BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau mengisyaratkan perusahaan untuk berkembang sejalan dengan kemajuan tersebut, yang berarti operasional organisasi menjadi kian kompleks. Perusahaan-perusahaan berlomba melakukan penciptaan nilai (value creation) melalui berbagai diversifikasi produk yang tak terhitung variannya. Pada dasarnya, mereka sedang melakukan pengelolaan aktiva berwujud perusahaan (tangible asset) dengan mengolah bahan baku menjadi barang jadi melalui teknologi yang mereka miliki. Berbagai paradigma dan sarana manajemen kemudian muncul, termasuk temuan teknologi produksi dan informai serta komunikasi, untuk mengelola proses internal seefisien dan seefektif mungkin. Dengan berjalannya waktu, ditambah dengan makin pekanya konsumen terhadap layanan dan mutu produk, proses penciptaan nilai pada pengelolaan aktiva berwujud mengalami pergeseran. Kemungkinan bagi perusahaan untuk menciptakan nilai di masa-masa mendatang telah bergeser dari pengelolaan aktiva berwujud ke pengeloaan berbagai strategi berbasis pengetahuan (knowledge based strategy) dengan menggali aktiva tak berwujud perusahaan (intangible assets), seperti: 1. Menciptakan hubungan yang harmonis dan langgeng dengan pelanggan; 2. Mengarahkaan produk dan jasa yang inovatif dan kompetitif; 1
2 3. Meniti teknologi informasi dan komunikasi yang canggih; 4. Menstimulasi keterampilan dan motivasi karyawan. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi perusahaan. Pengukuran tersebut, misalnya, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah sangat penting bagi manajer, guna evaluasi dan perencanaan masa depan. Beberapa jenis informasi yang digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan telah dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan demikian dalam masa proses pertumbuhan perusahaan selalu diukur kinerjanya melalui Informasi formal dan informal, Informasi pengendalian tugas, Laporan anggaraan dan nonfinansial, Laporan penggunaan dan pengendalian biaya, Laporan kinerja pegawai dan sebagainya. Manajer dalam menjalankan tugas sehari-hari akan menggunakan orang lain dalam operasi perusahaan. Orang lain tersebut dalam hal ini pegawai harus diukur kinerja dari pegawai tersebut, menurut Anthony (1997) pengukuran tersebut meliputi : 1. Proses pemilihan pegawai 2. Meyakinkan bahwa pegawai telah dilatih dengan cukup 3. Memutuskan dan menempatkan pegawai yang sesuai dalam organisasi 4. Memberi wewenang dan tanggung jawab 5. Disiplin, memberi nasehat, dan saran
3 6. Menyakinkan bahwa lingkungan kerja yang memuaskan 7. Membantu memecahkan masalah 8. Menyetujui tindakan yang diusulkan, diambil dan tidak boleh diambil pegawai 9. Berinteraksi dengan manajer lain 10. Kerjasama dalam rangka memecahkan masalah yang menghambat pekerjaan pusat pertanggungjawaban 11. Berusaha menciptakan iklim yang mendorong pekerjaan untuk bekerja secara efektif dan efisien Perusahaan yang memahami kebutuhan untuk menciptakan nilai (value) ditantang dengan bagaimana mengukur nilai. Untuk perusahaan komersial, niai secara tradisional ditentukan dengan pengukuran keuangan seperti laba, P/E (Price to Earning Ratio), arus kas, dan ROE (Return on equity). Pada saat sekarang, pengukuran nilai pemegang saham (shareholder value measures) seperti EVA (Economic Value-Added) dan MVA (Market Value-Added) mendapatkan keunggulan sebagai tolok ukur untuk menentukan nilai yang dicitakan oleh suatu organisasi. Selama ini, pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan atau Return on Investment yang tinggi akan dinilai berhasil, dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan. Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari aspek keuangan dapat menyesatkan. Kinerja keuangan yang baik saat ini kemungkinan dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya,
4 kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Mengatasi kekurangan ini, ditambah dengan kenyataan betapa aktiva perusahaan-perusahaan di era reformasi ini lebih didominasi oleh intangible asset yang tak terukur. Untuk entitas non komersial seperti instansi pemerintahan dan perusahaan yang tidak mencari keuntungan. Terdapat suatu persamaan nilai yang sama; namun, tolak ukurnya memfokus baik secara internal maupun eksternal. Manajer dalam menjalankan tugas sehari-hari akan menggunakan orang lain dalam operasi perusahaan. Orang lain tersebut dalam hal ini pegawai harus diukur kinerja dari pegawai tersebut. Dengan demikian mengukur kinerja tidak hanya informasi finansial tetapi juga informasi nonfinansial, seperti masalah kinerja pegawai yang dihubungkan dengan prestassi produksi. Meskipun bukan sesuatu yang baru, pada awal kemunculannnya, ide Balanced Scorecard untuk memfasilitasi organisasi agar mencurahkan perhatiannya atas kapabilitas aktiva tak berwujud, banyak mendapat sambutan dari pemerhati dan praktisi organisasi dan manajemen. Dengan alasan bahwa mengukur kinerja tidak hanya informasi finansial tetapi juga informasi nonfinansial; seperti masalah kinerja pegawai yang dihubungkan dengan prestasi produksi dan pegawai, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sebagai Elemen Utama Pembentuk Balanced Scorecard Terhadap Penilaian Kinerja pada Organisasi Bisnis (Suatu Studi Literatur).
5 B. Perumusan Masalah Informasi nonfinansial merupakan salah satu faktor kunci untuk menetapkan strategi yang dipilih guna pelaksanaan tujuan yang telah ditetapkan, hal ini dapat dihubungkan dengan informasi finansial dengan merancang sistem pengukuran kinerja. Informasi ini hanya untuk mengingatkan pelaksanaan operasi perusahaan dan kinerja organisasi agar lebih berhasil. Di dalam informasi nonfinansial, seperti yang terdapat dalam tiga perspektif nonfinansial dalam balanced scorecard, ada terdapat satu perspektif yang akan digunakan sebagai tolok ukur awal dalam penerapan dan penjabaran balanced scorecard, yakni perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebagai akar dalam penggunaan dan penjabaran balanced scorecard diterapkan sebagai penilaian kinerja pada Organisasi Bisnis? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian literatur yang dilakukan oleh penulis dihubungkan dengan permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah suatu organisasi bisnis telah memiliki penjabaran atas sasaran strategik yang komprehensif, koheren, seimbang dan terukur 2. Untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya balanced scorecard sebagai suatu produk sistem yang dapat mengarahkan organisasi untuk memberikan informasi finansial dan nonfinansial
6 Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Organisasi Bisnis Penelitian ini diharapkan mampu membuka cakrawala baru bagi organisasi bisnis tentang penerapan balanced scorecard dan pemahaman atas perspektif pertumbuhan dan pembelajaran-balanced scorecard untuk memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi karyawan. b. Bagi Penulis Penulis dapat memahami lebih jauh lagi mengenai perspektif-perspektif yang terkandung dalam balanced scorecard, khususnya perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan tujuan untuk memahami lebih dalam lagi mengenai kinerja pegawai, pengendalian dan kepuasan karyawan. c. Bagi Pembaca Menjadi literatur pelengkap dan referensi untuk penelitian sejenis pada masa yang akan datang serta memberikan sumbangan pemikiran yang berhubungan dengan masalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran-balanced scorecard sebagai elemen terhadap penilainan kerja pada Organisasi Bisnis.