BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Capital Lease Aktiva sewa guna usaha dicatat sebagai aktiva tetap sebesar nilai tunai pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha yang ditetapkan pada saat permulaan sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha biaya pemeliharaan menjadi beban penyewa (lessee). Penyusutan aktiva sewa guna usaha dihitung dengan metode garis lurus dengan masa manfaat ekonomis sama dengan aktiva tetap lainnya. Kewajiban sewa guna usaha disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. Klasifikasi aktiva tetap berupa sewa kendaraan sebanyak 15 (lima belas) unit kendaraan yang berjenis Toyota, Isuzu, Suzuki dan Mitsubishi. Berikut daftar spesifikasi jenis kendaraan: 43
44 Tabel 4.1 Data Spesifikasi Jenis Kendaraan No Merk / Warna Tahun Warna Isi No. Rangka/NIK Nomor Type TNKB Pembuatan KB Silinder Mesin 1. Toyota Hitam 2005 Hitam 2362 MR02313K3 055501583 2. Izusu Hitam 2005 Biru 2499 MHCTBR54 F5K266574 3. Toyota Hitam 2005 Silver 1988 MHFXWAI G550007718 4. Toyota Hitam 2005 Biru 1998 MHFXWAI G2500074342 5. Toyota Hitam 2005 Biru 1998 MHYESL4I 55J570001 6. Suzuki Hitam 2005 Biru 1493 MHYESL4I 55J570001 7. Suzuki Hitam 2005 Biru 1943 MHYESL41 55J570001 8. Suzuki Hitam 2005 Biru 1493 MHYESL41 553570044 9. Suzuki Hitam 2005 Biru 1493 MHYESL41 55J5575379 10. Mitsubishi Hitam 2005 AbuAbu 2477 MHML300D B5R238095 11. Mitsubishi Hitam 2005 AbuAbu 2477 MHFFMRE B5R238091 12. Toyota Hitam 2005 Biru 1297 MHFFMRE K35KO0741 13. Toyota Hitam 2005 Biru 1297 MHFFMRE K35KO0762 14. Toyota Hitam 2005 Biru 1297 MHFFMRE K35KO0773 15. Toyota Hitam 2005 Biru 1297 MHFFMRE K35KO0745 2AZ3186194 E266574 1TR6096601 1TR6083706 1TR6083723 G15AIA569 202 G15AIA569 202 G15AIA570 455 4D5AM-S74 540 4D56CA571 02 4D56CA570 95 DAR5193 DA86658 DA88097 DA85544 Sumber: Lingkup Perjanjian Sewa Menyewa PT.Bank Sulut tahun 2009-2010 (Data diolah tahun 2011)
45 Dengan kelengkapan kendaraan yaitu: tape mobil, AC mobil, power stering, dan perlengkapan standar lainnya dari pabrik. Transaksi sewa guna usaha yang dilakukan PT.Bank Sulut selama ini adalah transaksi pengadaaan kendaraan. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Beberapa alasan perusahaan menggunakan metode capital lease untuk pembiayaan leasing adalah sebagai berikut : a. Masa pemrosesan pembiayaan yang diajukan membutuhkan waktu yang relatif singkat dan prosedurnya mudah. b. Leasing dapat memberi pembiayaan sampai 100% atas barang yang disewa. c. Menghemat modal kerja. d. Sewa guna usaha tidak menuntut jaminan tambahan yang berarti. e. Melindungi dari resiko keusangan. f. Dalam kondisi moneter yang tidak menentu, perusahaan terhindar dari pengaruh keadaan moneter misalnya inflasi. Sewa guna usaha yang dilakukan PT.Bank Sulut adalah sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease) dengan teknis pelaksanaan sewa guna usaha langsung (direct lease). Berikut ini penulis sajikan daftar kendaraan yang diperoleh PT.Bank Sulut secara capital lease selama tahun 2010 hingga 2011:
