ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

Zona Alterasi Berdasarkan Data Bor Daerah Arinem, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR, WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DI YOGYAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

ALTERASI DAN MINERALISASI PADA BATUAN PORFIRI ANDESIT DAN PORFIRI GRANODIORIT DI DAERAH CIGABER DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III LANDASAN TEORI

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

TIPE ENDAPAN EPITERMAL DAERAH PROSPEK BAKAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

Saumi Rahmawati*, Hadi Nugroho*, Dian Agus Widiarso*, dan Okky Verdiansyah** (corresponding

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

ESTIMASI TEMPERATUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KEHADIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH CIURUG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH LEBAKPEUNDEUY KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SARI

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENGOLAHAN DATA

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

KETERDAPATAN BAHAN GALIAN GALENA DI DAERAH CIGEMBLONG, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DAERAH BANTAR KARET DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

DAFTAR PUSTAKA Browne, P.R.L, 1989, Corbett, G.J., Leach, T.M., 1997, Fisher, R.V. dan Schmincke, H.U., 1984

Lintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

Bateman (1956) dalam buku The Formation Mineral Deposits pengertian mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan

ALTERASI HIDROTERMAL PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH GUNUNG RINGGIT, PROVINSI SUMATERA SELATAN

KARAKTERISTIK ALTERASI BAWAH PERMUKAAN SUMUR RA WILAYAH KERJA PANASBUMI WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWAB BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAN TIPE MINERALISASI ENDAPAN EMAS-PERAK EPITHERMAL PADA DAERAH PINUSAN, KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR.

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

ZONA POTENSI MINERALISASI VEIN KUBANG CICAU, PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

GEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH BATU HIJAU, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten. (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI )

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

Studi Alterasi Hidrotermal dan Kimia Air Pada Sumur WW-2, WF-2,WA-3, dan WJ di Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Selatan, Pangalengan, Jawa Barat

KARAKTERISASI MINERALOGI PETUNJUK TERMPERATUR PADA SUMUR VN LAPANGAN WAYANG WINDU, PANGALENGAN, JAWA BARAT

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GEOLOGI DAN STUDI UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH SUMBERBOTO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI GANDA JAYA PERMANA NIM :

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

SKRIPSI DWI RACHMAWATI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

PETROLOGI DAN PETROGRAFI SATUAN BREKSI VULKANIK DAN SATUAN TUF KASAR PADA FORMASI JAMPANG, DAERAH CIMANGGU DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT

BAB III METODA PENELITIAN

INTERPRETASI ZONA STRUKTUR DAN ALTERASI BERDASARKAN GEOFISIKA IP DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT

STUDI PETROLOGI DAN PETROGRAFI PADA ALTERASI BUKIT BERJO, GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENELITIAN AWAL MENGENAI ALTERASI DI BUKIT BERJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M 500 M DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Trenggalek didominasi oleh morfologi positif dimana morfologi ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 :

Transkripsi:

ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU Ge Fitri Perdani 1), Mega Fatimah Rosana 2), Cecep Yandri Sunarie 2) 1) Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, 2) Laboratorium Petrologi dan Mineralogi Universitas Padjadjaran Email : gefitri.perdani@yahoo.com Phone : +62 81 320 551 361 ABSTRAK Daerah penelitian terletak di Daerah Saridi, Kabupaten Dompu. Luas daerah penelitian sebesar 2 x 1,5 km 2. Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi secara lokal serta mengetahui tipe alterasi yang berkembang di daerah penelitian. Geomorfologi daerah penelitian dibedakan menjadi tiga satuan yaitu : Satuan Kerucut Intrusi Porfiri Andesit, Satuan Perbukitan Vulkanik Curam - Agak Curam Tuf, Satuan Perbukitan Vulkanik Landai Tuf. Secara litostratigrafi Daerah Saridi memiliki dua satuan batuan dimulai dari yang tua yaitu : Satuan Tuf (Tmvt) dan Satuan Porfiri Andesit (Tmva). Struktur geologi Lapangan Saridi terdiri dari Sesar Mendatar menganan Saridi dan Sesar Mendatar menganan Nteko berdasarkan data primer di lapangan berupa kekar dan data sekunder berupa citra DEM. Hasil pengamatan dan pengambilan data yang dilakukan di lapangan, selanjutnya dilakukan analisis Analitical Spectral Devices (ASD), dan petrografi. Mineral ubahan yang telah teridentifikasi dikelompokan sesuai klasifikasi Leach (dalam Corbett dan Leach, 1996) berdasarkan ph dan temperatur mineral. Zona alterasi di Lapangan Saridi dibagi menjadi lima zona alterasi, yaitu : Zona Silika yang terdiri dari zona silika bagian barat dan bagian timur, Zona Silika Alunit Piropilit Dikit, Zona Kaolinit, Zona Ilit, dan Zona Klorit. Berdasarkan persebaran mineral ubahan yang bersifat asam, adanya kehadiran vuggy quartz, dan berada pada daerah vulkanik, maka tipe endapan pada Lapangan Saridi Nteko memiliki banyak kesamaan karakater dengan tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi. Kata kunci : Vulkanik, alterasi, sulfidasi tinggi PENDAHULUAN Lapangan Saridi dijadikan sebagai daerah penelitian karena memiliki batuan terubah berupa silika masif, silisifikasi, lempung, dan muncul struktur vuggy quartz pada batuan piroklastik. Selain itu muncul mineralisasi berupa pirit. Penelitian akan mengarah kepada kondisi seperti apa yang dapat menyebabkan batuan tersebut mengalami alterasi. METODA PENELITIAN Objek penelitian berupa sampel batuan yang telah mengalami alterasi. Sampel batuan diambil dengan melakukan pemetaan langsung di lapangan. Selain pemetaan, sampel batuan dianalisis secara megaskopis dengan cara mendeskripsikan karakteristik megaskopis dan ditambah data pendukung dengan melakukan uji Analitical Spectral Devices (ASD) agar diketahui jenis mineral ubahan yang terkandung dalam sampel batuan. Data diperkuat dengan analisis petrografi

