BAB II LANDASAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

PREDIKSI CUACA EKSTRIM DENGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi sampai dengan analisa data dari unsur-unsur iklim yang tercatat diharapkan dapat memberikan sedikit informasi mengenai kondisi perubahan klimatologis yang mungkin terjadi. Suhu udara merupakan salah satu faktor yang perubahannya dapat dipengaruhi oleh banyak dan mempunyai pengaruh langsung terhadap tata kehidupan manusia atau mahluk hidup lainnya. Perubahan cuaca yang sering berubah dalam jangka pendek serta semakin sulit untuk diprediksi terkadang dikaitkan dengan perubahan siklus musiman yang juga semakin bergeser dari kebiasaannya serta banyaknya bencana alam semakin meyakinkan masyarakat bahwa telah terjadi perubahan besar. Pengaruh terbesar dari aktifitas monsoon terhadap pola iklim Kalimantas Selatan khususnya Kabupaten Banjar adalah daerah ini memiliki dua musim yang selalu berulang secara periodik dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dari pola distribusi curah hujan bulanan, terlihat bahwa periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai dengan Bulan April. Sedangkan periode musim kemarau berlangsung selama Bulan Mei sampai dengan Bulan September dengan puncak minimum terjadi antara Bulan Agustus dan September.. 1

BAB II LANDASAN TEORITIS Suhu udara merupakan dampak dari adanya radiasi panas matahari yan diterima oleh bumi pada siang hari serta radiasi balik yang dikeluarkan oleh bumi pada saat malam hari selama sehari semalam (24 jam), satu minggu, satu bulan, maupun satu tahun (12 bulan). Selama periode tersebut suhu udara mengalami perubahanperubahan yang disebut dengan variasi. Sedangkan suhu udara maksimum absolut adalah nilai tertinggi dari suhu udara yang terukur dengan alat thermometer. Pada daerah ekuator biasanya nilai suhu udara maksimum absolut terjadi beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya, yaitu sekitar pukul 14. 00 waktu setempat. Suhu udara maksimum maupun minimum absolut tercatat satu kali merupakan nilai tertinggi ataupun terendah dari suhu udara yang terjadi dalam periode 24 jam. Perubahan sudut datang sinar matahari yang berubah seiring peredarannya mengelilingi matahari menyebabkan terjadinya perbedaan harga suhu udara berbeda setiap bulannya, namun untuk daerah ekuator perbedaan tersebut tidak memiliki perbedaan besar terhadap harga rata-rata tahunannya. 2

BAB III DATA DAN ANALISA A Data Jenis data yang digunakan adalah data suhu udara maksimum absolut bulanan pada Stasiun Klimatologi Banjarbaru selama 30 tahun dari tahun 1976 sampai dengan tahun 2005. Analisa data dilakukan dengan menyusun series data historis maupun dikelompokkan kedalam 2 kelompok periode waktu, yaitu periode 5 tahunan, yaitu periode tahun 1976 1980; 1981 1985; 1986 1990; 1991 1995; 1996 2000; dan 2001 2005. Serta periode 10 tahunan, yaitu periode tahun 1976 1985; 1986 1995; dan 1996 2005. Nilai rata-rata pada masing-masing periode tahunan pada masing-masing kelompok tersebut dibandingkan dengan nilai rata-rata dari keseluruhan data yang ada dan didigambarkan dalam bentuk grafik dan kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata periode sebelumnya untuk mengetahui simpangan maupun perubahan fluktuasi suhu udara yang terjadi di wilayah Banjarbaru selama kurun waktu 30 tahun tersebut. B Analisa Data Dari hasil analisa data tersebut diatas maka didapatkan beberapa hasil pembahasan sebagai berikut : 1. Series data periode tahun 1976 2005 Dari series data suhu udara maksimum bulanan sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 2005 di Stasiun Klimatologi Banjarbaru suhu udara maksimum absolut tertinggi tercatat sebesar 40.6 C terjadi pada pada tanggal 16 Agustus 1997. sedangkan nilai rata rata kejadian nilai suhu udara maksimum absolut yang pernah pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun terlihat pada grafik di bawah ini : 3