46 Tabel 4.2 Daftar Harga Sewa Kendaraan NO JENIS/TIPE KENDARAAN JUMLAH KENDARAAN HARGA SEWA PER UNIT (Rp) TOTAL HARGA SEWA PER BULAN (Rp) TOTAL HARGA SEWA PER TRIWULAN (Rp) TOTAL HARGA SEWA PER TAHUN (Rp) 1. Toyota Camry 1 Rp 8.500.000 Rp 8.500.000 Rp 25.500.000 Rp 102.000.000 2. Toyota Kijang Inova 3 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000 Rp 45.000.000 Rp 180.000.000 3. Toyota Avanza 4 Rp 4.000.000 Rp 16.000.000 Rp 48.000.000 Rp 192.000.000 4. Isuzu 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 15.000.000 Rp 60.000.000 5. Suzuki Real Van 4 Rp 4.000.000 Rp 16.000.000 Rp 48.000.000 Rp 192.000.000 6. Mitsubishi L300 2 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000 Rp 30.000.000 Rp 120.000.000 JUMLAH 15 Rp 31.500.000 Rp 70.500.000 Rp 211.500.000 Rp 846.000.000 Sumber: Data Harga Sewa Kendaraan PT.Bank Sulut Transaksi sewa guna usaha yang terjadi pada PT.Bank Sulut atas penyewaan 1 unit Toyota Camry, 3 unit Toyota Kijang Inova, 4 unit Toyota Avanza, 1 unit Isuzu, 4 unit Suzuki Real Van dan 2 unit Mitsubishi L300, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Toyota Camry 1 unit x Rp 8.500.000 = Rp 8.500.000/unit Harga Sewa per bulan = Rp 8.500.000 Harga Sewa per Triwulan = 3 bulan x Rp 8.500.000 = Rp 25.500.000 Total Harga Sewa per Tahun = 4 bulan x Rp 25.500.000 = Rp 102.000.000 b. Toyota Kijang Inova 3 unit x Rp 5.000.000 = Rp 15.000.000/unit
47 Harga Sewa per bulan = Rp 15.000.000 Harga Sewa per Triwulan = 3 bulan x Rp 15.000.000 = Rp 45.000.000 Total Harga Sewa per Tahun = 4 bulan x Rp 45.000.000 = Rp 180.000.000 c. Toyota Avanza 4 unit x Rp 4.000.000 = Rp 16.000.000/unit Harga Sewa per bulan = Rp 16.000.000 Harga Sewa per Triwulan = 3 bulan x Rp 16.000.000 = Rp 48.000.000 Total Harga Sewa per Tahun = 4 bulan x Rp 48.000.000 = Rp 192.000.000 d. Isuzu 1 unit x Rp 5.000.000 = Rp 5.000.000/unit Harga Sewa per bulan = Rp 5.000.000 Harga Sewa per Triwulan = 3 bulan x Rp 5.000.000 = Rp 15.000.000 Total Harga Sewa per Tahun = 4 bulan x Rp 15.000.000 = Rp 45.000.000 e. Suzuki Real Van 4 unit x Rp 4.000.000 = Rp 16.000.000/unit Harga Sewa per bulan = Rp 16.000.000 Harga Sewa per Triwulan = 3 bulan x Rp 16.000.000 = Rp 48.000.000 Total Harga Sewa per Tahun = 4 bulan x Rp 48.000.000 = Rp 192.000.000 f. Mitsubishi L300 2 unit x Rp 5.000.000 = Rp 10.000.000/unit
48 Harga Sewa per bulan = Rp 10.000.000 Harga Sewa per Triwulan = per 3 bulan x Rp 10.000.000 = Rp 30.000.000 Total Harga Sewa per Tahun = per 4 bulan x Rp 30.000.000 = Rp 120.000.000 Jadi, total harga sewa 15 unit kendaraan per tahun adalah sebesar Rp846.000.000,- dengan masa sewa selama 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 28 September 2010 sampai dengan tanggal 27 September 2011. Pembayaran sewa dilakukan tiap bulan dengan total pembayaran angsuran sebesar Rp. 70.500.000 dan total pembayaran angsuran per triwulan sebesar Rp. 211.500.000 selama masa lease. Besarnya pembayaran bunga untuk angsuran periode pertama, yaitu : Bunga = Rp 846.000.000 x (0,10/12) = Rp 846.000.000 x 0,0083 = Rp 7.021.800 Sedangkan besarnya pembayaran pokok untuk angsuran periode pertama dapat dihitung sebagai berikut: Pokok = Rp 70.500.000 Rp 7.021.800 = Rp 63.478.200 Jadi, pembayaran angsuran pertama untuk 15 unit kendaraan sebesar Rp70.500.000 yang terdiri dari pembayaran bunga untuk angsuran pertama sebesar Rp 7.021.800 dan pembayaran pokok yaitu sebesar Rp 63.478.200.
