Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2016

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS. DAA NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

PENGANTAR. Ir. Suprapti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013

Da ar Informasi Publik Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

: 1 (satu) eksemplar : LAKIP Diljen PSP Tahun [I ~ I J..\t.,~ti.J Madjid. r/ l...:. ; 0' ~ /'

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan... 7

PENGANTAR. Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. H. Sumarjo Gatot Irianto, M.S., D.A.A

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Suprapti NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

Laporan Tahunan. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Tahun Anggaran Kementerian Pertanian Republik Indonesia

(REVIEW) RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT IRIGASI PERTANIAN TA

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) , bahwa tahun

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)

UMUM ASPEK AIR IRIGASI. Perluasanlahan sawah dan lahan kering, optimasi lahan, System of Rice Intensification (SRI) dan perbaikan kesuburan lahan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)

LAPORAN KINERJA TA. 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2016

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2013

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PENGANTAR. Muhrizal Sarwani

L A P O R A N K I N E R J A

(REVIEW) RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2015

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2014 Direktur Pupuk dan Pestisida, Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA (LKJ)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

RENCANA KINERJA TAHUNAN

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR. Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. H. Sumarjo Gatot Irianto, M.S., D.A.A

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari 2015 Kepala Biro Perencanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Transkripsi:

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2016 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia

KATA PENGANTAR Saat ini jumlah penduduk dunia tercatat sudah lebih dari 7 miliar orang. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2050. Hal ini merefleksikan bahwa tantangan pangan global semakin berat dan kompleks. Tidak ada cara lain selain kerja keras secara simultan dan sinergi dari seluruh pihak terkait sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan ke depan. Sesuai dengan sasaran Kementerian Pertanian dalam upaya pencapaian Swasembada Pangan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian terus berupaya meningkatkan peran melalui penyediaan infrastruktur pada aspek perluasan dan pengelolaan lahan, pengelolaan irigasi pertanian, fasilitasi pembiayaan, pupuk dan pestisida, serta alat mesin pertanian. Sebagaimana tujuan dan sasaran tahun 2016 yang ditetapkan dalam Review Renstra 2015-2019, Ditjen PSP sesuai dengan tugas dan fungsinya telah melaksanakan program/kegiatan yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja antara Dirjen PSP dengan Menteri Pertanian pada tahun 2016. Selanjutnya hasil pencapaian kinerja tersebut akan dijelaskan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PSP tahun 2016, sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang memuat hal-hal menyangkut pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome) dan keluaran (output) yang mendukung. Disadari bahwa Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2016 masih perlu penyempurnaan. Untuk itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP. 196005081986031026 i

IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta memenuhi PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewajiban Melaporkan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, yang ditindaklanjuti dengan PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra) dan Penetapan Kinerja (PK) Ditjen PSP. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, telah ditetapkan tugas pokok dan fungsi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu mendorong upaya penyediaan infrastruktur pada aspek perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, penyediaan pupuk dan pestisida, serta alat mesin pertanian pra panen. Dalam pelaksanaan tugas dimaksud, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian didukung oleh 6 unit kerja Eselon II yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Direktorat Pembiayaan Pertanian, Direktorat Pupuk dan Pestisida serta Sekretariat Direktorat Jenderal. Visi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah Terwujudnya Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian Mendukung Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan pula misi sebagai berikut : (1) Mewujudkan perluasan dan perlindungan lahan pertanian; (2) Mengembangkan pengelolaan air dan irigasi pertanian; (3) Memfasilitasi penyediaan, penyaluran, dan penggunaan pupuk bersubsidi melalui PSO sesuai azas 6 (enam) tepat jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu, dan harga serta meningkatkan pengawasan terhadap pupuk dan pestisida beredar; (4) Mewujudkan dan mengembangkan sistem pembiayaan sektor pertanian serta mendorong perlindungan usaha tani melalui pengembangan asuransi pertanian; (5) Menyelenggarakan sistem mekanisasi pertanian di Indonesia.. Pada tahun 2016, sesuai dengan penetapan kinerja Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan Menteri Pertanian, telah ditetapkan sasaran program yaitu Penambahan luas pertanaman yang diukur melalui 2 indikator kinerja yaitu jumlah penambahan luas baku lahan padi seluas 132.155 Ha dan jumlah penambahan luas tanam padi seluas 175.055 Ha. Dicapai melalui kegiatan : 1) Perluasan dan Pengendalian Lahan Pertanian; 2) Peningkatan ketersediaan air untuk sektor pertanian; 3) Peningkatan fasilitasi penyaluran pupuk dan pengawasan pestisida 4) Peningkatan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap resiko, 5) Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dan 6). Dukungan Manajemen dan Teknis kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian. ii

Dari pengukuran 2 indikator kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa 1 indikator yaitu jumlah penambahan luas baku lahan padi tercapai 129,096 dari target seluas 132.155 Ha (97,66%), termasuk kategori berhasil, dan 1 indikator kinerja jumlah penambahan luas tanam padi tercapai 2.617.042,9 ha dari target 175.055 Ha (1.421%) termasuk kategori sangat berhasil. Pengukuran capaian indikator kinerja penambahan luas baku lahan dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi kegiatan perluasan sawah TA. 2016 dengan target dalam PK, sedangkan pengukuran indikator kinerja penambahan luas tanam padi dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi Jumlah penambahan luas tanam padi tahun 2016 terhadap tahun 2015 dengan angka target penambahan luas tanam padi yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja. Angka realisasi perluasan sawah adalah angka realisasi per 31 Desember 2016. Angka realisasi luas tanam tahun 2016 adalah angka yang dirilis oleh BPS per 25 Januari 2017, sedangkan angka luas tanam tahun 2015 adalah angka tetap yang dirilis oleh BPS. Secara umum, capaian indikator kinerja TA 2016 menunjukkan peningkatan yang signifikan walaupun capaian perluasan sawah belum mencapai 100% yang disebabkan adanya kebijakan penghematan dan luncuran anggaran. Namun untuk luas tambah tanam pada tahun ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa, karena pada tahun 2016 seluruh elemen terkait bekerja secara massif dan sinergi untuk pencapaian swasembada padi pada Tahun 2017. Adanya Bantuan Pemerintah (program perluasan sawah dan pengembangan jaringan irigasi tersier yang sebagian besar penyelesaian fisiknya pada akhir tahun 2015, pendampingan TNI, Rakor Pangan, Kegiatan Padat Karya, dan lain-lain, ternyata berdampak positif dalam peningkatan Luas Tambah Tanam. Demikian halnya didukung oleh peningkatan jumlah alokasi alsintan yang meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, pada 2016 mendapat dukungan anggaran senilai Rp. 11.069.300.141.000,-, namun dalam perkembangannya telah mengalami beberapa kali revisi anggaran yang disebabkan kondisi ekonomi makro Indonesia yang tidak menguntungkan sebagai dampak dari rendahnya harga komoditas ekspor di pasar internasional dan penurunan penerimaan pajak yang berpengaruh besar terhadap pencapaian pendapatan nasional. Kondisi ini menyebabkan adanya kebijakan penghematan anggaran yang ditetapkan melalui INPRES No 4 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016 dan INPRES No 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Langkahlangkah Penghematan Belanja K/L dalam rangka Pelaksanaan APBN-P TA 2016 yang ditindaklanjuti oleh Menteri Keuangan dalam Surat No S-2124/AG/2016 tentang Penundaan/Penangguhan Revisi Anggaran dalam rangka mempercepat Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBNP TA 2016. Akibat penghematan dan penundaan anggaran tersebut, anggaran Ditjen PSP yang semula Rp 11.069.300.141.000,- berkurang menjadi Rp 9.109.711.454.000. Bahkan memasuki kuartal ke 4 (empat) TA 2016, penghematan anggaran kembali diterapkan pemerintah melalui Kebijakan Self Blocking (Surat Menteri Keuangan No S- 851/MK.02/2016 tanggal 30 September 2016 tentang Luncuran Kegiatan dalam APBN-P TA 2016), sehingga Pagu Ditjen PSP setelah Blocking berkurang menjadi Rp. 7,010,680,093,000,-. Anggaran tersebut terbagi atas Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp 4.358.650.579.000,- Dana Dekonsentrasi sebesar Rp 474.336.478.000,- dan dana Satker Pusat sebesar Rp. 2.177.693.036.000. Secara total sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi penyerapan anggaran Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian adalah iii

senilai Rp. 6.878.428.180,3 dari target Rp 7.010.680.093 (98.11%) dari target anggaran setelah self blocking atau 75.51% dari target setelah penghematan sebesar Rp. 9.109711.454.000 Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kinerja Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ke depan, maka perlu dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan hingga implementasi pelaksanaan kegiatan di lapang melalui : 1). Perencanaan yang lebih cermat khususnya dalam menetapkan sasarn program dan indikator kinerjanya 2). Peningkatan pembinaan dan pengawalan mulai dari penyusunan RAB kegiatan, pemberkasan banpem, transfer dana dan pelaksanaan konstruksi, 3). Peningkatkan sistim monitoring dan pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini serta 4). Peningkatan koordinasi dan dukungan seluruh stakeholders baik di pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian, dan 5). Peningkatan tindakan preventif dan antisipasi terhadap kondisi perubahan iklim yang terjadi. iv

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii vi viii ix x xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Kedudukan Tugas dan Fungsi... 2 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja... 3 1.4. Dukungan Sumber Daya Manusia... 6 1.5. Dukungan Anggaran... 7 II. PERENCANAAN KINERJA... 9 2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 2019... 9 2.1.1. Visi... 9 2.1.2. Misi... 9 2.1.3. Tujuan dan Sasaran... 10 2.1.4. Arah Kebijakan... 11 2.2. Program dan Kegiatan... 18 2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2015... 19 III. AKUNTABILITAS KINERJA... 20 3.1. Capaian Kinerja Organisasi... 20 3.1.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran... 20 3.1.2 Pencapaian Sasaran Program Ditjen PSP Tahun 2015... 20 3.1.3 Analisis Capaian Sasaran Program Ditjen PSP TA. 2015... 21 v

3.1.4 Analisis Capaian Sasaran Program 2016 terhadap tahun 2015 dan Renstra 2015-2019... 43 3.2 Realisasi Anggaran... 46 3.3 Hambatan dan Kendala... 48 3.4 Upaya dan Tindak Lanjut... 49 IV. PENUTUP... 52 LAMPIRAN...... 53 vi

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Dukungan Anggaran Kegiatan PSP Tahun 2016... 8 Tabel 2 : Indikator Kinerja Tujuan Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian... 11 Tabel 3 : Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen PSP TA. 2016... 19 Tabel 4 : Perbandingan Capaian Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Padi TA. 2015 dengan TA. 2014 dan Jangka Menengah Renstra 2015-2019... 21 Tabel 5 : Capaian Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/ Gambut Terpadu dan Pra Sertifikasi Lahan Petani Tahun 2016... 24 Tabel 6 : Capaian Indikator Kinerja Irigasi Pertanian Tahun 2016... 26 Tabel 7 : Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pupuk dan Pestisida... 30 Tabel 8 : Realisasi fisik dan keuangan Pupuk Bersubsidi TA. 2016... 31 Tabel 9 : Capaian Kegiatan Asuransi Peratanian dan Asuransi Ternak Sapi TA. 2016... 34 Tabel 10 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Peratanian TA. 2016... 35 Tabel 11 : Realisasi Anggaran Asuransi Pertanian (AUTP) TA. 2016... 35 Tabel 12 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Ternak Sapi (AUTS) Tahun 2016... 37 Tabel 13 : Realisasi Anggaran Asuransi Ternak Sapi (AUTS) TA. 2016... 40 Tabel 14 : Capaian Realisasi Fisik Penyediaan Bantuan Alsintan Satker Pusat Tahun 2016... 38 Tabel 15 : Kontribusi Alsintan Terhadap Pencapaian Surplus Beras Tahun 2011 2015... 41 Tabel 16 : Bantuan Alsintan dari APBN Tahun 2011-2016... 42 Tabel 17 : Capaian Dukungan Manajemen dan Teknis Kegiatan PSP... 42 Tabel 18 : Perbandingan Capaian Jumlah Penambahan Luas Baku Padi TA. 2016 dengan TA. 2015 dan Renstra 2015-2019... 43 Tabel 19 : Capaian Luas Tambah Tanam Padi TA. 2016 terhadap Luas Tambah Tanam Padi TA. 2015 dan Renstra 2015-2019... 44 Tabel 20 : Realisasi Keuangan setelah Self Blocking Ditjen PSP TA. 2016... 47 Tabel 21 : Realiasi Pagu Anggaran berdasarkan Kegiatan Ditjen PSP TA.2016. 47 vii

DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1 : Tren luas tanam padi tahun 2006-2016... 45 viii

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Pengembangan Jaringan Irigasi Tersier di Kab. Aceh Barat Daya... 86 Gambar 2 : Pengembangan Embung/Dam Parit/Long Storage di Kab. Lebak... 87 Gambar 3 : Pengembangan Irigasi Permukaan / Perpipaan Kab. Batanghari... 88 Gambar 4 : Perluasan Sawah di Kab. Kolaka... 89 ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Struktur Organisasi Ditjen PSP Tahun 2016... 54 Lampiran 2 : Jumlah Pegawai Ditjen PSP Tahun 2016... 56 Lampiran 3 : Rencana Aksi Indikator Kinerja Utama Ditjen PSP Tahun 2016... 58 Lampiran 4 : Rencana Kinerja Tahunan Ditjen PSP... 60 Lampiran 5a: Perjanjian Kinerja Ditjen PSP Tahun 2016 (Semula)... 65 Lampiran 5b: Perjanjian Kinerja Ditjen PSP Tahun 2016 (Revisi)... 68 Lampiran 6 : Realisasi Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier per Provinsi 71 Lampiran 7 : Realisasi kegiatan irigasi rawa per provinsi... 80 Lampiran 8 : Alokasi Bantuan Alsintan per Provinsi tahun 2016... 82 Lampiran 9 : Data LTT Padi tahun 2015, LTT Padi tahun 2016 dan Data Series Luas Tanam Padi Tahun 2006 2016... 84 x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang baik merupakan tantangan yang semakin kompleks untuk dihadapi, seiring dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat, jumlah rumah tangga pertanian yang cenderung berkurang, dan laju alih fungsi lahan pertanian produktif ke non produktif yang masih tergolong besar. Lahan pertanian pangan, termasuk lahan pertanian padi di Indonesia harus berkompetisi dengan dorongan pertumbuhan industry dan manufaktur, pariwisata, perumahan/real estate, dan pembangunan kota-kota baru serta pembangunan sarana infrastruktur dan fasiliats umum yang membutuhkan lahan yang lebih luas. Dengan kondisi dan tantangan pembangunan tersebut, swasembada pangan menjadi sangat penting dan strategis sebagai salah satu program prioritas nasional harus diwujudkan dalam penyediaan pangan nasional. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian merupakan bagian integral dalam mendukung pembangunan pertanian nasional. Penyediaan prasarana dan sarana pertanian, secara langsung atau tidak langsung, menunjang sekaligus mendorong terhadap peningkatan produktifitas dan produksi pertanian. Namun dalam prosesnya, beragam kendala dan permasalahan muncul sebagai tantangan dalam pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian ke depan, seperti terjadinya penurunan kondisi sarana dan prasarana pertanian yang existing, menyangkut aspek kuantitas dan kualitas, upaya pemanfaatan dan pemeliharaan/perawatan yang belum optimal, serta tingkat kemampuan petani atau kelompoktani yang tergolong masih rendah, pada akhirnya berdampak terhadap pencapaian peningkatan produksi pertanian. Kondisi ini menjadi dorongan dan tekad pemerintah untuk lebih serius dalam menangani aspek pengelolaan sarana dan prasarana pertanian pada tahun-tahun yang akan datang. Sejalan dengan kondisi tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8), yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 telah menetapkan unit organisasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yang secara spesifik menangani prasarana dan sarana pertanian. Tugas pokok dan fungsi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yang utama adalah mendorong upaya penyediaan infrastruktur pada aspek perluasan dan perlindungan lahan pertanian, Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 1

pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, penyediaan pupuk dan pestisida, serta alat mesin pertanian pra panen. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian yang dilaksanakan oleh Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian saat ini merupakan pelaksanaan tahun kedua dalam rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, pengelolaan sumber daya, kebijakan dan program Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan juga memenuhi PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewajiban Melaporkan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, yang ditindaklanjuti dengan PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka dilaksanakan Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen PSP. Penyusunan Laporan Kinerja ini didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan Menteri Pertanian. 1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempunyai tugas Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan penyediaan prasarana dan sarana di bidang pertanian. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyelenggaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan, serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen; 4) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelengaraan perluasan dan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen; 5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan perluasan adan perlindungan lahan pertanian, pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier, fasilitasi pembiayaan serta penyediaan pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian prapanen; 2 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian; dan 7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian didukung oleh 6 (enam) Unit Kerja Eselon II, yaitu : 1) Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan 2) Direktorat Irigasi Pertanian 3) Direktorat Alat dan Mesin Pertanian 4) Direktorat Pembiayaan Pertanian 5) Direktorat Pupuk dan Pestisida 6) Sekretariat Direktorat Jenderal. Masing-masing Unit Kerja Direktorat didukung oleh 3 (tiga) sampai 4 (empat) unit Eselon III dan 7 (tujuh) sampai dengan 9 (sembilan) unit Eselon IV. Sedangkan Sekretariat Direktorat Jenderal didukung oleh 4 (empat) unit Eselon III dan 12 (dua belas ) unit Eselon IV. 1.3. Susunan Organisasi dan Tata kerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 45 tahun 2015 dan Permentan No 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian dengan susunan organisasi yang terdiri dari 1 unit Sekretariat Direktorat Jenderal, 5 unit Direktorat, 21 unit kerja Eselon III, dan 51 unit kerja Eselon IV. Susunan organisasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana dalam Lampiran 1. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut, maka tugas dan fungsi dari masingmasing unit kerja adalah sebagai berikut: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana Pertanian menyelenggarakan fungsi : a) Koordinasi penyusunan rencana dan program, anggaran, serta kerja sama di bidang prasarana dan sarana pertanian; b) Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; c) Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan masyarakat serta informasi publik; Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 3

d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta pemberian layanan rekomendasi di bidang prasarana dan sarana pertanian; dan e) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2) Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perluasan dan perlindungan lahan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang basis data lahan, perluasan areal, optimasi dan rehabilitasi lahan serta perlindungan lahan; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang basis data lahan, perluasan areal, optimasi dan rehabilitasi lahan serta perlindungan lahan; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang basis data lahan, perluasan areal, optimasi dan rehabilitasi lahan serta perlindungan lahan; d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang basis data lahan, perluasan areal, optimasi dan rehabilitasi lahan serta perlindungan lahan; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang basis data lahan, perluasan areal, optimasi dan rehabilitasi lahan serta perlindungan lahan; dan f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan. 3) Direktorat Irigasi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan dan rehabilitasi irigasi tersier. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Irigasi Pertanian menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan irigasi dan perkumpulan petani pemakai air serta iklim, konservasi air dan lingkungan hidup; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan irigasi dan perkumpulan petani pemakai air serta iklim, konservasi air dan lingkungan hidup; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan irigasi dan perkumpulan petani pemakai air serta iklim, konservasi air dan lingkungan hidup; d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan irigasi dan perkumpulan petani pemakai air serta iklim, konservasi air dan lingkungan hidup; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan irigasi dan perkumpulan petani pemakai air serta iklim, 4 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

konservasi air dan lingkungan hidup; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Irigasi Pertanian. 4) Direktorat Pembiayaan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi pembiayaan pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pembiayaan Pertanian menyelenggarakan fungsi : a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian; d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang kredit program dan fasilitasi pembiayaan, kelembagaan pembiayaan serta pemberdayaan permodalan dan asuransi pertanian; dan f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pembiayaan Pertanian. 5) Direktorat Pupuk dan Pestisida mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan pupuk dan pestisida. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat pupuk dan pestisida menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida; Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 5

d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida; dan e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pupuk dan Pestisida. 6) Direktorat Alat dan Mesin Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan alat dan mesin pertanian prapanen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyediaan, pendaftaran, pengawasan dan peredaran serta kelembagaan alat dan mesin pertanian prapanen; b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan, pendaftaran, pengawasan dan peredaran serta kelembagaan alat dan mesin pertanian prapanen; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyediaan, pendaftaran, pengawasan dan peredaran serta kelembagaan alat dan mesin pertanian prapanen; d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan, pendaftaran, pengawasan dan peredaran serta kelembagaan alat dan mesin pertanian prapanen; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penyediaan, pendaftaran, pengawasan dan peredaran serta kelembagaan alat dan mesin pertanian prapanen; dan f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Alat dan Mesin Pertanian. 1.4. Dukungan Sumberdaya Manusia Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mendapat dukungan sumber daya manusia pada Semester II sebanyak 361 orang yang tersebar pada Sekretariat Direktorat Jenderal dan 5 (lima) Direktorat dengan perincian sebagai berikut : 1) Sekretariat Direktorat sebanyak 83 orang, 2) Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan sebanyak 60 orang, 3) Direktorat Irigasi Pertanian sebanyak 65 orang, 4) Direktorat Pembiayaan Pertanian sebanyak 42 orang, 5) Direktorat Pupuk dan Pestisida sebanyak 58 orang, 6) Direktorat Alat dan Mesin Pertanian sebanyak 53 orang. 6 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Semua sumber daya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tersusun secara sistematis untuk mendukung kelancaran kinerja guna mencapai tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta tujuan dan sasaran Kementerian Pertanian. Secara rinci jumlah pegawai Ditjen PSP pada Semester II tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2. 1.5. Dukungan Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mendapat dukungan anggaran tahun 2016 pada awal Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp11.069.300.141.000,00. Dalam perkembangannya telah mengalami beberapa kali revisi anggaran yang disebabkan kondisi ekonomi makro Indonesia yang tidak menguntungkan sebagai dampak dari rendahnya harga komoditas ekspor di pasar internasional dan penurunan penerimaan pajak sebagai sumber utama pendapatan nasional. Kondisi ini menyebabkan adanya kebijakan penghematan anggaran yang ditetapkan melalui INPRES No 4 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016 dan INPRES No 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja K/L dalam rangka Pelaksanaan APBN-P TA 2016 yang ditindaklanjuti oleh Menteri Keuangan dalam Surat No S-2124/AG/2016 tentang Penundaan/Penangguhan Revisi Anggaran dalam rangka mempercepat Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBNP TA 2016. Akibat penghematan dan penundaan anggaran tersebut, anggaran Ditjen PSP yang semula Rp11.069.300.141.000,00 berkurang menjadi Rp9.109.711.454.000,00 Bahkan memasuki kuartal ke 4 (empat) TA 2016, penghematan anggaran kembali diterapkan pemerintah melalui Kebijakan Self Blocking (Surat Menteri Keuangan No S-851/MK.02/2016 tanggal 30 September 2016 tentang Luncuran Kegiatan dalam APBN-P TA 2016), sehingga Anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan Ditjen PSP setelah Self Blocking menjadi Rp7.010.680.093.000,00. Anggaran tersebut terbagi atas Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp4.358.650.579.000,00 Dana Dekonsentrasi sebesar Rp474.336.478.000,00 dan dana Satker Pusat sebesar Rp2.177.693.036.000.00 Rincian alokasi anggaran per kegiatan seperti pada Tabel 1 berikut : Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 7

