BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,
|
|
- Vera Utami Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat 8,007 derajat Lintang Selatan-110,286 derajat Bujur Timur atau terletak pada posisi 25 kilometer Barat Daya kota Yogyakarta dan 115 kilometer Selatan Kota Semarang 1, meninggalkan dampak penderitaan yang cukup besar bagi masyarakat Yogyakarta serta sebagian Jawa Tengah. Dampak yang bisa dilihat adalah kehancuran, baik secara fisik maupun secara psikologis. Dampak fisik bisa dilihat ketika banyak bangunan, baik itu rumah tinggal maupun fasilitas umum yang hancur atau rusak, banyak harta benda yang menjadi kekayaan maupun yang menjadi penopang hidup masyarakat juga mengalami hal yang sama : hancur, hilang, atau rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi. Korban jiwa mencapai ribuan orang, belum terhitung mereka yang mengalami luka-luka. Banyak keluarga yang kehilangan bukan hanya harta materi mereka, namun juga kehilangan anggota keluarga mereka. Orang tua yang kehilangan anaknya, anak yang kehilangan orang tuanya, suami yang kehilangan istrinya atau sebaliknya, bahkan tak sedikit yang kehilangan seluruh anggota keluarganya. Struktur dan sistem dalam masyarakat mengalami kekacauan, sektor perekonomian banyak yang terhenti, layanan di bidang pemerintahan setempat terganggu bahkan banyak yang lumpuh. Semua itu terjadi hanya dalam waktu kurang dari 1 menit. Dampak psikologis yang dialami masyarakat terpancar di wajah para korban. Meskipun sulit bagi orang lain mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan, namun orang lain akan bisa melihat bahwa dampak psikologis yang ditimbulkan adalah kesedihan yang mendalam dan bukan suatu keceriaan atau sukacita. Kesedihan yang akan sulit terlupakan bahkan mungkin akan mereka ingat selama sisa hidup mereka. Kesedihan 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,
2 2 yang menimbulkan luka batin cukup dalam dan sulit untuk dipulihkan. Kesedihan yang memunculkan pergumulan yang mungkin tidak akan mereka temukan jawabannya. Dampak gempa bumi ini secara umum telah menyebabkan masyarakat korban menjadi miskin. Miskin bukan hanya menyangkut materi atau kekayaan, namun juga menyangkut kemiskinan non materi. Secara fisik sudah jelas terlihat mereka menjadi miskin tempat tinggal, pekerjaan, harta benda. Kemiskinan non materi akan kelihatan jika kita mau melihat bahwa banyak masyarakat yang kehilangan keluarga sebagai tempat mewujudkan dan mencurahkan rasa kasih sayang, sukacita dan kedamaian, keluarga yang juga menjadi penghibur ketika mereka mengalami kesedihan dan pemasalahan. Besarnya kehilangan yang harus mereka alami juga menyebabkan mereka miskin masa depan, pengharapan, rasa percaya diri dan terutama semangat untuk melanjutkan kehidupan mereka. Kondisi ini telah membuat mereka tidak bisa lagi mengaktualisasikan hak dan kewajiban mereka dalam kodratnya sebagai manusia seperti layaknya masyarakat lain yang tidak terkena dampak gempa. Martabat mereka sebagai manusia telah jatuh karena mereka tidak bisa mewujudkan tanggung jawabnya. Dalam kondisi bencana alam seperti ini, banyak kemudian pihak pihak yang bersimpati terhadap penderitaan mereka dan turun tangan untuk memberikan bantuan, baik materi maupun non materi kepada para korban bencana. Pihak pihak ini dalam memberikan bantuan, dilakukan baik secara individu maupun berkelompok (lembaga) yang disalurkan melalui posko-posko bantuan yang banyak didirikan di daerah yang terkena dampak gempa bumi atau di lokasi yang dekat dengan daerah-daerah tersebut. Bentuk bantuan yang mereka berikanpun bermacam macam. Bantuan yang berupa