49 Tabel 4.3 Skedul Pembayaran Leasing No Tanggal Pembayaran Angsuran Bunga Pokok Sisa Rp846.000.000 1. Sep-10 Rp70.500.000 Rp7.021.800 Rp63.478.200 Rp782.521.800 2. Okt-10 Rp70.500.000 Rp6.494.930 Rp64.005.070 Rp718.516.730 3. Nov-10 Rp70.500.000 Rp5.963.689 Rp64.536.311 Rp653.980.419 4. Des-10 Rp70.500.000 Rp5.428.037 Rp65.071.963 Rp588.908.456 5. Jan-11 Rp70.500.000 Rp4.887.940 Rp65.612.060 Rp523.296.397 6. Feb-11 Rp70.500.000 Rp4.343.360 Rp66.156.640 Rp457.139.757 7. Mar-11 Rp70.500.000 Rp3.794.260 Rp66.705.740 Rp390.434.017 8. Apr-11 Rp70.500.000 Rp3.240.602 Rp67.259.398 Rp323.174.619 9. Mei-11 Rp70.500.000 Rp2.682.349 Rp67.817.651 Rp255.356.968 10. Jun-11 Rp70.500.000 Rp2.119.463 Rp68.380.537 Rp186.976.431 11. Jul-11 Rp70.500.000 Rp1.551.904 Rp68.948.096 Rp118.028.335 12. Agust-11 Rp70.500.000 Rp979.635 Rp69.520.365 Rp48.507.971 13. Sep-11 Rp70.500.000 Rp402.616 Rp70.097.384 Sumber : Data yang diolah Dari perjanjian sewa guna usaha diketahui bahwa perusahaan mempunyai hak opsi untuk membeli barang modal pada akhir jangka waktu sewa guna usaha setelah melunasi seluruh kewajibannya yaitu pembayaran sewa guna usaha dan pembayaran lainnya berdasarkan perjanjian sewa guna usaha. Berdasarakan isi dokumen perjanjian tersebut, maka perusahaan di kategorikan sebagai capital lease. Jurnal yang dibuat oleh PT. Bank Sulut untuk mencatat transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi adalah sebagai berikut :
50 1) Pada saat transaksi sewa guna usaha Aktiva Rp 846.000.000 Hutang Rp 846.000.000 2) Pada saat pembayaran bunga periode pertama Bunga SGU Rp 7.021.800 Bunga SGU yang di tangguhkan Rp 7.021.800 3) Pada saat pembayaran angsuran periode pertama Utang SGU Rp 70.500.000 Kas Rp 70.500.000 4) Penyusutan aktiva sewa guna usaha Biaya Penyusutan Rp 3.213.758 Akumulasi Penyusutan Rp 3.213.758 Untuk jurnal pembayaran angsuran periode kedua dan seterusnya tidak ada perbedaan dari jurnal yang diatas hanya nilainya saja yang berbeda disesuaikan dengan jadwal pembayaran leasing. Apabila perusahaan menggunakan metode operating lease, maka jurnal yang di buat oleh PT. Bank Sulut untuk mencatat transaksi sewa guna usaha adalah sebagi berikut :
51 Pada saat pembayaran leasing : Biaya sewa Rp. 846.000.000 Kas Rp. 846.000.000 Transaksi diatas merupakan transaksi sewa guna usaha yang ditinjau dari sisi akuntansi yang dapat dilihat dari sisi capital lease dan operating lease. Jumlah yang dapat disusutkan dari aset sewaan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama perkiraan masa penggunaan dengan dasar yang sistematis dan konsisten dengan kebijakan penyusutan aset yang dimiliki. Dalam praktik, lessee dapat mengalokasikan beban keuangan ke setiap periode selama masa sewa dengan menggunakan beberapa bentuk aproksimasi (pembulatan) untuk memudahkan perhitungan. Dengan demikian, perusahaan dapat dengan mudah mengetahui berapa besar beban penyusutan dan/atau beban bunga dari transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi tersebut. Oleh karena itu, sewa pembiayaan diakui dalam neraca lessee sebagai aset dan kewajiban untuk pembayaran sewa di masa depan. B. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan dengan Menggunakan Finance Lease 1. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan menurut Akuntansi Berdasarkan analisis perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha oleh perusahaan diketahui bahwa pencatatan pembukuan menunjukkan pengklasifikasian sewa guna usaha sebagai capital lease. Namun lessee tidak mencatat adanya aktiva sewa guna usaha dan tidak mencatat hutang sewa guna usaha. Pembelian aktiva
