BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

UKDW BAB I PENDAHULUAN

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dilakukan terhadap orang-orang miskin. Pertanyaan yang sangat crucial

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

Menjadi Pelaku Firman yang Setia. Yak

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

di Surga dengan kemalangan dan keprihatinan hidup manusia di dunia memperhatikan yang lemah berkaitan dengan martabat manusia..

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Dalam bab ini, penulis melihat hal penting yang harus dilakukan dalam upaya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung jawab kepada jemaat ini meliput hal-hal seperti pelayanan firman, sakramen dan persekutuan-persekutuan. Pelayanan-pelayanan ini lebih bersifat ritual. Disamping pelayanan yang bersifat ritual tersebut, Gereja juga memiliki tanggung jawab pelayanan kepada masyarakat luas, yang lebih bersifat etis 1. Aspek etikal dalam bentuk pelayanan seperti pelayanan pendidikan, pelayanan medis, rumah jompo dan panti asuhan, hendaknya berjalan berkesinambungan dengan tugas panggilan yang lain. Hal ini perlu dilakukan supaya gereja tidak terjebak hanya pada salah satu tugas panggilannya. Pelayanan sosial gereja ditujukan bukan hanya untuk warga gereja semata tetapi untuk mereka yang terlantar, menderita dan terbuang. Adanya saudara-saudara yang terlantar di sekitar kehidupan gereja dan masyarakat, merupakan suatu realitas dari ketimpangan sosial yang terjadi. Ketimpangan sosial dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat terjadi karena banyak faktor yang melatarbelakanginya. Kemiskinan merupakan salah satu faktor penting yang turut memberikan andil bagi terciptanya ketimpangan sosial ini. Upaya penanganan kemiskinan membutuhkan perhatian banyak pihak yang terkait. Oleh karenanya kemiskinan tidak akan mungkin bisa terpecahkan dengan hanya mengandalkan pemerintah saja misalnya Dinas Sosial. Ini disebabkan karena kemiskinan tidak hanya bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan pokok seseorang. Dalam konteks Indonesia kemiskinan juga berhubungan 1 Bdn. E. Gerrit Singgih, Ph.D., Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja, Cet 2, Kanisius, Yogyakarta: 1997, hal 26-28.

erat dengan bagaimana pemerataan kesempatan kerja yang menjadi bagian dari hak-hak mereka. Kemiskinan seperti ini sudah melembaga 2 dengan kuatnya sehingga menuntut kepedulian semua pihak. Keterlibatan semua pihak dalam kepedulian bersama ini merupakan wujud rasa solidaritas terhadap sesama umat manusia. Demikan juga dengan solidaritas gereja kepada mereka yang terlantar akan mempunyai makna yang tidak kalah pentingnya dibanding pelayanan yang bersifat ritual. Karena itu sudah sepantasnya gereja tidak mengabaikannya. Namun dalam kenyataan yang ada tanggapan gereja satu dengan yang lain bermacam-macam. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh dogma yang menjadi dasar hidup bergereja. Walaupun demikian dalam melaksakan tugas pelayanan, gereja seharusnya tetap memperhatikan kedua aspek di atas yakni pelayanan kepada umat secara internal dan masyarakat luas secara external. Namun secara praktis gereja sering kali terjatuh pada pelayanan yang bersifat internal saja. Dalam hubungan ini Gereja-gereja Kristen Jawa se-klasis Banyumas Utara(Batara) telah memulai melakukan pelayanan sosial sejak tahun 1954. ini diwujudkan secara nyata dalam pendirian sebuah Yayasan Amal Kristen Siloam 3 dan memiliki akta Notaris Tan A Sioe No.48 tanggal 12 Oktober 1954 dan dikukuhan melalui Surat Keputusan Mensos RI No: 115/KPTS/BBS/X/87 pada tanggal 23 Oktober 1987. 4 Dalam melaksakan tugas panggilan ini YAK Siloam mempunyai unit pelayanan utama yaitu Panti Asuhan Kristen Siloam 5. Pada tahun 1990, pengurus yayasan membentuk unit Seed Project (Proyek Percobaan) dengan nama Arcawinangun Seed Project 6. Jenis kegiatan yang dikembangkan oleh unit pelayanan ini antara lain peningkatan kualitas SDM(membantu biaya pendidikan anak sekolah SD sampai dengan SMTA, membantu biaya kursus), peningkatan kesejahteraan dan kesehatan(jambanisasi dan pengerasan jalan), dan peningkatan pendapatan(dibentuk koperasi SAE ) 2 Bdg F. Magnis Suseno, Sj, Keadilan dan Analisis Sosial: Segi-segi Etis(dalam buku: Kemiskinan dan Pembebasan), Cetakan IV, Kanisius, Yogyakarta: 1994, hal 38. Kemiskinan disini terkait dengan ketidakadilan struktural, istilah yang dipakai kemiskinan struktural. Keadaan seperti ini sebagian besar bukanlah kesalahan orang miskin sendiri, oleh karenanya kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama 3 Pada bagian selanjutnya Yayasan Amal Kristen Siloam akan penyusun tulis dengan YAK Siloam. 4 Selebaran tentang Apa dan Siapa Panti Asuhan Kristen Siloam yang dibuat oleh pengurus PAK Siloam 5 Pada bagian selanjutnya Panti Asuhan Kristen Siloam akan penyusun tulis dengan PAK Siloam. 6 Laporan Kegiatan Tahun 1990 Yayasan Amal Kristen Siloam Purwokerto.