materi, misalnya bahan makanan (sembako), obat-obatan, pakaian, tenda-tenda sebagai tempat tinggal (berteduh) sementara, dan barang-barang kebutuhan hidup lainnya. Bantuan yang sifatnya non materi misalnya memberikan dukungan moral atau pendampingan bagi para korban bencana (trauma healing). Umumnya yang dilakukan adalah pendampingan bagi pemulihan psikologis korban bencana untuk bisa kembali pada kehidupan normal mereka atau paling tidak mendekati kehidupan normal. Komunitas Peduli Korban Bencana (di singkat: KPKB) adalah salah satu organisasi independen yang pada awalnya dibentuk oleh beberapa orang yang tergerak hati untuk
3 3 memberikan bantuan kepada korban bencana. KPKB juga adalah salah satu di antara sekian banyak organisasi insidental (ad hoc) yang dibentuk sebagai respon terjadinya bencana tanggal 27 Mei 2006, dan penyusun juga bergabung menjadi salah satu relawannya. Pada awalnya, program KPKB hanyalah mendistribusikan bantuan yang datang dari kolega kolega masing masing anggota atau relawan selama masa tanggap darurat, dimana bantuan tersebut di distribusikan pada daerah daerah yang membutuhkan bantuan dengan prioritas utamanya adalah pada daerah yang belum tersentuh oleh lembaga lembaga donatur lain. Namun seiring dengan perkembangan bantuan yang diterima, KPKB kemudian membuat program yang lebih terarah dan mulai berkonsentrasi memberikan bantuan kepada masyarakat di 3 (tiga) titik lokasi, yaitu wilayah Jonggrangan (Bantul), Sentulrejo (Bantul) dan Geneng (Prambanan- Klaten) Permasalahan Menjadi manusia yang miskin adalah keadaan yang tidak bisa dihindari oleh masyarakat korban. Martabat manusia sebagai citra Allah atau manusia yang diciptakan segambar dengan Allah yang terpancar dari kehidupan yang mereka jalani sebelum terjadi gempa bumi seakan jatuh pada tingkatan yang paling rendah seiring dengan kehilangan, penderitaan dan keadaan miskin yang mereka alami. Sebagai gambar Allah, manusia adalah ciptaan yang memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas hidup yang dijalaninya, dengan kehendak bebas (free will) yang dianugerahkan Allah membuat manusia memiliki kemampuan untuk menentukan jalan hidupnya yang akan membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Menjadi manusia yang bermartabat adalah menjadi manusia yang bisa mewujudnyatakan gambar Allah ini, yaitu ketika manusia bisa mewujudkan kasih dan tanggung jawab 2. Akan tetapi ketika masyarakat korban harus menderita karena gempa, perwujudan akan kasih dan tanggung jawab manusia yang artinya perwujudan gambar Allah tidak terjadi. Martabat para korban memang jatuh namun bukan berarti hilang. Martabat mereka masih bisa dipulihkan. Martabat manusia atau bisa juga disebut harga diri manusia adalah menyangkut perasaan seseorang. Ketika dia merasa bahwa dirinya sebagai manusia yang normal, dia 2 A. J. Plaisier, Manusia, Gambar Allah : Terobosan-terobosan dalam Bidang Antropologi Kristen, Jakarta, Gunung Mulia, 2000, hlm. 16
4 4 akan mampu untuk melangkah dengan penuh keyakinan, dia akan dapat mewujudkan kemandirian. Sebaliknya, ketika manusia merasa martabatnya jatuh bahkan merasa kehilangan martabat, dia tidak akan mampu menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan. Dia akan merasa tersisihkan dari lingkungan, dia akan kehilangan rasa percaya diri dan kemandirian. Pemulihan martabat dalam kondisi seperti ini memang akan sulit dilakukan oleh para korban. Harus diakui bahwa untuk bisa memulihkan martabat seorang manusia, mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Dan seperti penyusun kemukakan sebelumnya, pulih-tidaknya martabat seseorang juga bisa dilihat