BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern. memberikan definisi sebagai berikut : Pengendalian intern (internal control)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL DAN MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN I.1

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

PENGENDALIAN INTERN 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

Sistem Pengendalian Internal Kas Pada PT. Pos Indonesia (Persero)

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. B. Pengertian dan Pemahaman Umum Mengenai Non Government. Apa sebenarnya NGO itu? NGO merupakan singkatan dari Non Government

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL NAMA :ADRINUS NOLA PALI NIM : PRODI :SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Internal Control Pundu Learning Center, 28 September 2017

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American. Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Munawaroh STKIP PGRI Jombang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas manajemen di perusahaan. Tujuan pengendalian intern adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MANAJEMEN PERKREDITAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SIKLUS PENDAPATAN PT HARI PURNAMA PERKASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT

Kuesioner Variabel Independen (Variabel X) (Peranan Analisis Kredit)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Sistem Pengendalian Intern II.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Dasaratha V. Rama dan Frederick L. Jones dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi yang diterjemahkan oleh Slamet, M. (2009) memberikan definisi sebagai berikut : Pengendalian intern (internal control) mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kerugian atau korupsi, dan untuk memelihara keakuratan data keuangan. Menurut Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission (COSO) yang dikutip oleh William, C.Boynton, Raymond N. J, Walter G alih bahasa oleh Paul A. (2003) mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut : Pengendalian intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Menurut Mulyadi (2010) yaitu : Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sementara itu, James M. Reeve, Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac dalam bukunya Principles Of Accounting memberikan definisi sebagai berikut : Internal control is broadly defined as the procedures and processes used by a company to safeguard its assets, process information accurately, and ensure compliance with laws and regulations. (2008: 348) Dari keempat definisi pengendalian intern tesebut, terdapat beberapa konsep dasar sistem pengendalian intern sebagai berikut : 1. Pengendalian intern merupakan suatu kebijakan, prosedur dan proses yang harus dilaksanakan oleh setiap orang dalam suatu entitas 2. Pengendalian intern digunakan untuk melindungi aset perusahaan, menjaga akurasi dan keandalan laporan keuangan perusahaan serta mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajemen dan hukum yan berlaku 3. Pengendalian intern dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi dewan direksi dan manajemen. Pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak karena adanya keterbatasan bawaan.

II.1.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu data yang tepat dan dapat dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan dan meningkatkan efektivitas dari seluruh anggota perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan pengendalian internal sesuai dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/22/DPNP tanggal 29 September 2003 adalah : 1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku Tujuan ini menjamin bahwa semua kegiatan usaha Bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, otoritas pengawasan Bank maupun kebijakan, ketentuan, dan prosedur intern yang ditetapkan oleh Bank. 2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat waktu Tujuan ini menyediakan laporan yang benar, lengkap, tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha Bank Tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka melindungi Bank dari risiko kerugian. 4. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi secara menyeluruh

Tujuan ini untuk mengidentifikasi kelemahan dan menilai penyimpangan secara dini dan menilai kembali kewajaran kebijakan dan prosedur yang ada di Bank secara berkesinambungan Menurut James A. Hall dalam bukunya Accounting Information Systems, 3 rd Edition yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2001), sistem pengendalian intern merangkum kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu : 1. Untuk menjaga aktiva perusahaan 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan 4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen (2001:150) II.1.3 Komponen Sistem Pengendalian Intern Menurut William, C.Boynton, Raymond N. J, Walter G alih bahasa oleh Paul A. (2003), Komponen pokok sistem pengendalian intern sebagai berikut : 1. Lingkungan pengendalian ( control environment) Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang orangnya. Sejumlah faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Dewan direksi dan komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

e. Struktur organisasi f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penilaian resiko ( risk assessment) Penilaian resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi analisis, dan pengendalian risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 3. Informasi dan komunikasi Sistem informasi dan komunikasi (information and communication system) yang relevan dengan tujan pelaporan keuangan yang memasukkan sistem akuntansi (accounting system), terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi entitas ( dan juga kejadian-kejadian serta kondisikondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajibankewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian inter atas pelaporan keuangan. 4. Aktivitas pengendalian ( control activities) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan resiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas

pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasi dan fungsional. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah sebagai berikut : a. Pemisahan tugas b. Pengendalian pemrosesan informasi c. Pengendalian fisik d. Review kinerja 5. Pemantauan (monitoring) Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan II.1.4 Keterbatasan pengendalian intern Struktur pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Oleh karena itu, pengendalian intern hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan absolut kepada dewan komisaris dan manajemen untuk mencapai tujuan entitas. Mulyadi (2002) menyatakan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki pengendalian intern yaitu :

1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali menajemen dan personel lain, dapat melakukan kesalahan dalam melakukan pertimbangan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan lain Dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. Kolusi Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang. 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya di sini menajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah yang sebenarnya untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk menutupi ketidak patuhannya terhadap yang berlaku.

5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan struktur pengendalian intern yang tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat pengendalian intern. II.2 Kredit II.2.1 Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kredit bukanlah perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Kata Kredit berasal dari bahasa Latin (credere) yang berarti kepercayaan. Kredit yang disalurkan oleh bank sangat besar manfaatnya, dimana setiap kegiatan perekonomian tidak akan berjalan seperti sekarang ini bila tanpa bantuan kredit dari perbankan. Jelas sekali kredit sangat membantu pengembangan serta peningkatan usaha dari debitur dan untuk meningkatkan produksi dan memperluas pemasaran barang dan jasa. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 butir 11 : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

II.2.2 Jenis Kredit Jenis kredit yang diberikan oleh bank sangat bervariasi. Namun demikian secara umum jenis pemberian kredit dapat dilihat dari : a. Bentuk kredit Menurut Taswan (2008), jenis kredit menurut bentuknya dibagi menjadi dua : 1. Kredit rekening Koran Dalam hal ini debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening korannya sampai dengan sebesar plafon yang ditetapkan bank. Pelunasan pokok kredit dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit secara umum. 2. Intallment Loan Kredit ini adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur, dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut. b. Kegunaan Kredit Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi (2008) menjelaskan jenis kredit menurut kegunaannya dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Kredit Investasi (investment loan) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai perdagangan barang modal seperti tanah, bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain. Barang-barang yang dibiayai tersebut tidak habis dalam satu siklus usaha, atau periode yang dimulai dari dikeluarkannya uang untuk pengadaan bahan baku dan selanjutnya dilakukan proses produksi dan penjualan barang hasil produksi tersebut yang memunculkan tagihan dan menghasilkan uang kembali

2. Kredit Modal Kerja ( working capital loan) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai keperluan perputaran usaha, yaitu untuk pembelian bahan baku, pembiayaan tenaga kerja, overhead, persediaan, piutang usaha dan lain- lain. 3. Kredit Konsumsi (consumer loan) adalah kredit yang diberian bank kepada perorangan atau lembaga, termasuk kepada karyawan atau pegawai bank sendiri yang peruntukannya adalah untuk keperluan konsumsi barang atau jasa. II.2.3 Prosedur Kredit Menurut Irmayanto (2011:89) secara umum prosedur pemberian kredit dapat melalui 7 tahap : 1. Permohonan kredit Permohonan diajukan calon nasabah kepada bank dengan menyampaikan dokumen yang berisi surat permohonan resmi, akte pendirian perusahaan, penjelasan rencana bisnis, laporan studi kelayakan proyek, laporan keuangan perusahaan dan informasi lainnya seperti NPWP, keterangan domisili perusahaan, surat surat ijin yang sudah diperoleh, rekening perusahaan pada beberapa bank. Dalam permohonan tersebut, biasanya calon nasabah diminta mengisi formulir buku yang sudah disusun bank yang bersangkutan. 2. Analisis kredit Kepala bagian kredit (account officer) melakukan analisis kredit berdasarkan pedoman yang sudah ditentukan bank. Secara umum analisis kredit dilakukan melalui penilaian 6C dan 6A, sebagai berikut :

1. Penilaian 6 C yakni : a. Character Merupakan penilaian watak atau karakter dan integritas calon debitur. Integritas sangat menentukan kemauan membayar kembali kewajibannya (willingness to pay) b. Capacity Kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan pokok pinjaman dan bunga dilihat dari kegiatan usaha dan manajemennya c. Capital Sejumlah dana (modal) yang dimiliki calon nasabah untuk membiayai rencana proyeknya. d. Collateral Agunan kredit yang menjadi syarat terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Agunan dapat berupa tanah, bangunan, deposito atau barang-barang lain yang bernilai untuk mengantisipasi risiko kegagalan usaha calon nasabah. e. Condition of economy Situasi dunia usaha yang perlu menjadi pertimbangan untuk proyeksi pemberian kredit suatu proyek. Faktor-faktor ekonomi yang sering dianalisis adalah struktur pasar industri, ketergantungan impor bahan baku, peraturan yang berlaku, tingkat suku bunga, inflasi. f. Constraints Merupakan faktor penghambat jalannya suatu proyek seperti faktor sosial, budaya, agama dan politik

2. Penilaian 6A yakni : a. Aspek Yuridis Meneliti ketentuan legalitas dari perusahaan yang akan memperoleh kredit. Yang dianalisis adalah badan usahanya, izin izin yang harus dimiliki dan perjanjian-perjanjian. b. Aspek Pasar dan Pemasaran Meneliti luas dan bentuk pasar, pangsa pasar, tingkat persaingan usaha, rencana pemasaran suatu proyek yang akan dibiayai bank c. Aspek Teknis Menilai kemampuan pengelola proyek dalam merencana dan melaksanakan pembangunan proyek. Yang dianalisis menyangkut lokasi, bangunan, bahan baku, persediaan, dan proses produksi d. Aspek Manajemen Menilai kemampuan manajemen pengelolaan proyek pada sataa belum beroperasi dan pada saat perusahaan sudah berjalan. Yang dianalisis diantaranya struktur organisasi, system dan prosedur, kebutuhan tenaga kerja dan evaluasi pribadi pengusaha e. Aspek Keuangan Menilai kemampuan dan kecakapan manajemen. Analisisnya meliputi penilaian data keuangan proyek, penilaian data keuangan perusahaan yang sudah beroperasi f. Aspek Sosial Ekonomi Menilai sejauh mana nilai tambah (value added) proyek akan dibangun dan dibiayai oleh bank, dari aspek sosial dan makro ekonomi.aspek

aspek yang dinilai adalah dampaknya terhadap kesempatan kerja, penggunaan bahan baku lokal, penerimaan pajak, dan lain lain. 3. Persetujuan kredit Hasil analisis kredit yang dibuat account officer diperiksa atasannya (Kepala Bagian Kredit) kemudian disampaikan ke Direksi Bank. Sistem dan prosedur yang dimiliki bank tentang laporan analisis kredit dapat berupa : a. Laporan analisis kredit b. Laporan analisis permohonan kredit c. Laporan rekomendasi kredit d. Appraisal study e. Laporan studi kelayakan proyek 4. Perjanjian kredit Isi perjanjian kredit secara umum berisi pihak pemberi kredit, tujuan pemberi kredit, besarnya biaya proyek, besarnya kredit yang akan diberikan bank, tingkat bunga kredit, biaya-biaya lain, jangka waktu pengembalian, jadwal pembayaran, jaminan kredit, syarat yang harus dipenuhi sebelum dicairkan, kewajiban nasabah selama kredit belum lunas, serta hak hak yang dimiliki bank selama kredit belum lunas. 5. Pencairan Kredit Persyaratan untuk pencairan kredit biasanya meliputi perjanjian kredit yang sudah ditandatangani, penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan, pemohonan pencairan kredit didukung dokumen yang diperlukan, besarnya kredit sesuai dengan perjanjian kredit yang disepakati.

6. Pengawasan kredit Kunci utama keberhasilan kredit adalah pengawasan kredit. Peristiwa kredit macet terjadi, akibat kelemahan dan kelalaian bank dalam melakukan pengawasan. Kegiatan pengawasan kredit dapat dilakukan dalam bentuk : a. Penggunaan administrasi kredit yang memadai b. Kewajiban nasabah menyampaikan laporan secara berkala, menyangkut produksi, penjualan, utang dan piutang, laporan laba rugi dan neraca, laporan tenaga kerja c. Kewajiban wira kredit mengunjungi proyek yang dibiayai d. Konsultasi manajemen yang terprogram antara nasabah dan bank e. Sistem peringatan (warning system) pada administrasi bank yang menangani nasabah bank 7. Pelunasan Kredit Nasabah yang mampu memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan yang dimuat dalm perjanjian kredit, sesuai dengan jadwal yang dibuat, maka kredit dinyatakan lunas. Jaminan yang semula dipegang, selanjutnya dikembalikan kepada nasabah. II.2.4 Kualitas Kredit Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penetapan kualitas kredit meliputi :

1. Prospek usaha Penilaian terhadap prospek usaha dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen - komponen sebagai berikut : a. potensi pertumbuhan usaha b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja d. dukungan dari grup atau afiliasi e. upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup 2. Kinerja (performance) debitur Penilaian terhadap kinerja (performance) debitur dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. perolehan laba b. struktur permodalan c. arus kas d. sensitivitas terhadap risiko pasar 3. Kemampuan membayar Penilaian terhadap kemampuan membayar dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur c. kelengkapan dokumentasi kredit d. kepatuhan terhadap perjanjian kredit

e. kesesuaian penggunaan dana f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban II.2.5 Risiko Kredit Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/6/DPNP tanggal 18 februari 2011 pengertian Risiko Kredit adalah : Risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit mencakup risiko kredit akibat kegagalan debitur, Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) dan Risiko Kredit akibat kegagalan setelmen (settlement risk) Menurut Ferry N. Idroes dan Sugiarto (2006) risiko kredit didefinisikan sebagai : Risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Mengacu pada pendapat Samiah dan Sofyan (2009) penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

II.3 Usaha Kecil dan Mikro II.3.1 Pengertian Usaha Kecil dan Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 1 dan 2 : Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan (ayat 1), sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil (ayat 2) Secara umum yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp. 250 juta untuk membiayai usaha yang produktif. Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa. Kredit tersebut dapat berupa kredit Investasi maupun Kredit Modal Kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 25 juta biasanya dianggap sebagai kredit kepada usaha mikro. II.3.2 Karateristik Kredit kepada Usaha Kecil dan Mikro Kredit kepada usaha kecil dan mikro merupakan kredit dengan karakteristik yang berbeda dengan kredit kepada usaha menengah dan korporasi, menurut Sigit dan Totok (2008) adalah sebagai berikut :

1. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak Usaha kecil dan mikro biasanya akan mengalami kesulitan untuk menyerahkan agunan tambahan. Agunan yang paling mungkin untuk dijadikan jaminan hanyalah agunan utama, atau objek yang dibiayai dengan fasilitas kredit. 2. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus Usaha kecil dan mikro biasanya memiliki keterbatasan dalam kemampuan administratif, pencatatan dan perencanaan. Sebagai contoh, keberadaaan laporan keuangan adalah sesuatu yang jarang bisa di temukan dalam usaha mikro. 3. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi Kenyataan karakteristik pada butir 1 dan 2 diatas, pada akhirnya cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit per nilai kredit tersalur yang relatif lebih tinggi, demikian juga biaya kredit per debitor juga menjadi relative tinggi. 4. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana Keterbatasan akses informasi, biaya aplikasi kredit dibandingkan nilai kredit yang relative besar, dan mungkin juga karena keterbatasan tingkat pendidikan calon debitur menyebabkan proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih sederhana dan cepat. Akses informasi calon debitor yang kurang baik menyebabkan calon debitor sering kali kurang bisa menerima apabila proses persetujuan kredit dianggap terlalu rumit.