3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan contoh dilakukan di enam stasiun yang ditentukan berdasarkan karakteristik lokasinya (Tabel 2). Tabel 2. Karakteristik stasiun penelitian No Stasiun Koordinat Karakteristik 1 Cilalawi BT : 107 o 23,870 LS : 06 o 33.818 Daerah inlet Sumber air dari Sungai Cilalawi Di sekitar lokasi terdapat tumbuhan air Perairan dipengaruhi aliran air dari 2 DAM BT : 107 o 23,478 LS : 06 o 31,908 3 Baras Barat BT : 107 o 21,786 LS : 06 o 32,157 4 Pasir Astana BT : 107 o 19,732 LS : 06 o 30,428 5 Kerenceng BT : 107 o 18,385 LS : 06 o 32,639 6 Jamaras BT : 107 o 18,211 LS : 06 o 35.563 Sungai Cilalawi Daerah genangan utama Dekat dengan bendungan Perairan relatif tenang Daerah transisi Sumber air adalah gabungan dari Sungai Citarum dengan genangan utama Di sekitar lokasi terdapat banyak KJA Zona limnetik. Kedalaman mencapai >50 m Perairan relatif tenang Daerah terlindung dan endapan Pernah ditetapkan sebagai daerah reservat Nutrien kecil Perairan relatif tenang Daerah inlet-transisi Sumber air berasal dari Sungai Citarum Berarus sedang Di sekitar lokasi terdapat tempat pemancingan Daerah inlet Sumber air berasal dari Sungai Citarum Di sekitar lokasi terdapat banyak KJA Berarus sedang sampai besar
10 Pasir Astana (4) Kerenceng (5) Baras Barat (3) DAM (2) Cilalawi (1) Jamaras (6) Gambar 3. Waduk Ir. H. Djuanda Bahan dan Alat Penelitian Obyek yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh ikan asli dan asing yang tertangkap dan beberapa parameter fisik dan kimiawi perairan (warna, kecerahan, kedalaman, suhu, dan ph) di Waduk Ir. H. Djuanda. Bahan yang digunakan adalah formalin 4% untuk mengawetkan gonad dan saluran pencernaan. Alat yang digunakan adalah jaring insang eksperimental berbahan senar monofilamen dengan ukuran mata jaring 1, 1,5, 2, 2,5, 3, 3,5, dan 4 inci, termometer, keping Secchi, ph indicator solution, depth meter, mikroskop (stereo dan okuler), alat bedah, papan pengukur dengan ketelitian 1 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 dan 0,0001 gram, hand tally counter serta mikrometer okuler. Metode Pengambilan Contoh Pengumpulan data ikan dan parameter lingkungan dilakukan dalam tiga hari untuk setiap bulan pengamatan. Hari pertama adalah pemasangan jaring di stasiun 1 3; hari kedua adalah pengambilan contoh ikan dan contoh air di stasiun 1 3
serta pemasangan jaring di stasiun 4 6; dan hari ketiga adalah pengambilan contoh ikan dan contoh air di stasiun 4 6. Ikan ditangkap menggunakan jaring insang eksperimental berukuran 1, 1,5, 2, 2,5, 3, 3,5, dan 4 inci. Alat tangkap dipasang pada sore hari (mulai pukul 16.00) dan diangkat mulai pukul 06.00 keesokan harinya. Ikan contoh yang tertangkap dipisahkan sesuai dengan ukuran mata jaring dan stasiun penangkapannya lalu dibawa ke Laboratorium Biologi, Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dikelompokkan, diukur, ditimbang, dan dibedah. Data kondisi air diambil pada setiap bulan pengamatan. Karakteristik fisik dan kimiawi perairan pada setiap stasiun dan bulan pengamatan diperlukan sebagai data pendukung penelitian. Parameter fisik dan kimiawi yang diukur selama penelitian adalah suhu dengan menggunakan termometer; kecerahan menggunakan keping Secchi; kedalaman menggunakan depth meter; warna perairan secara visual, dan ph dengan ph indicator solution. 11 Analisis Laboratorium Setiap contoh ikan ditimbang bobot tubuhnya menggunakan timbangan berketelitian 0,01 gram dan diukur panjang total dan bakunya menggunakan papan pengukur berketelitian 1 mm. Selanjutnya, ikan dibedah untuk mengeluarkan gonad dan saluran pencernaannya. Penentuan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad dilakukan melalui pengamatan morfologis gonad (Tabel 3). Gonad dan saluran pencernaan ikan kemudian dibawa ke Laboratorium Bio Makro I, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB untuk dianalisis lebih lanjut. Tabel 3. Penentuan TKG ikan secara morfologi berdasarkan modifikasi Cassie (Effendie 1979) TKG Morfologi Gonad Jantan Morfologi Gonad Betina I Testes seperti benang, lebih pendek dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih. Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin. II III IV V Ukuran testes lebih besar. Pewarnaan putih susu. Bentuk lebih jelas dari TKG I Permukaan testes nampak bergerigi. Warna makin putih, testes makin besar dan dalam keadaan diawetkan mudah putus. Seperti TKG III tampak lebih jelas. Testes makin pejal. Testes bagian belakang kempis dan di bagian dekat pelepasan masih berisi Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata. Ovari bewarna kuning. Secara morfologi telur sudah kelihatan butirnya dengan mata. Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi ½ ⅔ rongga tubuh. Usus terdesak. Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II.