dari kehidupan yang dijalaninya. Akan tetapi karena martabat berkenaan dengan perasaan seseorang, yang paling tahu apakah martabatnya sudah di dapat kembali (pulih) atau belum hanyalah mereka sendiri yang tahu, orang lain tidak akan tahu dengan pasti. Kehadiran posko-posko bantuan memang memberikan setitik harapan bagi masyarakat korban untuk bisa memulihkan kondisi mereka, memberi harapan bahwa hidup mereka akan selamat dan terutama memberi harapan akan pulihnya martabat mereka. Akan tetapi bagi posko-posko bantuan tersebut, apakah bantuan yang mereka berikan, aksi kemanusiaan yang mereka lakukan sudah mengarah pada arah yang benar, artinya bahwa yang mereka lakukan sejalan dengan harapan masyarakat yaitu pulihnya martabat masyarakat korban? Pertanyaan tersebut perlu di kemukakan karena diakui atau tidak, kenyataannya di tengah aksi kemanusiaan yang dengan penuh semangat mereka lakukan, tak sedikit pula di antara pihak pihak yang memberikan bantuan, ternyata ada yang mempunyai motivasi motivasi tertentu di balik bantuan yang mereka berikan, ada harapan harapan tertentu yang mereka harap bisa di peroleh di kemudian hari. Harapan-harapan yang mungkin berbeda dengan harapan masyarakat korban. Sering pada akhirnya, motivasi motivasi ini mengarah pada kepentingan-kepentingan agama, politik, status sosial yang semua itu menjadi keuntungan tersendiri bagi mereka (baik kelompok maupun individu), khususnya bagi pihak yang memberikan bantuan. Dalam kelompok kelompok yang didirikan oleh orang orang Kristen sendiri misalnya, tidak sedikit yang kemudian memanfaatkan peristiwa bencana ini layaknya sebagai
5 5 ladang pelayanan bagi mereka. Bahkan tak sedikit pula yang menjadikan peristiwa ini sebagai ladang Pekabaran Injil dimana di dalam kegiatan pembagian bantuan yang mereka berikan, di sisipkan ajaran ajaran Kristen kepada masyarakat yang belum beragama Kristen. Harapannya adalah bahwa masyarakat ini kemudian akan tertarik dengan agama Kristen dan jika mungkin kemudian memeluk agama Kristen. Motivasi motivasi seperti inilah yang kemudian justru membawa masalah baru di tengah masyarakat, khususnya masyarakat yang mayoritas beragama selain Kristen. Masyarakat kemudian menjadi selektif dan sering pula kemudian menunjukkan sikap defensif bahkan penolakan terhadap bantuan yang diberikan oleh pihak pihak yang berlatar belakang agama Kristen. Hak mereka untuk secara bebas memilih dan memeluk agama telah dilanggar oleh kelompok-kelompok semacam ini. Yang berarti pula martabat masyarakat yang seharusnya di hormati telah dicemari oleh sikap dan tindakan seperti ini. Penderitaan yang dialami masyarakat seharusnya adalah penderitaan setiap orang yang mengaku peduli dengan masyarakat tersebut. Namun apakah kehadiran mereka yang bentuk kepeduliannya disalurkan melalui posko-posko bantuan sudah mengarah kepada tujuan yang benar, apakah kehadiran posko-posko sudah menuju pada pemulihan martabat masyarakat korban, atau justru sebaliknya malah semakin menjatuhkan martabat masyarakat tersebut? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin penyusun cari jawabannya. Dan penyusun mencoba mensistematisasikan dalam beberapa butir pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah KPKB dan apa yang menjadi visi dan misi dari KPKB? 2. Bagaimana cara pelaksanaan atau praktek visi dan misi yang dimiliki KPKB dalam merespon pergumulan dan permasalahan masyarakat korban? 3. Bagaimana respon masyarakat korban terhadap aksi yang dilakukan untuk dan terhadap mereka? 4. Bagaimana secara teologis memahami upaya masyarakat korban untuk memulihkan martabat dalam kodrat mereka sebagai manusia?
