BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk mengembangkan dan menentukan upaya yang tepat untuk dilaksanakan di masa depan yang telah ditetapkan melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan merupakan langkah awal dalam siklus manajemen yang akan dilanjutkan dengan unsur-unsur lain seperti: pelaksanaan program dan kegiatan, pengorganisasian, penganggaran dan pengawasan. Keberhasilan suatu program ditentukan melalui perencanaan yang baik dan efektif. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna (Depkes, 2006). Batasan tentang perencanaan menurut para ahli, seperti dikumpulkan Alamsyah (2011) sebagai berikut: 1. Perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan (Newman). 2. Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Allen).
3. Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan (Goetz). 4. Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Breton). 5. Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik (Notoatmodjo). Menurut Handoko (2009), walaupun terdapat perbedaan dari berbagai batasan yang dikemukakan oleh para ahli, semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahapan berikut : Tahap 1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber dayanya secara tidak efektif. Tahap 2. Merumuskan keadaan saat ini Pemahaman akan posisi organisasi sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
Tahap 3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan/peluang dan hambatan/ ancaman perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan extern yang dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya, atau mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan antisipasi keadaan, masalah dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi diwaktu mendatang adalah bagian esensi proses perencanaan. Tahap 4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan, penilaian alternatif-alternatif terbaik diantara berbagai alternatif yang ada. Hadari Nawawi (2003) mengatakan bahwa esensi perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah pengambilan keputusan dengan memilah dan memilih alternatif kegiatan yang akan atau tidak dilaksanakan, agar usaha mencapai tujuan organisasi berlangsung secara efektif dan efisien. 2.1.2 Unsur Perencanaan Unsur-unsur perencanaan menurut Azwar (1996) meliputi : 1. Rumusan Misi Suatu perencanaan yang baik harus mengandung rumusan tentang misi yang dianut oleh organisasinya. Uraian yang tercantum dalam misi mencakup ruang
lingkup yang sangat luas, antara lain tentang latar belakang, cita-cita, tujuan pokok, tugas pokok serta ruang lingkup kegiatan organisasi. Perantara penting misi dalam perencanaan, sebagai pedoman bagi mereka yang akan melaksanakan rencana yang telah tersusun, untuk memperoleh dukungan dari pihak ketiga, misalnya dukungan dana dari pihak donor, perizinan dari pemerintah. 2. Rumusan Masalah Suatu rencana yang baik haruslah mengandung rumusan tentang masalah (problem statement) yang ingin diselesaikan. Rumusan masalah yang baik memiliki beberapa persyaratan penting diantaranya : a. Harus mempunyai tolok ukur Tolok ukur yang dimaksud paling tidak mencakup lima hal pokok yaitu tentang apa masalahnya, siapa yang terkena masalah, di mana masalah ditemukan, bilamana masalah terjadi serta berapa besarnya masalah. b. Bersifat netral Dalam arti tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai menyalahkan orang lain, menggambarkan penyebab timbulnya masalah dan atau cara mengatasi masalah. 3. Rumusan Tujuan Secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Tujuan umum Pembuatan rumusan tujuan umum (goal) mempunyai persyaratan, secara sederhana dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi
2) Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin diatasi 3) Menggambarkan keadaan yang ingin dicapai b. Tujuan khusus Suatu rumusan tujuan khusus (obyektif), kecuali harus memenuhi semua persyaratan rumusan tujuan umum juga harus mempunyai tolok ukur. Tolok ukur tersebut dibedakan lima macam yakni : tentang apa masalah yang ingin diatasi oleh rencana kerja yang akan dilaksanakan, siapa yang akan memperoleh manfaat apabila rencana kerja dilaksanakan, berapa besar target yang akan dicapai, serta berapa lama rencana kerja akan dilaksanakan. Dari kelima tolok ukur tersebut, tiga diantaranya dapat diperoleh dari rumusan masalah dan mengenai besarnya target dan lama waktu pelaksanaan memerlukan pertimbangan sendiri. 4. Rumusan Kegiatan Rumusan kerja yang baik harus mencantumkan rumusan kegiatan (activities) yang akan dilaksanakan. Kegiatan dimaksud di sini adalah di satu pihak dapat mengatasi maslah yang dihadapi dan dipihak lain dapat mencapai tujuan (target) yang telah ditetapkan. Suatu kegiatan sangat ditentukan dari masalah serta tujuan dari rencana kerja itu sendiri. Jika ditinjau dari peranannya dalam mengatasi masalah serta mencapai tujuan, kegiatan dapat dibedakan atas dua macam : a. Kegiatan Pokok (Mollar Activities) Yaitu kegiatan yang bersifat mutlak dan merupakan kunci bagi keberhasilan rencana.