menggunakan sayatan tipis sampel batuan dengan perbesaran 4 sampai 10 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN GEOLOGI Geologi Lapangan Saridi memiliki kondisi geomorfologi Satuan kerucut intrusi porfiri andesit, satuan perbukitan vulkanik curam - agak curam tuf, dan satuan perbukitan vulkanik landai tuf. Satuan batuan berdasarkan satuan litostratigrafi tidak resmi dimulai dari yang paling tua dibedakan menjadi Satuan Tuf (Tmvt) dan Satuan Porfiri Andesit (Tmva) (Gambar 1). Struktur geologi Lapangan Saridi terdiri dari Sesar Mendatar menganan Saridi dan Sesar Mendatar menganan Nteko berdasarkan data primer di lapangan berupa kekar dan data sekunder berupa citra DEM. ALTERASI Zona alterasi pada Lapangan Saridi dibagi berdasarkan mineral mineral alterasi yang muncul. Mineral mineral alterasi didapat dari deskripsi secara langsung di lapangan, hasil analisis menggunakan ASD, dan analisis petrografi. Mengacu kepada Corbett dan Leach, 1997, penentuan zona alterasi didasarkan pada kumpulan kumpulan mineral yang memiliki kemiripan karakter pada temperatur dan kondisi ph fluida hidrotermal. Berdasarkan data tersebut, Lapangan Saridi memiliki lima zona alterasi yaitu Zona Silika yang terdiri dari zona silika bagian barat dan bagian timur, Zona Silika Alunit Piropilit Dikit, Zona Kaolinit, Zona Ilit, dan Zona Klorit (Gambar 2). Zona Silika menempati bagian barat dan timur Lapangan Saridi. Secara megaskopis batuan yang telah teralterasi ini memiliki ciri kenampakan berwarna putih, abu, masif, umumnya bertekstur vuggy quartz dengan tingkat alterasi kuat sampai intens. analisis ASD menunjukkan sampel batuan didominasi oleh kandungan silika dalam bentuk kuarsa, hanya di beberapa tempat terdapat mineral mineral alterasi yang muncul berupa alunit, monmorilonit, dan kaolinit. Berdasarkan kandungan mineral yang didominasi oleh kuarsa maka menurut Leach (dalam Corbett dan Leach, 1997) zona silika ini memiliki kondisi temperatur pembentuknya berada pada suhu 100 o 350 o C, dan memiliki ph < 2, yang menandakan fluida memiliki sifat asam dan dibuktikan dengan kehadiran tekstur berupa vuggy quartz. Hasil analisis petrografi dengan perbesaran 40x menunjukkan litologi berupa tuf litik. Mineral sekunder yang berkembang berupa kuarsa, alunit, mineral, opak dan mineral oksida (Gambar 3). Zona Silika Alunit Piropilit Dikit menempati bagian timur Lapangan Saridi serta merubah satuan tuf dan porfiri andesit. Secara megaskopis alterasi ini umumnya berwarna putih, masif sampai agak keras, masa dasar berupa silika dengan tingkat alterasi sedang kuat. Hasil analisis ASD menunjukkan sampel batuan terdiri dari mineral mineral lempung yang memiliki ph dan temperatur tinggi berupa silika, alunit, piropilit, dikit, dan di beberapa tempat terdapat kaolinit. Berdasarkan himpunan mineral alterasi dominan berupa silika, alunit, piropilit, dan dikit pada zona ini maka menurut Leach (dalam Corbett dan Leach, 1997) termasuk ke dalam zona alterasi argilik lanjut dengan kondisi temperatur pembentuknya berada pada suhu 100 o sampai > 350 o C dilihat dari suhu keterbentukan alunit yaitu 100 0 sampai > 350 0 C dengan ph 2 sampai 4, dan piropilit maupun dikit dengan suhu