6 Batasan Permasalahan Gagasan untuk mengambil pengalaman dan eksistensi KPKB selama memberikan bantuan untuk korban bencana gempa yang terjadi tanggal 27 Mei 2006 dengan cakupan wilayah Bantul dan Prambanan sebagai sumber data adalah karena di samping penyusun bisa mengulas profil suatu posko bantuan secara detail, juga karena penyusun melihat komitmen KPKB dalam memberikan bantuan kepada masyarakat korban salah satunya adalah berusaha memampukan masyarakat korban untuk bisa mandiri dalam mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Menurut penyusun, hal ini merupakan suatu komitmen yang baik, artinya secara umum telah mengarah pada usaha kemandirian masyarakat yang akhirnya mengarahkan masyarakat untuk memulihkan martabatnya. Namun apa yang dilihat penyusun di sini masih perlu untuk dikaji dan dianalisa kebenarannya. Inilah yang akan penyusun coba lakukan melalui skripsi ini. Dari hasil analisa yang dilakukan akan disimpulkan dalam suatu refleksi, sehingga sekaligus menjadi batasan atas permasalahan yang hendak diangkat penyusun. Langkah ini perlu penyusun lakukan, demi tidak melebarnya permasalahan yang nantinya hendak penyusun refleksikan. Demikian juga dengan permasalahan yang diangkat juga secara khusus memfokuskan pada permasalahan pemulihan martabat sebagai manusia, bukan permasalahan lain yang tentunya juga muncul selama proses penyaluran bantuan (misalnya: korupsi, kolusi, nepotisme) yang terjadi dalam masyarakat. Kalaupun permasalahan ini perlu untuk dibahas, maka penyusun hanya akan membahasnya sebagai kaitan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan penyusun Rumusan Judul Guna menjawab apa yang menjadi pertanyaan penyusun, kerangka dasar yang menjadi acuan penyusunan adalah melihat pada aktualisasi KPKB dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat korban bencana gempa bumi. Akan tetapi kerangka dasar ini tidak cukup hanya melihat dari sudut pandang pihak yang memberikan bantuan, karena permasalahan yang sebenarnya adalah pada upaya masyarakat korban itu sendiri dalam rangka usahanya untuk mengembalikan harga diri mereka atau martabat mereka sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab, sehingga sudut pandang masyarakat sendiri juga menjadi pokok pikiran yang akan menjadi bahasan dalam penyusunan skripsi ini. Dan dalam rangka ini peranan lembaga bantuan seperti KPKB menjadi faktor
7 7 pendukung usaha masyarakat korban. Karena itu dalam penyusunan skripsi ini penyusun memberikan rumusan judul : UPAYA MASYARAKAT KORBAN MEMULIHKAN MARTABAT MANUSIA Refleksi atas Peran Serta Komunitas Peduli Korban Bencana (KPKB) dalam Memberikan Bantuan untuk Korban Gempa Bumi yang Terjadi Di Yogyakarta dan Jawa Tengah Tujuan Penulisan Setiap tindakan yang manusia lakukan, baik itu secara individu maupun kelompok, disadari atau tidak, tentu ada alasan dan tujuan yang menjadi latar belakang tindakan tersebut. Dalam hubungan dengan sesama manusia, tentu ada kesadaran bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai tanggung jawab yang sama. Manusia tidak diciptakan agar ia bisa sewenang wenang ataupun tidak memperdulikan sesamanya 3. Hakekat manusia adalah manusia yang bertanggung jawab dalam kasih kepada Allah, sesama dan kepada alam lingkungannya. Menjadi manusia yang bertanggung jawab adalah menjadi manusia yang mandiri dan mempunyai martabat. Martabat menjadi suatu identitas manusia dalam menjalani hidupnya karena bisa menjadi motivator bagi dia untuk percaya diri dan menjalani hidup dengan lebih baik. Ketika manusia tidak bisa lagi menjadi manusia yang bertanggung jawab, sama artinya dia tidak mempunyai martabat lagi. Pelayanan kepada sesama sebagai bentuk dari tanggung jawab manusia kepada sesamanya dalam konteks bencana alam bisa juga didasari karena konsep tanggung jawab ini. Suatu pelayanan yang bisa dilakukan oleh setiap orang yang memahami akan tanggung jawabnya sebagai manusia tidak akan melihat orang lain dengan mempertimbangkan latar belakang orang tersebut. Satu-satunya pertimbangan adalah bahwa mereka adalah sama seperti kita, manusia yang diciptakan Allah untuk mengelola dan memelihara dunia ini dengan kasih yang telah dianugerahkan Allah. Sehingga ketika orang lain mengalami penderitaan, reaksi yang muncul dalam diri kita semata-mata didasari karena kasih. 3 E. Gerrit Singgih, Bergereja, Berteologi dan Bermasyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen, 1997, hal. 187
