutu genetik sapi Bali selama 25 tahun. http://www.kompas. com/kompas-cetak/0108/30/iptek/minu10.htm. LASLEY, J.F. 1978. Genetic of Livestock Improvement. 3 rd Ed. Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs. New Jersey. MUDIKJO, K. dan MULADNO. 1999. Pengembangan Industri Sapi Potong pada Era Pasca Krisis. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 2 Desember 1998 Puslitbang Peternakan, Bogor (Jilid I). PANE. 1990. Teknologi Peternakan dan Veteriner: Sapi Bali. http://gooogle/puslitbangnak. Bogor 2006. RASYID. 2005. Stratifikasi Induk dan Pembinaan Kelompok sebagai Bagian dalam Perbaikan Mutu Genetik Sapi Bali. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 13 September 2005, Bogor (Buku I): 112 118. ROBERTSHAW, D. 1984. Heat loss of cattle. In : Stress Physiology in Livestock. Vol. I Basic Principles. YOUSEF, M.K. (Ed.. CRS Press Inc. Boca Raton Florida. SAMARIYANTO. 2004. Alternatif kebijakan perbibitan sapi potong dalam era otonomi daerah. Lokakarya Sapi Potong. http:// SUDJANA. 1989. Metode Statistika Ed. Ke-5. Tarsito Bandung. WIJONO, D.B., L. AFFANDHY and E. TELENI. 2002. The Relationship between Live Weight/Body Condition and Ovarian activity in Indonesia cattle. Proc. of the sixth AAAP Anim. Sci. Congress. Vol. III. AHAT. Bangkok p. 308 (Abstract). WILLIAMSON, G. dan W.J.A. PAYNE. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 262

DISKUSI Pertayaan: 1. Jika dilihat tahun-tahun dulu (1980-an) sapi Bali memiliki bobot ban yang besar, sering ditampilkan di pameran-pameran. Mengapa sekarang bobot badannya semakin kecil? 2. Apakah sampai sekarang tidak ada upaya untuk meningkatkan mutu genetik sapi bali? Jawaban: 1. Diindikasikan telah terjadi penurunan mutu genetik, antara lain disebabkan karena seleksi negatif dan inbreeding sehingga saat ini sulit ditemui performans yang baik terutama untuk bibit. Untuk itu dilakukan peningkatan mutu genetik melalui pemulian dan pembibitan. Hasil pengamatan dilapangan diperoleh bahwa minat terhadap IB masih rendah disebabkan karena sapi penjantan yang ada di peternakan rakyat dianggap masih layak sebagai penjantan. 2 Berbagai upaya telah dilakukan antara lain seleksi, IB dengan penjantan unggul (straw IB diperoleh dari BIB Singorasi dan UPTD Baturiti yang memiliki pejantan terseleksi), embrio transfer dan seleksi turunan breeding stock). 263