pemebentukan kisaran <200 0 C sampai 250 0 C, dengan ph 3 sampai 5, yang menandakan fluida memiliki sifat asam. Hasil analisis petrografi dengan perbesaran 40x didapatkan litologi berupa tuf litik. Mineral sekunder yang berkembang berupa kuarsa, mineral dan mineral opak (Gambar 3). Zona alterasi kaolinit mendominasi Lapangan Saridi yang tersebar luas dari bagian barat sampai timur. Zona ini merubah sebagian besar satuan porfiri andesit dan satuan tuf. Secara megaskopis alterasi ini umumnya berwarna abu kehijauan, pada porfiri andesit masih memperlihatkan tekstur porfiritik, masif dengan tingkat alterasi sedang, mengalami silisifikasi. Hasil analisis ASD dan analisis petrografi menunjukkan sampel batuan didominasi oleh mineral lempung berupa kaolinit. Menurut Leach (dalam Corbett dan Leach, 1997) mineral alterasi berupa kaolinit termasuk ke dalam zona alterasi argilik dengan kondisi temperatur pembentuk mineral kaolinit berada pada suhu 100 o sampai 250 o C dengan ph 4 sampai 5. Hasil analisis petrografi dengan perbesaran 40x didapatkan litologi berupa porfiri andesit. Mineral sekunder yang berkembang berupa kuarsa kaolinit, dan klorit (Gambar 3). Zona alterasi ilit menempati bagian utara Lapangan Saridi serta merubah satuan batuan tuf. Secara megaskopis alterasi ini umumnya berwarna abu kehijauan, masif dengan tingkat alterasi sedang, terlihat mineral klorit dan setempat terdapat sulfida berupa pirit menyebar. Hasil analisis ASD menunjukkan sampel batuan terdiri dari muskovit. Selain kehadiran muskovit dari hasil ASD, setempat terdapat kaolinit. Kehadiran muskovit hadir dalam bentuk ilit. Hasil analisis petrografi dengan perbesaran 40x didapatkan litologi berupa tuf kristal. Mineral sekunder yang berkembang berupa kuarsa, ilit, dan klorit. Menurut Leach (dalam Corbett dan Leach, 1997) kehadiran mineral alterasi berupa ilit, dan klorit termasuk kedalam zona alterasi sub - propilitik dengan kondisi temperatur pembentuk mineral mineral tersebut berada pada kisaran 250 0 200 0 C dengan ph kisaran 6 sampai 7. Zona alterasi klorit menempati bagian utara Lapangan Saridi serta merubah sebagian besar satuan batuan tuf dan sedikit satuan porfiri andesit. Secara megaskopis alterasi ini umumnya berwarna abu kehijauan yang diakibakan oleh kehadiran mineral klorit Memiliki tingkat alterasi sedang, setempat terlihat mineral sulfida berupa pirit menyebar. Hasil analisis ASD menunjukkan sampel batuan terdiri kaolinit. Setempat terdapat dikit, monmorilonit, kaolinit. Klorit dan Karbonat terlihat pada kenampakan mikroskopis hasil analisis petrografi. Menurut Leach (dalam Corbett dan Leach, 1997) kehadiran mineral alterasi berupa klorit, dan karbonat termasuk kedalam zona alterasi propilitik dengan kondisi temperatur pembentuk mineral mineral tersebut berada pada kisaran 250 0 350 0 C dengan ph kisaran 6 sampai 7. Kemunculan vuggy quartz yang dilingkupi ke arah luar oleh mineral mineral alterasi berupa kuarsa alunit piropilit dikit, kuarsa kaolinit, ilit, klorit, menandakan adanya penurunan suhu maupun tingkat keasaman ke arah luar dari daerah vuggy quartz. Kehadiran kondisi tersebut menggambarkan daerah dengan kandungan mineral mineral alterasi bersifat asam dan bersuhu tinggi letaknya berdekatan dengan sumber fluida yang berasal dari cairan magma. Netralisasi dari larutan asam sebagai reaksi dengan batuan samping menghasilkan urutan zona alterasi. Urutan zona alterasi