8 8 Gereja yang berdiam dan hidup di dunia ini, seharusnya tidak juga lantas berdiam diri dengan keadaan seperti ini. Karena seperti tercantum dalam Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral mengenai Gereja dalam dunia modern, yang dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II, tanggal 7 Desember 1965 : Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang dewasa ini, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus pula. (GS 1) 4 Karena itu, dunia dan masyarakat yang berdiam di dalamnya juga merupakan kepedulian dan ladang pelayanan Gereja pula. Gereja di sini bukan mengacu pada bentuk fisik atau gedung saja, tapi pada persekutuan yang ada di dalamnya. Jika kemudian orang orang yang terlibat di dalam KPKB adalah juga anggota persekutuan gereja, apakah mereka tidak bisa dikatakan sedang memberikan atau mewujudkan pelayanan kasih mereka kepada sesama? Atau jika di sesuaikan dengan apa yang tercantum dalam Gaudium et Spes, apakah pelayanan atau apa yang mereka lakukan tersebut juga menjadi perwujudan pelayanan dan perwujudan tanggung jawab mereka sebagai murid murid Kristus? Metode Penyusunan Penyusunan skripsi ini akan menggunakan sumber informasi dari data lapangan yang telah dilakukan oleh KPKB untuk masyarakat korban bencana. Juga dari informasi yang diperoleh dari relawan relawan yang ikut ambil bagian pelayanan yang dilakukan KPKB. Data informasi juga akan menggunakan buku buku, tulisan tulisan yang sudah dapat dipertanggungjawabkan secara publik sebagai bahan atau sumber informasi bagi penyusunan skripsi ini. Dan dengan memakai metode deskriptif analitis, dimana terlebih dahulu di uraikan tentang deskripsi dari materi penulisan dan juga praktek praktek apa saja yang sudah terjadi. Dari pendiskripsian ini kemudian penyusun akan menganalisa dengan berpedoman pada teori teori pendukung dari literatur literatur yang menjadi referensi penyusun. 4 J. B. Banawiratma dan Müller, J. Berteologi Sosial Lintas Ilmu, Yogyakarta : Kanisius, 1993, hal. 24 (lihat pula: Soetoprawiro, hlm. 56)
9 Sistematika Penyusunan 1. Pendahuluan Pada bagian ini akan penyusun uraikan tentang latar belakang, pokok permasalahan, rumusan judul dan sistematika penyusunan yang akan mengarahkan pada pembahasan sebagai isi dalam bab-bab selanjutnya. 2. KPKB dan Kontribusinya Dalam Memberikan Bantuan Untuk Korban Bencana Bagian ini merupakan uraian data lapangan yang berupa gambaran umum tentang apa dan bagaimana KPKB, visi dan misi serta bagaimana pelaksanaan visi dan misi tersebut kepada masyarakat korban bencana. Garis besar uraian pada bab 2 ini adalah membahas permasalahan atau pertanyaan butir 1 dan Respon dan Pergumulan Masyarakat Korban. Setelah membahas tentang profil KPKB dan kontribusinya dalam memberikan bantuan kepada masyarakat korban, dalam bab 3 ini penyusun hendak mencoba menganalisa penanganan korban yang terkena dampak gempa bumi dari sudut pandang masyarakat korban, khususnya tentang respon, pergumulan serta harapan masyarakat korban terhadap penanganan dampak bencana gempa bumi tersebut yang merupakan pertanyaan butir ke 3 dari pokok permasalahan yang hendak penyusun uraikan. 4. Memulihkan Martabat Manusia dalam Konteks Masyarakat Korban Bencana Bagian ini membahas secara khusus tentang pendapat penyusun terhadap pertanyaan butir 4, yaitu tentang bagaimana langkah yang tepat dalam usaha untuk memulihkan martabat atau martabat manusia. Di dalam bab 4 ini lebih menitikberatkan pada pandangan penyusun terhadap aksi yang selama ini telah dilakukan oleh posko-posko peduli bencana, khususnya posko KPKB dan merefleksikannya dengan mengacu pada pengetahuan yang penyusun miliki dengan di dukung referensi literatu-literatur para ahli. 5. Kesimpulan dan penutup Bab ini merupakan bagian akhir dari penyusunan skripsi yang berisikan kesimpulan atas semua yang telah disusun mulai bab pertama hingga selesainya skripsi ini.