Tabel 1. Dukungan Anggaran Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2016 PROGRAM Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian Per Jenis Kewenangan : - Pusat - Dekonsentrasi - Tugas Pembantuan Per Jenis Kegiatan : - Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian PAGU AWAL (Rp) PAGU REVISI (Rp)* SELF BLOCK** ANGGARAN TERSEDIA 11,069,300,141,000 9,109,711,454,000 2,099,031,361,000 7,010,680,093,000 5,044,552,245,000 3,861,949,740,000 1,684,256,704,000 2,177,693,036,000 347,704,054,000 556,481,675,000 82,145,197,000 474,336,478,000 5,677,043,842,000 4,691,280,039,000 332,629,460,000 4,358,650,579,000 957,308,840,000 1,335,182,498,000 147,764,254,295 1,187,418,243,705 - Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 4,325,907,388,000 2,815,870,136,000 186,985,335,288 2,628,884,800,712 - Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan 3,886,538,140,000 3,705,702,539,000 1,445,889,500,411 2,259,813,038,589 - Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 947,098,048,000 747,138,821,000 160,873,092,100 586,265,728,900 - Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 371,299,590,000 320,495,660,000 83,612,619,000 236,883,041,000 - Fasilitasi Pembiayaan Pertanian 581,148,135,000 185,321,800,000 73,906,560,000 111,415,240,000 Sumber data : Bagian Perencanaan TA. 2016 Ditjen PSP 8 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis 2015-2019 Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 2015-2019 disusun dengan mengacu kepada Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019. Renstra Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian selama periode 2015-2019 telah mengalami beberapa kali review, seiring dengan perubahan atau revisi anggaran yang terjadi sehingga perlu dilakukan penyempurnaan akibat perubahan kebijakan yang ada. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2015 2019 memuat program/kegiatan untuk mendukung 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian. Renstra ini merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian yang akan dilaksanakan oleh Ditjen PSP selama periode 2015-2019. Sesuai review renstra (Desember 2016) tertuang visi, misi, tujuan dan arah kebijakan sebagai berikut : 2.1.1. Visi Visi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah Terwujudnya Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian Mendukung Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani. 2.1.2. Misi Untuk mencapai Visi tersebut Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mengemban Misi sebagai berikut : 1) Mewujudkan perluasan dan perlindungan lahan pertanian; 2) Mengembangkan pengelolaan air dan irigasi pertanian; 3) Memfasilitasi penyediaan, penyaluran, dan penggunaan pupuk bersubsidi melalui PSO sesuai azas 6 (enam) tepat jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu, dan harga serta meningkatkan pengawasan terhadap pupuk dan pestisida beredar. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 9

4) Mewujudkan dan mengembangkan sistem pembiayaan sektor pertanian serta mendorong perlindungan usaha tani melalui pengembangan asuransi pertanian. 5) Menyelenggarakan sistem mekanisasi pertanian di Indonesia. 2.1.3. Tujuan dan Sasaran 2.1.3.1. Tujuan Tujuan strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah Melaksanakan penyediaan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian yang meliputi aspek pengelolaan dan perlindungan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, pupuk dan pestisida, serta alat dan mesin pertanian Tujuan strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2015 2019 dicapai dengan: 1) Tersedianya lahan pertanian dalam mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan 2) Terwujudnya Pengelolaan air irigasi pertanian dalam mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan 3) Tersalurnya pupuk bersubsidi sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu, dan harga) serta lebih teraturnya peredaran pupuk pestisida di lapangan sesuai peraturan yang berlaku. 4) Terfasilitasinya pembiayaan dan perlindungan usaha tani. 5) Terwujudnya sistem mekanisasi pertanian di Indonesia sesuai dengan arah pembangunan pertanian. 2.1.3.2. Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah Untuk mengukur sejauh mana Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian telah mencapai tujuan strategis tersebut diatas maka ditetapkan indikator kinerja dan target kinerja yang harus dicapai pada akhir tahun kelima (2019). Untuk mengukur kinerja tujuan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang berada dalam unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, sebagaimana pada Lampiran 3. 10 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Indikator Kinerja tersebut merupakan indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana Tabel 2 berikut: Tabel 2. Indikator Kinerja Tujuan Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian No. Tujuan Indikator Kinerja Utama Target 2015-2019 1 Melaksanakan penyediaan dan Jumlah penambahan Luas Penambahan Luas Areal pengembangan Prasarana dan Areal Pertanaman Pertanaman seluas 1.933.605 Ha Sarana Pertanian yang meliputi aspek pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, pupuk dan pestisida, serta alat dan mesin pertanianpertanian Sumber Data : Review Renstra Ditjen PSP 2015 2019 (Desember 2016) 2.1.3.3. Sasaran Sasaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah : Penambahan Luas Pertanaman seluas 1.933.605 Ha, yang dicapai melalui kegiatan : 1) Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 2) Peningkatan ketersediaan air untuk sektor pertanian 3) Peningkatan fasilitasi penyaluran pupuk dan pengawasan pestisida 4) Peningkatan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap resiko 5) Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian 6) Dukungan Manajemen dan Teknis Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian. 2.1.4. Arah Kebijakan dan Strategi 2.1.4.1. Strategi Strategi yang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut : Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 11

1) Good Governance Melaksanakan manajemen penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian yang efisien, bersih, transparan, bebas dari KKN dengan penyelenggaraan disiplin anggaran dan penciptaan kebijakan yang mendorong peran serta pemangku kepentingan terkait, baik di pusat maupun daerah sesuai dengan peta kewenangannya. 2) Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Lahan dan Air Secara Lestari Melaksanakan pengembangan lahan melalui penyempurnaan data luasan lahan pertanian, tata kelola lahan dan air, pengendalian alih fungsi lahan, perluasan areal pertanian, optimalisasi lahan terlantar/ tidur, konservasi dan rehabilitasi, reklamasi, jalan usaha tani dan jalan produksi pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) serta meningkatkan kesuburan dan produktivitas lahan melalui pengelolaan air yang efisien dan efektif dengan mengembangkan dan merehabilitasi jaringan irigasi di tingkat usahatani dan irigasi desa, dan Tata Air Mikro (TAM) melalui partisipasi masyarakat. Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama kenaikan suhu udara dan ketersediaan air di saat musim kemarau sehingga perlu tersedia sumber irigasi suplementer melalui teknik pemanenan air (water harvesting) seperti pembangunan embung/dam parit dan sumur resapan. 3) Menetapkan Skala Prioritas Kawasan Pengembangan Melaksanakan penetapan skala prioritas kawasan pengembangan pertanian yang berbasis komoditas. Perkembangan otonomi daerah yang telah dilaksanakan bisa dipandang positif, kondisi ini dapat membangun sistem pembagian manfaat ekonomi secara lebih adil dan merata antar wilayah, antar pelaku ekonomi (pengentasan kemiskinan) dan antar generasi yang dapat memberikan dampak positif (langsung maupun tidak langsung) terhadap perbaikan ekosistem lokal maupun global. Oleh karena itu, penetapan skala prioritas kawasan pengembangan pertanian berbasis komoditas perlu dikaji skala ekonominya dengan baik. 12 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

4) Mendorong Pola Partisipatif Melaksanakan pemberdayaan masyarakat/petani dalam pengelolaan lahan dan air dengan meningkatkan kemampuan SDM melalui pengarusutamaan gender (PUG) agar mandiri dan proaktif melalui kegiatan-kegiatan penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian dalam suatu wadah organisasi/kelompok petani yang kuat dan mandiri. Fasilitasi pemerintah harus diselenggarakan untuk mendorong kreatifitas dan memberdayakan usaha masyarakat dan memberdayakan usaha masyarakat, antara lain melalui pola Bantuan Sosial/Bantuan Pemerintah. 5) Menggalang Sinergi dan Meningkatkan Mutu Koordinasi Melaksanakan penggalangan sinergi semua instansi terkait dalam memberdayakan potensi sumber daya pertanian yang ada untuk pengelolaan prasarana dan sarana pertanian. 6) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang Feasible dan tidak Bankable, adalah mengoptimalkan skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sebagian bunga bank disubsidi oleh pemerintah serta mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dari Gapoktan PUAP di pedesaan untuk pembiayaan usaha mikro dan ritel. 7) Strategi Perlindungan petani dan usaha tani adalah mengembangkan skema pembiayaan dalam rangka perlindungan petani dan usaha taninya melalui fasilitasi program asuransi bagi kerugian petani akibat kegagalan panen 8) Strategi Penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi, dengan mendorong penggunaan pupuk majemuk dan pupuk organik melalui pemberian subsidi harga pupuk dan bantuan langsung pupuk, serta bantuan sarana pengolah pupuk organik di tingkat petani. 9) Strategi dalam meningkatkan pengawasan pupuk dan Pestisida, yaitu dengan mendorong peran pemerintah daerah dalam pengawasan pupuk dan pestisida melalui peningkatan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pupuk dan Pestisida. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 13

10) Strategi pelaksanaan penyediaan alat dan mesin pertanian, yaitu melaksanakan manajemen penyediaan dan pengawasan alat dan mesin pertanian yang efisien, bersih, transparan, bebas dari KKN dengan penyelenggaraan disiplin anggaran dan penciptaan kebijakan yang mendorong peran serta stakeholder terkait baik di pusat maupun daerah sesuai dengan peta kewenangannya. 11) Strategi pengembangan alat dan mesin pertanian secara selektif dan progresif, yaitu dengan melaksanakan pengembangan alsintan melalui optimalisasi penggunaan alsintan dan pemanfaatan teknologi alat dan mesin pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta kualitas semua sumber daya termasuk sumber daya tenaga kerja 12) Strategi pengawasan alsintan, yaitu pemberdayaan petugas pengawas melalui peningkatan kompetensi petugas pengawas dan penyediaan sarana pendukung 13) Strategi penumbuhan dan pengembangan UPJA dan bengkel alsintan, yaitu pemberdayaan kelembagaan UPJA dan bengkel Alsintan melalui peningkatan kompetensi SDM, organisasi dan bisnis serta penerapan inovasi teknologi dibidang alat dan mesin pertanian. 2.1.4.2. Arah Kebijakan Kebijakan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dalam rangka menunjang pembangunan pertanian untuk menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumberdaya lokal dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah sebagai berikut : 1) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran : Meningkatnya luas areal pertanian pada kawasan tanaman pangan, ditempuh melalui : a) Penambahan Baku Lahan (PBL) b) Pendekatan kawasan yang berskala ekonomi c) Kesesuaian daya dukung dan agropedoklimat d) Partisipasi dan pemberdayaan petani e) Peningkatan efektivitas pembelajaran melalui pendampingan. 14 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

2) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: Perlindungan lahan, adalah : a) Kebijakan perlindungan kawasan pertanian produktif yang diperlukan untuk mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan, melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait di dalam penetapan kawasan dan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten (RTRWP/K). b) Kebijakan konservasi lahan melalui pemberdayaan masyarakat pada lahan pertanian kritis, semi kritis, dan potensial kritis. 3) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: basis data lahan dalam pengembangan infrastruktur pertanian melalui program audit lahan pertanian. a) Kebijakan dalam penyediaan data dan informasi luas baku lahan pertanian yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan. b) Kebijakan tentang jaringan data spasial Nasional berdasarkan Informasi Geospasial (IG) yang diterapkan dalam One Map Policy. 4) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: terwujudnya upaya optimasi dan rehabilitasi lahan, dilakukan melalui mengoptimalkan pemanfaatan lahan. 5) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: tercapainya pengembangan sumber air alternatif dan skala kecil, adalah : a) Diprioritaskan pada kawasan kekeringan dengan mendayagunakan baik air permukaan maupun air tanah. b) Pengembangan sumber air alternatif dan skala kecil secara berkelanjutan dengan cara partisipatif. 6) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: tercapainya pengembangan jaringan irigasi dan optimasi pemanfaatan air irigasi, adalah: a) Peningkatan fungsi prasarana irigasi, b) Penerapan teknologi hemat air c) Peningkatan partisipasi masyarakat. d) Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani Pemakai Air (P3A), melalui : Peningkatan kemampuan P3A dalam Pengelolaan Air Irigasi dan Produksi Pertanian; Pengelolaan irigasi secara partisipatif; Pengembangan jejaring dan kemitraan P3A. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 15

7) Kebijakan yang terkait dengan pengembangan konservasi air dan lingkungan hidup serta antisipasi perubahan iklim, adalah : a) Pengembangan teknik pemanenan air dengan pembangunan embung/dam parit/longstorage. b) Pengembangan teknik penyerapan air ke dalam tanah dengan sumur resapan c) Pengembangan Model Adaptasi Perubahan Iklim (PMAPI) 8) Kebijakan terkait dengan revitalisasi pembiayaan petani dan kelembagaan petani dalam rangka meningkatkan ketersediaan pembiayaan/kredit bagi petani, fokus pada : a) Pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan ; b) Pembiayaan yang bersumber dari dana BUMN/ CSR c) Pembiayaan yang bersumber dari dana lembaga Keuangan Non Bank; d) Pembiayaan yang bersumber dari pembiayaan swasta dan masyarakat; e) Pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat tani dan atau masyarakat yang peduli terhadap pertanian ; f) Pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota) ; g) Pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan mikro dan lembaga adat yang berkembang di masyarakat; serta sumber pembiayaan lainya. h) Pengembangan asuransi usaha tani padi (AUTP) untuk menanggulangi resiko gagal panen. i) Pengembangan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) untuk menanggulangi resiko kematian dan kehilangan ternak sapi 9) Kebijakan terkait pupuk dan pestisida, adalah: a) Fasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian guna mendorong penerapan pemupukan secara berimbang guna meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil komoditas pertanian. b) Pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida ramah lingkungan. c) Fasilitasi pelayanan pendaftaran pupuk dan pestisida pertanian. 10) Kebijakan pengembangan alsintan, didalamnya memuat beberapa hal sebagai berikut : 16 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

a) Kebijakan yang terkait dengan sasaran meningkatnya kepemilikan alsintan pada 33 propinsi sebesar 3 5 %, adalah : (a) sosialisasi pelaksanaan kegiatan kepemilikan alsintan, (b) koordinasi dengan Dinas Propinsi dan Kabupaten/Kota guna pemantapan kegiatan kepemilikan alsintan, (c) kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan kepemilikan alsintan. b) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya penumbuhan dan pengembangan UPJA Pemula, Berkembang dan Profesional, meningkat masing-masing 10%, 10% dan 15% per tahun, adalah : (a) sosialisasi Permentan No.25 Tahun 2008 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan UPJA, (b) Pembentukan Tim UPJA, (c) kebijakan pemberdayaan dalam pengelolaan UPJA, (d) peningkatan peranan UPJA dalam pengembangan alsintan, (e) kebijakan peningkatan integrasi subsistem pengguna, penyedia alsintan, permodalan dan pembinaan dalam keberlanjutan kelembagaan UPJA. c) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya pengembangan bengkel alsintan di 33 propinsi, adalah : (a) sinkronisasi dan koordinasi dengan instansi terkait, (b) peningkatan peranan produsen alsintan dalam pengembangan bengkel, (c) peningkatan keahlian pengelola bengkel alsintan. d) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya pengawasan pengadaan, peredaran dan penggunaan alat dan mesin pertanian yang berdayaguna dan berhasil guna di 33 provinsi meliputi : (a) sosialisasi pengawasan alsintan (b) meningkatkan jumlah dan kompetensi petugas pengawas alsintan dan (c) meningkatkan sarana pengawasan alsintan. e) Kebijakan yang terkait dengan kualitas koordinasi dan sinkronisasi dalam pengembangan, pengawasan dan kelembagaan alsintan di 33 Provinsi dalam rangka peningkatan forum komunikasi dan informasi pengembangan, pengawasan dan kelembagaan alsintan. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 17

2.2. Program Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Program Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah Program Pengembangan dan Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian dengan indikator kinerja program adalah : 1) Tersedianya kebijakan, norma, standart, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang prasarana dan sarana pertanian 2) Terlaksananya bimbingan teknis dan pengawasan di bidang prasarana dan sarana pertanian 3) Tersedianya dan teroptimalisasinya pendayagunaan lahan dan air dalam mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. 4) Berkembangnya sistem pembiayaan usaha pertanian yang fleksibel dan mudah diakses oleh petani serta sistem perlindungan usaha petani dan mitigasi resiko usaha petani melalui Asuransi Pertanian. 5) Tersedianya dan Tersalurkannya pupuk dan pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga) 6) Berkembangnya sistem mekanisasi pertanian di Indonesia melalui kebijakan pengembangan, pemanfatan, pengawasan dan kelembagaan alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan arah pembangunan pertanian. 7) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi antar sektor dan lembaga dalam mendorong optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional 8) Meningkatnya peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana pertanian secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian berkelanjutan. 9) Terselenggaranya manajemen dan administrasi pembangunan berdasarkan prinsip profesionalitas, integritas, transparansi dan akuntabilitas 18 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

2.3. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Perjanjian Kinerja merupakan kontrak kerja antara Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan Menteri Pertanian untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung Program Kementerian Pertanian. Perjanjian Kinerja ini menjadi dokumen untuk mewujudkan capaian strategis Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2016 sebagai berikut : Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen PSP TA. 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 1. Penambahan Luas Pertanaman 1. Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Sawah 2. Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi 132.155 Ha 175.055 Ha Sumber Data : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Ditjen PSP, Kementerian Pertanian Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) yang telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal PSP dan Menteri Pertanian tertuang dalam Lampiran 4 dan 5. Pencapaian sasaran strategis program Ditjen PSP yaitu Penambahan Luas Pertanaman diukur melalui indikator kinerja : 1) Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Sawah dan 2) Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi. Pencapaian sasaran strategis tersebut dicapai melalui kegiatan sebagai berikut : 1) Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian; 2) Peningkatan ketersediaan air untuk sektor pertanian; 3) Peningkatan fasilitasi penyaluran pupuk dan pengawasan pestisida 4) Peningkatan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap resiko; 5) Peningkatan penyediaan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dan 6) Dukungan manajemen dan teknis kegiatan prasarana dan sarana pertanian. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 19

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi 3.1.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2016 ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian >100%), (2) berhasil (capaian 80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 60-79%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan. 3.1.2. Pencapaian Sasaran Strategis Ditjen PSP Tahun 2016 Pencapaian sasaran program Ditjen PSP yaitu Penambahan Luas Pertanaman diukur melalui Indikator Kinerja yaitu 1). Jumlah Penambahan luas Lahan Sawah dan 2). Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi. Sasaran Program Ditjen PSP pada TA 2016 adalah penambahan luas pertanaman diukur melalui : 1) jumlah penambahan lahan sawah seluas 132.155 Ha dan 2) jumlah penambahan luas tanam padi seluas 175.055 Ha. Pencapaian sasaran tersebut melalui kegiatan : 1) Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian; 2) Peningkatan ketersediaan air untuk sektor pertanian; 3) Peningkatan fasilitasi penyaluran pupuk dan pengawasan pestisida 4) Peningkatan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap resiko, 5) Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dan 6) Dukungan Manajemen dan Teknis kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian. Pengukuran capaian indikator kinerja penambahan luas baku lahan padi dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi kegiatan perluasan sawah TA. 2016 dengan target, sedangkan pengukuran indikator kinerja penambahan luas tanam padi dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi jumlah penambahan luas tanam padi tahun 2016 dengan angka target penambahan luas tanam padi yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja. Angka realisasi perluasan sawah adalah angka realisasi per 31 Desember 20 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

2016. Angka realisasi luas tanam tahun 2016 adalah angka yang dirilis oleh Pusat Data Pertanian per 25 Januari 2017, sedangkan angka luas tanam tahun 2015 adalah angka tetap yang dirilis oleh BPS. Dari pengukuran 2 indikator kinerja Ditjen PSP dalam pencapaian sasaran program Penambahan Luas Pertanaman dapat disimpulkan bahwa indikator penambahan luas pertanaman yang diukur melalui jumlah penambahan lahan sawah seluas 129.096 Ha (97,69%) dari target seluas 132.155 Ha dengan kategori Berhasil. Selanjutnya untuk jumlah penambahan luas tanam padi sebesar 2.617.042,9 Ha (1.421%) dari target 175.055 Ha termasuk kategori Sangat Berhasil. Capaian kinerja Ditjen PSP pada Semester II sebagaimana Tabel 4 berikut. Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian pada Semester II Tahun 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target (Ha) Realisasi (Ha) Capaian (%) Kategori 1. Penambahan Luas Pertanaman 1. Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Sawah 2. Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi 132.155 129.096 97,69 Berhasil 175.055 2.617.042,9 1.421 Sangat Berhasil Sumber data : PK dan Hasil Pengukuran Kinerja Ditjen PSP, 2016 3.1.3. Analisis Capaian Sasaran Program Ditjen PSP Tahun 2016 Pencapaian sasaran program Ditjen PSP tahun 2016 yaitu penambahan luas pertanaman tidak lain adalah untuk mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian yaitu swasembada padi. Pencapaian sasaran program tersebut diwujudkan melalui kegiatan sebagai berikut : 3.1.3.1. Penambahan Luas Baku Lahan Melalui Pencetakan Sawah Baru Capaian penambahan luas baku lahan sawah pada TA 2016 seluas 129.096 Ha (97,69%) termasuk kategori Berhasil. Sementara dana untuk kegiatan konstruksi perluasan sawah terserap sebesar Rp2.006.056.371.266,00 dari pagu Rp2.142.815.240.000,00 sehingga realisasi keuangan adalah 96.20%. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 21

Secara fisik, kegiatan perluasan sawah masih terus berjalan namun sampai batas waktu pelaporan terlaporkan seperti tersebut di atas. Tidak tercapainya target 100 % disebabkan hal-hal sebagai berikut : 1) Hasil SID yang dijadikan acuan untuk Desa Dombeyoha pelaksanaan konstruksi cetak sawah Kab. Kolaka Kab. Kolaka Utara Utara kurang akurat 2) Penetapan CP/CL belum sepenuhnya mengikuti ketentuan dalam pedoman teknis, sehingga masih ada beberapa lokasi mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air 3) Penyelesaian pengerjaan fisik terlambat, hal ini dikarenakan kurangnya jumlah alat berat, sulitnya mobilisisasi alat berat ke lokasi terutama lokasi yang merupakan kepulauan, adanya banjir, serta beberapa lokasi yang mempunyai vegetasi sangat berat 4) Sawah yang sudah selesai dicetak tidak bisa segera ditanami, hal ini disebabkan antara lain lokasi terkena banjir, kebiasaan petani yang tidak mau tanam diluar kebiasaan musim tanam di wilayah setempat 5) Masih ada beberapa lokasi yang terdapat simpukan sisa land clearing dan masih berada di lokasi sawah. Sesuai dengan PK Dirjen PSP dengan Menteri Pertanian TA 2016, terdapat kegiatan lain di Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan untuk mencapai sasaran program Ditjen PSP melalui penambahan luas tanam padi adalah sebagai berikut : 1) Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu 22 Sasaran kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu adalah terealisasinya kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu dengan target 5.000 Ha yang dilaksanakan 4 Provinsi (6 Kabupaten) dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 20.000.000.000,-. Realisasi fisik kegiatan mencapai 3.999 Ha dari target seluas 4.779,5 Ha (83,67%) dengan realisasi anggaran kegiatan terserap Rp. 15.490.908.216,- dari pagu sebesar Rp. 20.000.000.000,-. (77,45%). Dari pagu anggaran di atas, terdapat self-blocking sebesar Rp. 3.015.907.100,-. Setelah revisi DIPA tanggal 10 November 2016, terdapat penambahan anggaran pada DIPA revisi yang lebih besar dari target awal Rp. 20.000.000.000,- menjadi Rp. 21.273.047.000,- Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

ab. Banyuasin Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu masuk dalam kriteria Cukup Berhasil, hal ini dilihat berdasarkan persentase capaian Kab. Banyuasin sebesar 73,76 %. Tidak tercapainya target 100 % dikarenakan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mendapatkan alokasi kegiatan seluas 500 ha, tidak melaksanakan kegiatan ini dan dananya dikembalikan ke kas negara. Hal ini disebabkan karena lokasi yang telah disiapkan untuk kegiatan di Kecamatan SP Padang dalam kondisi tergenang akibat banjir. Selain itu, Kabupaten Kepulauan Meranti yang semula ditargetkan melaksanakan kegiatan seluas 500 ha, hanya mampu melaksanakan seluas 329 ha karena lokasi tidak memenuhi kriteria. Ke depan, diharapkan penanggung jawab Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu dapat lebih selektif dalam mengusulkan calon lokasi kegiatan. 2) Kegiatan Pra Sertifikasi Lahan Petani Pada TA. 2016, alokasi anggaran kegiatan Pra Sertifikasi Lahan Pertanian adalah sebanyak 1.600 paket (80.000 bidang/persil) di 26 Propinsi (163 Kabupaten/Kota). Total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan Pra dan Pasca Sertifikasi Lahan Pertanian sebesar Rp. 16.000.000.000,-. Namun demikian, terjadi penghematan anggaran menjadi Rp. 12.568.249.000,- untuk 63.407 bidang dengan realisasi kegiatan sebesar 51.446 bidang (81,14 %). Realisasi anggaran (sampai dengan Desember 2016) sebesar Rp. 10.289.263.000,- (81,87 %) dari pagu sebesar Rp. 12.568.249.000,- Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, kegiatan Pra Sertifikasi Lahan Petani masuk dalam Kategori Berhasil, yang dinilai berdasarkan persentase capaian sebesar 81,14 %. Dari sisi Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 23

pelaksanaannya, kontribusi kegiatan Pra Sertifikasi Lahan Petani yang dapat diperoleh yaitu : Diperolehnya data penetapan calon lokasi dan calon petani (CPCL) serta jumlah persil/bidang yang diperuntukan bagi petani dan/atau pemilik penggarap lahan pertanian rakyat yang akan digunakan untuk perencanaan kegiatan Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) oleh BPN ditahun mendatang, Memberikan kepastian kepada petani pemilik penggarap yang telah mengusahakan tanahnya tetapi belum mempunyai hak atas tanah yang tetap (subyek) dan lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan di sentra produksi (obyek) atas tanah yang akan disertifikasi secara cepat, tepat, mudah, dan aman, Mempercepat penyajian dokumen administrasi subyek dan obyek untuk diproses lebih lanjut dalam pembuatan sertifikat tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Capaian kegiatan Pengembangan pemanfaatan lahan rawa/gambut terpadu dan Pra Sertifikasi Lahan Petani seperti pada tabel 5. Tabel 5. Capaian Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa/ Gambut Terpadu dan Pra Sertifikasi Lahan Petani Tahun 2016 Indikator Kinerja Target (Ha) Realisasi (Ha) Capaian (%) Kategori Pengembangan rawa gambut terpadu 4,779.5 3,999 83.67 Berhasil Jumlah bidang tanah petani yang di pra sertifikasi dan pasca sertifikasi 63,407 51,446 81.14 Berhasil Sumber Data : PK dan Hasil Pengukuran Kinerja Direktorat Perluasan dan Perluasan Lahan, 2016 3.1.3.2. Peningkatan Ketersediaan Air untuk Sektor Pertanian Pencapaian sasaran Ketersediaan Air untuk Sektor Partanian yang menjadi tanggung jawab Direktorat Irigasi Pertanian adalah : 24 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

a) Jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya, b) Jumlah bangunan dan peralatan pelengkapnya pemanfaatan sumber air yang dibangun, c) Jumlah luas areal lahan rawa yang jaringan irigasinya dibangun/ direhabilitasi, d) Jumlah bangunan konservasi air yang dibangun dalam rangka antisipasi perubahan iklim. Pengukuran indikator kinerja Direktorat Irigasi Pertanian dalam pencapaian sasaran kegiatan Meningkatnya Infrastruktur Air Irigasi Mendukung Produksi Pertanian dapat disimpulkan termasuk dalam Kategori Berhasil. Hal ini didasarkan dari penilaian terhadap 4 indikator kinerja, dimana 3 indikator Kab. Kab. Ciamis Ciamis masuk Kategori Berhasil yaitu jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya tercapai 98,30 %, jumlah bangunan dan peralatan pelengkapnya pemanfaatan sumber air yang dibangun tercapai 99,55 %, dan jumlah bangunan konservasi air yang dibangun dalam rangka antisipasi perubahan iklim tercapai 93,91 %, sedangkan 1 indikator masuk Kategori Cukup Berhasil yaitu jumlah luas areal lahan rawa yang jaringan irigasinya dibangun/direhabilitasi tercapai 75,26 %. Penilaian capaian masing-masing indikator kinerja Direktorat Irigasi Pertanian terdapat pada Tabel 6 di bawah ini. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 25

Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Irigasi Pertanian Tahun 2016 Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target * Realisasi Capaian Kategori Meningkatnya Infrastruktur Air Irigasi Mendukung Produksi Pertanian 1. Jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya 449.640 Ha 442.015 Ha 98,30 % Berhasil 2. Jumlah bangunan dan peralatan pelengkapnya pemanfaatan sumber air yang dibangun 1.544 Unit 1.537 Unit 99,55 % Berhasil 3. Jumlah luas areal lahan rawa yang jaringan irigasinya dibangun/direhabi litasi 80.000 Ha 60.209 Ha 75,26 % Cukup Berhasil 4. Jumlah bangunan konservasi air yang dibangun dalam rangka antisipasi perubahan iklim 1.909 Unit 1.793 Unit 93,91 % Berhasil Sumber Data : Direktorat Irigasi Pertanian TA. 2017 Dari capaian Indikator Kinerja Direktorat Irigasi Pertanian TA. 2016 pada Tabel 6 di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut : Masih terdapat realisasi Indikator Kinerja dalam kategori cukup berhasil yang disebabkan adanya tunda bayar/luncuran pada tahun 2017. Realisasi Indikator Kinerja dapat bertambah pada tahun 2017 setelah anggaran yang ditunda bayar/luncurkan dicairkan. 26 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

1) Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier. Pada TA 2016 capaian jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier adalah sebesar 442.015 ha yang tersebar di 26 Provinsi dan 230 Kabupaten. Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier termasuk dalam kategori Berhasil. Hal ini dilihat berdasarkan persentase capaian kegiatan sebesar 98,30 % dari target 449.640 ha. Alokasi anggaran kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebesar Rp726.804.800.000,00 dengan blokir Rp38.257.940.000,00 dan terealisasi senilai Rp690.331.820.000,00 atau 99,91 %. Rincian realisasi per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kegiatan RJIT TA. 2016 mengalami penurunan alokasi kegiatan (TA. 2015 seluas 2.458.471 Ha) menjadi 454.253 Ha pada TA. 2016. Hal ini sesuai dengan target dalam Renstra TA. 2015-2019 sebesar 3,332,435 Ha dengan target alokasi RJIT yang sangat besar sudah dilaksanakan pada TA. 2015, dalam rangka upaya percepatan pencapaian Nawa Cita Pemerintah untuk mendukung pencapaian swasembada pangan. Dengan direhabilitasinya jaringan irigasi tersier secara luas pada TA. 2015, diharapkan manfaatnya/dampaknya sudah dapat meningkatkan IP minimal 0,3 dan produksi minimal 0,3 ton/ha. 2) Pengembangan Irigasi Perpipaan/Irigasi Pompanisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Perpipaan/Pompanisasimerupakan salah satu bentuk upaya pengembangan sumber air irigasi untuk usaha pertanian sub sektor tanaman pangan. Kegiatan irigasi perpipaan/irigasi perpompaan dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP) sebesar 0,5 pada lahan sawah serta meningkatkan ketersediaan air sebagai suplesi pada lahan pertanian. Hal ini perlu dilakukan mengingat beragamnya kondisi dan potensi daerah, yang berdampak pada beragamnya perkembangan teknologi irigasi yang berkembang di setiap daerah. Kegiatan irigasi perpipaan/irigasi Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 27

perpompaan merupakan kegiatan baru yang dialokasikan pada TA.2016 yang dilaksanakan di 32 Provinsi tersebar di 319 Kabupaten (1.691 unit). Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, kegiatan pengembangan irigasi perpipaan/irigasi perpompaan masuk ke dalam Kategori Berhasil. Hal ini dilihat berdasarkan persentase capaian unit yang sudah ditansfer dana sebesar 99,73%. 3) Pengembangan Irigasi Rawa Kegiatan Pengembangan Irigasi Rawa juga merupakan kegiatan baru pada TA. 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja jaringan irigasi tersier di lahan rawa sehingga meningkatkan fungsi layanan irigasi. Target alokasi kegiatan adalah seluas 80.000 Ha yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi (7 Kabupaten). Realisasi fisik sampai akhir tahun 2016 seluas 60,209 Ha, proses penyaluran dana bantuan pemerintah tahap I (70%) seluas 80.000 Ha, sedangkan proses penyaluran dana bantuan pemerintah tahap II (30%) masih dilakukan seluas 12.665 Ha. Rincian realisasi per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran (transfer dana), kegiatan pengembangan irigasi rawa masuk ke dalam Kategori Berhasil sebesar 99,88 %. 4) Pengembangan/Pelaksanaan Konservasi Air dan Lingkungan Hidup serta Antisipasi Perubahan Iklim. Pada TA 2016, alokasi kegiatan Pengembangan/Pelaksanaan Konservasi Air dan Lingkungan Hidup serta Antisipasi Perubahan Iklim dilaksanakan di 16 provinsi dan 66 kabupaten dalam bentuk fisik berupa embung/dam parit/long storage. Kegiatan ini sudah dilaksanakan pada TA. 2015 dengan realisasi sebanyak 324 unit (86,40%) dari target sebanyak 375 unit. Pembangunan embung/dam parit/long storage bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan sumber air di tingkat usaha tani sebagai suplesi irigasi tanaman pangan dan mengurangi resiko terjadinya kegagalan panen akibat kekeringan pada lahan usaha tani di musim kemarau. Tahun 2016, target pembangunan embung/dam parit/long storage yang dialokasikan sebanyak 2.030 unit dan telah 28 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

terealisasi sampai akhir Desember 2016 sebanyak 1.793 unit dengan realisasi keuangan sebesar Rp177.116.000.000,00 (87,96 %). 5) Water Resources and Irrigation Management Program (WISMP) Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP) merupakan salah satu program nasional dengan sumber dana berasal dari pinjaman dan hibah luar negeri pada sektor pengairan untuk mengatasi adanya penurunan tingkat kinerja pengelolaan sumber daya air dan irigasi. Program ini direncanakan selama 15 (lima belas) tahun dan dibagi ke dalam 3 (tiga) Adjustable Program Loan (APL). Pelaksanaan kegiatan program WISMP APL I dimulai pada tahun 2006 dan berakhir pada tahun 2010. Saat ini sedang berjalan kegiatan program WISMP II yang telah efektif berjalan sejak 2011. Kegiatan WISMP II direncanakan berakhir 2016. Kegiatan utama dalam Program WISMP adalah kegiatan pemberdayaan kelembagaan. Kontribusi kegiatan WISMP terhadap Ditjen PSP salah satunya adalah turut membantu meningkatkan kapasitas kelembagaan petani pemakai air melalui kegiatan Pelatihan GP3A dalam aspek managemen, organisasi dan keuangan, Pelatihan Teknis Optimasi Lahan dan Air untuk Pengembangan Agribisnis, Pelatihan Sekolah Lapang Iklim, Mitigasi dan Adaptasi terhadap perubahan MT I, Pelatihan Sekolah Lapang PHT, Pelatihan mengenai Pengajuan dan Pelaksanaan Dana Investasi Agribisnis, Studi Banding, Legalisasi Kelembagaan, dan lain-lain. 3.1.3.3. Peningkatan Fasilitasi Penyaluran Pupuk dan Pengawasan Pestisida Pencapaian sasaran strategis melalui kegiatan Fasilitasi Penyaluran Pupuk dan Pengawasan Pestisida yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pupuk dan Pestisida diukur melalui capaian indikator kinerja, khususnya berkaitan dengan kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi dan pengembangan UPPO mendukung desa organik. Capaian kinerja Direktorat Pupuk dan Pestisida dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 7 berikut : Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 29

Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pupuk dan Pestisida Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target satuan Realisasi % Capaian Tersalurnya pupuk bersubsidi dan dioptimalkannya Rumah Kompos di daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan sentra peternakan. 1. Jumlah Pupuk Bersubsidi 9.550.000 Ton 9.196.570 93,60 2. Jumlah Terbit Permentan dan 2 Permentan/ 2 100,00 Keputusan Dirjen Tahun 2016 Kep. Dirjen 3. Jumlah Terbit Kepmentan 1 Kepmentan 1 100,00 tentang HPP Tahun 2016 4. Jumlah pelaksanaan sosialisasi 33 Provinsi 33 100,00 permentan tahun 2016 5. Jumlah petunjuk pelaksanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi Tahun 2016 1 Pedoman 1 100,00 Terlaksananya pengawasan pupuk dan pestisida 6. Jumlah pelaksanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2016 7.Jumlah terbangunnya Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) mendukung desa organik 1. Jumlah sampel mutu pupuk dan Pestisida yang beredar 2. Terfasilitasinya pembentukan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Pusat 33 Provinsi 33 100,00 575 Unit 575 100,00 150 Sampel 160 106,00 1 Keputusan 1 100,00 Terfasilitasinya pendaftaran pupuk dan pestisida 1. Jumlah pendaftaran pupuk 200 Ijin 633 316,5 2. Jumlah pendaftaran pestisida 200 Ijin 656 328,00 Sumber data : Direktorat Pupuk dan Pestisida TA. 2016 1) Kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi adalah jenis pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di lini IV. Sasaran kegiatan adalah diterapkannya pemupukan berimbang spesifik lokasi di tingkat petani, untuk mendukung peningkatan produktivitas dan produksi serta memperbaiki kualitas hasil komoditas pertanian. 30 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Pupuk yang disubsidi adalah Urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk organik yang diproduksi oleh BUMN Pupuk dengan rincian jumlah pupuk yang disubsidi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/SR.310/ 12/2015 tanggal 3 Desember 2015 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian TA. 2016 adalah sbb: Urea sebanyak 4.100.000 ton; SP-36 sebanyak 850.000 ton; ZA sebanyak 1.050.000 ton; NPK 2.550.000 ton dan Organik sebanyak 1.000.000 ton dan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/ SR.310/12/2016 tanggal 2 Desember 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/Permentan/SR.310/12/2015 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggara 2016 adalah sebagai berikut : Urea sebanyak 1.140.472 ton; SP- 36 sebanyak 880.000 ton; ZA sebanyak 1.050.000 ton; NPK sebanyak 2.700.000 ton dan Organik sebanyak 779.528 ton. Alokasi anggaran subsidi pupuk TA 2016 didasarkan pada DIPA Nomor : SP DIPA-999.07.1.98149/2016 senilai Rp30.063.193.550.000, yang kemudian mengalami revisi dengan nilai masing-masing sebesar : a). Pupuk Urea, Rp12.144.462.794.000,00 b). Pupuk SP-36, Rp 3.173.935.082.000,00 c). Pupuk ZA, Rp2.264.835.252.000,00 d). Pupuk NPK Rp11.380.952.738.000,00 dan e). Pupuk Organik, Rp 1.099.007.684.000,00. Realisasi kegiatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi tahun 2016 untuk semua jenis pupuk berdasarkan realisasi fisik sampai posisi tanggal 31 Desember 2016 adalah: 9.196.570 ton dari target 9.550.000 ton atau 96,30 %. Seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Realisasi Fisik dan Keuangan Pupuk Bersubsidi TA. 2016 KEGIATAN FISIK KEUANGAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % * Pupuk Bersubsidi (Ton) 9,550,000 9,196,570 96.30 30,063,193,550 26,853,260,077 89.32 - Pupuk Urea 4,140,472 4,023,998 97.19 12,144,462,794 10,674,063,959 87.89 - Pupuk SP36 880,000 859,766 97.70 3,173,935,082 2,934,115,263 92.44 - Pupuk ZA 1,050,000 1,001,442 95.38 2,264,835,252 1,986,294,163 87.70 - Pupuk NPK 2,700,000 2,642,801 97.88 11,380,952,738 10,409,351,955 91.46 - Pupuk Organik 779,528 668,563 85.77 1,099,007,684 849,434,737 77.29 Sumber Data : Direktorat Pupuk dan Pestisida TA. 2017 Berdasarkan kriteria pengukuran keberhasilan pencapaian sasaran, secara umum kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi (Urea, SP-36, ZA, Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 31

NPK dan Organik) sampai dengan tanggal 31 Desember 2016, dalam Kategori Berhasil. Kontribusi kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi bagi peningkatan produksi padi adalah jaminan ketersediaan pupuk yang dapat menjaga/meningkatkan produktivitas padi di areal sawah yang mendapatkan pupuk. Setiap tahun, Menteri Pertanian perlu menetapkan Kebutuhan dan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi di setiap tahunnya. Draft Peraturan Menteri Pertanian TA. 2017 dalam proses pengajuan untuk mendapat penetapan lebih lanjut. Dalam draft tersebut kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2017 diusulkan sebanyak 8.550.000 ton yang terdiri dari Pupuk Urea sebanyak 3.670.680 ton; Pupuk SP-36 sebanyak 800.000 ton; Pupuk ZA sebanyak 1.000.000 ton; Pupuk NPK sebanyak 2.184.032 ton dan Pupuk Organik sebanyak 895.288 ton. 2) Kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) Mendukung Desa Organik Kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) mendukung desa organik merupakan kegiatan bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat tani sebagai salah satu upaya memperbaiki kesuburan lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Diharapkan dengan adanya bantuan pemerintah berupa Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), petani dapat memproduksi dan menggunakan pupuk organik insitu secara optimal. Bantuan yang diberikan dalam kegiatan UPPO antara lain bangunan rumah kompos, bak fermentasi, alat pengolah pupuk organik (APPO), kendaraan roda 3, bangunan kandang ternak komunal, ternak sapi dan bantuan pakan selama 6 bulan. Pembangunan UPPO diarahkan pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran ternak/limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada kawasan sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternakan. Pada tahun 2016 target untuk pembangunan UPPO adalah 575 unit yang tersebar di 25 provinsi, 158 32 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

kabupaten. Dalam pelaksanaannya, realisasi keuangan dan fisik telah tercapai 100%, sehingga capaian tersebut masuk dalam Kategori Berhasil. Kontribusi dari kegiatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) adalah memenuhi kebutuhan pupuk organik insitu oleh dan untuk petani, utamanya untuk mendukung kegiatan SRI di lokasi setempat atau masyarakat sekitarnya. Selain itu juga menyediakan fasilitasi terpadu untuk pengolahan bahan organik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) menjadi kompos (pupuk organik), memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian serta melestarikan sumberdaya lahan pertanian dan lingkungan. 3.1.3.4. Peningkatan Fasilitasi Pembiayaan, Pemberdayaan Kelembagaan, dan Permodalan Pertanian, serta Peningkatan Perlindungan Terhadap Resiko Pencapaian sasaran kegiatan diukur melalui Peningkatan Fasilitasi Pembiayaan, Pemberdayaan Kelembagaan, dan Permodalan Pertanian, serta Peningkatan Perlindungan Terhadap Resiko yang menjadi tanggungjawab Direktorat Pembiayaan. Pengukuran capaian indikator kinerja jumlah asuransi pertanian dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi jumlah lahan tanaman padi yang diasuransikan (Ha) dengan target lahan tanaman padi yang diasuransikan (Ha). Sedangkan untuk pengukuran capaian indikator kinerja jumlah asuransi ternak sapi dilakukan dengan cara membandingkan angka realisasi jumlah ternak sapi yang diasuransikan (ekor) dengan target ternak sapi yang diasuransikan (ekor). Angka realisasi asuransi pertanian adalah angka realisasi lahan tanaman padi yang sudah terdaftar dalam peserta asuransi oleh Jasindo dan diterbitkan polis serta ditetapkan melalui SK definitive dari Dinas Pertanian Kabupaten. Angka realisasi asuransi ternak sapi adalah angka realisasi ternak sapi yang sudah terdaftar dalam peserta asuransi oleh Jasindo dan diterbitkan polish serta ditetapkan melalui SK definitive dari Dinas Pertanian Kabupaten. Pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Pembiayaan yang diukur melalui 2 indikator kinerja yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja (revisi Desember 2016), dapat disimpulkan bahwa indikator jumlah asuransi pertanian dalam hal ini adalah Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) terealisasi seluas 500.000 Ha dari target 500.000 Ha (100%) termasuk Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 33

Kategori Berhasil, Untuk indikator kinerja jumlah asuransi ternak sapi terealisasi sejumlah 20.000 ekor dari target 20.000 ekor (100%) termasuk Kategori Berhasil seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Capaian Kegiatan Asuransi Pertanian dan Asuransi Ternak Sapi TA. 2016 No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja % Kategori Capaian 1. Meningkatnya fasilitasi pembiayaan, Jumlah Asuransi 500.000 Ha 500.000 Ha *) 100,00 Berhasil pemberdayaan kelembagaan, dan Pertanian permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap risiko gagal panen melalui asuransi pertanian Jumlah Asuransi Ternak Sapi Target Realisasi 20.000 Ekor 20.000 Ekor 100,00 Berhasil Sumber data : PK (Desember, 2016) dan Hasil Pengukuran Kinerja Direktorat Pembiayaan, 2016 Keterangan : *) Dari realisasi AUTP sejumlah 500.000 Ha, pembayaran subsidi premi sejumlah 100.000 Ha diluncurkan pada TA. 2017. 1) Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dari capaian asuransi pertanian (AUTP) seluas 500.000 Ha, pembayaran subsidi premi yang telah dibayarkan pada tahun 2016 kepada pihak Jasindo adalah seluas 400.000 Ha, sedangkan pembayaran subsidi premi seluas 100.000 Ha akan diluncurkan pada TA. 2017. Hal ini disebabkan adanya pemblokiran anggaran pada Direktorat Pembiayaan sejumlah Rp73.906.560.000,00 yang menyebabkan rencana tunda bayar sejumlah Rp14.400.000.000,00 untuk sisa pembayaran AUTP seluas 100.000 Ha. Pencapaian sasaran kegiatan Fasilitasi Pembiayaan yaitu meningkatnya fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap risiko gagal panen melalui asuransi pertanian diukur berdasarkan indikator jumlah asuransi pertanian dan jumlah asuransi ternak sapi. Analisis capaian sasaran kegiatan tersebut, sebagai berikut : Pada tahun 2016, capaian jumlah asuransi pertanian (AUTP) sesuai target dalam perjanjian kinerja tercapai seluas 500.000 Ha dari target seluas 500.000 Ha (100%). Sedangkan capaian setelah pemblokiran 34 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

(self-blocking) adalah seluas 500.000 Ha dari target 400.000 Ha (125%). Tabel 10. Capaian Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Pertanian TA. 2016 Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Pertanian (AUTP) Target Awal (Ha) FISIK % Target Setelah Blokir (Ha) Realisasi (Ha) Awal Setelah Blokir Kriteria 500.000 400.000 500.000 100,00 125,00 Berhasil Sumber Data : Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2016 Realisasi anggaran dari pelaksanaan asuransi pertanian (AUTP), sebagai berikut ; Tabel 11. Realisasi Anggaran Asuransi Pertanian (AUTP) TA. 2016 Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Pertanian (AUTP) Target Awal (Rp.) KEUANGAN % Target Setelah Blokir (Rp.) Realisasi (Rp.) Awal Setelah Blokir 72,000,000,000 57,600,000,000 57,599,989,830 80.00 100.00 Sumber Data : Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2016 Apabila dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, capaian jumlah asuransi pertanian tahun 2016 seluas 500.000 Ha bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 seluas 233.499,55 Ha, mengalami peningkatan sebesar 266.500 Ha atau 114,13% (Tabel 11). Pencapaian kinerja jumlah asuransi pertanian secara umum dinilai berhasil, namun dalam pelaksanaan asuransi pertanian (AUTP) di lapangan, beberapa kendala dan permasalahan masih ditemukan selama proses pelaksanan kegiatan, sebagai berikut : Tidak adanya dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk kepentingan pembinaan dan pengawalan program asuransi pertanian Petugas Propinsi/Kabupaten Kota belum memfokuskan program asuransi pertanian sebagai program utama yang penting dalam upaya perlindungan terhadap petani Petani belum sepenuhnya memahami manfaat dari program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), sehingga belum banyak petani yang menjadi peserta AUTP secara sukarela Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 35

Terbatasnya tenaga/petugas, baik di Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota, termasuk tenaga/petugas dari PT. Jasindo yang menangani pelaksanaan program AUTP Untuk itu telah dilakukan upaya tindak lanjut sebagai berikut : Mengusulkan penyediaan dana operasional di Propinsi/Kabupaten/ Kota untuk pembinaan dan pengawalan pelaksanaan program asuransi pertanian di TA. 2017 Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi tentang peningkatan pemahaman bagi para Petugas di Propinsi/Kabupaten Kota sehingga menempatkan program asuransi pertanian sebagai program utama yang penting dalam upaya perlindungan petani Mendorong Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menambah petugas pelaksana program AUTP Meningkatkan sosialisasi melalui media cetak, elektronik dan sosialisasi secara langsung melalui pertemuan sampai tingkat desa Mendorong Jasindo untuk menambah petugas yang membantu pelaksanaan AUTP Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat mendampingi dan memberikan pemahaman terkait teknis pertanian Capaian Jumlah Asuransi Pertanian tahun 2016 yaitu seluas 500.000 Ha bila dibandingkan dengan target jangka menengah seluas 6.000.000 Ha, maka baru mencapai 8,33% dan masih terdapat kekurangan seluas 5.500.000 Ha yang harus terwujudkan di periode 2017-2019 ke depan. Untuk pencapaian kekurangan target jangka menengah, maka pada tahun 2016 selalu dilakukan pendampingan oleh petugas pusat, daerah dan pihak Jasindo dalam rangka sosialisasi dan percepatan pelaksanaan kegiatan AUTP. Kontribusi dari kegiatan asuransi pertanian dalam mendukung program swasembada pangan adalah mitigasi gagal panen seluas 500.000 Ha melalui pembayaran premi asuransi gagal panen seluas 500.000 Ha. 36 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

2) Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) Pada tahun 2016, capaian jumlah asuransi ternak sapi sesuai target dalam perjanjian kinerja tercapai sejumlah 20.000 ekor dari target sejumlah 20.000 ekor (100%). Sedangkan capaian setelah pemblokiran (selfblocking) adalah sejumlah 20.000 ekor dari target sejumlah 20.000 ekor (100%). Tabel 12. Capaian Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Ternak Sapi (AUTS) TA. 2016 Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Ternak Sapi (AUTS) Target Awal (Ha) FISIK % Target Setelah Blokir (Ha) Realisasi (Ha) Awal Setelah Blokir Kriteria 20.000 20.000 20.000 100,00 100,00 Berhasil Sumber Data : Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2016 Realisasi anggaran dari pelaksanaan asuransi ternak sapi (AUTS), sebagai berikut ; Tabel 13. Realisasi Anggaran Asuransi Ternak Sapi (AUTS) TA. 2016 Indikator Kinerja Jumlah Asuransi Ternak Sapi (AUTS) Target Awal (Rp.) KEUANGAN % Target Setelah Blokir (Rp.) Realisasi (Rp.) Awal Setelah Blokir 3.200.000.000 3.200.000.000 3.200.000.000 100,00 100,00 Sumber Data : Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2016 Kegiatan asuransi ternak sapi merupakan program baru yang dilaksanakan sebagai bagian dari program kegiatan prasarana dan sarana pertanian pada tahun 2016. Dari pencapaian target dan realisasi, capaian pelaksanaan kegiatan ini dikategorikan Berhasil. Namun demikian, beberapa kendala dan permasalahan masih ditemukan dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah tidak adanya dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk mengawal program asuransi usaha ternak sapi. Untuk itu telah dilakukan upaya mengusulkan dana operasional di Propinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung pembinaan, pendampingan, dan pengawalan program asuransi ternak sapi di TA. 2017. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 37

Kontribusi dari kegiatan asuransi ternak sapi adalah mendukung program swasembada daging melalui mitigasi terjadinya kerugian peternak sapi akibat hal-hal yang diluar kendali petani/peternak untuk ternak sejumlah 20.000 ekor sapi melalui pembayaran premi asuransi ternak sapi. 3.1.3.5. Peningkatan Alat dan Mesin Pertanian Capaian kinerja Peningkatan Alat dan Mesin Pertanian yang menjadi tanggungjawab Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, diukur dengan cara membandingkan angka realisasi dengan angka target. Realisasi Keuangan dan Fisik pencapaian kinerja Direktorat Alat dan Mesin Pertanian dana Satker Pusat khususnya penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian setelah adanya selfbloking adalah sebesar 100%, dengan Kategori Berhasil. Realisasi pencapaian kinerja penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian dana Satker Pusat tahun 2016 adalah sebagai berikut : Tabel 14. Capaian Realisasi Fisik Penyediaan Bantuan Alsintan Satker Pusat TA. 2016 Periode : S/D 31 Desember 2016 (Dalam Rp. 000) Nama Kegiatan VOLUME Awal VOLUME Blokir VOLUME SETELAH BLOKIR REALISASI % Thd Volume Awal % Volume Blokir Alsintan Pusat 931.220 179.618 751.602 751.602 80,71 100,00 1. TR2 33.794 2.060 31.734 31.734 93,90 100,00 2. TR4 2.280 30 2.250 2.250 98,68 100,00 3. Pompa Air 16.946 482 16.464 16.464 97,16 100,00 4. Rice Transplanter 6.000 146 5.854 5.854 97,57 100,00 5. Excavator 200-200 200 100,00 100,00 6. Handsprayer 72.000-72.000 72.000 100,00 100,00 7. Tray 800.000 176.900 623.100 623.100 77,89 100,00 Sumber Data : Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen PSP 2016 Dari Tabel 14 di atas dapat dijelaskan bahwa penyediaan alsintan pada TA. 2016 dapat terealisasi 100% disebabkan adanya kebijakan pemotongan anggaran dan self blocking sebesar Rp1.445.889.500.411,00 Namun demikian, prosentase (%) SP2D terhadap Nilai Kontrak tidak dapat terealisasi 100% dikarenakan adanya penundaan pembayaran tagihan 2016 yang akan dibayarkan di tahun 2017 sebesar Rp2.388.859.770,688,00 dikurangi realisasi SP2D Rp1.636.598.229,427,00 yaitu sebesar Rp752.261.541.261,00 38 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Pencapaian kinerja realisasi fisik Direktorat Alat dan Mesin Pertanian dana satker TP Provinsi khususnya penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian adalah sebesar 100% dan Pencapaian kinerja realisasi keuangan adalah sebesar 96,31%. Berdasarkan penilaian skoring termasuk dalam Kategori Berhasil. Selain Alsintan yang diadakan di Pusat dilakukan pula pengadaan di Daerah sebanyak 20.300 unit yang terdiri dari Traktor Roda 2 sebanyak 15.246 unit, Pompa Air sebanyak 3.054 unit dan Rice Transplanter sebanyak 2.000 unit. Penyediaan Alsintan tersebut sudah terealisasi seluruhnya (100%) dengan rincian alokasi alsintan per Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 8. Dukungan penggunaan alsintan saat ini sangat diperlukan mengingat kondisi sektor pertanian di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan semakin terbatasnya ketersediaan tenaga kerja, khususnya di daerah perdesaan. Pengurangan jumlah rumah tangga petani dan tingginya arus urbanisasi, ditambah dengan perubahan iklim yang terjadi menyebabkan pola dan sistem budidaya semakin tidak menentu sehingga membutuhkan waktu pengelolaan yang semakin cepat. Diharapkan fasilitasi bantuan alsintan dapat meningkatkan mutu pengolahan tanah; peningkatan Indeks Pertanaman (IP); efisiensi biaya produksi; penyelamatan kehilangan hasil; peningkatan mutu hasil; dan peningkatan pendapatan petani. Hasil kajian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Kementerian Pertanian telah menunjukkan bahwa alsintan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak nyata terhadap peningkatan produksi komoditas padi. Artinya jika kita memberikan bantuan penyediaan alsintan kepada petani padi maka diyakini akan mampu memberikan kontribusi pada peningkatan produksi padi. Bentuk dukungan alsintan terhadap peningkatan produksi padi adalah sebagai berikut: 1) Dukungan Terhadap Peningkatan Intensitas Pertanaman dan Efisiensi Tenaga kerja Dukungan alsintan memungkinkan terjadinya peningkatan efisiensi tenaga kerja dan Intensitas Pertanaman (IP). Pemanfaatan alsintan secara optimal lebih jauh akan membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi seperti menurunnya pertumbuhan produksi tanaman pangan, produktivitas lahan dan meningkatnya alih fungsi lahan. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 39

Selain traktor, dukungan pompa irigasi memungkinkan terjadinya perubahan pola tanam (intensitas pertanaman) dari 1 kali setahun menjadi 2 kali atau lebih dalam setahun. Selain dapat memecahkan permasalahan kelangkaan air, pompa air irigasi sekaligus dapat meningkatkan kesempatan kerja, karena bertambahnya jumlah areal tanam per tahun. Dalam hal ini, efisiensi yang dilakukan pompa dapat berupa penghematan jumlah air atau tenaga kerja yang digunakan untuk usaha tani, atau dapat pula berupa peningkatan indeks pertanaman (IP) yaitu dengan semakin meningkatnya jumlah frekuensi tanam per tahun per satuan luas dan waktu. 2) Dukungan Terhadap Upaya Menekan Urbanisasi/Meningkatkan Daya Tarik Bekerja di Sektor Pertanian Dewasa ini SDM pertanian di pedesaan mengalami penurunan sehingga perlu upaya menarik tenaga potensial pedesaan untuk tidak keluar (urban) dari desa/daerah masing-masing dan bekerja di sektor pertanian. Alsintan merupakan salah satu dari upaya tersebut. Jika upaya sosialisasi alsintan tidak dilakukan, maka tidak tertutup kemungkinan pada waktu mendatang akan terjadi kesulitan dalam mencari tenaga kerja pedesaan ini. 3) Dukungan Terhadap Upaya Menekan Biaya Produksi Efisiensi sebagai akibat penggunaan alsintan dalam proses produksi akan menurunkan biaya produksi per satuan luas dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Mengingat strategisnya peranan alsintan dalam memberikan dukungan pada tercapainya sasaran pembangunan pertanian secara luas, maka untuk meningkatkan kemampuan pencapaian sasaran produksi tanaman pangan, maka langkah operasional kebijakan pengembangan alsintan pra panen di Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan alsintan pengolahan lahan (traktor roda 2 dan traktor roda 4), rice transplanter, dan pompa air. Kebijakan pengadaan alsintan oleh pemerintah dilakukan melalui dana/anggaran yang berasal dari APBN (Dana Pusat dan Tugas Pembantuan) dan APBD. Selain itu pengadaan juga dapat melalui cara swadaya dan kerjasama dengan swasta. Agar pengadaan, peredaran, dan penggunaan alsintan oleh petani dapat mengarah kepada alsintan yang berkualitas dan sesuai dengan Standar Nasional (SNI), maka ditetapkan Pedoman 40 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Pengawasan Pengadaan, Peredaran, dan Penggunaan Alsintan melalui Permentan No. 65/Permentan/OT.140/12/2006 yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah (Bupati/Walikota) untuk menetapkan petugas pengawasnya. Dalam menyusun kebutuhan alsintan dilakukan melalui perhitungan estimasi kontribusinya terhadap peningkatan produksi padi. Misalnya penggunaan traktor roda 2 diasumsikan memiliki kontribusi terhadap peningkatan IP sebesar 34% sd 41%. Sedangkan pompa air diasumsikan memiliki kontribusi terhadap peningkatan IP sebesar 24% sd 28%. Dengan menghitung alsintan yang tersedia (existing) dan luas cakupan (coverage area) maka akan diketahui berapa besar kontribusi alsintan terhadap produksi padi. Asumsi kontribusi traktor roda 2 dan pompa air terhadap produksi padi adalah sebagai berikut: Tabel 15. Kontribusi Alsintan Terhadap Pencapaian Surplus Beras Tahun 2011-2015 No URAIAN TAHUN 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air TR 2 Pompa Air 1 Ketersediaan alsintan (unit) 90.275 54.956 95.275 57.456 100.275 59.956 105.275 62.456 110.275 64.956 2 Luas cakupan (ha) 2.708.250 1.923.460 2.858.250 2.010.960 3.008.250 2.098.460 3.158.250 2.185.960 3.308.250 2.273.460 3 Kontribusi Peningkatan IP 0,34 0,24 0,35 0,25 0,37 0,26 0,39 0,27 0,41 0,28 4 5 Kontribusi Thd Produksi (ton beras) 7.698.363 5.467.550 8.252.797 5.806.365 8.820.670 6.153.020 9.401.984 6.507.515 9.996.738 6.869.850 Produksi Nasional (ton beras) 39.536.000 39.536.000 41.512.800 41.512.800 43.568.000 43.568.000 45.746.400 45.746.400 48.031.200 48.031.200 6 Kontribusi (%) 19,47 13,83 19,88 13,99 20,25 14,12 20,55 14,23 20,81 14,30 Sumber Data : Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, 2016 Sebagai gambaran kondisi Alsintan di Indonesia (existing) berdasarkan bantuan alsintan dari APBN dari tahun 2011 sd 2016 seperti pada Tabel berikut : Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 41

Tabel 16. Bantuan Alsintan dari APBN Tahun 2011 s.d 2016 TAHUN N0 JENIS ALSINTAN 2014 2015 TOTAL 2012 2013 2016 APBN KTNGENSI REFOC APBNP 1 Traktor Roda 2 1.567 3.996 7.635 7.800 6.100 20.624 50.000 97.722 2 Pompa Air 600 2.002 4.122 3.000 2.328 18.642 20.000 50.694 3 Traktor R4 TP 40 --- --- --- --- 1.339 3.000 4.379 4 Traktor R4 Bun 10 --- --- --- --- 10 5 Rice Trans. --- 153 279 --- --- 5.879 8.000 14.311 6 Chopper --- 154 225 100 --- --- 479 7 Cultivator --- 200 240 --- --- --- 440 JUMLAH 2.217 6.505 12.501 10.900 8.428 46.484 81.000 Sumber Data : Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen PSP 2016 3.1.3.6. Dukungan Manajemen dan Teknis Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Pengukuran kinerja kegiatan dilakukan dalam indikator kinerja yang telah ditetapkan pada dokumen penetapan kinerja dengan cara membandingkan angka realisasi dengan angka target. Berikut ini target dan capaian indikator kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang ditampilkan pada Tabel. Tabel 17. Capaian Dukungan Manajemen dan Teknis Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Fisik % Capaian 1 Meningkatnya fasilitasi pelayanan 1 Jumlah dokumen perencanaan program, 6 Dokumen 6 100 Berhasil teknis dan administrasi untuk anggaran dan kerjasama mendukung 2 Jumlah administrasi keuangan dan 34 Provinsi 34 100 Berhasil pelaksanaan kerja Direktorat perlengkapan Jenderal 3 Jumlah SAK dan SIMAK BMN 34 Provinsi 34 100 Berhasil 4 Jumlah Standar Operasional Prosedur (SOP) tata laksana kepegawaian 2 Dokumen 2 100 Berhasil 5 Jumlah peraturan perundang- undangan dan kebijakan prasarana dan sarana pertanian 6 Jumlah informasi prasarana dan sarana pertanian yang dipublikasikan 1 Dokumen 1 100 Berhasil 7 leaflet 7 100 Berhasil Sumber data : Bagian Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PSP TA. 2016 7 Jumlah dukungan Prasarana dan Sarana kerja 1 Paket 1 100 Berhasil untuk Direktorat Jenderal 8 Jumlah laporan pelaksanaan program/ kegiatan 5 Laporan 5 100 Berhasil 9 Jumlah laporan hasil tindak lanjut pemeriksaan dan audit (LHP dan LHA) 4 Dokumen 4 100 Berhasil 42 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Sekretariat Direktorat Jenderal telah melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu melakukan dukungan manajemen dan teknis yang terkait dengan perencanaan program, anggaran dan kerjasama, administrasi keuangan dan perlengkapan, sarana penunjang, kualitas dan kuantitas SDM, evaluasi dan layanan rekomendasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis maupun PK. Dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan kegiatan prasarana dan sarana pertanian yang optimal sangat membantu dalam percepatan pencapaian sasaran program Ditjen PSP tahun 2016. 3.1.4. Analisis Capaian Sasaran Program Pada Semester II Tahun 2016 Terhadap Tahun 2015 dan Renstra 2015 2019. 3.1.4.1. Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Melalui Pencetakan Sawah Baru Capaian penambahan luas baku lahan padi melalui kegiatan perluasan sawah TA. 2016 sebesar 129.096 Ha bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 sebesar 20.070 Ha mengalami peningkatan seluas 109.026 Ha atau sebesar 643%. Atau bila dibandingkan dengan target Renstra TA. 2015 2019 realisasi sampai dengan tahun 2016 sebesar 149.166 Ha atau 14.91% dari target seluas 1.000.000 Ha. Penjelasan tersebut seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Capaian Jumlah Penambahan luas Baku Padi TA. 2016 dengan TA. 2015 dan Renstra 2015 2019. Target (Ha) Capaian (Ha) Capaian 2016 terhadap Targ Target 2015-2019 Indikator 2015- Capaian 2015 et 2015 2016 2015 2016 2016 Kinerja 2019 % Selisih % % Selisih (Ha) (Ha) Jumlah 23.000 132.155 1.000.000 20.070 129.096 643 149.166 97.66 14.91 850.834 Penam bahan Luas Baku Lahan Padi Sumber Data : Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2017 Untuk akselerasi pencapaian swasembada pangan tahun 2017 Pemerintah telah mengalokasikan anggaran secara masif dalam pembukaan lahan sawah pada tahun 2016 seluas 200.600 Ha, yang dalam perkembangan mengalami perubahan menjadi 132.155 Ha. Pelaksanaannya juga dikerjasamakan dengan TNI dengan harapan realisasi pembukaan lahan Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 43

sawah sesuai dengan target yang ditetapkan. Walaupun bila dibandingkan dengan target Renstra sebesar 1.000.000 Ha, capaian tahun ini masih jauh dari harapan (baru terealisasi 14.91%). 3.1.4.2. Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi Pada tahun 2016 tercapai realisasi luas tambah tanam padi sebesar 2.617.042,9 Ha dari target tanam seluas 175.055 Ha (1.421%). Apabila dibandingkan dengan capaian luas tanam padi pada tahun 2015 pada periode Januari-Desember 2015 sebesar 312.646 Ha. Seperti pada tabel berikut: Tabel 19. Capaian Luas Tambah Tanam Padi Tahun 2016 terhadap Luas Tambah Tanam Padi Tahun 2015 dan Renstra 2015 2019. Target (Ha) Capaian (Ha) Capaian 2016 terhadap Indikator Kinerja Target Target 2015-2019 Capaian 2015 2015 2016 2015-2019 2015 2016 2016 % Selisih (Ha) % % Selisih (Ha) Jumlah Penambahan 600.000 175.055 933.605 312.646 2.617.042,9 837 2.304.396,9 1.421 307.59 1.766.208,9 Luas Tanam Padi Sumber data : Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2017 Berdasarkan capaian ini, dapat dikatakan dukungan kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yang dilaksanakan sepanjang semester II tahun 2016 berhasil mendukung capaian luas tambah tanam padi yaitu seluas 2.617.042,9 (1.421%) bila dibandingkan capaian pada periode yang sama di tahun 2015: Berbeda dengan Tahun 2015, dimana capaian indikator keberhasilan diutamakan dari 2 (dua) kegiatan utama yaitu kegiatan Perluasan sawah dan Pengembangan Jaringan irigasi, maka berdasarkan Review Renstra pada bulan Desember 2016, Indikator keberhasilan tersebut dicapai melalui seluruh aspek kegiatan prasarana dan sarana pertanian yaitu :1) Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian; 2) Peningkatan ketersediaan air untuk sektor pertanian; 3) Peningkatan fasilitasi penyaluran pupuk dan pengawasan pestisida 4) Peningkatan fasilitasi pembiayaan, pemberdayaan kelembagaan, dan permodalan pertanian, serta peningkatan perlindungan terhadap resiko, 5) Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dan 6) Dukungan Manajemen dan Teknis kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian. 44 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Bila dicermati data series luas tanam selama periode 10 tahun (2006-2016), capaian luas tanam seluas 16.628.432 Ha, merupakan data tertinggi. 18000000 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 DATA SERIES LUAS TANAM PADI 2006-2016 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Grafik 1 Trend luas tanam padi tahun 2006-2016 Capaian keberhasilan pada TA 2016 ini diprediksi selain dari kegiatan utama Ditjen PSP seperti juga adanya Dukungan TNI sebagai motivator dalam percepatan pertanaman, seperti dilaksanakannya Rakor Pangan di beberapa Propinsi Sentra Pangan untuk menajamkan strategi pencapaian target Luas Tambah Tanam. Rakor Pangan dilaksanakan di Propinsi sentra, adapun beberapa hal pokok dalam Rakor tersebut adalah: a) Peningkatan kemampuan petani secara kualitas dan kuantitas (Satkorwil) bersama instansi terkait membantu menyiapkan melatih dan mendidik SDM Petani melaksanakan pelatihan KPD guna mendukung tenaga PPL, melakukan giat percontohan atau demplot, membangkitkan motivasi dan kesadaran para tokoh masyarakat dalam bertani. b) Peningkatan produksi pertanian khususnya PAJALE melalui program UPSUS (mendorong petani melaksanakan budaya tanam serentak dan meningkatkan LTT membantu pembangunan infrastruktur jaringan irigasi tersier/embung/long storage/dam parit dll, membantu sinergi dengan stake holder lainnya dalam distribusi air untuk pertanian pengawasan saprodi (pupuk dan benih), Optimalisasi brigade alsintan untuk mendukung percepatan tanam dan meningkatkan IP). Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 45

c) Mendorong percepatan kegiatan cetak sawah dan realisasi tanam serta penyediaan saprodi maupun alsintan. Selain itu adanya Program Padat Karya yang dilaksanakan berupa Bantuan Pemerintah terhadap Kegiatan Percontohan yang turut berkontribusi langsung terhadap penambahan luas tambah tanam. Kegiatan tersebut diantaranya adalah : a) Rehabilitasi jaringan irigasi tersier b) Rehabilitasi bendungan/dam parit/long strorage/embung c) Fasilitasi percepatan tanam d) Fasilitasi pengembangan padi organik Kegiatan lainnya yang diprediksi meningkatkan luas tambah tanam adalah adanya Pengembangan Jaringan Irigasi tersier yang dilaksanakan pada TA 2015 seluas 2.458.471 Ha, kemungkinan besar berdampak pada Tahun 2016 ini Karena sebagian besar penyelesaian fisik kegiatan baru dapat diselesaikan pada akhir Tahun 2015. Adanya peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT) yang cukup signifikan pada tahun ini disebabkan adanya upaya pencapaian swasembada yang dilakukan Kementerian Pertanian secara massif melalui Keputusan Menteri Pertanian No130/Kpts/OT.050/2/2016 tentang Peubahan keempat atas Keputusan Menteri Pertanian No 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai, sehingga seluruh elemen di Kementerian Pertanian terlibat secara aktif dalam pencapaian swasembada pangan khususnya padi pada TA 2017. 3.2 Realisasi Anggaran Realisasi anggaran Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2016 adalah sebesar Rp 5.859.296.251,1 dari target Rp 6.976.941.558,9 (98.18%) yang dihitung dari target anggaran setelah self blocking atau 68,10 % dari target setelah penghematan. Realisasi anggaran TA 2016 dapat dilihat seperti pada Tabel 20 dan Tabel 21 berikut : 46 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Tabel 20. Realisasi Keuangan setelah Self Blocking Ditjen PSP TA. 2016 (Rp. 000) NO SATKER PAGU PAGU SETELAH SELF-BLOCKING REALISASI % Terhadap Pagu % Terhadap Pagu selfblocking 1 PUSAT 3.861.949.740 2.177.693.036 2.122.566.941,01 54,96 97,47 2 DEKONSENTRASI 556.481.675 474.336.478 461.218.050,86 82,88 97,23 3 TUGAS PEMBANTUAN 4.691.280.039 4.358.650.579 4.294.633.188,44 91,55 98,53 JUMLAH 9.109.711.454 7.010.680.093 5.859.296.251,1 75,51 98,11 Sumber Data : Bagian Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP, 2016 Tabel 21. Realisasi Pagu Anggaran berdasarkan Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2016 NO ASPEK KEGIATAN PAGU PAGU SETELAH SELF-BLOCKING REALISASI % terhadap pagu % terhadap pagu selfblocking 1 IRIGASI PERTANIAN 1.335.182.498.000 1.191.194.511.705 1.182.981.224.208 88,60 99,31 2 PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN 2.815.870.136.000 2.629.816.395.712 2.580.398.311.669 91,64 98,12 3 ALAT DAN MESIN PERTANIAN 3.705.702.539.000 2.267.695.573.589 2.237.723.317.072 60,39 98,68 4 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA 747.138.820.000 552.273.328.900 482.477.430.172 64,58 87,36 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 47

NO ASPEK KEGIATAN PAGU PAGU SETELAH SELF-BLOCKING REALISASI % terhadap pagu % terhadap pagu selfblocking 5 PUPUK DAN PESTISIDA 320.495.660.000 258.091.358.000 247.594.456.463 77,25 95,93 6 PEMBIAYAAN PERTANIAN 185.321.800.000 111.548.925.000 108.513.308.858 58,55 97,28 TOTAL 9.109.711.454.000 7.010.680.092.906 6.839.688.048.442 75,08 97,56 Sumber Data : Bagian Keuangan dan Perlengkapan Ditjen PSP, 2016 Anggaran tersebut sebagian besar dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan fisik pembangunan prasarana dan sarana pertanian di daerah melalui tugas pembantuan dan pengadaan alsintan secara e-catalog. Mekanisme pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan dilakukan secara Bantuan Pemerintah (Bapem), sehingga tercapai efisiensi penggunaan anggaran melalui : 1). Tidak adanya unsur pengambilan keuntungan dari anggaran bapem yang diserahkan, 2). Adanya potensi penambahan volume pekerjaan dari volume yang ditargetkan melalui swadaya masyarakat/petani. Selain itu, efisiensi penggunaan anggaran juga tercapai melalui diterapkannya pengadaan alsintan secara e-catalog. Dengan sistem e-catalog ini telah disepakati perjanjian antara LKPP dan pengusaha terkait adanya jaminan dari pengusaha bahwa harga alsintan yang diusulkan dalam e- catalog adalah lebih rendah dari harga pasar. 3.3. Hambatan Dan Kendala Pelaksanaan kinerja pembangunan prasarana dan sarana pertanian tahun 2016 masih mengalami hambatan/kendala, sehingga pencapaian target sasaran strategis belum seluruhnya tercapai. Dalam rangka meningkatkan kinerja pada masa mendatang, maka perlu diketahui faktor yang menjadi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2016. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : 1. Kendala Administrasi 1) Kebijakan anggaran nasional yang mengharuskan adanya penghematan anggaran di tahun berjalan, sehingga mengakibatkan adanya revisi DIPA/POK, relokasi kegiatan dan keterlambatan pencairan dana. 48 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

2) Sinergitas dan koordinasi program/kegiatan lintas sektor belum berjalan optimal. 3) Terjadinya perubahan struktur organisasi baik di Pusat maupun pada beberapa satker daerah pelaksana kegiatan sehingga terjadi perubahan pejabat pelaksana kegiatan seperti Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara yang menyebabkan kegiatan tidak bisa segera dilaksanakan. 4) Dalam persiapan administrasi khususnya dalam penyusunan RUKK masih kurang cermat. 5) Masih lemahnya sistem pengendalian kegiatan. 7) Lambatnya penerbitan peraturan Bupat Bupati/Walikota yang menjadi dasar untuk pelaksanaan kegiatan (sebagai contoh lambatnya penerbitan peraturan Bupati/Walikota yang menjadi dasar Penyaluran Pupuk Bersubsidi). 2. Kendala Teknis 1) Terjadinya tumpang tindih CPCL denganlahan sawah existing dan kawasan hutan sehingga diperlukan waktu tambahan untuk melakukan verifikasi ulang di lapangan. 2) Keterbatasan petugas pelaksana kegiatan pada tingkat kabupaten dan provinsi. 3) Survey Investigasi Desain (SID) belum seluruhnya selesai. 4) Keterlambatan dalam menetapkan calon lokasi dan kelompok tani penerima kegiatan di beberapa daerah yang disebabkan kesulitan dalam memilih lokasi dan petani yang sesuai dengan pedoman teknis. 5) Petani belum memahami seutuhnya tentang tujuan dan manfaat kegiatan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sehingga belum banyak petani yang menjadi peserta AUTP. 6) Terbatasnya petugas baik pada tingkat kota/kabupaten maupun procvinsi serta Jasindo yang menangani pelaksanaan kegiatan AUTP. 7) Proses verifikasi kelayakan mengalami hambatan dikarenakan pemahaman teknis pertanian masih kurang oleh petugas Jasindo. 3.4. Upaya dan Tindak Lanjut Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, maka diperlukan upaya tindak lanjut dan tindakan antisipatif ke depan sebagai berikut : Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 49

1. Aspek Administratif 1) Percepatan pelaksanaan kegiatan setelah terjadi proses penghematan dengan koordinasi, sosialisasi dan pembinaan yang intensif. 2) Meningkatkan koordinasi lintas sektoral untuk sinergitas pelaksanaan kegiatan. 3) Meningkatkan sistim monitoring dengan instrument yang lebih sesuai untuk pendataan sesuai kebutuhan. 4) Dalam melakukan pembinaan agar lebih ditekankan terhadap sosialisasi penyusunan RUKK / RDKK. 5) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah utuk melakukan percepatan Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota. 6) Mengoptimalkan system pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini. 2. Aspek Teknis 1) Percepatan penyelesaian masalah adanya tumpang tindih lokasi perluasan areal sawah dengan melibatkan instansi terkait di daerah. 2) Percepatan pelaksanaan Survey Inventigasi Daerah (SID) kegiatan dengan meningkatkan pera Tim Teknis/Korlap dalam pengawalan pelaksanaan SID. 3) Penambahan petugas pelaksana kegiatan perluasan sawah, baik di Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten. 4) Mendorong pemerintah daerah agar menaruh perhatian serius terhadap pengembangan kawasan dan menyusun perencanaan detil dalam wujud road map yang dijadikan acuan dalam perencanaan tahunan nantinya. 5) Peningkatan sosialisasi melalui media cetak, elektronik, dan sosialisasi langsung dengan petani melalui pertemuan- pertemuan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga tingkat desa. 6) Penambahan petugas pelaksana kegiatan AUTP, baik pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi serta Jasindo. 7) Berkoordinasi dengan Dinas Pertanan Kota/Kabupaten maupun provinsi untuk dapat mendampingi dan memberikan pemahaman terkait teknis pertanian. 8) Dalam pembinaan ke daerah menekankan agar identifikasi calon petani dan calon lokasi dapat dilakukan pada tahun sebelumnya sehingga proses penyelesaian administrasi kegiatan dapat dipercepat. 9) Meningkatkan pembinaan untuk pelaksanaan kegiatan teknis sesuai pedoman yang telah ditentukan dan RUKK yang telah dibuat. Apabila ada perubahan, agar dapat segera merevisi RUKK. 50 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

10) Meningkatkan persiapan antisipatif terhadap pengaruh iklim dalam pelaksanaan kegiatan, dengan mengatur rencana pelaksanaan seefektif mungkin. Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 51

BAB IV PENUTUP Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, maka dalam rangka mendukung pencapaian empat target sukses Kementerian Pertanian telah disusun Rencana Strategis dan Program Kerja Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian 2015 2019. Renstra dimaksud menjadi acuan dalam pencapaian sasaran strategis Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu meningkatnya produktivitas pertanian melalui terlaksananya penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian. Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian dalam pencapaian sasaran strategis tersebut, disampaikan dalam Laporan Kinerja Ditjen PSP. Dalam Laporan Kinerja ini disajikan informasi kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan. Untuk itu masih perlu diupayakan perbaikan untuk mengatasi kendala teknis dan administrasi yang dihadapi. Sebagai upaya untuk perbaikan untuk meningkatkan kinerja Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ke depan, maka perlu dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan hingga implementasi pelaksanaan kegiatan di lapang melalui : 1). Peningkatan kualitas perencanaan kegiatan, 2). Peningkatan sosialisasi, pembinaan dan pengawalan mulai dari pemberkasan bantuan Pemerintah, penyusunan RUKK, transfer dana dan pelaksanaan konstruksi, 3). Peningkatkan sistim monitoring dan pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini serta 4). Peningkatan koordinasi dan dukungan seluruh stakeholders baik di pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian, dan 5). Peningkatan tindakan preventif dan antisipasi terhadap kondisi perubahan iklim yang terjadi. 52 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Lampiran Lampiran 1. Struktur Organisasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian; 2. Jumlah Pegawai Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian; 3. Rencana Aksi Indikator Kinerja Utama Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian; 4. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen PSP 5. Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian; (PK Sebelum dan PK Revisi) 6. Realisasi Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier Per Provinsi; 7. Realisasi Kegiatan Irigasi Rawa Per Provinsi; 8. Alokasi Bantuan Alat dan Mesin Pertanian Tahun 2016. 9. Data LTT Padi Tahun 2015, LTT Padi Tahu 2016 dan Data Series Luas Tanam Padi Tahun 2006-2016 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 53

54 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 55

56 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

NO. 1 2 UNIT KERJA ESELON II Sekretariat Ditjen PSP Dit. Perluasan dan Perlindungan Lahan GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III GOLONGAN IV JENIS KELAMIN A B C D Jml A B C D Jml A B C D Jml A B C D E Jml L P S3 S2 S1 D4 PENDIDIKAN S. Muda D3 D2 D1 SMA SMP SD 0 0 0 0 0 0 2 1 6 9 11 31 12 9 63 7 2 0 1 1 11 51 32 2 16 45 0 1 3 0 0 16 0 0 83 0 0 0 0 0 0 0 2 7 9 4 19 3 13 39 8 3 0 1 0 12 31 29 0 21 24 0 0 2 0 0 13 0 0 60 JML 3 Dit. Irigasi Pertanian 0 0 0 0 0 0 4 0 5 9 6 19 7 14 46 4 5 0 1 0 10 32 33 2 19 27 0 0 1 0 0 15 1 0 65 4 5 6 Dit. Pembiayaan Pertanian Dit. Pupuk dan Pestisida Dit. Alat dan Mesin Pertanian JUMLAH 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 14 6 9 30 6 3 0 1 0 10 24 18 0 12 23 0 1 1 0 0 5 0 0 42 0 0 0 0 0 0 0 2 3 5 6 15 8 16 45 6 1 0 1 0 8 31 27 1 12 36 0 0 4 0 0 4 1 0 58 0 0 0 0 0 1 1 0 5 7 3 17 5 12 37 6 2 0 1 0 9 40 13 0 13 23 0 0 2 0 0 14 0 1 53 0 0 0 0 0 1 7 6 27 41 31 115 41 73 260 37 16 0 6 1 60 209 152 5 93 178 0 2 13 0 0 67 2 1 361 Ket: Setditjen sudah termasuk Dirjen PSP 1 DPK dari BPKP Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 57

58 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Unit Kerja : Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun : 2016 RENCANA AKSI INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PSP TA. 2016 Sasaran Strategis Kementan Indikator Target Realisasi % Swasembada Padi 1 Produksi Padi (Juta ton GKG) 76,23 Kemajuan Pelaksanaan (%) Permasalahan Tindak Lanjut Sasaran Program Ditjen PSP Penambahan Luas Pertanaman Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi (Ha) 118.000 431.887,8 366,01% 366,01% Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Sawah (Ha) 200.600 Kegiatan utama dalam jumlah penambahan luas tanam padi a Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian - Pengembangan Jaringan Irigasi (Ha) 467.000 0 0 0 - Terjadinya perubahan kebijakan pengelolaan dana semula melalui Bansos menjadi Bantuan Pemerintah sehingga memerlukan penyesuaian administrasi dan mekanisme pengelolaannya Kegiatan pendukung dalam pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai - Sosialisasi dan pendampingan secara intensif kepada petugas dan kelompok sampel Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 59

60 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET ALOKASI (Rp Miliar) 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp Miliar) PROGRAM PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Penambahan Luas Pertanaman 14,393.34 9,108.79 7,091.37 12,281.73 12,094.75 54,969.98 Tercapainya Perluasan Areal Tanam 1. Jumlah Penambahan Luas Baku Lahan Padi (Ha) 23,000 132,155 80,000 383,900 380,945 2. Jumlah Penambahan Luas Tanam Padi (Ha) 600,000 175,055 37,650 67,400 53,500 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 61

Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian Meningkatnya Infrastruktur Air Irigasi Mendukung Produksi Pertanian 4,698.4 1,335.1 417.0 670.0 500.0 7,620.5 Jumlah luas areal sawah yang jaringan irigasinya direhabilitasi atau ditingkatkan fungsinya (Ha) 2,478,182 449,640 100,000 200,000 100,000 4,698.0 719 160 320 160 6,057.4 Jumlah bangunan konservasi air yang dibangun dalam rangka antisipasi perubahan iklim (Unit) 1,909 500 500 500 0.00 191 50 50 50 340.9 Jumlah bangunan dan peralatan pelengkapnya pemanfaatan sumber air yang dibangun (unit) 0 1,544 500 1,500 1,750 0.00 124 40 120 140 423.5 Jumlah luas areal lahan rawa yang jaringan irigasinya dibangun/direhabilitasi (Ha) 0 80,000 10,000 60,000 50,000 240 30 180 150 600.0 Water Resources and Irrigation Sector Management Program (WISMP) (paket) - - - - - - Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian Meningkatnya Luasan Areal Pertanian, Pengoptimalan Lahan, dan Mengendalikan Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Serta Mendorong Peningkatan Status Kepemilikan Lahan Petani dan Mengevaluasi Pemanfaatan Sertifikat Tanah Petani 4,105.5 2,816.4 1,864.4 6,717.7 6,913.4 22,417.4 Jumlah Cetak sawah (Ha) 23,000 132,155 80,000 383,900 380,945 368.0 2,114.5 1,280.0 6,142.4 6,095.1 16,000.0 Jumlah bidang tanah petani yang di pra-sertifikasi / pasca sertifikasi (persil) 63,407 80,000 80,000 85,000-13 16 16 17 61.7 Jumlah Updating data lahan sawah (dokumen) - - 222 228 - - 45 57 102.0 Jumlah Pemanfaatan Lahan Rawa/Gambut Terpadu (Ha) 4,779.5 5,000 5,000 5,000-19 20 20 20 79.1 Penanaman Padi Pasca Cetak Sawah - - 115,000 247,155 362,155 230 494 724 1,448.6 Jumlah pengembangan optimasi lahan pertanian (Ha) 951,301 - - - - 1,144.2 - - - - 1,144.2 Jumlah Pengembangan Metode SRI (Ha) 163,833 - - - - 343.7 - - - - 343.7 Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) (unit) - - - - - Flood Management in Selected River Basin (FMSRB) (dokumen) - - 1 - - 0.50 62 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian 3,304.2 3,709.0 3,681.4 3,582.0 3,315.0 17,591.6 Penyaluran dan Meningkatnya Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian Jumlah bantuan alat dan mesin pertanian (unit) 56,937 148,802 54,150 66,420 56,457 3,304.0 3,709 3,681.8 3,582 3,315 17,591.8 Jumlah Pembentukan dan peningkatan kapasitas UPJA (kelompok) - - - - - - - - - - 0.0 Dukungan Manajemen dan dukungan Teknis Lainnya pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Meningkatnya fasilitasi pelayanan teknis dan administrasi untuk mendukung pelaksanaan kerja Direktorat Jenderal 1,299.6 719.5 872.2 1,052.7 1,107.0 5,050.9 Jumlah dokumen perencanaan (Program, Anggaran dan Kerjasama), keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan program peningkatan nilai tambah, daya saing, sarana dan prasarana pertanian. 6 6 6 6 6 1,299.6 719.48 872.2 1,052.66 1,106.96 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 462.0 343.5 81.6 84.7 84.7 1,056.5 Tersalurnya Pupuk Bersubsidi dan Dioptimalkanya Rumah Kompos di Daerah Sentra Produksi Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Sentra Peternakan. Jumlah Rumah Kompos yang dibangun untuk mendukung pengembangan pertanian organik (unit) Jumlah Layanan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi (layanan) Jumlah Penguatan Komisi Pengawas Pupuk Pestisida (KP3) (Paket) Jumlah Operasional Pengawasan Pupuk dan Pestisida (Dokumen) 897 650 - - - 206.3 179 - - - 385.05 500 - - - 113.6 109 - - - 222.10 500 - - - 0.0 29 - - - 28.90 - - 500 519 519 - - 81.6 84.7 84.7 251.00 Jumlah Penguatan PPNS Pupuk dan Pestisida (Paket) - - - - - - - - - 0.00 Jumlah Pupuk Bersubsidi yang disalurkan (juta ton) 9.55 9.55 9.55 9.55 9.55 *) 28.256,34 *) 30.063,19 *) 31.153,37 *) 32.837,52 *) 34.580,61 Jumlah Bantuan Langsung Pupuk (juta ton) 0.4 - - - - *2046,1 - - - - 0.00 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016 63

Fasilitasi Pembiayaan Pertanian 523.7 185.3 174.7 174.7 174.7 1,233.0 Meningkatnya Fasilitasi Pembiayaan, Pemberdayaan Kelembagaan, dan Permodalan Pertanian, Serta Peningkatan Perlindungan Terhadap Resiko Gagal Panen Melalui Asuransi Pertanian Jumlah Pembentukan LKMA (LKMA) 50 - - - - 0.32 - - - - 0.32 Jumlah Layanan Pembiayaan Pertanian (Layanan) 0-0 45 - - - 45.00 Dukungan Fasilitasi Pembiayaan Pertanian (Bln) - - - - - - - - - - 0.00 Jumlah Luas lahan sawah yang tercakup dalam asuransi pertanian (Ha) Jumlah Terbentuk dan terfasilitasinya Gapoktan PUAP dengan dana Stimulus dana Penguatan Modal Usaha (Gapoktan) 1,000,000.0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 144 75 150 225 300 894.00 3,000 0 0 0 0 360.00 0 0 0 0 360.00 Jumlah Asuransi Ternak Sapi (ekor) 20,000 120,000 120,000 120,000 24.0 24.0 24.0 24.0 96.00 64

65

66 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

67

68 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

69

70 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

71

NO PROPINSI/KABUPATEN TOTAL PAGU SP2D Tahap I (70%) SP2D Tahap II (30%) T A H A P A N TOTAL SP2D Realisasi Fisik (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) % (Ha) % INDONESIA 454,253 726,804,800,000 448,253 502,073,340,000 392,270 188,258,480,000 448,253 690,331,820,000 99.91 442,015 97.31 1 ACEH 30,000 48,000,000,000 29,920 33,510,400,000 22,293 10,700,640,000 29,920 44,211,040,000 99.80 28,643 95.48 1 Aceh Tamiang 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 2 Aceh Besar 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 - - 2,000 2,240,000,000 100.00 1,800 90.00 3 Aceh Tengah 2,500 4,000,000,000 2,420 2,710,400,000 893 428,640,000 2,420 3,139,040,000 97.22 2,018 80.72 4 Aceh Tenggara 2,500 4,000,000,000 2,500 2,800,000,000 2,500 1,200,000,000 2,500 4,000,000,000 100.00 2,500 100.00 5 Aceh Timur 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 6 Aceh Utara 3,800 6,080,000,000 3,800 4,256,000,000 3,800 1,824,000,000 3,800 6,080,000,000 100.00 3,800 100.00 7 Bireuen 3,500 5,600,000,000 3,500 3,920,000,000 800 384,000,000 3,500 4,304,000,000 100.00 2,825 80.71 8 Nagan Raya 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 9 Pidie Jaya 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 775 372,000,000 2,000 2,612,000,000 100.00 2,000 100.00 10 Aceh Selatan 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,825 876,000,000 2,000 3,116,000,000 100.00 2,000 100.00 11 Gayo Lues 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 12 Aceh Barat Daya 700 1,120,000,000 700 784,000,000 700 336,000,000 700 1,120,000,000 100.00 700 100.00 2 SUMATERA UTARA 17,960 28,736,000,000 17,960 20,115,200,000 17,960 8,620,800,000 17,960 28,736,000,000 100.00 17,960 100.00 1 Mandailing Natal 2,500 4,000,000,000 2,500 2,800,000,000 2,500 1,200,000,000 2,500 4,000,000,000 100.00 2,500 100.00 2 Serdang Bedagai 3,676 5,881,600,000 3,676 4,117,120,000 3,676 1,764,480,000 3,676 5,881,600,000 100.00 3,676 100.00 3 Simalungun 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 4 Tapanuli Selatan 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 5 Toba Samosir 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 6 Samosir 190 304,000,000 190 212,800,000 190 91,200,000 190 304,000,000 100.00 190 100.00 7 Padang Lawas Utara 1,250 2,000,000,000 1,250 1,400,000,000 1,250 600,000,000 1,250 2,000,000,000 100.00 1,250 100.00 8 Kota Gunung Sitoli - - - - - - - 9 Karo 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 10 Asahan 1,824 2,918,400,000 1,824 2,042,880,000 1,824 875,520,000 1,824 2,918,400,000 100.00 1,824 100.00 11 Labuhan Batu 520 832,000,000 520 582,400,000 520 249,600,000 520 832,000,000 100.00 520 100.00 12 Padang Lawas 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 72

3 SUMATERA BARAT 21,097 33,755,200,000 20,947 23,460,640,000 11,877 5,700,800,000 20,947 29,161,440,000 100.00 20,077 95.17 1 Agam 2,350 3,760,000,000 2,350 2,632,000,000 2,109 1,012,320,000 2,350 3,644,320,000 100.00 2,350 100.00 2 Dharmasraya 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,836 881,280,000 2,000 3,121,280,000 100.00 2,000 100.00 3 Lima Puluh Kota 2,310 3,696,000,000 2,310 2,587,200,000 1,890 907,200,000 2,310 3,494,400,000 100.00 2,310 100.00 4 Padang Pariaman 1,900 3,040,000,000 1,900 2,128,000,000-1,900 2,128,000,000 100.00 1,900 100.00 5 Pasaman 2,150 3,440,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 93.02 6 Pasaman Barat 1,200 1,920,000,000 1,200 1,344,000,000 100 48,000,000 1,200 1,392,000,000 100.00 1,055 87.92 7 Pesisir Selatan 2,350 3,760,000,000 2,350 2,632,000,000 600 288,000,000 2,350 2,920,000,000 100.00 2,225 94.68 8 Sijunjung 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 9 Solok 767 1,227,200,000 767 859,040,000-767 859,040,000 100.00 537 70.01 10 Solok Selatan 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 117 56,000,000 1,000 1,176,000,000 100.00 735 73.50 11 Tanah Datar 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000-1,000 1,120,000,000 100.00 1,000 100.00 12 Kota Bukit Tinggi 120 192,000,000 120 134,400,000 120 57,600,000 120 192,000,000 100.00 120 100.00 13 Kota Solok 350 560,000,000 350 392,000,000-350 392,000,000 100.00 350 100.00 14 Kota Sawahlunto 200 320,000,000 200 224,000,000 200 96,000,000 200 320,000,000 100.00 200 100.00 15 Kota Padang Panjang 100 160,000,000 100 112,000,000-100 112,000,000 100.00 70 70.00 16 Kota Pariaman 350 560,000,000 350 392,000,000 350 168,000,000 350 560,000,000 100.00 350 100.00 17 Kota Payakumbuh 700 1,120,000,000 700 784,000,000 700 336,000,000 700 1,120,000,000 100.00 700 100.00 18 Kota Padang 750 1,200,000,000 750 840,000,000 355 170,400,000 750 1,010,400,000 100.00 675 90.00 4 JAMBI 4,800 7,680,000,000 4,700 5,264,000,000 4,700 2,256,000,000 4,700 7,520,000,000 100.00 4,700 97.92 1 Bungo 1,700 2,720,000,000 1,700 1,904,000,000 1,700 816,000,000 1,700 2,720,000,000 100.00 1,700 100.00 2 Kerinci 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 3 Sarolangun 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 4 Tebo 600 960,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 83.33 5 SUMATERA SELATAN 8,750 14,000,000,000 8,750 9,800,000,000 8,750 4,200,000,000 8,750 14,000,000,000 100.00 8,750 100.00 1 Empat Lawang 1,750 2,800,000,000 1,750 1,960,000,000 1,750 840,000,000 1,750 2,800,000,000 100.00 1,750 100.00 2 Muara Enim 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 3 OKU Timur 6,500 10,400,000,000 6,500 7,280,000,000 6,500 3,120,000,000 6,500 10,400,000,000 100.00 6,500 100.00-6 BENGKULU 5,900 9,440,000,000 4,595 5,146,400,000 4,595 2,205,600,000 4,595 7,352,000,000 99.89 4,595 77.88 1 Bengkulu Selatan 800 1,280,000,000 800 896,000,000 800 384,000,000 800 1,280,000,000 100.00 800 100.00 2 Bengkulu Tengah 400 640,000,000 - - - - - 3 Kepahiang 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 4 Lebong 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 5 Muko-muko 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 6 Rejang Lebong 400 640,000,000 400 448,000,000 400 192,000,000 400 640,000,000 100.00 400 100.00 7 Seluma 900 1,440,000,000 - - - - 8 Bengkulu Utara 400 640,000,000 400 448,000,000 400 192,000,000 400 640,000,000 100.00 400 100.00 9 Kaur 500 800,000,000 495 554,400,000 495 237,600,000 495 792,000,000 99.00 495 99.00 73

7 LAMPUNG 12,600 20,160,000,000 12,600 14,112,000,000 12,300 5,904,000,000 12,600 20,016,000,000 100.00 12,600 100.00 1 Lampung Timur 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 2 Tanggamus 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 3 Way Kanan 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 4 Lampung Selatan 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 700 336,000,000 1,000 1,456,000,000 100.00 1,000 100.00 5 Lampung Utara 600 960,000,000 600 672,000,000 600 288,000,000 600 960,000,000 100.00 600 100.00 6 Lampung Tengah 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 7 Pesawaran 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 8 Pring Sewu 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 9 Pesisir Barat 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 10 Kota Metro 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 8 JAWA BARAT 51,800 82,880,000,000 51,800 58,016,000,000 51,800 24,864,000,000 51,800 82,880,000,000 100.00 51,800 100.00 1 Tasikmalaya 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 2 Bandung 3,500 5,600,000,000 3,500 3,920,000,000 3,500 1,680,000,000 3,500 5,600,000,000 100.00 3,500 100.00 3 Bandung Barat 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 4 Bekasi 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 5 Bogor 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 6 Ciamis 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 7 Cianjur 2,200 3,520,000,000 2,200 2,464,000,000 2,200 1,056,000,000 2,200 3,520,000,000 100.00 2,200 100.00 8 Cirebon 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 9 Garut 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 10 Indramayu 5,000 8,000,000,000 5,000 5,600,000,000 5,000 2,400,000,000 5,000 8,000,000,000 100.00 5,000 100.00 11 Karawang 5,000 8,000,000,000 5,000 5,600,000,000 5,000 2,400,000,000 5,000 8,000,000,000 100.00 5,000 100.00 12 Kuningan 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 13 Majalengka 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 14 Purwakarta 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 15 Subang 5,000 8,000,000,000 5,000 5,600,000,000 5,000 2,400,000,000 5,000 8,000,000,000 100.00 5,000 100.00 16 Sukabumi 2,400 3,840,000,000 2,400 2,688,000,000 2,400 1,152,000,000 2,400 3,840,000,000 100.00 2,400 100.00 17 Sumedang 2,400 3,840,000,000 2,400 2,688,000,000 2,400 1,152,000,000 2,400 3,840,000,000 100.00 2,400 100.00 18 Kota Tasikmalaya 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 19 Pangandaran 1,800 2,880,000,000 1,800 2,016,000,000 1,800 864,000,000 1,800 2,880,000,000 100.00 1,800 100.00 74 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

9 JAWA TENGAH 56,435 90,296,000,000 56,435 63,238,080,000 52,271 25,059,200,000 56,435 88,297,280,000 100.00 55,265 97.93 1 Banjarnegara 1,935 3,096,000,000 1,935 2,198,080,000 1,935 897,920,000 1,935 3,096,000,000 100.00 1,935 100.00 2 Banyumas 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 3 Batang 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 4 Blora 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 5 Brebes 2,200 3,520,000,000 2,200 2,464,000,000 2,200 1,056,000,000 2,200 3,520,000,000 100.00 2,200 100.00 6 Demak 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 7 Grobogan 2,200 3,520,000,000 2,200 2,464,000,000 2,200 1,056,000,000 2,200 3,520,000,000 100.00 2,200 100.00 8 Jepara 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 255 122,400,000 2,000 2,362,400,000 100.00 1,535 76.75 9 Karanganyar 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 10 Kebumen 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 11 Kendal 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 1,400 70.00 12 Klaten 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 13 Kudus - - - - - - - 14 Magelang 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 15 Pati 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,931 926,880,000 2,000 3,166,880,000 100.00 2,000 100.00 16 Pekalongan 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,650 792,000,000 2,000 3,032,000,000 100.00 1,895 94.75 17 Pemalang 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 18 Purbalingga 1,600 2,560,000,000 1,600 1,792,000,000 1,600 768,000,000 1,600 2,560,000,000 100.00 1,600 100.00 19 Purworejo 6,500 10,400,000,000 6,500 7,280,000,000 6,500 3,120,000,000 6,500 10,400,000,000 100.00 6,500 100.00 20 Semarang 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 21 Sragen 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 22 Sukoharjo 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 23 Tegal 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 24 Temanggung 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 25 Wonogiri 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 26 Wonosobo 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 10 DI. YOGYAKARTA 7,800 12,480,000,000 7,800 8,736,000,000 7,800 3,744,000,000 7,800 12,480,000,000 100.00 7,800 100.00 1 Sleman 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 2 Bantul 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 3 Kulonprogo 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 4 Gunung Kidul 800 1,280,000,000 800 896,000,000 800 384,000,000 800 1,280,000,000 100.00 800 100.00 75

11 JAWA TIMUR 93,955 150,328,000,000 91,022 101,945,060,000 90,982 43,671,240,000 91,022 145,616,300,000 100.00 91,022 96.88 1 Banyuwangi - - - - - - 2 Blitar 3,500 5,600,000,000 3,500 3,920,000,000 3,500 1,680,000,000 3,500 5,600,000,000 100.00 3,500 100.00 3 Bojonegoro 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 4 Bondowoso 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 5 Gresik 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 6 Jember 4,000 6,400,000,000 3,262 3,653,860,000 3,222 1,546,440,000 3,262 5,200,300,000 100.00 3,262 81.55 7 Jombang 3,550 5,680,000,000 3,550 3,976,000,000 3,550 1,704,000,000 3,550 5,680,000,000 100.00 3,550 100.00 8 Kediri 3,500 5,600,000,000 1,305 1,461,600,000 1,305 626,400,000 1,305 2,088,000,000 100.00 1,305 37.29 9 Lamongan 10,000 16,000,000,000 10,000 11,200,000,000 10,000 4,800,000,000 10,000 16,000,000,000 100.00 10,000 100.00 10 Lumajang 3,250 5,200,000,000 3,250 3,640,000,000 3,250 1,560,000,000 3,250 5,200,000,000 100.00 3,250 100.00 11 Madiun 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 12 Magetan 3,700 5,920,000,000 3,700 4,144,000,000 3,700 1,776,000,000 3,700 5,920,000,000 100.00 3,700 100.00 13 Malang 3,250 5,200,000,000 3,250 3,640,000,000 3,250 1,560,000,000 3,250 5,200,000,000 100.00 3,250 100.00 14 Mojokerto 2,700 4,320,000,000 2,700 3,024,000,000 2,700 1,296,000,000 2,700 4,320,000,000 100.00 2,700 100.00 15 Nganjuk 3,675 5,880,000,000 3,675 4,116,000,000 3,675 1,764,000,000 3,675 5,880,000,000 100.00 3,675 100.00 16 Ngawi 3,750 6,000,000,000 3,750 4,200,000,000 3,750 1,800,000,000 3,750 6,000,000,000 100.00 3,750 100.00 17 Pacitan 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 18 Pamekasan 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 19 Pasuruan 1,550 2,480,000,000 1,550 1,736,000,000 1,550 744,000,000 1,550 2,480,000,000 100.00 1,550 100.00 20 Ponorogo 6,500 10,400,000,000 6,500 7,280,000,000 6,500 3,120,000,000 6,500 10,400,000,000 100.00 6,500 100.00 21 Probolinggo 2,700 4,320,000,000 2,700 3,024,000,000 2,700 1,296,000,000 2,700 4,320,000,000 100.00 2,700 100.00 22 Sampang 110 176,000,000 110 123,200,000 110 52,800,000 110 176,000,000 100.00 110 100.00 23 Sidoarjo 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 24 Situbondo 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 25 Sumenep 3,600 5,760,000,000 3,600 4,032,000,000 3,600 1,728,000,000 3,600 5,760,000,000 100.00 3,600 100.00 26 Trenggalek 3,620 5,792,000,000 3,620 4,054,400,000 3,620 1,737,600,000 3,620 5,792,000,000 100.00 3,620 100.00 27 Tulungagung 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 28 Tuban 7,000 11,200,000,000 7,000 7,840,000,000 7,000 3,360,000,000 7,000 11,200,000,000 100.00 7,000 100.00 12 BANTEN 20,000 32,000,000,000 19,950 22,344,000,000 19,725 9,468,000,000 19,950 31,812,000,000 100.00 19,950 99.75 1 Lebak 5,849 9,358,400,000 5,849 6,550,880,000 5,849 2,807,520,000 5,849 9,358,400,000 100.86 5,849 100.00 2 Pandeglang 4,500 7,200,000,000 4,500 5,040,000,000 4,500 2,160,000,000 4,500 7,200,000,000 100.00 4,500 100.00 3 Serang 4,151 6,641,600,000 4,151 4,649,120,000 3,926 1,884,480,000 4,151 6,533,600,000 100.00 4,151 100.00 4 Tangerang 5,000 8,000,000,000 5,000 5,600,000,000 5,000 2,400,000,000 5,000 8,000,000,000 100.00 5,000 100.00 5 Kota Cilegon 500 800,000,000 450 504,000,000 450 216,000,000 450 720,000,000 90.00 450 90.00 76 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

13 BALI 11,000 17,600,000,000 11,000 12,320,000,000 9,899 4,751,520,000 11,000 17,071,520,000 99.88 10,958 99.62 1 Bangli 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 2 Buleleng 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 3 Gianyar 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,963 942,240,000 2,000 3,182,240,000 100.00 2,000 100.00 4 Jembrana 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 5 Klungkung 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 6 Tabanan 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,050 504,000,000 2,000 2,744,000,000 100.00 2,000 100.00 7 Karangasem 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 886 425,280,000 1,000 1,545,280,000 98.71 958 95.80 14 NTB 21,650 34,640,000,000 21,650 24,248,000,000 21,650 10,392,000,000 21,650 34,640,000,000 100.00 21,650 100.00 1 Bima 6,000 9,600,000,000 6,000 6,720,000,000 6,000 2,880,000,000 6,000 9,600,000,000 100.00 6,000 100.00 2 Lombok Barat 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 3 Lombok Tengah 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 4 Lombok Timur 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 2,000 960,000,000 2,000 3,200,000,000 100.00 2,000 100.00 5 Lombok Utara 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 6 Sumbawa 4,650 7,440,000,000 4,650 5,208,000,000 4,650 2,232,000,000 4,650 7,440,000,000 100.00 4,650 100.00 7 Sumbawa Barat 4,000 6,400,000,000 4,000 4,480,000,000 4,000 1,920,000,000 4,000 6,400,000,000 100.00 4,000 100.00 15 NTT 3,040 4,864,000,000 3,040 3,404,800,000 2,508 1,204,000,000 3,040 4,608,800,000 100.00 2,881 94.75 1 Belu 850 1,360,000,000 850 952,000,000 850 408,000,000 850 1,360,000,000 100.00 850 100.00 2 Kupang 240 384,000,000 240 268,800,000 240 268,800,000 100.00 168 70.00 3 Manggarai Barat 425 680,000,000 425 476,000,000 425 204,000,000 425 680,000,000 100.00 425 100.00 4 Nagekeo 450 720,000,000 450 504,000,000 450 216,000,000 450 720,000,000 100.00 450 100.00 5 Sikka 300 480,000,000 300 336,000,000 8 4,000,000 300 340,000,000 100.00 213 70.83 6 Sumba Timur 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 7 Sumba Barat Daya 225 360,000,000 225 252,000,000 225 108,000,000 225 360,000,000 100.00 225 100.00 8 Manggarai 50 80,000,000 50 56,000,000 50 24,000,000 50 80,000,000 100.00 50 100.00 16 KALIMANTAN TENGAH 2,500 4,000,000,000 2,500 2,800,000,000 2,500 1,200,000,000 2,500 4,000,000,000 100.00 2,500 100.00 1 Barito Utara - - - - - - 2 Barito Timur 2,500 4,000,000,000 2,500 2,800,000,000 2,500 1,200,000,000 2,500 4,000,000,000 100.00 2,500 100.00 17 KALIMANTAN SELATAN 3,006 4,809,600,000 3,006 3,366,720,000 3,006 1,442,880,000 3,006 4,809,600,000 100.00 3,006 100.00 1 Hulu Sungai Selatan 1,006 1,609,600,000 1,006 1,126,720,000 1,006 482,880,000 1,006 1,609,600,000 100.00 1,006 100.00 2 Tabalong 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 3 Tapin 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 77

18 KALIMANTAN TIMUR 1,200 1,920,000,000 - - - - - - - - 1 Kutai Timur 1,200 1,920,000,000 - - - 19 SULAWESI TENGAH 6,600 10,560,000,000 6,600 7,392,000,000 5,833 2,799,960,000 6,600 10,191,960,000 100.00 6,317 95.71 1 Banggai 800 1,280,000,000 800 896,000,000 500 240,120,000 800 1,136,120,000 100.00 710 88.76 2 Morowali 800 1,280,000,000 800 896,000,000 800 384,000,000 800 1,280,000,000 100.00 800 100.00 3 Morowali Utara 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 533 255,840,000 1,000 1,375,840,000 100.00 860 85.99 4 Parigi Moutong 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 5 Poso 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 2,947 98.23 20 SULAWESI SELATAN 34,435 55,096,000,000 34,434.5 38,566,040,000 7,876 3,780,240,000 34,435 42,346,280,000 100.00 32,642 94.79 1 Bantaeng 3,135 5,016,000,000 3,135 3,511,200,000 650 312,000,000 3,135 3,823,200,000 100.00 3,135 100.00 2 Barru 1,000 1,600,000,000 1,000 1,119,400,000-1,000 1,119,400,000 100.00 1,000 100.00 3 Bone 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000-3,000 3,360,000,000 100.00 2,375 79.17 4 Bulukumba 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 1,974 98.70 5 Enrekang 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000-3,000 3,360,000,000 100.00 2,369 78.97 6 Gowa 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 2,320 1,113,600,000 3,000 4,473,600,000 100.00 2,840 94.67 7 Jeneponto 1,380 2,208,000,000 1,380 1,545,600,000 1,135 544,800,000 1,380 2,090,400,000 100.00 1,380 100.00 8 Luwu 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 2,000 100.00 9 Luwu Timur 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 1,980 99.00 10 Luwu Utara 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 438 210,000,000 1,000 1,330,000,000 100.00 1,000 100.00 11 Maros 1,470 2,352,000,000 1,470 1,646,400,000 690 331,200,000 1,470 1,977,600,000 100.00 1,470 100.00 12 Pangkajene Kepulauan 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000-1,000 1,120,000,000 100.00 1,000 100.00 13 Pinrang 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,965 943,200,000 2,000 3,183,200,000 100.00 2,000 100.00 14 Sidenreng Rappang 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 678 325,440,000 2,000 2,565,440,000 100.00 2,000 100.00 15 Sinjai 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000-1,000 1,120,000,000 100.00 968 96.80 16 Soppeng 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 1,808 90.40 17 Tana Toraja 650 1,040,000,000 650 727,440,000-650 727,440,000 100.00 650 100.00 18 Wajo 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000-2,000 2,240,000,000 100.00 1,893 94.65 19 Toraja Utara 800 1,280,000,000 800 896,000,000-800 896,000,000 100.00 800 100.00 21 SULAWESI TENGGARA 11,275 18,040,000,000 11,275 12,628,000,000 7,470 3,585,600,000 11,275 16,213,600,000 100.00 11,275 100.00 1 Kolaka 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,425 684,000,000 2,000 2,924,000,000 100.00 2,000 100.00 2 Kolaka Utara 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 650 312,000,000 1,000 1,432,000,000 100.00 1,000 100.00 3 Konawe 2,850 4,560,000,000 2,850 3,192,000,000 2,850 1,368,000,000 2,850 4,560,000,000 100.00 2,850 100.00 4 Konawe Selatan 1,375 2,200,000,000 1,375 1,540,000,000 245 117,600,000 1,375 1,657,600,000 100.00 1,375 100.00 5 Konawe Utara 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 6 Kolaka Timur 2,000 3,200,000,000 2,000 2,240,000,000 1,300 624,000,000 2,000 2,864,000,000 100.00 2,000 100.00 7 Muna Barat 400 640,000,000 400 448,000,000-400 448,000,000 100.00 400 100.00 8 muna 650 1,040,000,000 650 728,000,000-650 728,000,000 100.00 650 100.00 78 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

22 GORONTALO 5,250 8,400,000,000 5,250 5,880,000,000 5,250 2,520,000,000 5,250 8,400,000,000 100.00 5,250 100.00 1 Bone Bolango 550 880,000,000 550 616,000,000 550 264,000,000 550 880,000,000 100.00 550 100.00 2 Gorontalo 1,100 1,760,000,000 1,100 1,232,000,000 1,100 528,000,000 1,100 1,760,000,000 100.00 1,100 100.00 3 Boalemo 950 1,520,000,000 950 1,064,000,000 950 456,000,000 950 1,520,000,000 100.00 950 100.00 4 Gorontalo Utara 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 1,000 480,000,000 1,000 1,600,000,000 100.00 1,000 100.00 5 Pohuwato 1,650 2,640,000,000 1,650 1,848,000,000 1,650 792,000,000 1,650 2,640,000,000 100.00 1,650 100.00 23 SULAWESI BARAT 10,800 17,280,000,000 10,800 12,096,000,000 9,800 4,704,000,000 10,800 16,800,000,000 100.00 10,800 100.00 1 Polewali Mandar 6,300 10,080,000,000 6,300 7,056,000,000 6,300 3,024,000,000 6,300 10,080,000,000 100.00 6,300 100.00 2 Majene 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 3 Mamasa 3,000 4,800,000,000 3,000 3,360,000,000 3,000 1,440,000,000 3,000 4,800,000,000 100.00 3,000 100.00 4 Mamuju Tengah 1,000 1,600,000,000 1,000 1,120,000,000 - - 1,000 1,120,000,000 100.00 1,000 100.00 - - 24 MALUKU 2,500 4,000,000,000 2,425 2,716,000,000 2,425 1,164,000,000 2,425 3,880,000,000 100.00 2,425 100.00 1 Kepulauan Buru 1,000 1,600,000,000 925 1,036,000,000 925 444,000,000 925 1,480,000,000 100.00 925 100.00 2 Maluku Tengah 1,500 2,400,000,000 1,500 1,680,000,000 1,500 720,000,000 1,500 2,400,000,000 100.00 1,500 100.00 25 MALUKU UTARA 2,200 3,520,000,000 2,200 2,464,000,000 2,200 1,056,000,000 2,200 3,520,000,000 100.00 2,200 100.00 1 Halmahera Tengah 1,100 1,760,000,000 1,100 1,232,000,000 1,100 528,000,000 1,100 1,760,000,000 100.00 1,100 100.00 2 Halmahera Timur 1,100 1,760,000,000 1,100 1,232,000,000 1,100 528,000,000 1,100 1,760,000,000 100.00 1,100 100.00 26 PAPUA 950 1,520,000,000 950 1,064,000,000 950 456,000,000 950 1,520,000,000 100.00 950 100.00 1 Nabire 450 720,000,000 450 504,000,000 450 216,000,000 450 720,000,000 100.00 450 100.00 2 Kota Jayapura 500 800,000,000 500 560,000,000 500 240,000,000 500 800,000,000 100.00 500 100.00 27 PAPUA BARAT 6,750 10,800,000,000 6,643 7,440,000,000 5,850 2,808,000,000 6,643 10,248,000,000 95.53 6,000 88.89 1 Manokwari 2,300 3,680,000,000 2,300 2,576,000,000 2,300 1,104,000,000 2,300 3,680,000,000 100.00 2,300 100.00 2 Fak Fak 800 1,280,000,000 800 896,000,000 800 384,000,000 800 1,280,000,000 100.00 800 100.00 3 Sorong 2,500 4,000,000,000 2,500 2,800,000,000 2,500 1,200,000,000 2,500 4,000,000,000 100.00 2,500 100.00 4 Kaimana 150 240,000,000 150 168,000,000-150 168,000,000 100.00 150 100.00 5 Sorong Selatan 1,000 1,600,000,000 893 1,000,000,000 250 120,000,000 893 1,120,000,000 70.00 250 25.00 79

80

TOTAL PAGU NO PROPINSI/KABUPATEN SP2D Tahap I (70%) SP2D Tahap II (30%) T A H A P A N TOTAL SP2D Realisasi Fisik (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) (Ha) (Rp) % (Ha) % INDONESIA 80,000 240,000,000,000 80,000 167,923,200,000 12,665 11,398,500,000 80,000 179,321,700,000 99.88 60,209 75.26 1 JAMBI 5,000 15,000,000,000 5,000 10,500,000,000 4,740 4,266,000,000 5,000 14,766,000,000 100.00 5,000 100.00 1 Tanjung Jabung Barat 2,000 6,000,000,000 2,000 4,200,000,000 2,000 1,800,000,000 2,000 6,000,000,000 100.00 2,000 100.00 2 Tanjung Jabung Timur 1,500 4,500,000,000 1,500 3,150,000,000 1,500 1,350,000,000 1,500 4,500,000,000 100.00 1,500 100.00 3 Batanghari 500 1,500,000,000 500 1,050,000,000 425 382,500,000 500 1,432,500,000 100.00 500 100.00 4 Tebo 1,000 3,000,000,000 1,000 2,100,000,000 815 733,500,000 1,000 2,833,500,000 100.00 1,000 100.00 2 SUMATERA SELATAN 75,000 225,000,000,000 75,000 157,423,200,000 7,925 7,132,500,000 75,000 164,555,700,000 99.87 55,209 73.61 5 Ogan Komering Ilir 34,000 102,000,000,000 34,000 71,400,000,000 4,314 3,882,600,000 34,000 75,282,600,000 100.00 25,153 73.98 6 Banyu Asin 35,000 105,000,000,000 35,000 73,423,200,000 3,611 3,249,900,000 35,000 76,673,100,000 100.00 25,583 73.10 7 Ogan Ilir 6,000 18,000,000,000 6,000 12,600,000,000 6,000 12,600,000,000 98.29 4,473 74.55-81

82

NO PROVINSI JENIS ALSINTAN TARGET REALISASI FISIK REALISASI KEUANGAN UNIT RP. UNIT % RP. % 1 Aceh 1,201 48,322,925,000 1,201 40,084,570,000 82.95 1 Traktor Roda 2 906 34,952,075,000 906 100.00 28,693,770,000 82.09 2 Pompa Air 179 4,322,850,000 179 100.00 3,808,800,000 88.11 3 Rice Transplanter 116 9,048,000,000 116 100.00 7,582,000,000 83.80 2 Jambi 455 14,256,135,000 455 100.00 12,920,670,500 90.63 1 Traktor Roda 2 342 9,172,275,000 342 100.00 8,519,370,500 92.88 2 Pompa Air 69 1,651,860,000 69 100.00 1,467,600,000 88.85 3 Rice Transplanter 44 3,432,000,000 44 100.00 2,933,700,000 85.48 3 Sumatera Selatan 2,471 73,489,875,000 2,471 100.00 69,112,826,000 94.04 1 Traktor Roda 2 1,915 49,263,375,000 1,915 100.00 48,839,970,000 99.14 2 Pompa Air 350 8,158,500,000 350 100.00 6,335,000,000 77.65 3 Rice Transplanter 206 16,068,000,000 206 100.00 13,937,856,000 86.74 4 Bangka Belitung 47 1,493,860,000 47 100.00 1,371,869,500 91.83 1 Traktor Roda 2 26 750,750,000 26 100.00 714,749,000 95.20 2 Pompa Air 17 439,110,000 17 100.00 385,440,500 87.78 3 Rice Transplanter 4 304,000,000 4 100.00 271,680,000 89.37 5 Banten 743 21,521,475,000 743 100.00 19,319,076,780 89.77 1 Traktor Roda 2 561 13,842,675,000 561 100.00 12,648,976,780 91.38 2 Pompa Air 110 2,494,800,000 110 100.00 2,190,100,000 87.79 3 Rice Transplanter 72 5,184,000,000 72 100.00 4,480,000,000 86.42 6 Jawa Barat 3,616 103,132,290,000 3,616 100.00 94,831,135,000 91.95 1 Traktor Roda 2 2,735 66,050,250,000 2,735 100.00 62,610,270,000 94.79 2 Pompa Air 532 11,954,040,000 532 100.00 10,504,340,000 87.87 3 Rice Transplanter 349 25,128,000,000 349 100.00 21,716,525,000 86.42 7 Jawa Timur 4,755 137,629,380,000 4,755 100.00 125,653,875,000 91.30 1 Traktor Roda 2 3,540 85,862,700,000 3,540 100.00 81,236,400,000 94.61 2 Pompa Air 718 15,982,680,000 718 100.00 12,565,000,000 78.62 3 Rice Transplanter 497 35,784,000,000 497 100.00 31,852,475,000 89.01 8 Bali 330 9,491,955,000 330 100.00 7,027,299,710 74.03 1 Traktor Roda 2 248 5,989,200,000 248 100.00 4,242,754,000 70.84 2 Pompa Air 49 1,126,755,000 49 100.00 682,545,710 60.58 3 Rice Transplanter 33 2,376,000,000 33 100.00 2,102,000,000 88.47 9 Kalimantan Tengah 771 25,148,460,000 771 100.00 22,082,226,500 87.81 1 Traktor Roda 2 577 16,172,520,000 577 100.00 14,221,389,000 87.94 2 Pompa Air 118 3,047,940,000 118 100.00 2,707,167,500 88.82 3 Rice Transplanter 76 5,928,000,000 76 100.00 5,153,670,000 86.94 10 Kalimantan Selatan 1,844 63,588,830,000 1,844 100.00 59,906,971,500 94.21 1 Traktor Roda 2 1,390 42,968,205,000 1,390 100.00 41,555,548,000 96.71 2 Pompa Air 275 7,016,625,000 275 100.00 6,230,866,000 88.80 3 Rice Transplanter 179 13,604,000,000 179 100.00 12,120,557,500 89.10 83

11 Sulawesi Utara 207 6,846,575,000 207 100.00 6,488,890,000 94.78 1 Traktor Roda 2 156 4,600,050,000 156 100.00 4,532,890,000 98.54 2 Pompa Air 35 966,525,000 35 100.00 837,000,000 86.60 3 Rice Transplanter 16 1,280,000,000 16 100.00 1,119,000,000 87.42 12 Sulawesi Tengah 490 16,779,485,000 490 100.00 15,226,719,000 90.75 1 Traktor Roda 2 370 11,055,975,000 370 100.00 10,116,372,000 91.50 2 Pompa Air 74 2,043,510,000 74 100.00 1,819,707,000 89.05 3 Rice Transplanter 46 3,680,000,000 46 100.00 3,290,640,000 89.42 13 Sulawesi Selatan 2,390 74,464,950,000 2,390 100.00 68,879,904,520 92.50 1 Traktor Roda 2 1,799 48,177,150,000 1,799 100.00 45,189,324,520 93.80 2 Pompa Air 360 8,731,800,000 360 100.00 7,746,480,000 88.72 3 Rice Transplanter 231 17,556,000,000 231 100.00 15,944,100,000 90.82 14 Sulawesi Tenggara 390 13,138,530,000 390 100.00 12,034,577,500 91.60 1 Traktor Roda 2 290 8,300,250,000 290 100.00 7,828,110,000 94.31 2 Pompa Air 57 1,484,280,000 57 100.00 1,290,940,000 86.97 3 Rice Transplanter 43 3,354,000,000 43 100.00 2,915,527,500 86.93 15 Gorontalo 139 5,015,225,000 139 100.00 4,592,971,000 91.58 1 Traktor Roda 2 90 2,447,550,000 90 100.00 2,288,415,000 93.50 2 Pompa Air 23 591,675,000 23 100.00 524,446,000 88.64 3 Rice Transplanter 26 1,976,000,000 26 100.00 1,780,110,000 90.09 16 Sulawesi Barat 210 6,576,720,000 210 100.00 5,808,600,500 88.32 1 Traktor Roda 2 152 3,910,200,000 152 100.00 3,430,185,000 87.72 2 Pompa Air 34 842,520,000 34 100.00 751,995,500 89.26 3 Rice Transplanter 24 1,824,000,000 24 100.00 1,626,420,000 89.17 17 Maluku 75 3,120,775,000 75 100.00 2,730,845,000 87.51 1 Traktor Roda 2 42 1,422,225,000 42 100.00 1,190,877,000 83.73 2 Pompa Air 19 578,550,000 19 100.00 507,340,000 87.69 3 Rice Transplanter 14 1,120,000,000 14 100.00 1,032,628,000 92.20 18 Maluku Utara 48 2,067,360,000 48 100.00 1,983,637,000 95.95 1 Traktor Roda 2 28 998,550,000 28 100.00 950,217,000 95.16 2 Pompa Air 11 348,810,000 11 100.00 322,575,000 92.48 3 Rice Transplanter 9 720,000,000 9 100.00 710,845,000 98.73 19 Papua Barat 38 1,580,250,000 38 100.00 1,457,604,001 92.24 1 Traktor Roda 2 23 773,850,000 23 100.00 716,654,000 92.61 2 Pompa Air 9 302,400,000 9 100.00 256,900,001 84.95 3 Rice Transplanter 6 504,000,000 6 100.00 484,050,000 96.04 20 Papua 80 3,461,700,000 80 100.00 3,187,348,000 92.07 1 Traktor Roda 2 56 2,167,725,000 56 100.00 2,032,318,000 93.75 2 Pompa Air 15 555,975,000 15 100.00 429,800,000 77.31 3 Rice Transplanter 9 738,000,000 9 100.00 725,230,000 98.27 TOTAL NASIONAL 20,300 631,126,755,000 20,300 100.00 577,437,777,011 91.49 1 Traktor Roda 2 15,246 408,877,550,000 15,246 100.00 381,558,559,800 93.32 2 Pompa Air 3,054 72,641,205,000 3,054 100.00 61,364,043,211 84.48 3 Rice Transplanter 2,000 149,608,000,000 2,000 100.00 134,515,174,000 89.91 84 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

85

Luas Tanam Padi Tahun 2006-2016 No Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 *) 1 Aceh 320,858 383,362 317,083 374,196 364,259 405,075 438,855 397,887 439,533 461,883 447,630 2 Sumatera Utara 765,416 760,379 748,005 754,512 741,566 775,632 769,174 739,040 729,451 760,709 922,803 3 Sumatera Barat 415,067 426,586 429,384 451,632 459,362 475,053 481,666 491,379 496,819 504,357 493,630 4 Riau 148,802 146,865 138,602 158,233 159,804 140,291 134,495 124,777 116,448 99,104 94,104 5 Jambi 138,046 149,087 145,325 161,569 151,639 155,732 155,828 156,528 140,068 129,157 181,305 6 Sumatera Selatan 614,485 765,012 705,748 796,895 756,901 807,366 787,385 786,313 798,563 907,356 1,035,900 7 Bengkulu 86,018 136,974 126,369 135,597 131,817 140,043 149,574 147,930 132,852 119,446 162,247 8 Lampung 441,721 578,865 553,851 578,603 608,853 620,879 648,297 655,962 626,744 683,909 916,611 9 Kep. Bangka Belitung 9,945 10,726 5,423 12,429 4,778 9,155 10,197 10,228 12,857 17,088 16,512 10 Kepulauan Riau 125 46 138 262 321 395 400 434 402 183 269 11 D.K.I. Jakarta 1,455 1,639 1,748 1,853 2,014 1,683 2,351 1,672 1,542 1,094 966 12 Jawa Barat 1,586,615 2,184,405 1,937,997 1,876,377 2,113,946 1,908,375 1,971,891 1,987,484 1,980,535 1,820,036 2,269,120 13 Jawa Tengah 1,444,132 1,899,962 1,770,653 1,656,841 1,957,748 1,705,809 1,788,529 1,815,981 1,804,761 1,864,540 2,160,584 14 D.I. Yogyakarta 118,164 154,206 143,427 142,105 155,723 151,227 150,625 164,596 154,020 151,264 166,825 15 Jawa Timur 1,522,752 1,973,173 1,940,599 1,680,176 2,284,847 1,900,140 1,925,625 2,074,500 2,026,820 2,105,427 2,544,329 16 Banten 309,230 426,287 393,917 372,186 404,476 350,082 417,993 376,014 368,067 384,478 468,221 17 Bali 139,997 148,426 152,141 146,024 160,385 146,246 148,309 146,284 134,351 134,846 150,960 18 Nusa Tenggara Barat 267,742 386,000 423,550 298,395 487,229 388,772 412,773 446,406 417,075 416,569 559,329 19 Nusa Tenggara Timur 167,454 206,551 194,518 189,688 206,796 206,758 193,441 246,281 247,071 256,299 311,627 20 Kalimantan Barat 387,442 391,914 397,918 415,375 429,128 451,334 444,334 480,594 451,946 463,548 536,740 21 Kalimantan Tengah 212,949 213,102 209,886 253,660 208,184 245,433 286,117 246,549 247,969 276,430 245,640 22 Kalimantan Selatan 456,000 518,642 499,623 520,648 467,579 507,328 505,300 467,610 494,179 540,448 578,302 23 Kalimantan Timur 135,012 153,892 152,008 149,221 158,281 144,467 128,116 106,877 99,152 103,685 101,801 24 Kalimantan Utara 31,117 45,239 26,704 17,254 25 Sulawesi Utara 102,145 101,183 113,266 110,451 126,174 121,627 128,577 127,501 131,365 132,690 140,949 26 Sulawesi Tengah 189,251 217,286 224,173 215,153 215,346 219,692 227,107 224,916 213,683 212,085 243,694 27 Sulawesi Selatan 658,704 904,839 925,910 773,940 1,057,847 930,764 952,690 1,036,114 984,412 1,037,586 1,341,648 28 Sulawesi Tenggara 94,164 120,601 106,092 97,357 124,224 122,078 128,339 148,705 136,272 148,138 183,345 29 Gorontalo 36,209 50,225 49,802 44,829 57,467 50,597 56,502 60,396 62,993 57,223 69,671 30 Sulawesi Barat 62,362 72,344 71,191 63,655 85,194 83,925 83,466 94,634 88,246 93,447 150,818 31 Maluku 14,906 16,020 19,531 18,668 22,993 23,335 18,694 28,070 18,068 21,871 29,397 32 Maluku Utara 20,373 12,262 16,275 15,875 15,162 19,296 14,846 22,821 21,509 26,802 24,916 33 Papua Barat 6,389 9,351 11,975 10,957 8,322 7,622 8,169 7,664 7,270 7,202 6,333 34 Papua 15,635 23,708 34,309 19,763 33,627 27,091 33,025 53,984 38,652 45,785 54,955 INDONESIA 10,889,565 13,543,920 12,960,437 12,497,125 14,161,992 13,243,302 13,602,690 13,907,248 13,668,934 14,011,389 16,628,432 Keterangan : *) T ahun 2016 merupakan total luas tanam Januari- November 2016 yang bersumber dari data PPD Pusdatin-BPS 86 (Hektar)

Luas Tanam Padi (Total) di Lahan Sawah + Bukan Sawah Menurut Provinsi (hektar) TANPA ESTIMASI Indonesia Tahun : 2015 Provinsi Januari Februari Maret April Jan-Apr Mei Juni Juli Agustus Mei-Ags September Oktober November Desember Sep-Des Jan-Des % Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) 1100000 Aceh 70,036 29,635 6,845 5,600 112,116 22,504 89,960 32,930 17,427 162,821 26,018 9,475 40,994 110,459 186,946 461,883 100 1200000 Sumatera Utara 34,788 37,316 51,035 47,451 170,590 59,985 64,307 46,749 48,986 220,027 128,827 71,384 81,817 88,064 370,092 760,709 100 1300000 Sumatera Barat 33,705 43,988 46,865 41,853 166,411 45,607 39,986 26,792 33,905 146,290 60,429 37,966 41,705 51,556 191,656 504,357 100 1400000 Riau 5,321 4,020 11,834 2,396 23,571 4,725 6,584 1,744 1,902 14,955 22,588 15,718 13,462 8,810 60,578 99,104 100 1500000 Jambi 11,010 10,939 9,807 6,945 38,701 10,521 15,371 5,418 3,896 35,206 5,277 6,758 15,024 28,191 55,250 129,157 100 1600000 Sumatera Selatan 65,675 16,055 28,234 49,383 159,347 169,487 143,592 25,998 11,096 350,173 37,604 36,812 157,886 165,534 397,836 907,356 100 1700000 Bengkulu 13,030 9,982 7,011 4,562 34,585 12,384 18,677 10,071 5,633 46,765 5,971 3,967 5,968 22,190 38,096 119,446 100 1800000 Lampung 104,190 33,925 66,770 47,021 251,906 77,007 73,101 30,176 10,083 190,367 27,449 3,849 52,308 158,030 241,636 683,909 100 1900000 Kepulauan Bangka Beli 547 496 571 382 1,996 798 653 205 3,471 5,127 2,571 2,284 3,721 1,389 9,965 17,088 100 2100000 Kepulauan Riau 58 12 6 9 85 19 6 1 1 27 26 44 1-71 183 100 3100000 Dki Jakarta 60 77 236 273 646 20 114 44 51 229 108 1 79 31 219 1,094 100 3200000 Jawa Barat 278,742 119,919 100,666 194,599 693,926 247,756 152,509 94,717 84,967 579,949 69,417 41,005 87,356 348,383 546,161 1,820,036 100 3300000 Jawa Tengah 222,263 105,543 259,814 194,745 782,365 207,036 107,343 63,420 54,463 432,262 55,448 46,539 151,953 395,973 649,913 1,864,540 100 3400000 Di Yogyakarta 7,422 6,206 15,694 19,882 49,204 6,584 4,081 3,605 3,932 18,202 8,013 1,918 21,959 51,968 83,858 151,264 100 3500000 Jawa Timur 308,961 83,749 233,903 285,189 911,802 178,988 91,652 94,623 94,393 459,656 61,989 34,457 102,726 534,797 733,969 2,105,427 100 3600000 Banten 60,446 17,893 22,161 41,988 142,488 57,420 38,125 9,629 13,489 118,663 20,938 7,329 16,663 78,397 123,327 384,478 100 5100000 Bali 22,762 20,784 8,558 5,190 57,294 8,919 12,494 13,763 11,655 46,831 12,747 2,569 4,010 11,395 30,721 134,846 100 5200000 Nusa Tenggara Barat 117,300 35,514 11,585 45,655 210,054 54,730 25,407 9,706 9,432 99,275 12,767 5,844 6,267 82,362 107,240 416,569 100 5300000 Nusa Tenggara Timur 65,744 46,697 18,858 6,169 137,468 5,445 9,395 19,630 9,302 43,772 2,939 2,431 5,385 64,304 75,059 256,299 100 6100000 Kalimantan Barat 5,608 816 2,714 25,494 34,632 39,779 24,374 8,387 42,991 115,531 120,890 83,181 66,789 42,525 313,385 463,548 100 6200000 Kalimantan Tengah 14,377 11,681 38,949 35,524 100,531 19,783 15,273 2,181 327 37,564 13,054 32,745 55,970 36,566 138,335 276,430 100 6300000 Kalimantan Selatan 75,196 62,696 80,255 84,385 302,532 36,962 35,584 41,117 14,647 128,310 397 841 28,035 80,333 109,606 540,448 100 6400000 Kalimantan Timur 22,803 4,490 827 430 28,550 6,960 20,373 3,211 1,077 31,621 10,570 7,259 12,747 12,938 43,514 103,685 100 6500000 Kalimantan Utara 1,054 190 585 788 2,617 844 246 1,799 2,516 5,405 8,226 7,512 1,863 1,081 18,682 26,704 100 7100000 Sulawesi Utara 12,782 11,912 8,936 8,306 41,936 10,231 14,060 12,628 11,106 48,025 11,238 5,035 12,506 13,950 42,729 132,690 100 7200000 Sulawesi Tengah 37,558 24,997 14,738 8,289 85,582 15,534 27,938 26,840 17,105 87,417 7,050 3,313 11,602 17,121 39,086 212,085 100 7300000 Sulawesi Selatan 180,749 82,621 60,369 47,194 370,933 279,697 125,886 30,714 37,593 473,890 48,871 6,316 14,322 123,254 192,763 1,037,586 100 7400000 Sulawesi Tenggara 18,279 18,515 22,615 12,319 71,728 11,912 13,081 16,990 11,867 53,850 7,552 4,331 5,829 4,848 22,560 148,138 100 7500000 Gorontalo 4,916 1,296 4,211 2,904 13,327 9,706 10,984 806 56 21,552 1,124 613 4,881 15,726 22,344 57,223 100 7600000 Sulawesi Barat 24,127 6,640 9,220 3,456 43,443 6,694 11,125 6,493 4,165 28,477 6,089 883 3,345 11,210 21,527 93,447 100 8100000 Maluku 7,026 711 436 21 8,194 2,603 6,464 413 26 9,506 292 1,008 535 2,336 4,171 21,871 100 8200000 Maluku Utara 5,819 1,124 521 1,170 8,634 1,404 2,525 1,174 1,291 6,394 1,963 1,326 3,270 5,215 11,774 26,802 100 9100000 Papua Barat 465 1,103 793 331 2,692 254 360 970 1,431 3,015 259 261 352 623 1,495 7,202 100 9400000 Papua 7,897 11,990 4,701 454 25,042 2,632 10,701 1,147 2,500 16,980 494 346 1,015 1,908 3,763 45,785 100 JUMLAH 1,840,716 863,532 1,150,323 1,230,357 5,084,928 1,614,930 1,212,331 644,091 566,782 4,038,134 799,195 485,320 1,032,345 2,571,467 4,888,327 14,011,389 100 87

Luas Tanam Padi (Total) di Lahan Sawah + Bukan Sawah Menurut Provinsi (hektar) TANPA ESTIMASI Indonesia Tahun : 2016 Provinsi Januari Februari Maret April Jan-Apr Mei Juni Juli Agustus Mei-Ags September Oktober November Desember Sep-Des Jan-Des % Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) 1100000 Aceh 69,634.4 16,412.1 16,115.6 15,770.4 117,932.5 25,299.1 44,050.6 29,468.6 39,388.6 138,206.9 32,169.1 9,679.2 35,389.2 114,253.0 191,490.5 447,629.9 100 1200000 Sumatera Utara 87,008.2 52,141.4 66,562.3 36,584.0 242,295.9 51,674.7 50,820.0 63,164.9 115,917.3 281,576.9 146,370.4 72,840.4 71,846.7 107,873.0 398,930.5 922,803.3 99.96 1300000 Sumatera Barat 44,578.2 46,412.5 36,626.0 35,273.8 162,890.5 45,220.9 37,869.8 29,856.5 37,381.7 150,328.9 51,636.7 29,558.9 45,428.2 53,787.0 180,410.8 493,630.2 100 1400000 Riau 11,611.9 6,647.5 9,470.9 5,329.3 33,059.6 4,812.3 1,743.5 1,370.7 1,459.9 9,386.4 16,076.1 16,764.2 13,088.7 5,729.0 51,658.0 94,104.0 98.95 1500000 Jambi 19,969.7 18,489.8 21,152.1 8,249.7 67,861.3 11,361.2 11,763.7 12,402.6 8,022.9 43,550.4 22,014.4 11,727.8 19,413.2 16,738.0 69,893.4 181,305.1 99.26 1600000 Sumatera Selatan 101,504.9 17,120.8 65,883.7 96,910.6 281,420.0 86,268.4 81,628.1 86,720.7 51,850.8 306,468.0 150,259.3 102,797.8 119,991.7 74,962.7 448,011.5 1,035,899.5 100 1700000 Bengkulu 21,014.9 19,365.8 13,208.3 6,882.8 60,471.8 11,784.3 16,153.0 13,672.0 11,312.8 52,922.1 11,392.0 5,903.4 17,023.6 14,534.4 48,853.4 162,247.3 100 1800000 Lampung 170,406.3 39,734.9 60,445.8 42,564.6 313,151.6 102,877.8 65,300.7 50,230.0 29,968.7 248,377.2 44,881.1 49,250.3 105,509.2 155,441.7 355,082.3 916,611.1 100 1900000 Kepulauan Bangka Beli 684.5 1,508.0 341.0 162.9 2,696.4 508.4 320.3 89.2 1,346.6 2,264.5 7,102.9 3,570.1 668.9 209.0 11,550.9 16,511.8 95.39 2100000 Kepulauan Riau 38.4 1.9 9.6 20.8 70.7 52.4 37.4 12.5 5.8 108.1 10.1 24.9 35.6 19.2 89.8 268.6 98.48 3100000 Dki Jakarta 89.6 96.5 59.5 107.7 353.3 147.2 54.6 121.8 64.3 387.9 60.4 130.6 22.5 11.7 225.2 966.4 100 3200000 Jawa Barat 293,562.2 150,156.2 174,582.0 186,906.1 805,206.5 226,431.9 173,060.3 111,122.4 135,034.6 645,649.2 171,561.5 163,123.4 245,703.6 237,875.5 818,264.0 2,269,119.7 100 3300000 Jawa Tengah 262,199.0 110,885.8 240,324.3 194,677.6 808,086.7 204,973.4 109,367.2 91,579.4 78,327.8 484,247.8 84,977.2 110,304.5 459,159.3 213,808.1 868,249.1 2,160,583.6 100 3400000 Di Yogyakarta 11,983.6 6,231.2 14,099.6 16,058.1 48,372.5 12,285.9 2,882.7 4,466.2 5,727.1 25,361.9 9,742.0 39,366.2 30,981.3 13,000.6 93,090.1 166,824.5 100 3500000 Jawa Timur 362,280.6 129,343.1 225,097.8 296,501.2 1,013,222.7 182,331.7 103,282.0 114,060.1 123,178.5 522,852.3 81,034.4 95,845.4 375,540.7 455,833.5 1,008,254.0 2,544,329.0 100 3600000 Banten 71,731.4 28,083.2 10,076.4 41,630.2 151,521.2 53,757.8 48,519.8 23,081.0 17,725.9 143,084.5 29,799.3 27,863.7 68,640.4 47,311.5 173,614.9 468,220.6 100 5100000 Bali 18,561.0 19,318.9 14,125.6 4,644.2 56,649.7 8,132.2 11,464.4 15,477.6 16,257.7 51,331.9 13,804.3 4,711.5 8,816.5 15,645.7 42,978.0 150,959.6 100 5200000 Nusa Tenggara Barat 126,407.4 79,489.9 12,554.9 33,943.2 252,395.4 45,942.0 21,022.9 9,772.0 13,264.8 90,001.7 17,615.1 10,738.3 43,001.5 145,577.0 216,931.9 559,329.0 100 5300000 Nusa Tenggara Timur 55,988.2 49,307.7 37,833.1 4,827.2 147,956.2 4,352.2 10,165.2 20,508.4 13,894.7 48,920.5 11,988.6 5,640.7 22,922.2 74,199.0 114,750.5 311,627.2 99.1 6100000 Kalimantan Barat 12,182.8 2,421.2 40,059.1 16,848.3 71,511.4 30,926.9 26,293.9 11,134.1 42,289.9 110,644.8 153,663.3 87,700.5 75,264.3 37,956.0 354,584.1 536,740.3 100 6200000 Kalimantan Tengah 13,744.1 14,992.6 39,343.0 35,567.9 103,647.6 18,516.9 10,690.8 2,877.1 1,662.9 33,747.7 3,450.9 28,995.6 44,641.1 31,156.8 108,244.4 245,639.7 100 6300000 Kalimantan Selatan 81,471.0 67,533.3 121,817.9 64,291.7 335,113.9 18,315.1 14,612.3 34,056.0 35,951.9 102,935.3 9,096.3 17,586.1 35,781.3 77,788.9 140,252.6 578,301.8 100 6400000 Kalimantan Timur 12,429.7 6,989.7 1,742.1 1,528.9 22,690.4 6,178.0 12,297.9 4,739.2 2,463.3 25,678.4 9,457.4 9,182.6 21,693.6 13,098.8 53,432.4 101,801.2 96.93 6500000 Kalimantan Utara 4,526.8 1,362.3 510.5 39.9 6,439.5 231.5 473.8 1,773.7 3,554.2 6,033.2 3,899.5 754.8 104.8 22.0 4,781.1 17,253.8 82.5 7100000 Sulawesi Utara 18,701.7 13,627.4 10,587.3 7,710.6 50,627.0 9,420.3 8,183.8 12,007.6 13,633.5 43,245.2 12,740.3 7,012.8 13,299.4 14,023.9 47,076.4 140,948.6 99.5 7200000 Sulawesi Tengah 29,883.1 24,035.8 27,194.2 6,347.1 87,460.2 15,861.2 26,428.0 30,801.6 21,221.2 94,312.0 15,655.8 3,912.3 15,780.9 26,572.9 61,921.9 243,694.1 100 7300000 Sulawesi Selatan 197,611.4 125,756.6 74,139.0 64,372.6 461,879.6 259,246.9 91,072.3 58,845.0 63,825.3 472,989.5 59,612.7 33,559.4 140,070.0 173,536.7 406,778.8 1,341,647.9 100 7400000 Sulawesi Tenggara 12,600.3 27,770.2 33,064.6 14,380.4 87,815.5 9,494.7 6,806.2 19,191.6 18,404.5 53,897.0 19,843.2 6,792.1 4,572.8 10,424.3 41,632.4 183,344.9 100 7500000 Gorontalo 5,141.6 3,532.6 1,374.6 2,436.2 12,485.0 11,815.1 10,439.3 2,805.0 1,141.5 26,200.9 9,217.6 7,278.0 8,656.3 5,833.1 30,985.0 69,670.9 99.68 7600000 Sulawesi Barat 16,321.6 19,260.6 28,169.0 1,510.0 65,261.2 11,923.7 8,820.5 5,237.0 8,882.9 34,864.1 14,560.8 3,089.1 13,570.0 19,472.3 50,692.2 150,817.5 99.88 8100000 Maluku 3,722.2 2,854.4 547.9 1,438.5 8,563.0 3,787.9 3,179.8 1,726.4 595.5 9,289.6 777.0 1,803.2 6,685.3 2,279.0 11,544.5 29,397.1 99.15 8200000 Maluku Utara 4,054.1 1,450.5 2,458.9 1,078.0 9,041.5 1,416.1 1,816.0 1,008.2 589.4 4,829.7 1,301.1 1,617.7 2,743.2 5,382.3 11,044.3 24,915.5 97.03 9100000 Papua Barat 1,273.3 1,093.7 64.0 36.8 2,467.8 383.4 486.9 406.2 1,254.2 2,530.7 681.0 54.5 474.1 124.9 1,334.5 6,333.0 82.97 9400000 Papua 4,553.4 11,963.0 7,324.3 1,512.1 25,352.8 3,009.5 7,806.6 6,261.6 3,666.9 20,744.6 1,806.8 806.2 2,496.3 3,748.5 8,857.8 54,955.2 98.34 JUMLAH 2,147,471.5 1,115,391.1 1,406,964.9 1,246,143.4 5,915,970.9 1,478,741.0 1,018,914.3 870,046.9 919,267.6 4,286,969.8 1,218,258.6 969,986.2 2,069,016.4 2,168,230.0 6,425,491.2 16,628,431.9 98.59 88 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

89

90 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

91

92 Laporan Kinerja Ditjen PSP Semester II tahun 2016

93