TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Pasar sebagai Pakan Ruminansia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. bahan organik adalah sampah-sampah hasil pertanian seperti sayuran, buahbuahan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

Transkripsi:

3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1994). Komponen tubuh secara keseluruhan mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mengalami kedewasaan. Bagian-bagian dan komponen tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi kimia komponenkomponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994). Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1991). Pada ternak domba pertumbuhannya pada mulanya lambat, kemudian berubah menjadi lebih cepat. Tetapi pertumbuhan itu akan kembali lambat sewaktu hewan itu mendekati kedewasaannya. Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai semenjak ia

4 dilahirkan sampai berumur 3-4 bulan, selama inilah merupakan saat yang ekonomis di dalam pemeliharaan domba. Pertumbuhan selanjutnya diperlukan lebih banyak makanan karena pertumbuhannya memang telah lambat (Sumoprastowo, 1993). Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi bahan kering (Davendra, 1997). Pakan Ternak Domba Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pakan sangat esensial bagi ternak domba karena pakan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara normal. Pada batasan minimal, pakan bagi ternak domba berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi sehingga mampu melaksanakan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1993). Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba BB (Kg) BK Energi Protein (Kg) %BB ME (Mcal) TDN (Kg) Total (g) DD Ca (g) P (g) 5 0,14 2,8 0,60 0,61 51 41 1,91 1,4 10 0,25 2,5 1,01 1,28 81 68 2,30 1,6 15 0,36 2,4 1,37 0,38 115 92 2,80 1,9 20 0,51 2,6 1,80 0,50 150 120 3,40 2,3 25 0,62 2,5 1,91 0,53 160 128 4,10 2,8 30 0,81 2,7 2,44 0,67 204 163 4,80 2,3 Sumber: NRC (1995) dalam Skripsi Putri (2014). Rumput kolonjono memiliki kandungan nutrien sebagai berikut : bahan kering 91,60%, bahan organik 88,57%, protein kasar 6,82%, serat kasar 31,24%, lemak kasar

5 1,63%, abu 16,13%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,19%, kalsium 0,35% dan phosphor 0,87% (Harfiah, 2007). Domba memerlukan lebih banyak pakan daripada sapi jika dibandingkan dengan bobot badan, hal ini berhubungan dengan beberapa faktor yaitu bahwa hewan kecil pada umumnya mempunyai proses pencernaan yang berjalan lebih cepat dan rapi daripada hewan yang jauh lebih besar. Pakan ternak ruminansia terutama domba adalah rumput dan hijauan lain yang umumnya berkadar serat kasar tinggi. Kebutuhan nutrien untuk hidup pokok pada domba dengan bobot badan 30 kg adalah TDN 65%, DE 2,9 Mcal/kg, ME 2,4 Mcal/kg, PK 13,5%, Ca 0,5 g/ekor/hari dan P 0,22 g/ekor/hari (Umbara, 2009). Domba mampu mengkonsumsi bahan kering (BK) pakan sebanyak 2,5-4 persen dari bobot badan per hari, konsentrat dapat diberikan dua persen dan sisanya adalah hijauan atau pakan yang berserat tinggi (NRC, 1985). Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban dan nisbi udara) serta bobot badannya. Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997) Limbah Sayuran Menurut Hadiwiyoto (1993), sampah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah sampah-sampah hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan dan daundaunan serta dari hasil perikanan dan peternakan. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran yang sudah tidak dapat digunakan. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah semangka, melon, pepaya, jeruk, nenas dan lain-lain sedangkan limbah sayuran terdiri

6 dari limbah daun bawang, seledri, sawi hijau, sawi putih, kol, limbah kecambah kacang hijau, klobot jagung, daun kembang kol dan masih banyak lagi limbah-limbah sayur lainnya. Namun yang lebih berpeluang digunakan sebagai bahan pengganti hijauan untuk pakan ternak adalah limbah sayuran karena selain ketersediaannya yang melimpah, limbah sayuran juga memiliki kadar air yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan limbah buah-buahan sehingga jika limbah sayuran dipergunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak maka bahan pakan tersebut akan relatif tahan lama atau tidak mudah busuk. Limbah sayuran di pasar umumnya terdiri dari sisa sayur-mayur yang tidak terjual dan potongan sayur yang tidak bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia. Limbah sayuran mempunyai kandungan gizi rendah, ditunjukkan dari kandungan serat kasar yang tinggi dengan kandungan air yang tinggi pula, walaupun dalam basis kering kandungan protein kasar sayuran cukup tinggi, yaitu berkisar antara 15% sampai 24%. Limbah sayuran akan bernilai guna jika dimanfaatkan sebagai pakan melalui pengolahan. Hal tersebut karena pemanfaatan limbah sayuran sebagai bahan pakan dalam ransum harus bebas dari efek anti nutrisi, terlebih racun yang dapat menghambat pertumbuhan ternak yang bersangkutan. Limbah sayuran mengandung anti nutrisi berupa alkaloid dan rentan oleh pembusukan sehingga perlu dilakukan pengolahan ke dalam bentuk lain agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam susunan ransum ternak (Rusmana, 2007). Bila sampah organik langsung dikomposkan maka produk yang diperoleh hanya pupuk organik. Namun bila diolah menjadi pakan, sampah tersebut dapat menghasilkan daging pada ternak dan pupuk organik dari kotoran ternak. Dengan demikian nilai tambah yang diperoleh akan lebih tinggi sekaligus dapat menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan dan mengatasi kekurangan pakan ternak. Membuat pakan dari sampah antara

7 lain dapat dimulai dari pemisahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan, pencampuran dan pembuatan pelet (Bestari et al., 2011). Jenis limbah sawi yang banyak di pasaran yaitu limbah sawi hijau/caisim dan sawi putih. Sawi memiliki kadar air yang cukup tinggi, mencapai lebih dari 95%, sehingga umumnya sawi cenderung lebih mudah untuk diolah menjadi asinan. Jika akan diolah, terlebih dahulu sawi harus dilayukan/dijemur atau dikering-anginkan untuk mengurangi kadar airnya. Nilai energi dan protein kedua jenis sawi ini setelah ditepungkan hampir sama, berada pada kisaran 3200-3400 Kcal/kg dan 25-32 g/100 g. Kol juga termasuk sayuran dengan kadar air tinggi (>90%) sehingga mudah mengalami pembusukan/kerusakan. Daun kembang kol merupakan bagian sayuran yang umumnya tidak dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia. Meski demikian, hasil analisa menunjukkan bahwa tepung daun kembang kol mempunyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu 25,18 g/100 g dan kandungan energi metabolis sebesar 3523 Kcal/kg (Saenab dan Retnani, 2011). Tabel 2. Kandungan nutrisi beberapa limbah sayuran Kandungan Nutrisi (%) Nama Bahan Serat Air Abu Protein Lemak Kasar Karbohidrat Daun Wortel a 86,22 2,66 3,61 0,23 1,38 5,90 Daun Kol a 93,64 0,29 1,26 1,26 1,73 1,65 Buncis b 90,96 0,59 2,26 0,22 2,34 - Kol b 83,61 1,76 3,03 0,48 3,75 - Sawi b 93,82 1,30 1,42 0,15 1,03 - Klobot Jagung c - 2,80 5,33 0,61 48,19 - Sumber : a Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado (2014). b Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015). c Syananta (2009).

8 Pengolahan limbah sayuran untuk pakan alternatif ternak berpotensi untuk membantu menekan biaya pakan ternak yang umumnya dapat mencapai 70% dari seluruh biaya usaha tani ternak, serta untuk membantu dalam penyediaan bahan pakan ternak dengan jumlah kebutuhan pakan ternak kambing atau domba per hari per ekor mencapai 4% dari bobot badan, sehingga untuk satu ekor kambing dan domba dengan bobot badan 20-30 kg membutuhkan 0,8-1 kg pakan (Saenab dan Retnani, 2011). Tabel 3. Kandungan nutrisi limbah sayuran (kol, sawi dan klobot jagung) sebelum dan sesudah fermentasi dengan Effective Microorganism 4 (EM4) Zat Nutrisi Sebelum Kandungan Nutrisi (%) Sesudah Kadar Air 5,60 6,51 Bahan Kering 94,40 93,49 Lemak Kasar 1,65 1,41 Protein Kasar 4,18 8,43 Serat Kasar 16,49 10,12 Abu 21,78 21,80 Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan USU (2016) Fermentasi Fermentasi secara sederhana didefinisikan sebagai salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba (kapang, bakteri atau ragi), baik yang ditambahkan dari luar ataupun secara spontan sudah terdapat dalam bahan bakunya. Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dari senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein dan bahan organik lainnya) baik dalam keadaan ada udara (aerob) maupun tanpa udara (anaerob) melalui kerja enzim yang berasal dari mikroba yang dihasilkan (Tjitjah, 1997). Limbah sayuran memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan, antara lain mempunyai kadar air tinggi (91,56%) yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun. Oleh karena itu, limbah sayur yang tidak bisa diberikan langsung kepada ternak perlu diolah terlebih dahulu untuk mempertahankan

9 kualitasnya. Pengolahan dengan cara fermentasi telah mampu mengawetkan dan mempertahankan kualitas sampah organik sebagai bahan pakan. Fermentasi menggunakan starter Lactobacillus bulgaricus dengan aditif dedak dan lama fermentasi satu minggu menghasilkan produk sampah organik fermentasi dengan kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan produksi VFA yang sama dengan rumput, serta produksi NH 3 yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput (Muktiani et al., 2006). Selama proses fermentasi, terjadi bermacam-macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, ph, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkannya enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Sembiring et al., 2006). Proses Fermentasi Fermentasi adalah proses perubahan kimiawi yang terjadi pada suatu bahan sebagai akibat (hasil) dari aktivitas suatu enzim yang menghasilkan CO 2 dan alkohol dari gula dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut (Winarno, 1980). Perubahan sifat pada bahan fermentasi dapat terjadi sebagai akibat pemecahan kandungan bahan-bahan pangan tersebut. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi umumnya dari jenis kapang, khamir, dan bakteri (Winarno dan Fardiaz, 1990). Fermentasi terbagi dua tipe berdasarkan tipe kebutuhan akan oksigen yaitu tipe aerobik dan anaerobik. Tipe aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan

10 oksigen. Sedangkan tipe anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya membutuhkan keadaan tanpa oksigen (Afrianti, 2008). Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahanperubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1980). Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi daripada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1980). Penambahan bahan-bahan yang mengandung nutrient tertentu kedalam media fermentasi dapat menyokong dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai sumber nitrogen pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang ditambahkan kedalam medium fermentasi akan diuraikan oleh enzim urease menjadi ammonia dan karbondioksida selanjutnya ammonia digunakan untuk pembentukan asam amino (Fardiaz, 1989). Perbedaan kadar air dalam proses fermentasi memiliki pengaruh yang signifikan. Raimbault (1998), menyatakan bahwa kadar air media dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang dihasilkan, karena air merupakan media untuk transport sekaligus sebagai pereaksi pada proses metabolisme mikroorganisme tersebut. Kadar air media yang terlalu rendah akan memperpanjang fase laju mikroorganisme sehingga pertumbuhan menjadi lebih lambat. Walaupun tergantung pada jenis mikroorganisme dan

11 substrat yang digunakan, poses fermentasi umumnya dilakukan pada media yang mengandung air 30 85%. Tabel 4. Rataan perubahan jumlah serat kasar sebelum dan sesudah fermentasi campuran limbah organik pasar dan tepung daun murbei Perlakuan Sebelum Fermentasi Setelah Fermentasi Selisih Serat Kasar (%) (g) (%) (g) (%) (g) P 0 25,65 18,14 18,14 16,38 7,51 7,62 P 1 25,07 23,87 18,35 16,57 6,72 7,29 P 2 23,28 22,70 17,14 15,90 6,14 6,80 P 3 24,63 23,96 17,15 15,95 7,49 8,02 Sumber: Salido (2012) Analisis ragam menunjukkan bahwa campuran limbah sayuran dan tepung daun murbei (Morus alba) sebelum dan sesudah fermentasi tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) terhadap kandungan serat kasar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang ditimbulkan dengan penambahan tepung daun murbei dengan imbangan yang berbeda pada setiap perlakuan. Oleh sebab itu berapapun penambahan tepung daun murbei pada proses fermentasi, tidak berpengaruh terhadap pengurangan jumlah serat kasar sebelum dan sesudah fermentasi. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan akan lebih banyak jika aliran atau lewatnya pakan cepat, ukuran partikel yang kecil meningkatkan konsumsi pakan daripada ukuran partikel yang besar dan konsumsi pakan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah Pakan berkualitas tinggi akan menyebabkan konsumsi pakan relatif lebih besar dibandingkan pakan yang berkualitas rendah (Arora, 1989). Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sakitt, walaupun gejala penyakitnya belum jelas, nafsu

12 makannya turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air meningkat. Akibatnya, otot-otot daging lambat membesar dan daya tahan tubuhpun menurun (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa varibel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan makna palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan palatabilitas) (Rasyaf, 1992). Jumlah konsumsi pakan dipengaruhi beberapa faktor antara lain palatabilitas, kecernaan pakan, laju alir pakan, dan status protein (Church,1988). jumlah konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan bobot potong yang sama, selain bobot potong ternyata bobot tubuh kosong juga berpengaruh sehingga kebutuhan ternak akan terpenuhi secara sama (Andiwinarti et al.,1999). Konversi Pakan Konversi merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang diterima oleh peternak. Konversi ransum sangat penting artinya sebab berkaitan dengan biaya produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya produksi (Rasyaf, 1992). Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

13 Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost diperoleh dengan mengitung selisih usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990 disitasi Mellisa 2010). Pendapatan usaha adalah perkalian antara hasil produksi peternakan (dalam kg hidup), sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya ransum yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram ternak hidup tersebut. Apabila berkaitan dengan pegangan produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin efisien ternak mengubah makanan menjadi daging semakin baik pula IOFC-nya (Rasyaf, 2004).