diluar dari saluran hidrothermal pada Lapangan Saridi Nteko mengindikasikan penurunan keasaman. Kehadiran alunite, pyrophylite, dickite, kaolinite, smectite, illite, dan chlorite ke arah luar zona vuggy silica memperlihatkan kondisi netralisasi. KESIMPULAN kondisi geologi Lapangan Saridi ditinjau dari beberapa aspek seperti aspek geomorfologi memiliki tiga satuan geomorfologi yaitu satuan kerucut intrusi porfiri andesit, satuan perbukitan vulkanik curam agak curam tuf, dan satuan perbukitan vulkanik landai tuf. Stratigrafi Lapangan Saridi dibagi menjadi dua satuan batuan dengan urutan dari yang paling tua yaitu satuan tuf (Tmvt) yang diintrusi oleh satuan porfiri andesit (Tmva). Kedua satuan tersebut terbentuk pada kala Miosen. Struktur yang berkembang pada daerah penelitian didapat dari data primer yaitu data kekar dan data sekunder yaitu DEM, maka struktur yang ada di Lapangan Saridi Nteko adalah sesar mendatar menganan Saridi, dan sesar mendatar menganan Nteko. Pembagian Zona alterasi pada Lapangan Saridi Nteko didasari pada kondisi ph dan temperatur yang mengacu pada klasifikasi Corbett dan Leach, 1997 dibagi menjadi lima zona yaitu zona silika, zona silika alunit piropilit dikit, zona kaolinit, zona ilit, dan zona klorit. Zona silika dibagi menjadi dua bagian yaitu barat dan timur karena memiliki perbedaan karakteristik. Daerah penelitian termasuk ke dalam tipe mineralisasi epitermal sulfidasi tinggi. Hal tersebut dicirikan oleh kehadiran tekstur vuggy quartz, ditemui mineral mineral asam dengan suhu tinggi yaitu alunit, dikit, piropilit, kaolinit, dan host rock berupa batuan vulkanik yaitu porfiri andesit dan tuf. DAFTAR PUSTAKA Corbett, G.J., Leach, T.M., 1997, Southwest Pacific Rim Gold- Copper Systems: Structure, Alteration and Mineralisation, Society of Economic Geologist, USA. Darman, Herman., dan Sidi, F. Hasan., 2000, An otline of : The Geology of Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta, Indonesia. Frost, Ronald; Frost Carol. 2014. Essential of Igneous and Metamorphic Petrology. Cambridge University Press. Cambridge Gifkins, Cathryn., Herrmann, Walter., dan Large, Ross., 2005, Altered Volcanic Rocks : A Guide to Description and Interpretatio, Australia. Graha, Doddy Setia., 1987, Batuan dan Mineral, Nova, Bandung. Hedenquist, Jeferey W., Arribas, R. Antonio., Urien, Gonzales Eliseo., 2000, Exploration for Epithermal Gold Deposits, SEG Reviews, Vol 13, 2000, p. 245 277. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung. Lawles, J.V., White, P. I., Bogie, I., Cartwright, A.J., 1999, Finding Mineralisation is Easy Why is it so Hard to Find A Mine?, Short course PacRim 99 Congress, Bali.

Pariana, Gina., 2015, Analitical Spectral Devices (ASD) Examples of Spectral Data Interpretation, PT Vale. Pariana, Gina., 2012, Standard Operation Procedure Coreshed Data Handling (Geological Data) PT Sumbawa Timur Mining. Sillitoe, Richard H., 1999, Styles of High Sulphidation Gold, Silver and Copper Mineralisation on Porphyry and Epithermal Environments, 27 West Hill Park, Highgate Village, London N6 6ND, England. West Hill Park, Highgate Village, London N6 6ND, Englan Hedenquist, Jeferey W., 2011, Lithocaps and high-sulfidation epithermal deposits, Sociedad Geológica de Chile Van Zuidam, RA., 1985. Aerial Photo Interpretation in Terrain analysis and Geomorphologic Mapping. Smits Publishers The Hague Netherland, 442h. Sillitoe, Richard H., Hedenquist, Jefferey W., 2003, Linkages between Volcanotectonic Setting, Ore Fluid Compositions, and Epithermal Precious Metal Deposit, Society of Economic Geologists. Suratno, N., 1995, Peta Geologi dan Potensi Bahan Galian Nusa Tenggara Barat Lembar Dompu dan Bima, Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Propinsi Nusa Tenggara Barat. White, Noel C., 1991, High Sulphidation Epithermal Gold Deposits: Characteristics and a Model for Their Origi, Geological Survey of Japan Report, No, 277, 1991, p. 9 20 Sillitoe, R.H., 1999, Styles of High- Sulphidation Gold, Silver and Copper Mineralisation in Porphyry and Epithermal Environments, 27

Gambar 1. Peta Geologi Gambar 2. Peta Zona Alterasi

Zona Silika Zona Silika-Alunit-Piropilit-Dikit Zona -Kaolinit Zona -Ilit Zona -Klorit Gambar 3. Profil petrografi