IDENTIFIKASI POLA PERKAWINAN SAPI POTONG DI WILAYAH SENTRA PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN
|
|
- Sri Shinta Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 IDENTIFIKASI POLA PERKAWINAN SAPI POTONG DI WILAYAH SENTRA PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN (Identifiying Mating Patterns of Beef Farming at the Center and Developing Areas) PENI WAHYU PRIHANDINI, W.C. PRATIWI, D.PAMUNGKAS dan L. AFFANDHY Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2 Grati, Pasuruan ABSTRACT The proper mating management should be conducted to anticipate high repeated mating and the long calving interval, especially in the cow-calf operation. The survey which held on small holder farming (invloving 4 respondents) at four provinces (East Java, Central Java, DIY and Bali), aimed to identify mating pattern in beef farming at the center and developing areas. Respondent were kept as purposive random sampling based on regimes, cow possesion and the level of AI acceptors (beginner or advance). The data was performed descriptively. Result showed that farmer in the center area s used the bull (natural mating) as of 51.7% (Bali); 4.3% (DIY); 5.% (Central Java) and 17.6% (East Java). Meanwhile, farmer used AI as much as 91.4% (DIY), 45.8% (East Java), 45.% (Central Java) and 2.7% (Bali). Service per conception (S/C) of AI in DIY showed the highest (2.5) followed by Central Java (2.), East Java (1.7) and Bali (1.3). S/C of natural mating in Central Java and Bali showed the lowest which was 1,4. In East Java and DIY were 1,6 and 2.3, respectively. Most of farmers declared using combination AI and natural mating which were 5% (Central Java), 36.6% (East Java), 27.6% (Bali) and 4.3% (DIY). In developing areas, natural mating mostly occured in Bali (72.7%). Meanwhile, the combination of AI-natural mating mostly happened in DIY (91,7%). This pattern was conducted by farmers regarding to the failed of AI (over four times inseminating). It can be concluded that mating pattern of beef farming either in central or developing areas was dominated by AI which was over 2.7%. However in developing area s of Bali, the natural mating was predominantly. Key Words: Cow, Mating Patterns, Central and Developing Areas ABSTRAK Managemen perkawinan yang tepat merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan guna mengantisipasi tingginya kawin berulang dan selang beranak yang panjang, utamanya dalam cow-calf operation di usaha peternakan rakyat. Suatu survei terhadap 4 responden yang tersebar di empat propinsi (Jatim, Jateng, DIY dan Bali) bertujuan untuk mengidentifikasi pola perkawinan sapi potong di wilayah sentra perbibitan dan pengembangan telah dilakukan. Responden diambil secara purposive random sampling berdasarkan kriteria wilayah, kepemilikan induk dan tingkat kelompok akseptor IB (pemula/lanjutan). Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peternak di wilayah sentra menggunakan pejantan (kawin kawin alam) sebesar 51,7% (Bali); 4,3% (DIY); 5,% (Jateng) dan 17,6% (Jatim). Namun demikian peternak yang menggunakan jasa IB sebanyak 91,4% (DIY), 45,8% (Jatim), 45,% (Jateng) dan 2,7% (Bali). Service per conception (S/C) dengan menggunakan IB di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampak paling tinggi (2,5) diikuti Jateng (2,), Jatim (1,7) dan Bali (1,3). Sedangkan S/C hasil kawin alam di Jateng dan Bali menunjukkan paling rendah yakni 1,4; di Jatim 1,6 dan di DIY 2,3. Sebagian peternak menyatakan menggunakan kombinasi IB-kawin kawin alam, yakni 5% (Jateng), 36,6% (Jatim), 27,6% (Bali) dan 4,3% (DIY). Di wilayah pengembangan, pola kawin alam banyak terdapat di Bali (72,7%); sedangkan pola kombinasi IB-kawin alam banyak dilakukan oleh peternak di DIY (91,7%). Pola kombinasi tersebut dilakukan oleh peternak mengingat gagalnya IB sampai maksimal 4 kali inseminasi. Disimpulkan bahwa pola perkawinan sapi potong diwilayah sentra maupun pengembangan didominasi > 2,7% IB, tetapi di Bali di wilayah pengembangan didominasi oleh kawin alam. Kata Kunci: Sapi Potong, Pola Perkawinan, Wilayah Sentra dan Pengembangan 168
2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 PENDAHULUAN Penurun produktivitas dan populasi sapi potong merupakan permasalahan pada penanganan reproduksi sapi potong. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh faktor managemen dan perkawinan yang kurang tepat sehingga akan berdampak pada terlambatnya umur beranak pertama, rendahnya angka konsepsi (S/C >) serta panjangnya jarak beranak (> 15 bulan). Managemen perkawinan yang tepat merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan guna mengantisipasi tingginya kawin berulang dan selang beranak yang panjang, utamanya kawin alam cow-calf operation di usaha peternakan rakyat. Dalam rangka mewujudkan managemen perkawinan yang tepat tersebut, identifikasi pola perkawinan termasuk didalamnya pengamatan S/C dan pengalaman peternak sebagai akseptor IB perlu dilakukan sebagai langkah awal antisipasi. Pola perkawinan yang sering dilakukan di wilayah sentra perbibitan dan pengembangan sapi potong adalah kawin alam, kawin suntik (IB) dan kombinasi keduanya (kawin alam dan IB). Wilayah sentra bibit adalah wilayah yang mempunyai populasi induk tertinggi dan ada kebijakan dari instansi setempat sebagai daerah bibit, sedangkan wilayah pengembangan adalah wilayah yang mempunyai populasi induk rendah dan adanya rencana dari dinas terkait untuk dijadikan daerah perbibitan. Kawin alam banyak diminati para peternak yang berada di wilayah terpencil yang jauh dari jangkauan dan pengawasan petugas IB. Kawin suntik sering dilakukan oleh para peternak yang modern, skala besar dan dekat dengan wilayah petugas kawin suntik. Sementara itu, kombinasi kawin alam dan suntik banyak dilakukan oleh peternak yang karena kawinnya berulang mereka mencoba untuk kawin suntik supaya cepat bunting begitu juga sebaliknya. Ada beberapa faktor lingkungan dan sosiologi yaitu pengetahuan peternak dalam deteksi birahi, perilaku peternak dalam memutuskan untuk mengawinkan sapinya secara IB/kawin alam, pengalaman peternak dalam memelihara sapi, keahlian inseminator, kualitas straw yang disuntikkan, daya jangkau wilayah dari inseminator yang dapat mempengaruhi pola perkawinan di wilayah sentra dan pengembangan sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan pola perkawinan yang terdiri dari cara perkawinan dan gambaran akseptor IB antara wilayah sentra perbibitan dan pengembangan sapi potong sebagai langkah strategis penentu kebijakan, terkait dengan managemen perkawinan sapi potong dalam usaha cow-calf operation. MATERI DAN METODE Kegiatan diawali dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi kendala dan permasalahan aktivitas reproduksi serta dinamika pelaksanaan kawin secara IB dan kawin alam dalam kerangka managemen perkawinan sapi potong di wilayah sentra bibit (populasi induk tertinggi dan kebijakan instansi setempat) dan wilayah pengembangan (populasi induk rendah dan adanya rencana untuk dijadikan daerah perbibitan). Data dikumpulkan melalui metode survei dan wawancara dengan pengisian kuisioner secara terbuka dan terstruktur. Lokasi penelitian di kawasan sentra (Jatim: Tuban, Malang Singosari, Pasuruan Nguling, Lumajang; Jateng: Blora-Jepon; DIY: Bantul; Bali: Tabanan) dan kawasan pengembangan sapi potong (Jatim: Situbondo, Malang Wajak, Pasuruan Wonorejo, Lumajang); Jateng: Blora Tunjungan; DIY: Sleman; Bali: Tegal Saka). Responden pada masing-masing lokasi minimal 1 peternak yang mempunyai sapi potong induk. Beberapa key persons adalah: ketua kelompok, perangkat desa, petugas inseminator/mantri hewan dan staf dinas peternakan setempat. Sample diambil dengan teknik purposive dan proporsional random terhadap peternak yang menggunakan kawin: IB, kawin alam dan kombinasi IB-kawin alam. Data yang diperoleh diolah dan disajikan secara diskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil peternak Identifikasi pola perkawinan di wilayah sentra dan pengembangan dilakukan dengan wawancara kepada 4 responden masingmasing wilayah (Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali) adalah 1 responden 169
3 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 yang mempunyai sapi betina sudah pernah beranak dan dikawinkan secara IB, kawin alam atau kombinasi keduanya (IB-kawin alam). Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan peternak kooperator di empat wilayah (Jawa Timur, Jawa Tengah, Tabel 1. Profil peternak koperator Uraian Daerah sentra Pendidikan (%) Non SD SD SLP SLA Perguruan Tinggi Umur (%) Belum produktif (1-2 tahun) Produktif (21 6 tahun) Tidak produktif (61 1 tahun) Kepemilikan sapi (%) Pedet Dara Induk belum bunting Induk bunting Induk laktasi Induk kering Jantan Lokasi survei Jawa Timur Jawa Tengah DI Yogyakarta Bali 2,44 73,48 3,87 2,21 1,1 91,16 7,72 4,91 45,45 11,36 2,27 88,64 11,36 4,35 34,78 34,78 26,9 95,65 4,35 1,34 62,7 6,9 13,79 6,9 3,45 82,76 13,79 21,64 4,61,8 34,87 17,84 12,22 8,2 11,27 7,4 2,82 3,99 18,31 21,13 8,45 5,13 2,56 1,26 48,72 5,13 25,64 2,56 19,7 1,52 3,3 45,45 13,64 6,6 1,61 Unit Ternak (UT) 1,98 1,61 1,61 2,28 Pengalaman beternak (%) 1 1 tahun 11 2 tahun 21 tahun atau lebih Daerah pengembangan Pendidikan (%) Non SD SD SLP SLA Perguruan Tinggi Umur (%) Belum produktif (1-2 tahun) Produktif (21 6 tahun) Tidak produktif (61 1 tahun) 69,61 24,86 5,52 2,79 7,3 5,94,99 1,98,99 91,9 7,92 64,29 33,33 2,38 18,18 77,27 1,52 1,52 1,52 88,6 11,94 95,83 4,17 8,33 29, ,5 95,83 4,17 58,82 17,65 23,53 13,64 4,91 13,64 27,27 4,55 9,91 9,9 Kepemilikan sapi (%) Pedet Dara Induk belum bunting Induk bunting Induk laktasi Induk kering Jantan 11,33 3,45 7,88 34,98 14,29 25,12 2,96 7,19 6,47 5,76 3,22 12,23 3,94 7,19 5,56 8,33 3,56 5,56 2,78 38,89 8,33 2,38 9,52 42,86 35,71 4,76 4,76 Unit Ternak (UT) 1,79 1,38 1,88 1,92 Pengalaman beternak (%) 1 1 tahun 11 2 tahun 21 tahun atau lebih 62,38 25,74 11,88 83,33 12,12 4,55 79,17 8,33 12,5 45,45 18,18 36,36 17
4 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 DI Yogyakarta dan Bali) adalah tamat SD masing-masing (73,48; 45,45; 34,78; 62,7%) dan sisanya tidak tamat SD, tamat SLP, SLA dan Perguruan Tinggi. Hal yang demikian tidak menunjukkan rendahnya kemampuan peternak dalam memelihara sapi, mengingat peternak di keempat wilayah tersebut > 8% masih dalam kategori usia produktif (21 6 tahun) dan telah berpengalaman dalam merawat ternak, khususnya sapi potong. Persentase kepemilikan sapi bunting peternak kooperator paling tinggi di wilayah sentra maupun pengembangan. Pada umumnya peternak kooperator adalah peternak kecil yang jumlah pemeliharaannya juga relatif kecil (Tabel 1). Rataan jumlah pemeliharaan sapi potong di daerah sentra berkisar antara 1,61 UT 2,28 UT. Sementara itu, daerah pengembangan berkisar antara 1,38 UT 1,92 UT. Jumlah pemeliharaan yang relatif kecil ada keterkaitan dengan sistem penyediaan pakan. HASTONO et al. (2) mengemukakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kecepatan laju pertumbuhan sapi. Pertumbuhan sapi akan terhambat apabila pakan tidak diperhatikan dengan baik dari jumlah maupun kualitasnya. Apabila pertumbuhan sapi terhambat maka akan sangat mempengaruhi waktu birahi pertama sapi sehingga memperlambat perkawinan untuk meghasilkan keturunan. Pengadaan hijauan pakan berkualitas di wilayah sentra maupun wilayah pengembangan terkadang menjadi permasalahan yang berarti terutama saat musim kemarau. Pada saat musim kemarau peternak terkadang hanya memberikan pakan berupa jerami padi kering. Pemberian pakan berupa jerami yang terlalu lama akan menghambat pertumbuhan sapi. Pola perkawinan Persentase hasil masing-masing komponen cara perkawinan di keempat wilayah sentra dan pengembangan disajikan pada Tabel 2. Pada penelitian ini ternyata bahwa untuk wilayah sentra pembibitan, cara perkawinan IB yang tertinggi adalah DI Yogyakarta (91,4%) dan terendah Bali (2,7%); Kawin alam yang tertinggi adalah di Bali (51,7%) dan terendah DIY (4,3%); IB-Kawin alam tertinggi Jawa Tengah (5%) dan terendah DI Yogyakarta (4,3%); untuk wilayah pengembangan, cara perkawinan IB tertinggi Jawa Timur (27%) dan terendah Bali (4,6%); Kawin alam tertinggi Bali (72,7%) dan terendah DI Yogyakarta (%); IB-Kawin alam tertinggi DI Yogyakarta (91,7%) dan terendah Bali (22,7%). Dengan hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa di wilayah sentra pembibitan (DIY) para peternaknya sudah mulai sadar akan pentingnya cara perkawinan secara IB, walaupun S/C di DIY tertinggi (Tabel 3). Cara perkawinan secara IB mempunyai beberapa kebaikan apabila peternak tahu secara tepat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan IB, sehingga dapat mengantisipasi terlambatnya umur beranak pertama, rendahnya angka konsepsi (S/C >2) serta panjangnya jarak beranak (> 15 bulan). AFFANDHY et al. (25) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi cara Tabel 2. Cara perkawinan sapi potong di peternak wilayah sentra perbibitan dan pengembangan sapi potong di Jatim, Jateng, DIY dan Bali Parameter Daerah sentra Lokasi survei Jawa Timur Jawa Tengah DI Yogyakarta Bali IB (%) 45, ,4 2,7 IB-kawin alam(%) 36,6 5 4,3 27,6 Kawin alam (%) 17,6 5 4,3 51,7 Daerah pengembangan IB (%) IB-kawin alam(%) Kawin alam (%) 27, 33,3 39, ,3 91,7 4,6 22,7 72,7 171
5 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 perkawinan IB di wilayah sentra dan pengembangan sapi potong adalah pengetahuan peternak, sikap peternak dan persepsi peternak tentang IB. Faktor pengetahuan, sikap dan persepsi peternak yang terkait dengan keberhasilan program IB sangat ditentukan oleh pemahaman tentang manfaat IB itu sendiri, yaitu bahwa IB telah dirasakan oleh peternak untuk menanggulangi kekurangan pejantan dan anak hasil IB telah terbukti mempunyai sifat pertumbuhan lebih cepat. S/C yang tinggi di DI Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang telah dikemukan oleh YUSRAN et al. (21) bahwa masalah internal peternak pada program IB sapi potong yang secara nyata telah menekan kinerja hasil program IB sapi potong di Jawa Timur. Masalah internal tersebut adalah skor kondisi tubuh induk rendah; daya beli peternak untuk straw-straw berkualitas tinggi (elite straw) rendah; rendahnya kualitas nutrisi ransum untuk sapi-sapi hasil IB setelah lepas sapih atau setelah umur 4 bulan; masih adanya sapi-sapi jantan dewasa yang berfungsi sebagai pejantan untuk kawin alam (pemacek) di wilayah IB; sapi-sapi hasil IB tidak seragam performance-nya; kurangnya pengadaan serta disiplinnya pengisian kartu IB untuk setiap sapi akseptor IB dan tidak adanya pencatatan individu sapi (sistem recording) untuk sapisapi hasil IB; belum berfungsi secara penuh petugas ATR yang dikarenakan tidak memperoleh laporan dan kurangnya komunikasi dengan petugas pemeriksa kebuntingan (PKB)/inseminator. Jumlah inseminator yang kurang dapat menjadi masalah apabila didasarkan target semua sapi induk di Jawa Timur harus kawin IB. Selain itu, permasalahan internal layanan pada program IB sapi potong yang secara nyata telah menekan kinerja hasil program IB sapi potong di Jawa Timur adalah ketersediaan kontainer straw semen beku di tingkat inseminator yang kurang dan berkualitas rendah (banyak yang bocor); kelengkapan peralatan untuk inseminasi yang kurang sempurna dalam jumlah maupun kualitas. Kondisi reproduksi induk sapi potong Kondisi reproduksi induk sapi potong pada peternak di wilayah sentra perbibitan maupun di wilayah pengembangan sapi potong menunjukkan bahwa status reproduksinya normal, yaitu tidak mengalami keguguran, distosia, dan telah mengalami beranak, namun S/C dari induk-induk tersebut baik pada perkawinan secara kawin alam (menggunakan pejantan setempat) maupun IB tampaknya lebih dari dua kali kawin. Tabel 3. Kondisi reproduksi induk sapi potong di peternak wilayah sentra perbibitan dan pengembangan sapi potong di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali Parameter Daerah sentra Normal (%) Tidak normal (%) S/C IB Kawin alam Daerah pengembangan Normal (%) Tidak normal (%) S/C IB Kawin alam Lokasi survei Jawa Timur Jawa Tengah DI Yogyakarta Bali ,7 ±,3 2, ± 1, 2,5 ±,9 1,3 ±,3 1,6 ±,3 1,4 ±,6 2,3 ±,6 1,4 ±, , ±,6 1,9 ± 1,2 2,2 ±,6 1,2 ±,4 1,8 ±,3 1,9 ± 1,6 2,3 ±,6 1,3 ±,5 S/C = Service per conception 172
6 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 26 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kondisi reproduksi induk (normal/tidak normal, S/C) di empat wilayah (Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali) cara perkawinan secara kawin alam (menggunakan pejantan setempat) maupun IB tampaknya lebih dari dua kali kawin sampai ternak tersebut bunting. Dengan demikian kondisi induk di peternak apabila dipandang dari keabnormalan reproduksinya masih dalam batas sehat/normal. Hal ini dikarenakan induk sapi pernah beranak sehingga dapat diartikan bahwa induk memiliki aktivitas reproduksi yang normal. Namun S/C yang masih tinggi akan sangat mempengaruhi calving interval yang berkepanjangan. Servis per konsepsi (S/C) yang lebih dari 1,6 kali dan saat mulai mengawinkan sapi perah induk yang lebih dari 5 hari setelah beranak akan berakibat pada jarak beranak (calving interval) yang lebih panjang dari 365 hari (SORI dan RAYS, 1992). Tingginya kawin berulang baik melalui kawin kawin alam atau IB dan angka kebuntingan < 6% dapat menyebabkan panjangnya calving interval (AFFANDHY et al., 24; YUSRAN et al., 21). Hasil S/C IB dan kawin alam di wilayah sentra dan pengembangan adalah sama yaitu tertinggi DIY dan terendah Bali. Hasil S/C dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah kualitas pejantan atau straw yang disuntikkan, keahlian inseminator, dan deteksi birahi yang tepat. Akseptor IB Pada Gambar 1 dan 2 tentang tingkat kelompok akseptor IB di wilayah sentra yang banyak pemulanya di DI Yogyakarta (47,8%) tertinggi, Jawa Tengah (2,4%) terendah dan lanjutan di Jawa Tengah (97,6%) tertinggi, DI Yogyakarta (52,2%) terendah. Pada wilayah pengembangan yang banyak pemulanya adalah Jawa Timur (35,9%) tertinggi, DI Yogyakarta (4,2%) terendah dan lanjutan di DI Yogyakarta (95,8%) tertinggi, Jawa Timur (64,1%) terendah. Pada kedua wilayah tersebut yaitu sentra dan pengembangan tingkat kelompok akseptor IB sangat tergantung pada kondisi lingkungan masing-masing wilayah Pemula Mainded Jatim Jateng DIY Bali Gambar 1. Akseptor IB sapi potong di peternak wilayah sentra perbibitan sapi potong di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali 173
7 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Pemula Mainded Jatim Jateng DIY Bali Gambar 2. Akseptor IB sapi potong di peternak wilayah pengembangan sapi potong di Jawa Timur, Jawa Tengah DI Yogyakarta dan Bali KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pola perkawinan sapi potong diwilayah sentra maupun pengembangan didominasi > 2,7% IB, tetapi di Bali di wilayah pengembangan didominasi oleh kawin alam. Namun demikian S/C di kedua wilayah tersebut tidak menunjukkan perbedaan. 2. Pola perkawinan di wilayah sentra dan pengembangan dipengaruhi oleh faktor internal peternak dan eksternal (inseminator/dinas terkait). SARAN Guna meminimalkan tingginya kawin berulang dan selang beranak, perlu adanya pemantapan program IB secara teknis yang disesuaikan dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya baik di wilayah sentra maupun pengembangan. DAFTAR PUSTAKA AFFANDHY, L., D. PAMUNGKAS, P.W. PRIHANDINI, W.C. PRATIWI, D.B. WIJONO, P. SITUMORANG, T. SUSILOWATI, HARTATI. 25. Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Efisiensi Reproduksi. Laporan Penelitian. Loka Penelitian Sapi Potong. AFFANDHY, L., D. PAMUNGKAS. MARIYONO dan P. SITUMORANG. 24. Efisiensi Penggunaan Semen Cair Melalui Suplementasi Mineral Zn dan Vitamin E pada Sapi Potong. Laporan Penelitian. Loka Penelitian Sapi Potong. HASTONO, I-W. MATHIUS, E. HANDIWIRAWAN, I- GEDE PUTU dan P. SITUMORANG. 2. Penampilan Anak Sapi Keturunan Brang-Bal di NTB. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, September 2. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm SORI, B. dan.k. RAYS Dampak Jarak Beranak api Perah Induk Terhadap Pendapatan Peternak Sapi Perah. J. Ilmu dan Peternakan. Balai Penelitian Ternak. YUSRAN, M.A., L. AFFANDHY dan SUYAMTO. 21. Pengkajian Keragaan, Permasalahan dan Alternatif Solusi Program IB Sapi Potong di Jawa Timur. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, September 21. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm
8 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 25 DISKUSI Pertanyaan: Bagaimana penerapan studi ini dengan rencana Dirjen untuk meningkatkan IB? Jawaban: Perlu diperbaiki infrastrukturnya supaya program IB dapat berhasil seperti yang diharapkan oleh Dirjen. 175
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO INDUK PADA POLA PERKAWINAN BERBEDA DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN BLORA DAN PASURUAN
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO INDUK PADA POLA PERKAWINAN BERBEDA DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN BLORA DAN PASURUAN (The Reproductive Performance of Peranakan Ongole Cow at Different
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan daging sapi yang sampai saat ini masih mengandalkan pemasukan ternak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciJURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni
ANALISIS PERBANDINGAN ANGKA CALVING RATE SAPI POTONG ANTARA KAWIN ALAMI DENGAN INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK Ainur Rosikh 1, Arif Aria H. 1, Muridi Qomaruddin 1 1 Program Studi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi
Lebih terperinciPERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI
PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI (The Performance of Bali Cattle Cows as Calf Stocker at the Breeding Stock of BPTU Bali Cattle) HARTATI
Lebih terperinciContak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility
REPRODUCTION PERFORMANCE OF BEEF CATTLE FILIAL LIMOUSIN AND FILIAL ONGOLE UNDERDISTRICT PALANG DISTRICT TUBAN Suprayitno, M. Nur Ihsan dan Sri Wahyuningsih ¹) Undergraduate Student of Animal Husbandry,
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK
UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK HASTONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Salah satu upaya peningkatan sefisensi reproduksi ternak domba
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam pemeliharaannya selalu diarahkan pada peningkatan produksi susu. Sapi perah bangsa Fries Holland (FH)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai
Lebih terperinciKINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH
KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH (Beef Cattle Reproduction Performance at Farmer Level in Central Java Production Center) SUBIHARTA, B. UTOMO,
Lebih terperinciPEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)
PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG) (Breeding of Local Cattle (Ongole Breed) at Smallholder Farms Bodang Village, Padang Subdistric, Lumajang
Lebih terperinciEFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO Oleh : Donny Wahyu, SPt* Kinerja reproduksi sapi betina adalah semua aspek yang berkaitan dengan reproduksi ternak. Estrus pertama setelah beranak
Lebih terperinciANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Potency Analysis of Feeders Beef Cattle at Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) SUMADI, WARTOMO HARDJOSUBROTO dan NONO NGADIYONO Fakultas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI WILAYAH LAHAN KERING PULAU BALI
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI WILAYAH LAHAN KERING PULAU BALI LUKMAN AFFANDHY, D.B. WIJONO WIJONO dan Y.N. ANGGRAENY Loka Penelitian Sapi Potong JL Pahlawan, Grati, Pasuruan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan
Lebih terperinciPENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL
PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL (Effect of Surge Feeding on the Reproductive Performance of PO x Simmental Cross Beef Cow) Y.N. ANGGRAENY
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012
PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal
Lebih terperinciKinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo
Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1), Januari 213: 21-27 ISSN 231-21 Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo S. Fanani, Y.B.P. Subagyo dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Reproduksi merupakan sifat yang sangat menentukan keuntungan usaha peternakan sapi perah. Inefisiensi reproduksi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada usaha peterkan sapi
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN (The Performance of Ex-Import and Local Dairy Cattle Reproductive at Three Calving
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO
J. Agrisains 12 (1) : 24-29, April 2011 ISSN : 1412-3657 DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO Mobius Tanari 1), Yulius Duma 1), Yohan Rusiyantono 1), Mardiah Mangun 1)
Lebih terperinciAdrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya
Kinerja Reproduksi dan Analisa Usaha Pembibitan Sapi Potong Melalui Penerapan Inovasi Teknologi Budidaya di Perkebunan Sawit Kecamatan Parenggean, Kalimantan Tengah Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya
Lebih terperinciPERBEDAAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PO DAN BRAHMAN CROSS DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR
PERBEDAAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PO DAN BRAHMAN CROSS DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR (Comparative Study on Reproductive Performance of Ongole Cross and Brahman Cross Cattle in Central
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati
21 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 2 April 2014 sampai 5 Mei 2014, di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. B. Bahan Penelitian Ternak yang digunakan
Lebih terperinciFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
Naskah Publikasi KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE (SIMPO) DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI Oleh: Muzakky Wikantoto H0508067 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperincimenghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat
UKURAN KRITERIA REPRODUKSI TERNAK Sekelompok ternak akan dapat berkembang biak apalagi pada setiap ternak (sapi) dalam kelompoknya mempunyai kesanggupan untuk berkembang biak menghasilkan keturunan (melahirkan)
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA
PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA J. Kasehung *, U. Paputungan, S. Adiani, J. Paath Fakultas
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO SRI SURYANINGSIH SURIYATI NIM. 621409027 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI Pembimbing
Lebih terperinciKinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang
Sains Peternakan Vol. 13 (2), September 2015: 73-79 ISSN 1693-8828 Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang J. Riyanto *, Lutojo dan D. M. Barcelona Program
Lebih terperinciPENGKAJIAN KERAGAAN, PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PROGRAM IB SAPI POTONG DI JAWA TIMUR
PENGKAJIAN KERAGAAN, PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PROGRAM IB SAPI POTONG DI JAWA TIMUR (Productive Performance of Artificial Insemination (AI) Beef Cows Program under Village Condition at East Java
Lebih terperinciPREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 ABSTRAK
PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 1Laboratorium Penyuluhan dan Sosiologi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK
Lebih terperinciEvaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong
ISSN 1978 3000 Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong Evaluation of Application of Technical Management on Small Holder
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang RINGKASAN Suatu penelitian untuk mengevaluasi penampilan
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM
ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM Ternak sapi merupakan potensi terbesar yang dimiliki oleh Kabupaten Karangasemkarena populasinya terbanyak di Bali.
Lebih terperinciKERAGAAN REPRODUKSI SAPI BALI PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN TABANAN BALI
KERAGAAN REPRODUKSI SAPI BALI PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN TABANAN BALI (The Reproductive Performance of Bali Cattle at Small Holder Farmers in Tabanan Bali) ENDANG ROMJALI dan AINUR RASYID
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG (Reproduction Performance of PO Cow at Different Body Score Condition at Small Farmer
Lebih terperinciPERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK
PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK ABSTRAK Tinggi rendahnya status reproduksi sekelompok ternak, dipengaruhi oleh lima hal sebagai berikut:
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG Nuryadi dan Sri Wahjuningsih Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan dari
Lebih terperinciDAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT
DAMPAK PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN (IB) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DAERAH JAWA BARAT TATIT SUGIARTI dan SORI B. SIREGAR Balai Penelitian Ternak P. O. Box 221, Bogor 16002,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat serta kesadaran tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada peningkatan
Lebih terperinciEVALUASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PERSILANGAN DUA DAN TIGA BANGSA PADA PETERNAKAN RAKYAT
EVALUASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PERSILANGAN DUA DAN TIGA BANGSA PADA PETERNAKAN RAKYAT (Productivity Evaluation of Cross Bred of Two and Three Breeds of Beef Cattle at Small Holder Farmer) AINUR RASYID,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai
Lebih terperinciPembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B
Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit BAB III PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA PENGERTIAN UMUM Secara umum pola usahaternak sapi potong dikelompokkan menjadi usaha "pembibitan" yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah. Penelitian
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Desinawati, N. dan N. Isnaini Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian tentang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum PT. UPBS Pangalengan 4.1.1. Kondisi Lingkungan Perusahaan PT. UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan) berlokasi di Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Lebih terperinciREPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY
REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Anang Wahyu Eko S 1), Nurul Isnaini 2) and Sri Wahjuningsih 2) 1) Undergraduate Student at the Faculty of
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi keberhasilan inseminasi buatan sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014 sampai 4 Mei 2014.
Lebih terperinciKINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN
KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN (Reproductive Performance of Brahman Cross in Three Provinces
Lebih terperinciPERBAIKAN TEKNOLOGI PEMELIHARAAN SAPI PO INDUK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN TURUNANNYA PADA USAHA PETERNAKAN RAKYAT
PERBAIKAN TEKNOLOGI PEMELIHARAAN SAPI PO INDUK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN TURUNANNYA PADA USAHA PETERNAKAN RAKYAT (The Improvement of Rearing Technology of PO Cowa as the Efforts
Lebih terperinciPERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK Fendi Candra Prasetyo Wibowo 1, Nurul Isnaini 2) dan Sri Wahjuningsih 2) 1. Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciSTATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN
STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN Reproduction Potency and Output Population of Some Cattle Breeds In Sriwedari Village,
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan
Lebih terperinciKAJIAN SOSIAL EKONOMI PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KEBUMEN
KAJIAN SOSIAL EKONOMI PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KEBUMEN Dewi Hastuti*, Sudi Nurtini**, Rini Widiati** * Dosen Fakultas Pertanian UNWAHAS ** Dosen Fakultas Peternakan UGM Abstract
Lebih terperinciSERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR
SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR Vivi Dwi Siagarini 1), Nurul Isnaini 2), Sri Wahjuningsing
Lebih terperinciKarakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari
Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 2008, hal. 8 15 ISSN 1907 2821 Vol. 3 No.1 Karakteristik Peternak dan Tingkat Masukan Teknologi Peternakan Sapi Potong di Lembah Prafi Kabupaten Manokwari (Farmer Characteristic
Lebih terperinciCOMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN
PERBANDINGAN PERFORMA REPRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DAN KETURUNANNYA DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE
Lebih terperinciPemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 20-24 ISSN 1693-8828 Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta N. Rasminati, S. Utomo dan D.A. Riyadi Jurusan Peternakan,
Lebih terperinciOleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK
PENDEKATAN ANALISIS SWOT DALAM MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI PROGRAM BANTUAN SAPI BIBIT PADA TOPOGRAFI YANG BERBEDA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NTT Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan,
Lebih terperinciHUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK
HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK (The Relation of Calving Cow Body Weight with Calf Growth of PO Cattle in Foundation Stock) HARTATI dan
Lebih terperinciAgros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN
Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: 207-213 ISSN 1411-0172 TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN TERNAK SAPI POTONG DI DISTRIK NIMBOKRANG, JAYAPURA SUCCESS RATE OF CATTLE ARTIFICIAL INSEMINATION
Lebih terperinciKINERJA PRODUKSI DAN UMUR PUBERTAS PEDET HASIL KAWIN SILANG SAPI PO, SIMMENTAL DAN LIMOUSIN DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT
KINERJA PRODUKSI DAN UMUR PUBERTAS PEDET HASIL KAWIN SILANG SAPI PO, SIMMENTAL DAN LIMOUSIN DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT (Production Performance Puberty Age of Calf from Crossing of PO X Simmental X Limousine
Lebih terperinciKAJIAN MENGURANGI KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR
KAJIAN MENGURANGI KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR Ir. Ati Rubianti, M.Si Ir. Amirudin Pohan, M.Si Ir. Medo Kote. M.Si X277 Kementrian Pertanian Balai Pengkajian
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR Disajikan oleh: Dessy Ratnasari E 10013168, dibawah bimbingan: Ir. Darmawan 1) dan Ir. Iskandar 2) Jurusan Peternakan, Fakultas peternakan
Lebih terperinciRISET UNGGULAN DAERAH
RISET UNGGULAN DAERAH ANALISIS PRODUKSI DAN DISTRIBUSI PEDET SAPI PO KEBUMEN (MILIK PRIBADI DAN KELOMPOK) PETERNAK DI SPR SATO WIDODO KECAMATAN PURING DAN SPR KLIRONG-01 KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN
Lebih terperinciPerkawinan Sapi Potong di Indonesia
Perkawinan Sapi Potong di Indonesia Perkawinan Sapi Potong di Indonesia Penyusun: Lukman Affandhy Aryogi Bess Tiesnamurti BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 PERKAWINAN
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk berturut turut 0,60±0,54 dan 0,28±0,52. Nilai estimasi heritabilitas
Lebih terperinciSalmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho
PERBANDINGAN TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PENGEMBANGAN TERNAK WONGGAHU By Salmiyati Paune, Fahrul Ilham, S.
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Abstrak Survai dilakukan terhadap
Lebih terperinciEFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN
EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN (Reproduction Efficiency of Etawah Grade Ewes in Village Conditions) UMI ADIATI dan D. PRIYANTO Balai Penelitian Ternak,
Lebih terperinciANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS
ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian
Lebih terperinciJURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, 165 169 Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan KERAGAAN BOBOT LAHIR PEDET SAPI LOKAL (PERANAKAN ONGOLE/PO) KEBUMEN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI PO YANG BERKUALITAS Subiharta dan Pita Sudrajad
Lebih terperinciESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Jenis sapi potong dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan Eropa, dan Bos sondaicus
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing
Lebih terperinciSyahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan
Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic and Its Perception toward Artificial Insemination)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai
Lebih terperinciKEBERHASILAN KEBUNTINGAN PADA SAPI MADURA MELALUI PENERAPAN KAWIN ALAM
KEBERHASILAN KEBUNTINGAN PADA SAPI MADURA MELALUI PENERAPAN KAWIN ALAM (The Success of Conception in Madura Cattle Through the Application of Natural Mating) Jauhari Efendy, Mariyono Loka Penelitian Sapi
Lebih terperinciPEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997 PEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR M. Au YUSRAN,
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciPERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT
PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT (The Performance of Crosssbred Ongole (PO) Calf on Low External Input Based Feeding) HARTATI dan DICKY MUHAMMAD DIKMAN
Lebih terperinciBAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan
Lebih terperinciBudidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa
Kelayakan Usaha BAB V KELAYAKAN USAHA Proses pengambilan keputusan dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha sapi potong dapat dilakukan melalui analisis input-output. Usaha pemeliharaan sapi potong
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciTEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK
1 2 3 TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG N.L.G. Sumardani *, I.G.R. Maya Temaja, G.N.A. Susanta Wirya 2, N.M. Puspawati 2 ABSTRAK Penyuluhan dan
Lebih terperinciPetunjuk Teknis MANAJEMEN PERKAWINAN SAPI POTONG
Petunjuk Teknis MANAJEMEN PERKAWINAN SAPI POTONG PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 74-1 ISBN : 978-979-8308- Petunjuk Teknis
Lebih terperinciWILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI
EVALUASI KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI SIMMENTAL-PO (SimPO) DAN LIMOUSIN-PO (LimPO) DI WILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh PUJI MULYANI PROGRAM
Lebih terperinciPOTENSI SUMBER DAYA DAN ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG RAKYAT DENGAN INSEMINASI BUATAN DI DESA MEKARSARI KECAMATAN AGRABINTA KABUPATEN CIANJUR
POTENSI SUMBER DAYA DAN ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG RAKYAT DENGAN INSEMINASI BUATAN DI DESA MEKARSARI KECAMATAN AGRABINTA KABUPATEN CIANJUR Oleh Johan Arifin, S.Pt., MM* Dikdik Hermansyah, SP** RINGKASAN
Lebih terperinciPROFIL DAN PRODUKTIVITAS PEMBIBITAN SAPI POTONG SISTEM KOMUNAL PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN KEDIRI
PROFIL DAN PRODUKTIVITAS PEMBIBITAN SAPI POTONG SISTEM KOMUNAL PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN KEDIRI (Profile and Productivity of Small Holder Beef Cattle Communal Rearing System in Kediri District
Lebih terperinci