Dari dua unit pelayanan di atas dapat terlihat bahwa idealisme pelayanan yang ingin diwujudkan oleh YAK Siloam ialah menjangkau saudara-saudara yang terlantar. Ini dilaksanakan dengan cara mengadakan perumahan bagi yang tidak punya, memberikan perawatan anak-anak yatim dan piatu, dan perhatian kepada orang-orang cacat yang terlantar. Dengan cara inilah YAK Siloam mewujudnyatakan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus kepada mereka yang terlantar. Idealisme YAK Siloam seperti itu dibuat berdasarkan situasi dan kondisi awal yang sedang dihadapi. Untuk memenuhi persyaratan sebagai unit yang berbadan hukum, idealisme ini dijabarkan dalam bentuk Anggaran Dasar(AD) dan Anggaran Rumah Tangga(ART) yang ditandatangani oleh notaris dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat. Dalam mewujudkan idealismenya, YAK Siloam menghadapi banyak tantangan dan hambatan, baik dari dalam maupun dari luar. Kendala yang bersifat internal antara lain permasalahan pembinaan anak asuh, hubungan anak asuh dengan pimpinan panti dan lain sebagainya. Sedangkan permasalahan yang bersifat external sering kali dipengaruhi situasi dan kondisi jaman yang sudah berbeda. Dahulu dengan memberikan pelayanan kepantian dan pemondokan pada anak asuh dirasa sudah cukup(lebih bersifat karitatif). Untuk keadaan sekarang pola seperti itu menjadi kurang relevan lagi. Pada saat ini setiap individu dituntut untuk mempunyai ketrampilan-ketrampilan khusus selain ilmu dari pendidikan formal. Dengan demikian konsekuensi terhadap pelayanan sosial YAK Siloam tidak hanya bersangkut paut dengan pemenuhuan kebutuhan pokok dan pemondokan saja, melainkan juga berhubungan dengan pemberdayaan anak asuh. Keadaan yang sudah berubah ini menuntut suatu pendekatan-pendekatan baru. Oleh karena itu pelayanan sosial YAK Siloam tidak bisa terpaku hanya dengan menggunakan satu pendekatan atau pola saja. Memang dibutuhkan sarana dan prasana(pendanaan) yang tidak sedikit untuk merespon perubahan jaman. Namun yang lebih penting bagaimana mengupayakan idealisme pelayanan sosial yang lebih terbuka saat ini. Bertolak dari perubahan jaman itu maka idealisme pelayanan sosial perlu ditinjau ulang. Ini dimaksudkan supaya pelayanan sosial tidak berjalan di tempat saja melainkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap permasalahan yang ada. Maksud lain peninjauan ulang idealisme ini

adalah menandakan kesungguhan dan keseriusan dalam memperhatikan saudara-saudara yang menderita. Peninjauan ulang idealisme pelayanan sosial kemasyarakatan YAK Siloam merupakan hal esensial karena akan menyangkut kualitas pelayanan sosial kemasyarakatan yang hendak dilakukan. Seberapa sensitif dan terbukakah YAK Siloam dalam membuka dirinya untuk pelayanan sosial ini, merupakan pertanyaan yang wajar, yang patut dijawab untuk dapat mewujudkan pelayanan sosial kemasyarakatan yang sesuai dengan keadaan jaman dan kontekstual. A.2 Pokok Masalah Dari uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan dua pokok masalah penting yakni: 1. Idealisme pelayanan sosial seperti apakah yang telah diwujudnyatakan oleh YAK Siloam dari tahun 1954 sampai dengan 2004? 2. Apakah idealisme pelayanan sosial YAK Siloam mengalami perubahan-perubahan dalam upayanya mewujudkan pelayanan sosial yang kontekstual? B. BATASAN PERMASALAHAN Pelayanan sosial kemasyarakatan YAK Siloam menyangkut banyak segi yang saling berkaitan. Supaya penulisan ini tetap terfokus, penyusun membatasi pokok permasalahan hanya kepada idealisme pelayanan sosial. Idealisme pelayanan sosial adalah hal yang mendasar dan seharusnya dimengerti terlebih dahulu sebelum pokok lainnya. Sebagai obyek kajian penulisan, penyusun membatasi pokok permasalahan pada dokumen-dokumen Yayasan Amal Kristen Siloam di jalan Karel Satsuit Tubun No. 13 Kelurahan Rejasari Purwokerto Barat 53134. Adapun yang dimaksudkan dengan dokumen-dokumen disini adalah akta-akta notaris YAK Siloam, keputusan sidang-sidang klasis dan brosur-brosur tentang YAK Siloam.

C. RUMUSAN JUDUL Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulis merumuskan skripsinya dengan judul: TINJAUAN ULANG IDEALISME PELAYANAN SOSIAL GEREJA DALAM PENGADAAN YAYASAN AMAL KRISTEN SILOAM D. ALASAN PEMILIHAN JUDUL a) Keprihatinan Pelayanan sosial kemasyarakatan yang telah dilakukan oleh YAK Siloam sudah lebih dari 50 tahun. Tentunya sudah banyak hal-hal yang dilakukan sehubungan dengan pelayanan sosial ini. Seharusnya YAK Siloam mampu mengelola pengalaman yang ada untuk peningkatan mutu pelayanannya. Namun entah karena alasan teknis ataupun nonteknis terlihat YAK Siloam masih sering berpegang pada idealisme awal pendirian yayasan. Idealisme awal seharusnya diinterpretasikan dengan melihat situasi dan kondisi saat ini. Hal ini dilakukan supaya pelayanan sosial kemasyaraktan bisa lebih terbuka dan menjawab konteks yang ada. Bukan malahan dipertahankan dengan alasan memang itu yang terbaik dalam pelayanan Kristen. b) Menantang Pelayanan sosial kemasyarakatan merupakan salah satu wujud nyata iman yang dimiliki gereja. Oleh karena itu gereja seharusnya lebih berani mengaktualisasikan Firman Allah dalam suatu bentuk nyata seperti keterlibatan aktif dalam pelayanan kepada mereka-mereka yang mengalami penderitaan. Keadaan demikian memang sesuatu yang berat dan membutuhkan suatu tekad kuat untuk mewujudkannya. Melalui tulisan ini, penulis berusaha melihat apakah gereja-gereja Kristen Jawa Klasis Banyumas Utara sudah dengan serius mewujudkan tugas pangilannya terhadap kenyataan yang timpang.