12 Ikan betina yang telah mencapai tingkat kematangan gonad III dan IV kemudian dihitung fekunditasnya. Penentuan fekunditas dilakukan dengan cara gravimetrik. Cara ini dilakukan dengan mengambil bagian gonad ikan betina sebagai gonad contoh. Gonad dan gonad contoh ditimbang menggunakan timbangan berketelitian 0,0001 gram, kemudian dihitung jumlah telur yang ada pada gonad contoh tersebut (Effendie 1979). Persamaan yang digunakan untuk menghitung fekunditas tersebut adalah: Keterangan : X x W w X :x = W :w = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari = Jumlah telur dari gonad contoh = Bobot seluruh gonad = Bobot gonad contoh Selain dihitung, oosit ikan TKG III dan IV juga diukur diameternya. Oosit diambil dari bagian anterior, tengah dan posterior masing-masing 100 butir. Masing-masing oosit diletakkan di atas gelas objek. Selanjutnya diamati dengan metode penyapuan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang sebelumnya sudah ditera dengan mikrometer objektif. Makanan dari lambung dan usus dikeluarkan dan organisme yang terdapat di dalamnya diidentifikasi. Identifikasi plankton dan mikroavertebrata dilakukan dengan menggunakan mikroskop mengikuti petunjuk Needham & Needham (1962) sampai tingkatan taksa terdekat. Kelimpahan relatif ikan Analisis Data Kelimpahan relatif ikan akan memberikan gambaran mengenai komposisi jenis dan dominasi suatu jenis ikan yang tertangkap. Kelimpahan relatif ikan dikaji berdasarkan stasiun dan waktu pengamatan dengan menggunakan persamaan berikut: K r = N i N 100 Keterangan: K r = Kelimpahan relatif N i = Jumlah total individu spesies ke-i (ekor) N = Jumlah total individu semua spesies (ekor) Pertumbuhan Hubungan panjang bobot Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan menghubungkan panjang dan bobot ikan. Hubungan panjang-bobot (HPB) dihitung menggunakan persamaan: W = al b
13 Keterangan: W = bobot ikan (gram) L = panjang ikan (mm) a dan b = konstanta Pola pertumbuhan ikan ditentukan berdasarkan nilai b yang diuji menggunakan uji t (p<0,05). Apabila nilai b=3, maka pola pertumbuhan adalah isometrik; sedangkan bila b 3 adalah allometrik (Effendie 1979). Penghitungan uji t dilakukan dengan hipotesis dan persamaan sebagai berikut: Hipotesis: H 0 : b = 3 H 1 : b 3 t hitung = β 0 β 1 Sβ 1 Keterangan: β = Koefisien b pada H 0 β = Koefisien b yang diperoleh dari HPB Sβ = Simpangan koefisien b Pengambilan keputusan terhadap hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dan t tabel pada selang kepercayaan 95 %. Jika nilai t hitung > t tabel, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol. Jika t hitung < t tabel, maka keputusannya adalah terima hipotesis nol (Walpole 1995). Faktor kondisi Faktor kondisi relatif (K n ) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Le Cren 1951 dalam Rahardjo & Simanjuntak 2008). K n = W W Keterangan: W = bobot tubuh tertimbang (gram) W* = bobot tubuh terhitung (gram) dari persamaan HPB Reproduksi Nisbah kelamin Nisbah kelamin dianalisis dengan membandingkan antara jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina pada spesies yang sama yang ditemukan pada setiap stasiun dan waktu pengamatan selama empat bulan. Nisbah kelamin ini dihitung melalui persamaan: X= J B Keterangan: X = Nisbah kelamin J = Jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor)
14 Waktu dan lokasi pemijahan Waktu dan lokasi pemijahan ditentukan berdasarkan tertangkapnya ikan yang telah matang gonad selama penelitian. Ikan yang matang gonad tidak hanya ditemukan sekali pada waktu dan lokasi dugaan, namun berulang-ulang. Potensi reproduksi dan tipe pemijahan Potensi reproduksi diduga berdasarkan fekunditas yang diperoleh selama penelitian. Potensi reproduksi menggambarkan seberapa besar suatu induk ikan dapat menghasilkan keturunan dan mempertahankan kelestarian spesiesnya. Tipe pemijahan diduga berdasarkan jumlah modus yang diperoleh pada distribusi sebaran diameter telur. Tipe pemijahan menggambarkan strategi suatu spesies ikan dalam memijahkan telurnya. Kebiasaan makanan Kebiasaan makanan ikan adalah jenis makanan yang dimakan berdasarkan tingkat kesukaannya. Kebiasaan makanan ditentukan dengan menggunakan Indeks Bagian Terbesar mengikuti persamaan Natarajan & Jhingran (1961): I i = Vi x Oi (Vi x Oi) x 100 Keterangan: I i = Indeks bagian terbesar V i = Persentase volume satu kelompok makanan O i = Persentase frekuensi kejadian satu kelompok makanan Kesamaan pemanfaatan sumber daya pakan ikan Kesamaan pemanfaatan sumber daya pakan ikan dianalisis menggunakan metode similarity percentage. Pengelompokan disusun berdasarkan kemiripan sumber daya makanan yang dimanfaatkan oleh tiap spesies ikan yang disajikan dalam bentuk dendogram. Dendogram diolah menggunakan perangkat lunak MVSP (Multi Variate Statistical Package).