52 secara leasing dicatat sebagai perolehan aktiva biasa. Sedangkan pembayaran angsuran sewa guna usaha dicatat sebagai pengurang hutang. Apabila transaksi sewa guna usaha termasuk dalam kategori capital lease, maka menurut Standar Akuntansi Keuangan perusahaan (lessee) harus melaporkan aktiva yang disewa guna usahakan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri yaitu aktiva sewa guna usaha. Kewajiban yang timbul dari perolehan aktiva secara leasing dilakukan sebagai hutang sewa guna usaha.dan disajikan terpisah dari kewajiban yang lainnya. Berdasarkan uraian tersebut terdapat perbedaan antara perusahaan dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dalam mengungkapkan dan melaporkan transaksi sewa guna usaha dalam laporan neraca. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, laporan laba rugi dan neraca yang seharusnya dibuat adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 PT. Bank Sulut Laporan Laba Rugi (sebagian) Per 31 Dessember No Keterangan 2009 2010 1 Pendapatan XX XX 2 Biaya-biaya: - Biaya Leasing - Biaya Bunga - Rp 191.062.261 Rp 70.500.000 - Rp 229.012.916 Rp 211.500.000 - Biaya Penyusutan SGU Jumlah Biaya Rp 261.562.261 Rp 440.512.916 Laba (Rugi) XX XX Sumber: Laporan Laba Rugi PT.Bank Sulut tahun 2009-2010 (Data diolah tahun 2011)
53 Perhitungan PPh dari Laporan Laba Rugi PT. Bank Sulut per 31 Desember 2009/2010 adalah sebagai berikut : a. Perhitungan PPh tahun 2009 Pendapatan = Rp 177.081.577.554 Jumlah Biaya = Rp 261.562.261 Laba Fiskal = Rp 176.820.015.293 (PKP) PPh Terutang : 28% x Rp 176.820.015.293 = Rp 49.509.604.282 Kredit Pajak : PPh Pasal 25 = Rp 18.995.112.350 Kurang Bayar (Ps.29) = Rp 30.514.491.932 Dari perhitungan pajak penghasilan untuk tahun 2009 bahwa jumlah laba fiskal atau penghasilan kena pajak sejumlah Rp 176.820.015.293 yang merupakan selisih jumlah antara pendapatan dikurangi biaya-biaya. Sedangkan untuk PPh terutang tahun 2009 sebesar Rp 49.509.604.282 yang merupakan hasil dari perhitungan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Setelah itu terdapat kredit pajak PPh pasal 25 sebesar Rp 18.995.112.350 sehingga kita dapat mendapatkan hasil dari perhitungan PPh untuk tahun 2009 yaitu kurang bayar sebesar Rp 30.514.491.932.
54 b. Perhitungan PPh tahun 2010 Pendapatan = Rp 295.873.804.141 Jumlah Biaya = Rp 440.512.916 Laba Fiskal = Rp 295.433.291.225 (PKP) PPh Terutang : 25% x Rp 295.433.291.225 = Rp 73.858.322.806 Kredit Pajak : PPh Pasal 25 = Rp 34.354.279.000 Kurang Bayar (Ps.29) = Rp 39.504.043.806 Dari perhitungan pajak penghasilan untuk tahun 2010 bahwa jumlah laba fiskal atau penghasilan kena pajak sejumlah Rp 295.433.291.225 yang merupakan selisih jumlah antara pendapatan dikurangi biaya-biaya. Sedangakan untuk PPh terutang tahun 2010 sebesar Rp 73.858.322.806 yang merupakan hasil dari perhitungan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Setelah itu terdapat kredit pajak PPh pasal 25 sebesar Rp 34.354.279.000 sehingga kita dapat mendapatkan hasil dari perhitungan PPh untuk tahun 2010 yaitu kurang bayar sebesar Rp 39.504.043.806.
55 Tabel 4.5 PT.Bank Sulut Neraca (sebagian) Per 31 Desember No Keterangan 2009 2010 1 Aktiva - Aktiva SGU - Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Aktiva Leasing Jaminan Kontrak Rp 846.000.000 Rp 70.500.000 Rp 775.500.000 XX 2 Pasiva - Hutang SGU - Nilai Sisa Rp 846.000.000 Rp 211.500.000 Rp 634.500.000 XX Rp 171.286.620 Rp 196.108.763 XX XX Sumber: Laporan Neraca PT.Bank Sulut tahun 2009-2010 (Data diolah tahun 2011) 2. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan menurut Peraturan Perpajakan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada sub-sub sebelumnya diketahui bahwa dalam penggunaan metode finance lease, perusahaan tidak boleh membebankan biaya beban penyusutan aktiva tersebut. Pembebanan biaya penyusutan yang terlanjur dilakukan oleh perusahaan harus dikeluarkan sebagai unsur pengurang penghasilan bruto untuk keperluan kepentingan pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan. Rekonsiliasi atas koreksi fiskal yang seharusnya dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut:
56 Tabel 4.6 Daftar Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2009 Rekonsiliasi/Koreksi Keterangan Fiskal Sebelum Sesudah Penghasilan Kena Pajak Rp 79.496.509.273 Rp 79.496.509.273 Koreksi biaya-biaya: a. Angsuran Leasing - (Rp 2.520.816.237) b. Biaya Bunga Rp 191.062.261 (Rp 191.062.261) c. Biaya Penyusutan Rp 70.500.000 - Penghasilan Kena Pajak Rp 79.234.947.012 Rp 76.784.630.775 PPh Terutang Rp 22.185.785.163 Rp 21.499.696.617 Sumber: Data diolah Keterangan Tabel 4.7 Daftar Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2010 Rekonsiliasi/Koreksi Fiskal Sebelum Sesudah Penghasilan Kena Pajak Rp 161.853.824.502 Rp 161.853.824.502 Koreksi biaya-biaya: a. Angsuran Leasing - (Rp 4.895.748.352) b. Biaya Bunga Rp 229.012.916 (Rp 229.012.916) c. Biaya Penyusutan Rp 211.500.000 - Penghasilan Kena Pajak Rp 161.413.311.586 Rp 156.729.063.234 PPh Terutang Rp 40.353.327.896 Rp 39.182.265.808 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa biaya bunga dan biaya penyusutan seharusnya dikoreksi positif oleh perusahaan sehingga tidak ada pembebanan biaya bunga dan biaya penyusutan dalam tabel tersebut. Sedangkan biaya
57 leasing berupa pembayaran angsuran selama satu tahun (pembayaran pokok cicilan dan biaya bunga) dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dalam kaitan perpajakan, penerapan transaksi sewa guna usaha oleh PT.Bank Sulut tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah pajak penghasilan terutang pada tahun 2009 yang harus dibayar oleh PT.Bank Sulut sebelum rekonsiliasi/koreksi fiskal sebesar Rp 22.185.785.163 lebih besar dibandingkan dengan jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh perusahaan setelah dilakukan rekonsiliasi/koreksi fiskal yaitu sebesar Rp 21.499.696.617. Selisih yang didapat dari hasil perhitungan sebelum dan sesudah rekonsiliasi adalah sebesar Rp.686.088.546. Demikian pula untuk transaksi penerapan sewa guna usaha oleh PT.Bank Sulut tahun 2010 juga tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh PT.Bank Sulut sebelum dilakukan rekonsiliasi/koreksi fiskal sebesar Rp 40.353.327.896 lebih besar dibandingkan dengan jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh perusahaan setelah dilakukan rekonsiliasi/koreksi fiskal yaitu sebesar Rp 39.182.265.808. Selisih yang didapat dari hasil perhitungan sebelum dan sesudah rekonsiliasi adalah sebesar Rp.1.171.062.088.