E. TUJUAN PENULISAN Dengan melihat permasalahan yang telah dituliskan di atas dan judul yang penulis pilih, maka tujuan penuliskan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Melihat idealisme pelayanan sosial kemasyarakatan yang menjadi pegangan YAK Siloam dalam upayanya memberikan perhatian kepada mereka yang terlantar dan terbuang. 2. Mengidentifikasi perubahan idealisme pelayanan sosial YAK Siloam dalam merespon perubahan jaman. 3. Memberikan kajian kritis terhadap idealisme pelayanan sosial yang selama ini menjadi pegangan pelayanan sosial YAK Siloam. F. METODE PENULISAN Dalam penulisan skripsi ini, penyusun akan memakai metode deskritif analitis terhadap dokumendokumen YAK Siloam. Ini dilakukan dengan cara memaparkan dokumen-dokumen yang menjadi dasar laju operasional YAK Siloam. Hal tersebut penyusun lanjutkan dengan memberikan penilaian terhadap dokumen itu. Jenis-jenis data yang mendukung penulisan ini, penyusun klasifikasikan sebagai berikut: F.1 Jenis Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau digali secara langsung dari sumbersumber yang berkaitan dengan pokok bahasan. Adapun sumber-sumber itu ialah Akta Notaris Tan A Sioe sebagai dasar pertama yang digunakan dalam laju operasional yayasan, Akta Notaris Surjana Hadiwidjaja, konsep dasar AD/ART yang sudah disetujui oleh persidangan klasis daur sidang 2002 akta sidang 63, akta-akta sidang klasis, dan selebaran YAK Siloam.

2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak yang bersangkutan atau dari luar panti. Data sekunder ini didapat melalui literatur-literatur, bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. F.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Penjaringan dan penyeleksian dokumen-dokumen/arsip-arsip yang menjadi bagian pelayanan YAK Siloam selama ini. 2. Observasi, yaitu pengambilan data dengan mengamati dan melihat langsung pada lokasi penelitian maupun pada peristiwa yang terjadi sehubungan dengan penelitian. 3. Wawancara, dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pengurus harian Yayasan Amal Kristen Siloam dan pengurus panti. G. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I. Pendahuluan Dalam bab ini penyusun akan memaparkan latar belakang permasalahan penulisan, pokok permasalahan, batasan permasalahan, judul beserta alasannya, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan Bab II. Realisasi Pelayanan YAK Siloam dan Konsep-Konsep Dasar Yang Melandasinya Dalam bab ini penyusun menguraikan konsep-konsep pelayanan YAK Siloam yang tertuang dalam AD/ART. Penyusun mencoba membandingkan setiap konsep dari akta Notaris pertama hingga rancangan AD/ART baru, dengan membandingkan ini dapat dilihat bahwa setiap perubahan AD/ART ditandai dengan keprihatinan tersendiri. Setelah didapatkan benang merah setiap keprihatinan yang ada, penyusun hendak menganalisis kekuatan dan kelemahan konsep yang terlahir dari keprihatinan itu.

Bab III. Landasan Teoritis Pelayanan Sosial Kemasyarakatan Gereja Dalam bab ini penyusun hendak memaparkan teori-teori seputar pelayanan sosial Gereja. Pemahaman teori-teori pelayanan sosial Gereja dengan melibatkan banyak aspek termasuk di dalamnya hakekat pelayanan yang dimaksud Alkitab, akan membawa sebuah pelayanan sosial yang menjawab kebutuhan. Pelayanan sosial gereja pada dirinya sendiri berangkat dari pelayanan kasih kepada mereka yang mengalami penderitaan. Bertujuan untuk mendatangkan damai sejahtera dalam arti yang luas, bukan sebuah pelayanan yang berorientasi untuk menambah jumlah keanggotaan warga gereja. Bab IV Evaluasi dan Refleksi Teologis Pada bab ini penyusun hendak memberikan penilaian terhadap pelayanan sosial kemasyarakatan yang telah dilakukan YAK Siloam(Bab II). Penilaian ini didasarkan pada pemahaman konsepsi pelayanan Kristen(Bab III). Bertolak dari evaluasi atau penilaian itu, penyusun kemudian memberikan refleksi teologisnya. Bab V Penutup Pada bab ini penyusun memberikan kesimpulan pokok masalah tulisan ini. Tak lupa penyusun memberikan saran kepada YAK Siloam dan gereja untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan sosial kemasyarakatan.