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vol.65, Jakarta: YPJ, 2010), hal. 17 1
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Tuhan menciptakan mahluk ciptaannya secara sempurna, termasuk manusia sebagai salah satu di antaranya, bahkan dikatakan sebagai mahluk segambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciPELAJARAN 11 GEREJA DAN DUNIA
PELAJARAN 11 GEREJA DAN DUNIA TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN Pada akhir pelajaran, saya dapat: 1. menjelaskan arti dunia; 2. menjelaskan pandangan Gereja tentang dunia; 3. menjelaskan arti dari Konstitusi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.1.1.Sampah Plastik Perkembangan teknologi membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, salah satu aspeknya adalah pada produk konsumsi sehari-hari. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciI.1. PERMASALAHAN I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam
Lebih terperinciTh A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017
1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing
Lebih terperinciBAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam
BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)
10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciGereja di dalam Dunia Dewasa Ini
ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
Lebih terperinci03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN SKPD Identifikasi permasalahan pada BPBD Kabupaten Lamandau berdasarkan tugas
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter diatas permukaan laut. secara geografis terletak pada posisi 7 32.5 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciKEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu
Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang
Lebih terperinciEn-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga
En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperincidi Surga dengan kemalangan dan keprihatinan hidup manusia di dunia memperhatikan yang lemah berkaitan dengan martabat manusia..
Karya Sosial Paroki Visi, Misi dan Spiritualitas Visi, Misi dan Spiritualitas karya sosial Gereja adalah solidaritas Allah Bapa di Surga dengan kemalangan dan keprihatinan hidup manusia di dunia Visi Paroki
Lebih terperinciUKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan
BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan
Lebih terperinciBAB IV. Refleksi Teologis
BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan
Lebih terperinciKEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN
KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DISTRIBUSI BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN
Lebih terperinci(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)
(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung
Lebih terperinciSekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam
Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam Dwi Utari Nugroho *), Nurulia Unggul P.R *), Nur Shinta Rengganis *), Putri Asmita Wigati **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBoks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY
Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Pendahuluan Pada tanggal 27 Mei 2006, terjadi sebuah peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan
Lebih terperinciPENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL
PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciBUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI SEMESTER 2 CARA- CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM A. CARA- CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM 1. Menghadapi Peristiwa Gempa Bumi Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk
Lebih terperinciKalender Doa Oktober 2016
Kalender Doa Oktober 2016 Berdoa Bagi Wanita Yang Merindukan Tuhan Pada Banyak budaya wanita dan anak anak gadis diberi tahu bahwa mereka tidak terlalu berharga dan merupakan beban bagi keluarga. Pada
Lebih terperinci12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja Identitas merupakan bentuk dari eksistensi diri seseorang. Identitas berhubungan dengan tahap perkembangan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciPendalaman Alkitab untuk KTB CM UKSW : Minggu 2 Bulan November
Sukacita Pendalaman Alkitab untuk KTB CM UKSW : Minggu 2 Bulan November 2014 http://thefruitsofspirit.blogspot.com/p/sukacita.html 1 Amsal 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciA. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam
Lebih terperinciDemikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. Siapa yang merdeka?
Lesson 9 for December 2, 2017 Siapa yang merdeka? Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. (Roma 8:1) Hanya mereka yang memiliki hubungan yang erat dengan
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 B TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 B TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk meringankan beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam sehingga mengakibatkan timbulnya
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciUJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran
UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara
Lebih terperinci1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciThn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10
1 Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Padang gurun dan padang kering akan bergirang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Kanker sebetulnya bukanlah nama penyakit atau rasa sakit. Kanker merupakan sebuah nama untuk sekelompok besar bermacam-macam perasaan tidak sehat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu fase penting dalam penanggulangan bencana adalah fase respon atau fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat membutuhkan suatu sistem yang terintegritas
Lebih terperinci7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebuah gereja hadir di dalam dunia tidak dapat terlepas dari tugas-panggilannya, yaitu meneruskan karya Tuhan Allah melalui penebusan oleh Yesus
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia merupakan paradigma pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik secara material maupun
Lebih terperinciNo. 1418, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Penghapusan. Pedoman.
No. 1418, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Penghapusan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGHAPUSAN LOGISTIK DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinci