PERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

Laju tangkap dan musim penangkapan madidihang (Thunnus albacares) dengan tuna hand line yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN IKAN HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BY CATCH) RAWAI TUNA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA BALI


PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEDALAMAN LAPISAN RENANG TUNA (Thunnus sp.) YANG TERTANGKAP OLEH RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA SATRIA AFNAN PRANATA

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru Jakarta 2)

HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BYCATCH) KAPAL RAWAI TUNA DI SELATAN PULAU JAWA YANG BERBASIS DI PPS CILACAP DAN PPN PALABUHANRATU DEWI KUSUMANINGRUM

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di Samudera Hindia

Monitoring tren dan produktivitas hasil tangkapan kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP ARMADA PANCING ULUR YANG BERBASIS DI PPI OEBA, KUPANG

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE TUNA DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR NELAYAN TANJUNG PINANG DI LAUT CINA SELATAN

Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L.) di Perairan Sangihe Sulawesi Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fluctuation of catch per unit efforts and catch seasons of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Prigi waters, East Java Province

SELAMAT DATANG. Peserta Training

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

Alat Tangkap Longline

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

4 EVALUASI PERIKANAN PANCING YANG MENGGUNAKAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR. Pendahuluan

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH NELAYAN AMBON (PROVINSI MALUKU)

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

PENDEKATAN KARAKTERISTIK KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DATA VMS DALAM PENANGGULANGAN IUU FISHING PADA PERIKANAN RAWAI TUNA RAHMAN HAKIM PURNAMA

:l I I{ I. rfn. tffi. A R AKAN', O LEHlijl:. D IS E E E N G G. l'ffif "'" l:,.i,','"'''^ fos Consultants, pt ..:,':L

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI HAJIRA TILOHE Telah memenuhi syarat untuk diterima oleh komisi pembimbing:

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI PENDEKATAN KONVENSIONAL

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo, Aceh

Transkripsi:

Perikanan Pancing Ulur Tuna di Kedonganan, Bali (Sulistyaningsih. R. K., et al.) PERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI Ririk Kartika Sulistyaningsih, Abram Barata, Kiroan Siregar Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali Teregistrasi I tanggal: 16 Maret 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 23 Juni 2011; Disetujui terbit tanggal: 25 Juli 2011 ABSTRAK Tuna merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki nilai komersial tinggi. Sumberdaya ikan ini akan terus ditangkap, karena permintaan pasar global terhadap komoditas ini terus meningkat. Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap berskala rakyat untuk menangkap tuna di sekitar rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Penelitian yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan mulai bulan April sampai Nopember 2009, bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang perikanan pancing ulur tuna, meliputi aspek penangkapan (deskripsi armada penangkapan, alat tangkap dan daerah penangkapan) dan aspek produksi (komposisi hasil tangkapan dan catch per unit of effort). Hasil penelitian menunjukkan, ada tiga metode pengoperasian pancing ulur tuna, yaitu metode tomba, batu dan layangan. Para nelayan juga mengoperasikan dengan cara tonda untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Daerah penangkapan meliputi selatan Pulau Bali sampai Pulau Lombok. Total hasil tangkapan tuna (madidihang, tuna mata besar dan albakora) mencapai 53,7% (1.016.992 kg) dan ikan bycatch sebesar 46,3% (876.789 kg). Madidihang mendominasi hasil tangkapan utama (74,54%), sedangkan ikan bycatch didominasi oleh cakalang (58,4%) dan baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE) hasil tangkapan utama pancing ulur tuna cenderung meningkat pada bulan April sampai Juni dan menurun pada bulan Juli sampai Nopember, sedangkan nilai CPUE tertinggi ikan hasil tangkapan sampingan terjadi pada bulan Oktober. KATA KUNCI : ABSTRACT : perikanan tuna, pancing ulur, Kedonganan, Bali Tuna Hand Line Fishery at Kedonganan, Bali. By: Ririk Kartika Sulistyaningsih, Abram Barata and Kiroan Siregar. Tuna is one of fisheries commodity of a highly commercial value. This fish resource continuing to be exploited due to increasing global market demand. Hand line is one of the small scale fishing gear to catch tuna around fish agregating device. Research has been conducted from April until November at the fish landing Kedonganan. The study aimed to investigate tuna hand line fisheries covering aspects of the exploitation, the description of fleet, fishing gear, fishing ground, production, catch composition and catch composition per unit of effort. The results showed, that there are three methods of tuna fishing operation, by fishing rods i.e tomba, stone and kites. The fishers also operate tonda fishing method to get bycatch. The fishing ground include southern island of Bali until Lombok island. Total catches of tuna (yellowfin, bigeye and albacore) reached 53,7% (1.016.992 kg) and bycatch reached 46,3% (876.789 kg). Yellowfin catches dominate the total catches (74,54 %), while bycatch dominated by skipjack (58,4%) and baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE), of the main catches of tuna fishing tended to increase in April to June and decreased in July to November, while the highest CPUE of the bycatch occured in October. KEYWORDS : tuna fishery, hand line, Kedonganan, Bali PENDAHULUAN Tuna merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang berpotensi dalam mendukung perekonomian Indonesia. Jepang adalah negara tujuan ekspor tuna tertinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa (Ditjen P2HP, 2009 dalam Hutagalung, 2010). Keadaan tersebut mendorong usaha penangkapan tuna semakin berkembang cepat seiring permintaan pasar dengan harga sangat tinggi. Pemanfaatan sumber daya tuna di Samudera Hindia, terutama di sebelah barat daya Pulau Sumatera, Korespondensi penulis: Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali Jln. Pelabuhan Benoa-Bali selatan Pulau Jawa, Pulau Bali sampai Nusa Tenggara dalam 5 tahun terakhir cenderung meningkat (Anonymous, 2010). Kondisi pasar baik domestik maupun internasional belum jenuh, sehingga masih ada peluang usaha untuk ditingkatkan, khususnya di perairan kawasan timur Indonesia (Martosubroto, 2010). Pada umumnya, pelaku usaha penangkapan tuna yang berkembang di kawasan Samudera Hindia terdiri atas kapal-kapal komersial berskala industri dan perikanan skala rakyat (Mertha et al., 2003). Untuk 185

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No. 3 September 2011 : 185-191 menangkap tuna yang berukuran besar, kapal-kapal berskala industri menggunakan alat tangkap rawai tuna (tuna longline), sedangkan pada perikanan skala rakyat menggunakan pancing ulur (hand line) yang beroperasi di sekitar rumpon laut dalam. Pesatnya perkembangan nelayan pancing ulur berkaitan erat dengan tingginya permintaan ikan tuna (>10 kg) di pasar lokal maupun internasional. Industri-industri perikanan tuna mempunyai peranan dalam hal pemasaran karena setiap saat siap menampung hasil tangkapan tuna dari nelayan pancing ulur. Tempat pendaratan tuna berskala rakyat di Provinsi Bali terletak di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kedonganan, Kabupaten Badung. Pantai Kedonganan merupakan daerah pendaratan ikan yang cukup potensial karena berbatasan dengan Samudera Hindia. Letaknya strategis karena tidak jauh dari industri perikanan tuna yang lokasinya berada di Pelabuhan Umum Benoa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa nelayan Kedonganan, eksploitasi sumber daya tuna di Samudera Hindia yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan telah berlangsung sejak 2004 dan cukup intensif menggunakan alat tangkap pancing ulur dengan rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Alat tangkap ini dioperasikan oleh nelayan-nelayan dari Sinjai - Sulawesi Selatan. Selain tuna berukuran besar sebagai hasil tangkapan utama, nelayan pancing ulur Kedonganan juga menangkap ikan-ikan hasil tangkapan sampingan yang bernilai ekonomis penting. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang perikanan pancing ulur tuna di Kedonganan, meliputi deskripsi armada penangkapan, alat tangkap, daerah penangkapan, produksi, komposisi hasil tangkapan dan hasil tangkapan per unit upaya (catch per unit of effort). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan, Kabupaten Badung - Bali. Pengumpulan data mulai bulan April sampai November 2009, dengan menggunakan metode survei harian dan wawancara terhadap responden (nelayan dan pengusaha atau pedagang pengumpul tuna). Data tersebut terdiri atas 1) aspek penangkapan meliputi spesifikasi dan jumlah (unit dan trip) armada penangkapan, konstruksi alat tangkap, cara pengoperasian dan informasi daerah penangkapan, 2) aspek produksi meliputi komposisi berat per spesies ikan hasil tangkapan utama dan komposisi ikan-ikan hasil tangkapan sampingan. Pengukuran berat hasil tangkapan sampingan ada yang menggunakan media keranjang dan penimbangan per spesies ikan. Analisis Data Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE) Mengacu Gulland (1983) dalam Rosneli (1999), hasil tangkapan per upaya dihitung menggunakan rumus : CPUE = Catch (kg) Effort (trip) HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Penangkapan Armada pancing ulur nelayan Kedonganan pada umumnya mempunyai ukuran panjang berkisar 12-17 m; lebar 2,5-3,7 m; dan dalam 1,5 2,5 m. Kapal terbuat dari kayu, letak mesin di dalam kapal dengan merk Yanmar dan Jian Dong yang mempunyai kekuatan 230-300 PK. Tiap armada memiliki 2-3 unit palkah dengan kapasitas maksimum 1-2 ton per palkah. Jumlah anak buah kapal berkisar 5 7 orang, yaitu nahkoda, bagian mesin dan pemancing. Konstruksi alat tangkap pancing ulur nelayan di Kedonganan sangat sederhana, yaitu tali utama yang digulung pada jerigen sebagai pelampung atau ada juga yang digulung pada penggulung plastik, pemberat timah, kemudian disambung dengan tali pancing dan mata pancing. Tali utama terbuat dari bahan monofilamen no. 200 300 dengan panjang sekitar 200 250 m, tali pancing juga terbuat dari bahan monofilamen no. 100 150 dengan panjang 40 50 m dan menggunakan mata pancing no. 2-4 yang diikat pada tali pancing. Selain itu, nelayan juga membawa batu yang digunakan sebagai pemberat untuk memasukkan alat tangkap ke dalam air. Setiap operasi penangkapan, nelayan pancing ulur membawa 5 sampai 10 gulung pancing ulur. Konstruksi alat tangkap pancing ulur berbeda-beda di setiap daerah, sebagai perbandingan yaitu konstruksi alat tangkap pancing ulur nelayan Prigi dan Sendang Biru. Pancing ulur nelayan Prigi, terdiri atas pancing no. 6 8, pemberat timah dan tali pancing dengan bahan senar monofilamen (Nurdin, 2009). Sedangkan konstruksi pancing ulur nelayan Sendang Biru menggunakan tali pancing jenis monofilamen no. 100 yang mempunyai panjang antara 100 200 m tegantung ukuran ikan dan kedalaman 186

Perikanan Pancing Ulur Tuna di Kedonganan, Bali (Sulistyaningsih. R. K., et al.) renang. Pancing yang digunakan yaitu pancing berkait no. 5 dan no. 7. Selain itu nelayan juga membawa batu yang digunakan sebagai pemberat untuk memasukkan pancing ke dalam air (Nurdin & Nugraha, 2007). Ada tiga metode pengoperasian pancing ulur, yaitu metode tomba, batu dan layangan. Pancing tomba dioperasikan dengan menggunakan jerigen 5 liter atau sterofoam sebagai pelampung, yang dilepas ke permukaan laut dengan mata pancing nomor 3 dan memakai umpan hidup (bandeng). Pancing batu dioperasikan dengan menggunakan penggulung plastik yang dipegang langsung oleh nelayan di kapal, memakai umpan berupa ikan (baby tuna, cakalang) yang dipotong-potong dan dikaitkan pada mata pancing nomor 4 serta menambah timah atau batu sebagai pemberat. Pancing ulur yang dioperasikan dengan metode layangan menggunakan mata pancing no. 2, memakai umpan ikan layang segar dan tali pancing diikat sedemikian rupa pada ekor layangan serta dibiarkan terulur di permukaan laut mengikuti gerakan layangan sampai disambar ikan. Ikan-ikan yang tertangkap dengan tiga metode pengoperasian pancing ulur ini, tidak hanya tangkapan utama tetapi juga ikan-ikan non target. Untuk menambah hasil tangkapan sampingan (ikan non target), nelayan Kedonganan menggunakan metode pancing tonda. Pengoperasian pancing tonda dilakukan di bagian buritan kapal, sementara kapal melaju dengan kecepatan tertentu. Umumnya menggunakan umpan palsu seperti tali rafia, bulu sutera ataupun umpan ikan tiruan. Jumlah operasi penangkapan sebanyak 5-6 kali setting dan hauling dalam sehari. Waktu operasi penangkapan lebih banyak dilakukan pada pagi sampai malam hari. Dalam operasional, armada pancing ulur menggunakan alat bantu penangkapan berupa rumpon yang telah ditenggelamkan di sekitar daerah penangkapan pada kedalaman 500 1500 m. Unit unit rumpon dirakit dan dibangun oleh nelayan perorangan maupun sekelompok nelayan. Komponen utama rumpon terdiri atas pelampung (ponton besi), tali utama (tali kuralon dan serat kayu berdiameter 2,5 cm), atractor daun kelapa (30 40 pelepah), tali cabang dan jangkar atau pemberat (blok blok semen 30 kg sebanyak 25 buah). Jenis rumpon yang di pasang terdiri atas 2 macam, yaitu rumpon laut dalam (<2.000 m) dan laut dangkal (<500 m). Total waktu di laut yang diperlukan dalam satu trip penangkapan antara 7 14 hari. Dalam satu bulan mencapai 2 3 kali trip atau rata-rata 2 kali per bulan. Usaha menangkap tuna dengan pancing ulur dilakukan pada lokasi-lokasi penempatan rumpon. Berdasarkan hasil wawancara, daerah penangkapan nelayan pancing ulur yang berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan meliputi daerah selatan Pulau Bali sampai dengan Pulau Lombok atau berada pada posisi 114 0 116 0 bujur timur dan 10 0 12 0 lintang selatan. 187

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No. 3 September 2011 : 185-191 Penggulung Plastik Jerigen / Sterofoam Monofilamen No. 200-250 Monofilamen No. 250-300 Kili-kili Monofilamen No. 100-150 Kili-kili Pancing no. 4-5 Monofilamen No. 150-200 Pemberat 1kg Pancing no. 2-4 Pancing Batu Pancing Tomba Penggulung Umpan Bandeng/Layang/ Cumi palsu Gambar 1. Figure 1. Konstruksi pancing ulur tuna nelayan di Kedonganan Tuna hand line construction of the fisher in Kedonganan Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah ikan tuna yang berukuran besar. Terdapat 3 jenis tuna yang tertangkap, yaitu madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus) dan albakora (Thunnus alalunga). Hasil tangkapan sampingan yang tertangkap antara lain ikan tuna muda (baby tuna), cakalang (Katsuwonus pelamis), layang (Decapterus sp), lamadang (Colryphaena hippurus), sunglir (Elagastis bipinnulata), tenggiri (Acanthocybium solandri), tongkol (Auxis sp), cucut (Charcarinus sp) dan kelompok bill fish meliputi marlin hitam (Makaira indica), marlin biru (Makaira mazara), marlin loreng (Tetrapturus audax), todak (Tetrapturus angustrirostris), layaran (Istiophorus platypterus) dan meka (Xiphias gladius). Secara keseluruhan total hasil tangkapan utama armada pancing ulur yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan mulai April sampai Nopember 2009 adalah 53,7 % (1.016.992 kg) dan hasil tangkapan sampingan yaitu 46,3 % (876.789 kg). Tabel 1. menunjukkan madidihang mendominasi hasil tangkapan yaitu 758.038 kg (74,54 %), diikuti tuna mata besar dan albakora. Komposisi jumlah madidihang yang tertangkap adalah 16.837 ekor, diikuti tuna mata besar (1.286 ekor) dan albakora (93 ekor). Nelayan pancing ulur Kedonganan lebih sering mengoperasikan pancing ulur antara kedalaman 50 100 m, sehingga hasil tangkapannya didominasi oleh madidihang. Hasil penelitian Barata et al. (2010) menyebutkan bahwa, sebaran madidihang dan albakora berada pada kisaran kedalaman 35-300 m dan tuna mata besar pada kisaran kedalaman 92-470 m. Albakora walaupun berada pada sebaran kedalaman yang sama dengan madidihang tetapi jarang tertangkap, dikarenakan jenis ikan ini tidak termasuk dalam kelompok ikan yang dapat berasosiasi dengan rumpon. Menurut Sumadhiharga (2009), madidihang bersifat epipelagis dan oseanis yang menyukai perairan di atas dan di bawah lapisan termoklin. Akan tetapi, perubahan suhu yang tinggi dalam lapisan termoklin dapat mengakibatkan madidihang meninggalkan lapisan tersebut. Tuna yang tertangkap di sekitar perairan dekat pulau memang lebih banyak jenis madidihang, karena sifat kemampuan renangnya pada level permukaan perairan. Jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan sampingan adalah cakalang sebesar 58,46 % (512.549 kg), diikuti baby tuna, kelompok bill fish, layang, tongkol, lamadang, tenggiri, sunglir dan cucut 188

Perikanan Pancing Ulur Tuna di Kedonganan, Bali (Sulistyaningsih. R. K., et al.) (Tabel 2). Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang digunakan nelayan pancing ulur untuk mengumpulkan ikan-ikan kecil disekitarnya. Menurut Monintja (1993) diacu dalam Sudirman & Mallawa (2004), ikan cakalang dan baby tuna adalah jenisjenis ikan yang sering berasosiasi dengan rumpon. Rumpon merupakan tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya, sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk datang memangsa ikan-ikan kecil. Ikan cakalang dapat bertahan disekitar rumpon selama 340 hari (Uktolseja, 1987 diacu dalam Diniah et al. 2001). Tabel 1. Table 1. Komposisi hasil tangkapan utama kapal pancing ulur yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan bulan April sampai Nopember 2009 Composition of the main catch of hand line boat landed at the fish landing base Kedonganan April to November 2009 No. Jenis Ikan / Komposisi (Kg) Komposisi (Ekor) Komposisi (%) Species Composition (Kg) Composition (tail) Composition (%) 1. Madidihang 758.033 16.837 74,54 2. Mata Besar 257.466 1.286 25,32 3. Albakora 1.493 93 0,15 Tabel 2. Table 2. Komposisi hasil tangkapan utama kapal pancing ulur yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan bulan April sampai Nopember 2009 Composition of the main catch of hand line boat landed at the fish landing base Kedonganan April to November 2009 No. Jenis Ikan / Species Komposisi (Kg) Composition (Kg) Komposisi (%) Composition (%) 1. Cakalang 512.549 58,458 2. Juvenille tuna 251.281 28,659 3. Billfish 98.852 11,274 4. Layang 7.989 0,911 5. Tongkol 3.448 0,393 6. Lamadang 2.343 0,267 7. Tenggiri 132 0,015 8. Sunglir 165 0,019 9. Cucut 30 0,003 Catch Per Unit of Effort (CPUE) Produksi hasil tangkapan utama armada pancing ulur yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan setiap bulannya mengalami perubahan sepanjang tahun 2009. Nilai CPUE tertinggi untuk hasil tangkapan utama armada pancing ulur terjadi pada bulan Juni (1.728,10 kg/trip) dan nilai terendah pada bulan Nopember (4,68 kg/trip) (Gambar 2). Tingginya CPUE pada bulan Juli dikarenakan aktivitas penangkapan tuna banyak dilakukan pada bulan Mei sampai Juli. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pancing ulur Kedonganan, musim penangkapan tuna terjadi pada bulan-bulan tersebut dan kondisi laut yang juga turut mendukung operasi penangkapan ikan. Nilai cacth per unit of effort hasil tangkapan utama mengalami penurunan sejak bulan Juli sampai Nopember dikarenakan beberapa faktor, antara lain pengaruh musim penangkapan tuna, penurunan upaya penangkapan (trip), adanya gelombang dan angin besar. Hasil wawancara dengan penduduk setempat, penurunan hasil tangkapan utama juga disebabkan oleh banyak nelayan yang pulang ke kampung halaman selama masa lebaran dan baru kembali pada tahun berikutnya. Nilai CPUE tertinggi hasil tangkapan sampingan terjadi pada bulan Oktober (1482,55 kg/trip) dan nilai terendah pada Juni (195,30 kg/trip) (Gambar 3). Tingginya nilai CPUE pada bulan Oktober dikarenakan hasil tangkapan utama jarang tertangkap sehingga nelayan Kedonganan berupaya meningkatkan hasil tangkapan sampingan. Sebaliknya pada bulan April sampai Juli, nilai CPUE masih rendah karena pada bulan-bulan tersebut adalah musim penangkapan tuna di daerah rumpon sehingga nelayan jarang menangkap ikan-ikan non target. Sejak bulan Nopember ada kecenderungan CPUE hasil tangkapan sampingan menurun kembali. 189

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No. 3 September 2011 : 185-191 C P UE (kg /trip ) 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Gambar 2. Figure 2. CPUEE 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Gambar 3. Figure 3. APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER KESIMPULAN 1. Pengoperasian pancing ulur yang dilakukan nelayan Kedonganan untuk menangkap tuna, dalam tiga metode yaitu tomba, batu dan metode layangan. 2. Daerah penangkapan nelayan pancing ulur tuna yang berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan meliputi daerah selatan Pulau Bali sampai dengan Pulau Lombok. 3. Madidihang mendominasi hasil tangkapan utama, sedangkan cakalang mendominasi hasil tangkapan sampingan armada pancing ulur. 4. Nilai catch per unit of effort hasil tangkapan utama cenderung meningkat pada bulan April sampai Juni dan menurun pada bulan Juli sampai Nopember, sedangkan catch per unit of effort hasil tangkapan sampingan cenderung meningkat pada bulan Juli sampai Oktober dan menurun pada bulan Nopember, April sampai Juni. Bulan Catch per unit of effort dari hasil tangkapan utama kapal pancing ulur (April November 2009) Catch per unit of effort for the main catch of hand line boat (April November 2009) April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Bulan Catch per unit of effort hasil tangkapan sampingan kapal pancing ulur (April November 2009) Catch per unit of effort for the bycatches of hand line boat (April November 2009) DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2010. Kondisi Perikanan Tuna Longline di Benoa. Prosiding Seminar dan Evaluasi Monitoring Perikanan Tuna di Pelabuhan Umum Benoa (tidak dipublikasikan). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Barata, A., Dian N., Andi B., Gamadi, Irwan J., I Gede A.S., I Nyoman S. C. N., & Ahmad Y.A. 2010. Hasil Riset Hook Timer dan Temperature Depth Recorder Selama Program Observer Tuna Longline di Samudera Hindia. Prosiding Seminar dan Evaluasi Monitoring Perikanan Tuna di Pelabuhan Umum Benoa (tidak dipublikasikan). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Diniah, M. Ali Yahya, S. Pujiyati, Parwinia, S. Effendy, M. Hatta, M. Sabri, Rusyadi, & A. Farhan. 2001. Pemantauan Sumberdaya Tuna Cakalang Secara Terpadu. Makalah Palsapah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hutagalung, P.S. 2010. Market Measures Dalam Pemasaran Tuna di Jepang, USA dan Uni Eropa. Prosiding Seminar dan Evaluasi Monitoring Perikanan Tuna di Pelabuhan Umum Benoa (tidak dipublikasikan). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Martosubroto, P. 2010. Mampukah Kita Mengembangkan Perikanan Tuna Yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar dan Evaluasi Monitoring Perikanan Tuna di Pelabuhan Umum Benoa (tidak dipublikasikan). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Mertha, I. G. S., K. Kusno, & Budi, I. P. 2003. Pengkajian Stok Ikan di Samudera Hindia (WPP 4). Forum Pengkajian Stok Ikan Laut Indonesia. Jakarta, 23-24 Juli. 13-30 pp. Mertha, I. G. S., M. Nurhuda, & A. Nasrullah. 2006. Perkembangan Perikanan Tuna di Pelabuhan Ratu. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 12 (2) : 117-127. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. Nurdin, E. 2009. Perikanan Tuna Skala Rakyat (Small Scale) Di Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Bawal. 2 (4) : 177 183. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. Nurdin, E. & B. Nugraha. 2008. Penangkapan tuna Dan Cakalang Dengan Menggunakan Alat Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Yang Berbasis Di Pangkalan Pendaratan Ikan Pondokdadap 190

Perikanan Pancing Ulur Tuna di Kedonganan, Bali (Sulistyaningsih. R. K., et al.) Sendang Biru, Malang. Bawal. 2 (1) : 25-31. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. Rosneli. 1999. Parameter Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang Didaratkan di TPI Pariaman Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. Fakultas Perikanan. Universitas Bung Hatta Padang. 410 pp. Sumadhiharga, O.K. 2009. Ikan Tuna. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Sudirman H. & Mallawa A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 191