b. Kegiatan Tambahan (Molucular Activities) Yaitu kegiatan yang bersifat fakultatif, artinya kegiatan tersebut tidak dilaksanakan, tidak akan menentukan keberhasilan suatu rencana, tetapi apabila kegiatan tersebut dilaksanakan, pelaksanaan rencana akan lebih sempurna. Untuk memudahkan pelaksanaannya, semua kegiatan disusun secara runtun dan untuk kepentingan praktis, berbagai kegiatan tersebut sering dikelompokkan ke dalam tiga macam yaitu : 1) Kegiatan Persiapan (preparation activities) 2) Kegiatan Pelaksanaan (implementation activities) 3) Kegiatan Penilaian (evaluation activities) 5. Asumsi Perencanaan Rencana yang baik harus mengandung uraian asumsi perencanaan. Secara umum dibedakan atas dua macam : a. Asumsi positif Adalah uraian tentang berbagai faktor penunjang yang diperkirakan ada dan berperan dalam memperlancar pelaksanaan rencana. b. Asumsi negatif Adalah uraian tentang berbagai faktor penghambat yang diperkirakan ada dan berperan kendala pelaksanaan rencana. 6. Strategi Pendekatan Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang strategi pendekatan (strategi of approach) yang akan dipergunakan pada pelaksanaan rencana.
Tergantung dari macam dan ruang lingkup rencana. Secara umum strategi tersebut berkisar antara dua kutub utama sebagai berikut : a. Pendekatan institusi Pada strategi ini, pendekatan yang dilakukan sangat memerlukan dukungan legalitas, dan karena itu lazimnya sering menerapkan prinsip-prinsip kekuasaan dan kewenangan. Keuntungan dari penerapan strategi ini adalah dapat mempercepat pelaksanaan program. Tetapi kekurangannya hasil yang dicapai tidak bersifat langgeng karena seolah-olah ada pemaksaan. b. Pendekatan komunitas Pada strategi ini, pendekatan yang dilakukan bertujuan untuk menimbulkan kesadaran dalam diri masyarakat sendiri. Keuntungannya adalah perubahan yang dicapai akan bertahan lama karena memang bertolak dari adanya kesadaran. Kerugiannya, pelaksanaan program akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Strategi yang dipandang sesuai adalah dengan memadukan secara serasi dan seimbang kedua strategi tersebut. Penerapan tentu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Jika situasi dan kondisi memang memerlukan, tidak ada salahnya menerapkan pendekatan institusi. 7. Kelompok Sasaran Lazimnya pada setiap program kesehatan ditemukan adanya kelompok sasaran (target group), yakni kepada siapa program kesehatan tersebut ditujukan. Kelompok sasaran ini jika disederhanakan dapat dibedakan atas dua macam : a. Kelompok sasaran langsung (direct target group)
Adalah anggota masyarakat yang memanfaatkan langsung program kesehatan. Misalnya bayi untuk imunisasi dasar atau ibu-ibu hamil untuk program antenatal. b. Kelompok sasaran tidak langsung (indirect target group) Adalah kelompok sasaran antara. Misalnya ibu-ibu membawakan anaknya untuk imunisasi dasar, dan peran suami untuk keberhasilan program keluarga berencana. 8. Waktu Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang jangka waktu pelaksanaan rencana. Faktor-faktor yang mempengaruhi jangka waktu pelaksanaan rencana, termasuk yang terpenting adalah : a. Kemampuan organisasi dalam mencapai target b. Strategi pendekatan yang diterapkan 9. Organisasi dan Tenaga Pelaksana Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta susunan tenaga pelaksana yang akan menyelenggarakan rencana. Sangat dianjurkan, uraian tentang tenaga pelaksanaan dapat dilengkapi dengan pembagian tugas serta kewenangan masing-masing (job description and authority). 10. Biaya Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. Besarnya biaya yang diperlukan amat
bervariasi, karena semua tergantung dari jenis serta jumlah kegiatan yang akan dilakukan. 11. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan Suatu rencana yang baik harus mencantumkan uraian tentang metode penilaian serta kriteria keberhasilan (method of evaluation and milestone) yang akan dipergunakan. Metode yang dapat dipergunakan, secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam : a. Kriteria keberhasilan unsur masukan Yaitu yang menunjukkan pada terpenuhinya unsur masukan. Misalnya tersedianya tenaga, dana dan sarana sesuai dengan rencana. b. Kriteria keberhasilan unsur proses Yaitu yang menunjukkan pada terlaksananya unsur proses. Misalnya terselenggaranya penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana atau terselenggaranya pertemuan dengan masyarkat sesuai dengan rencana. c. Kriteria keberhasilan unsur keluaran Yaitu menunjukkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya berhasil menurunkan angka komplikasi sesuatu dengan target yang telah ditetapkan. 2.2 Puskesmas 2.2.1 Konsep Puskesmas Puskesmas adalah unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Dalam memerankan fungsi
tersebut, perlu didukung dengan satu upaya untuk menampilkan pelayanan lebih baik, yaitu dengan lebih memperhatikan aspek mutu pelayanan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku. Peran dan kedudukan puskesmas bila ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, maka puskesmas merupakan ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena peranan dan kedudukan puskesmas di Indonesia sangat unik. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan, maka selain bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat juga bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (Azwar, 1996). Dalam KEPMENKES RI Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004 menyebutkan bahwa puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya (Depkes, RI, 2006). Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya (Depkes RI, 2004). Misi puskesmas adalah menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata, terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dengan membina peran serta masyarakat wilayah kerjanya, kerja sama lintas sektoral dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengembangkan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna (Depkes RI, 2004). Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah : upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan upaya pengobatan (Depkes RI, 2004). Selain upaya kesehatan wajib pelayanan kesehatan di puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, yaitu : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan (Depkes RI, 2006). 2.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas 2.3.1 Pengertian Perencanaan Tingkat Puskesmas Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2006). Sutisna, 2009 mengatakan bahwa perencanaan tingkat puskesmas akan memberikan pandangan menyeluruh terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan dan menjadi tuntunan dalam proses pencapaian tujuan puskesmas secara efisien dan efektif. Perencanaan puskesmas merupakan inti kegiatan manajemen puskesmas, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Dengan perencanaan puskesmas, memungkinkan para pengambil keputusan dan pimpinan. Puskesmas untuk menggunakan sumber daya puskesmas secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk menjadikan organisasi dan manajemen puskesmas efektif dan berkinerja tinggi diawali dari perencanaan efektif. Perencanaan puskesmas adalah fungsi manajemen puskesmas yang pertama dan menjadi landasan serta titik tolak pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Semua kegiatan dan tindakan manajemen puskesmas didasarkan dan atau disesuaikan dengan perencanaan
yang sudah ditetapkan. Ini berarti, setelah perencanaan disusun, kemudian struktur organisasi, tata kerja, dan personalia puskesmas yang akan melaksanakan tugas organisasi ditentukan (fungsi pengorganisasian). Selanjutnya personalia yang bekerja dalam organisasi puskesmas digerakkan dan diarahkan agar mereka bertindak dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan puskesmas yang direncanakan (fungsi penggerakan dan pelaksanaan). Semua aktivitas personalia dan organisasi puskesmas diawasi, dipantau, dan dibimbing agar aktivitas tetap berjalan sesuai tujuan dan target kinerja puskesmas (fungsi pengawasan dan pengendalian). Akhirnya dilakukan penilaian untuk mengetahui dan menganalisis kinerja pegawai dan organisasi puskesmas. Penilaian meliputi masukan, proses transformasi/konversi yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dan pelaksanaan program dan kegiatan serta pelayanan kesehatan puskesmas. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan tujuan dan target kinerja puskesmas yang telah ditetapkan (fungsi penilaian). 2.3.2 Ruang Lingkup Perencanaan Tingkat Puskesmas Perencanaan tingkat puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun oleh puskesmas sebagai Rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat serta sumber dana lainnya.
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Analisis Situasi 3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) 4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) (Depkes RI, 2006) 2.3.3 Mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah dengan menyusun Rencana Usulan Kegiatan yang meliputi Usulan Kegiatan Wajib dan Usulan Kegiatan Pengembangan. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas harus memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku baik secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Puskesmas perlu mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional Puskesmas. Rencana Usulan Kegiatan yang disusun merupakan Rencana Usulan Kegiatan tahun mendatang (H+1). Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan tersebut disusun pada bulan Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan tahun sebelumnya (H-1), dan diharapkan proses penyusunan Rencana Usulan Kegiatan telah selesai dilaksanakan di puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan (H).
Rencana Usulan Kegiatan yang telah disusun dibahas di Dinas Kesehatan kabupaten/kota, diajukan ke Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Selanjutnya Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas yang terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan politis. Setelah mendapat persetujuan dari DPRD, selanjutnya diserahkan ke puskesmas melalui Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi biaya yang telah disetujui tersebut, puskesmas menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Sumber pembiayaan selain dari anggaran daerah (DAU) adalah dari Pusat dan pinjaman/bantuan luar negeri yang dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. RPK disusun dengan melakukan penyesuaian dan tetap mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini dilakukan, oleh karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas Rencana Usulan Kegiatan tahun yang lalu (H-1), alokasi yang diterima tidak selalu sesuai dengan yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan anggaran (selain DAU) dan lain-lainnya. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari tahun berjalan, dalam forum Lokakarya Mini yang pertama (Depkes RI, 2006). 2.3.4 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara : a. Kepala puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas. b. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas. c. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan. 2. Tahap Analisis Situasi Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisa terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus.
a. Data Umum Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan. Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa/dusun/rt/rw, jarak desa dengan puskesmas, waktu tempuh ke puskesmas. Data ini diperoleh di kantor kelurahan/desa atau kantor kecamatan. Data sumber daya Data sumber daya puskesmas (termasuk puskesmas pembantu dan bidan di desa, mencakup : 1) Ketenagaan 2) Obat dan bahan habis pakai 3) Peralatan 4) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya 5) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, computer, mesin tik, meubelair, kendaraan Data peran serta masyarakat Data ini mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat. