BAB II TINJUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Informasi penyakit ISPA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan


KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akut dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MEROKOK DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) PADA BALITA

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB II LANDASAN TEORI

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB III ANALISIS SISTEM

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

Transkripsi:

6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007). ISPA merupakan penyakit yang banyak menyerang anak dikarenakan sistem pertahanan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terpapar penyakit termasuk penyakit infeksi saluran pernapasan akut (Kemenkes, 2012). Nurijal dalam Kusumawati (2010), menyatakan bahwa ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung kurang dari 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. b. Faktor Penyebab Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya (Mennegethi, 2009). Penyakit ISPA 90-95% paling banyak disebabkan oleh virus. Pada anak usia bawah lima tahun (Balita) penyakit ISPA yang terjadi paling banyak disebabkan oleh virus Haemofillus aureus, Staphylococcus aureus, Adenovirus, Streptococcus aureus dan lain-lain (Kemenkes, 2010).

7 WHO (2007) menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadinya ISPA bervariasi. Adapun beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan, musim, temperatur). b. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi). c. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi bersamaan yang disebabkan oleh patogen lain, dan karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi, dan jumlah mikroba. ISPA disebabkan oleh beberapa golongan kuman seperti bakteri, virus, riketsia yang jumlahnya lebih dari 300 macam. Bakteri yang paling sering menyebabkan ISPA adalah genus Streptokokus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemofillus, Bordetella, dan Corynebacterium, Klebsiella Pneumonia. Virus yang menyebabkan ISPA paling sering adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Mycoplasma, Herpesvirus dan lain-lain Alsagaff (2010). Faktor risiko yang dapat memudahkan penularan ISPA diantaranya kuman (virus dan bakteri) yang mudah berkembang biak dalam rumah yang keadaan lembab, pencahayaan kurang, ventilasi yang tidak memenuhi standar dan polusi udara baik dari asap pembakaran memasak maupun asap rokok. Selain itu orang yang terkena ISPA akan mudah menularkan kuman kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung lewat udara pada saat bersin atau batuk tanpa menutup mulut dan hidung. Kuman penyebab ISPA mudah sekali menular ke orang lain terutama pada rumah yang anggota keluarganya banyak dan tinggal dalam satu rumah yang ukuran kecil juga bisa menjadi faktor predisposisi penularan ISPA (Said, 2010).

8 c. Patofisiologi ISPA disebabkan oleh bakteri maupun virus yang ada di udara kemudian masuk ke dalam tubuh dengan droplet dari orang yang terinfeksi ISPA kemudian menempel pada saluran pernafasan, sehingga tubuh akan berusaha mengeluarkan mikroorganisme ini dengan dorongan silia menuju keluar tubuh dan muncullah reflek batuk kering. Namun jika sistem pertahanan ini gagal maka mikroorganisme dapat menginfeksi tubuh (Alsagaff, 2010). Patogen yang masuk dalam saluran pernapasan akan membuat tubuh melakukan pertahanan dengan cara menggerakkan mukosilia, spasme otot laring dan pengaktifan makrofag terhadap reaksi antigen dari patogen, dan reaksi imun lainnya. Apabila reaksi pertahanan tubuh ini gagal, maka akan terjadi inflamasi pada saluran pernapasan, salah satu manifestasi yang terjadi seperti batuk, pengeluaran mukus, dan manifestasi klinis lainnya (Behrman, 2014). d. Klasifikasi Klasifikasi ISPA ada dua berdasarkan lokasinya yaitu infeksi saluran pernapasan akut atas dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah. Wantania (2010) membagi jenis infeksi saluran pernapasan akut tersebut sebagai berikut : 1. ISPA Bagian Atas Adalah infeksi yang terjadi terutama di saluran pernapasan atas dari laring. Penyakit yang terjadi diantaranya nasofaringitis akut, faringitis akut, tonsilitis akut, tonsilofaringitis akut, rhinitis. 2. ISPA Bagian Bawah Adalah infeksi yang terjadi dan menyerang struktur saluran pernapasan bawah mulai dari laring hingga alveoli. Penyakit yang terjadi diantaranya adalah laringitis, asma bronkial, bronkitis akut, pneumonia, tuberkulosis.

9 KemenKes RI (2012) dan Kartasmita (2010) mengklasifikasi ISPA menjadi ringan, sedang, berat dan berdasarkan kelompok usia dijelaskan sebagai berikut : a. Anak usia 2 bulan sampai 5 tahun : 1. Ringan (bukan pneumonia) Gejala berupa tidak ada tarikan dinding dada, napas cepat untuk usia 2 bulan sampai 12 bulan <50 kali per menit, sedangkan usia 1 tahun sampai 5 tahun <40 kali per menit. Batuk, serak, pilek, demam, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair. 2. Sedang (pneumonia sedang) Gejala tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, Batuk dan napas cepat untuk usia 2 bulan sampai 12 bulan <50 kali per menit, sedangkan usia 1 tahun sampai 5 tahun 40 kali per menit, demam (suhu lebih dari 390C), warna kemerahan di tenggorokan. 3. Berat (pneumonia berat) Gejala berupa stridor, kejang, tidak dapat minum, kesadaran menurun, tarikan dinding dada ke dalam, bibir atau kulit membiru, nadi cepat (lebih dari 60 kali per menit) atau tidak teraba, warna kemerahan pada tenggorokan. b. Anak usia kurang dari 2 bulan : 1. Bukan pneumonia Gejala napas tidak cepat (<60 kali permenit), tidak ada tarikan dinding dada. 2. Pneumonia berat Gejala napas cepat (>60 kali per menit), tarikan dinding dada saat bernapas, sedikit minum, kejang, stridor, wheezing,demam, sedikit minum. e. Manifestasi Klinis Gejala klinis ISPA berupa rasa panas, kering, gatal di hidung, dan rasa tersumbat pada hidung dan disertai sekret atau ingus encer selain itu diikuti bersin terus menerus, demam, nyeri kepala, permukaan mukosa hidung

10 tampak merah dan membengkak. Batuk disebabkan oleh iritasi partikulat yang menyebabkan terjadi rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernapasan sehinggan timbul sekresi berlebihan dalam saluran pernapasan (Wong, 2009). Tanda dan gejala berdasarkan jenis penyakitnya ISPA sebagai berikut : 1. Influenza (common cold) Gejala yang sering muncul biasanya seperti pilek, batuk, demam, sakit kepala, lemah serta kehilangan nafsu makan, hidung berair dan sering bersin serta keluar sekret dari hidung. Biasanya penularan virus melalui udara pada saat seseorang yang menderita penyakit tersebut berbicara, batuk maupun bersin (Wantania, 2010). 2. Faringitis dan tonsilofaringitis Radang pada faring dan biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut juga tonsilofaringitis, gejala bianyanya nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga karena nyeri alih (referred pain) melalui nervus glosofaringeus. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar mandibula membengkak dan nyeri tekan (Soepardi et al., 2007). 3. Laringitis Gejala yang sering timbul adalah suara menjadi serak, rasa gatal dan kering di tenggorokan, nyeri tenggorokan. demam, pilek, nyeri menelan, suara serak, sesak nafas (Wantania, 2010). 4. Tonsilitis Gejala dan tanda berupa nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, lesu, nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan nyeri di telinga (otalgia). Tonsil tampak bengkak dan hiperemis, terdapat detritus dan berbentuk folikel, lakuna atau tertutup membran semu, dan nyeri tekan pada saat pemeriksaan (Soepardi et al., 2007).

11 5. Pneumonia Tanda dan gejala penyakit ini biasanya didahului infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari, terjadi peningkatan suhu tubuh (39-400C) kadang disetai kejang akibat demam yang tinggi, gelisah, sesak napas, pernapasan cepat dan dangkal disertai napas cuping hidung dan sianosis sekitar mutlut dan hidung, kadang disertai muntah dan diare, batuk biasanya tidak ditemukan diawal penyakit akan tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif (Wantania, 2010). 6. Bronkitis Peradangan yang biasanya terjadi pada saluran bronkial paru-paru, peradangan tersebut dapat menebal atau membengkak sehingga menyebabkan gejala seperti batuk disertai dahak, sesak napas, produksi mukus yang berlebihan sehingga menimbulkan batuk kurang lebih selama 3 bulan dalam kurun waktu satu tahun (Wantania, 2010). 2.1.2. Kebiasaan Merokok a. Definisi Merokok adalah suatu perbuatan dimana seseorang menghisap rokok (tembakau), bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui secara luas. Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan suatu ketergantungan seseorang pada rokok seperti ketergantungan pada obat tertentu. Rokok selain berpengaruh buruk bagi orang perokok itu sendiri juga memiliki risiko yang lebih besar bagi orang lain yang menghirup asap rokok di sekitarnya untuk menderita sakit akibat rokok. Seorang yang bukan perokok dan ikut mengkonsumsi asap rokok beserta zat lainnya yang terkandung didalamnya disebut perokok pasif (Aditama, 2009). Bahaya rokok tidak hanya berisiko bagi kesehatan perokok, tetapi juga orang disekitar perokok. Penelitian lain menunjukkan bahwa paparan asap rokok pada lingkungan menempatkan orang dewasa dan anak-anak pada risiko kematian dini yang tinggi, penyakit yang beragam, dan efek samping lain yang berat, seperti mengurangi

12 perkembangan fungsi paru-paru pada anak. Survei WHO pada tahun 1999 dan 2005, menemukan bahwa sekitar 44% pemuda terpapar asap tembakau dirumah dan 47% memiliki setidaknya 1 orang tua yang merokok (Wipfli, 2008). b. Kandungan Zat Dalam Rokok The Scottish Health Education Group (2006), menyatakan bahwa komponen zat yang terdapat dalam rokok diantaranya nikotin yang terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Satusatunya sumber nikotin adalah tembakau. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan merokok. Berat rata-rata rokok kretek adalah 1,14 gr/batang dengan komposisi 60% tembakau dan 40% cengkeh. Berat ratarata rokok putih adalah 1 gr/batang dengan komposisi seluruhnya tembakau. Aditama (2011), juga mengemukakan bahwa Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lain yang dibakar.selain itu gas CO bersifat toksik karena mengganggu ikatan antara oksigen dengan hemoglobin. Komponen yang terkandung dalam rokok seperti pada gambar berikut Gambar 1. Komponen Zat Yang Terdapat Dalam Rokok (Aditama, 2011) Kandungan kadar CO di dalam rokok kretek lebih rendah daripada kandungan CO di dalam rokok putih. Timah hitam (Pb) merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan

13 mengandung 0,5 mikrogram Pb. Batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari. Eugenol hanya dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai dalam rokok putih. Eugenol serupa halnya dengan nikotin, yakni terdapat dalam tembakau yang dibakar maupun tidak dibakar (Aditama, 2011). Merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok dapat menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan. Oleh sebab itu berhenti merokok banyak manfaatnya diantaranya dapat menurunkan resiko penyakit dan kematian yang disebabkan oleh rokok. Penyakit-penyakit yang dapat dterjadi akibat merokok adalah kanker serviks, pankreas, ginjal, lambung, katarak, pneumonia, penyakit gusi, kanker paru dan gangguan pernapasan lainnya (WHO, 2008). 2.1.3. BALITA a. Definisi Anak yang telah menginjak usia satu tahun atau anak usia bawah lima tahun disebut Balita. Pada umumnya saat Balita, anak masih bergantung penuh kepada orang tua dan keluarga untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, dan buang air (Sutomo&Anggraeni, 2010; Muaris, 2006). Perkembangan lain Balita seperti bicara dan berjalan akan bertambah baik seiring pertambahan usia Balita tersebut. Masa Balita merupakan masa paling baik bagi proses tumbuh kembang manusia, karena proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat, dan sering disebut sebagai golden age atau masa keemasan. Asupan nutrisi sangat diperhatikan karena pada usia tersebut kebutuhan gizi sangat diperlukan agar pertumbuhan dapat berlangsung dengan lebih baik (Sutomo&Anggraeni, 2010). Wantania (2010), menyatakan bahwa usia Balita juga rentan terhadap berbagai penyakit, dimana pada saat masa tersebut sistem kekebalan tubuh anak belum terlalu kuat dan efektif untuk menangkal berbagai patogen yang

14 masuk ke dalam tubuh. Akibat sistem imun tubuh belum berfungsi secara sempurna sehingga dapat menjadi salah satu faktor mudahnya anak dan Balita mengalami berbagai penyakit. oleh sebab itu pada usia tersebut orang tua dituntut untuk lebih mengawasi dan memperhatikan kesehatan anakanaknya.

15 2.2. Kerangka Teori 15 Gambar 2. Kerangka Teori

16 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kebiasaan merokok orang tua Balita Kejadian ISPA pada Balita - Asap non rokok (asap dari pembakaran memasak) - Anggota keluarga ISPA Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan variabel Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 2.4. Hipotesis Terdapat hubungan antara kebiasaan orang tua yang merokok dalam rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik I Kabupaten Sleman.