Grafik 1. Rata-rata dan Kejadian Suhu Maksimum Absolut Bulanan 42,0 40,0 38,0 36,0 34,0 36,4 33,9 36,0 34,0 36,4 34,6 36,6 34,9 36,3 34,9 37,3 34,8 40,6 36,5 35,7 34,7 38,0 36,2 38,2 36,3 39,9 35,4 38,2 34,0 32,0 30,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rata-Rata Maksimum Selanjutnya series data suhu maksimum absolut serta tanggal kejadiannya di Stasiun Klimatologi Banjarbaru periode tahun 1976 sampai dengan tahun 2005 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Data Series Suhu Maks. dan Min. Abs. dan Tanggal Kejadiannya Tahun Tgl Kejadian Nilai Tahun Tgl Kejadian Nilai 1996 28 September 36,1 ºC 1991 26 Agustus 37,5 ºC 1997 18 Oktober 36,8 ºC 1992 28 Agustus 35,8 ºC 1978 20 September 35,0 ºC 1993 16 Agustus 39,6 ºC 1979 3 Desember 38,2 ºC 1994 9 Oktober 37,1 ºC 1980 7 Oktober 36,8 ºC 1995 27 Oktober 35,7 ºC 1981 30 Agustus 36,0 ºC 1996 21 September 36,2 ºC 1982 15 Nopember 37,6 ºC 1997 16 Agustus 40,6 ºC 1983 13 Oktober 38,0 ºC 1998 26 Juni 36,9 ºC 1984 29 Oktober 35,5 ºC 1999 8 September 36,8 ºC 1985 15 Oktober 35,9 ºC 2000 28 September 26,2 ºC 1986 26 September 36,8 ºC 2001 12 Nopember 39,9 ºC 1987 24 Oktober 38,2 ºC 2002 13 Oktober 37,7 ºC 1988 22 Februari 36,0 ºC 2003 7 Agustus 38,2 ºC 1989 17 September 35,1 ºC 2004 10 Oktober 38,2 ºC 1990 18 Oktober 36,7 ºC 2005 28 Juni 37,3 ºC 4

2. Periode Data 5 Tahunan Dalam periode 5 tahunan pengelompokkan data dilakukan dalam masingmasing periode sebagai berikut : Periode Kelompok Tahun I 1976 sampai dengan 1980 II 1981 sampai dengan 1985 III 1986 sampai dengan 1990 IV 1991 sampai dengan 1995 V 1996 sampai dengan 2000 VI 2001 sampai dengan 2005 Simpangan terhadap harga rata-rata selama periode 30 tahun yang terjadi dari masing-masing periode data tersebut diatas dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 2a. Simpangan Suhu Udara Maksimum Absolut Periode 5 Tahunan 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 76-80 81-85 86-90 5

Grafik 2b. Simpangan Suhu Udara Maksimum Absolut Periode 5 Tahunan 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 91-95 96-00 01-05 Perubahan dari rata-rata suhu maksimum absolut selama 1 tahun terlihat pada grafik di bawah ini : Grafik 3. Simpangan Rata-rata Suhu Udara Maksimum Absolut 5 Tahunan 36,0 35,5 35,6 35,0 35,3 34,5 34,5 34,8 34,7 34,8 34,0 76-80 81-85 86-90 91-95 96-00 01-05 6

3. Periode Data 10 Tahunan Dalam periode 10 tahunan pengelompokkan data dilakukan dalam masingmasing periode sebagai berikut : Periode Kelompok Tahun I 1976 sampai dengan 1985 II 1986 sampai dengan 1995 III 1996 sampai dengan 2005 Simpangan terhadap harga rata-rata selama periode 30 tahun yang terjadi dari masing-masing periode data tersebut diatas dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 4. Simpangan Suhu Udara Maksimum Absolut Periode 10 Tahunan 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 76-85 86-95 96-05 7

Perubahan suhu udara dari perbandingan setiap kelompok dalam periode 10 tahunan serta perubahan dari rata-rata suhu maksimum absolut selama 1 tahun terlihat pada grafik di bawah ini : Grafik 5. Perbandingan Suhu Udara Maksimum Absolut 10 Tahunan 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0,00-0,01-0,02 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Periode II - Periode I Periode III - Periode I Periode III - Periode II Grafik 6. Simpangan Rata-rata Suhu Udara Maksimum Absolut 10 Tahunan 36,0 35,5 35,4 35,0 34,5 34,6 34,8 34,0 76-85 86-95 96-05 8

BAB IV PEMBAHASAN Dari hasil analisa data suhu udara maksimum absolut di Stasiun Klimatologi Banjarbaru, maka didapatkan beberapa pembahasan sebagai berikut : A. Series Data Suhu Udara Periode tahun 1976 2005 Dari series data suhu udara maksimum dan minimum absolut di Stasiun Klimatologi Banjarbaru sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 2005, tampak jelas trend terjadi peningkatan kedua jenis suhu udara tesebut. Bila dari data rata-rata bulanan tampak bahwa suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan dalam periode musim kemarau, yaitu pada Dari tabel diatas, tampak bahwa nilai terbesar dari suhu udara maksimum absolut terjadi pada periode musim kemarau berlangsung yaitu pada Bulan Agustus dan September dengan prosentase lebih dari 30% B. Periode 5 Tahunan Dalam pengelompokkan data suhu udara maksimum absolut dalam periode 5 tahunan, yaitu periode tahun 1976 1980; 1981 1985; 1986 1990; 1991 1995; 1996 2000; dan 2001 2005, terlihat bahwa peninngkatan suhu udara dalam kurun waktu 15 tahun sejak tahun 1976 sampai dengan 1990 masih belum tampak terlihat dengan jelas, namun memasuki periode tahun 1996 dan seterusnya tampak jelas terlihat kenaikan yang cukup tajam dari nilai suhu udara maksimum. Hal tersebut dapat terlihat pada Grafik 3. Simpangan Rata-rata Suhu Udara Maksimum Absolut 5 Tahunan, dimana tampak bahwa nilai suhu tahunan mulai meningkat dari harga 34,8 ºC pada periode tahun 1996-2000, dan mengalami kenaikan pada periode tahun 2001-2005 menjadi 35,3 ºC dan selanjutnya pada periode 2001-2005 kenaikan terus terjadi menjadi 35,6 ºC. 9

C. Periode 10 Tahunan Dalam pengelompokkan data suhu udara maksimum absolut dalam periode 10 tahunan, seperti terlihat pada Grafik 4. Simpangan Suhu Udara Maksimum Absolut Periode 10 Tahunan tampak bahwa simpangan positif mulai tampak terlihat pada periode tahun 1986-1995 dari harga suhu tahunan sebelumnya sebesar 34,6 ºC menjadi 34,8 ºC dan meningkat tajam pada periode selanjutnya menjadi 35,4 ºC. 10

BAB V KESIMPULAN Dari hasil pembahasan analisa data, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa secara umum peningkatan suhu udara maksimum absolut di Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam kurun waktu 30 tahun sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 2005 dari kejadian yang tercatat dalam series data yang ada, maka tampak bahwa telah mengalami peningkatan suhu udara maksimum absolut tahunan sebesar 0,04 C per tahun. Angka peningkatan tersebut sangat tampak terlihat sejak tahun 1997 yang mungkin penyebabnya dapat dikaitkan dengan terjadi fenomena alam El~Nino yang cukup kuat dan ataupun sejak dimulainya kegiatan eksplorasi sumbar daya alam. Bila tahun sebelum dan sampai dengan tahun 1996 perubahan rata-rata suhu udara maksimum absolut ini hanya sebesar 36,7 C sampai dengan 36,9 C atau mengalami peningkatan sebesar 0,01 C pertahun selama periode 20 tahun pertama, maka peningkatan suhu udara maksumum absolut yang sangat tajam terjadi sejak tahun 1997 dimana harga kenaikannya mencapai 0,04 C pertahun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. 11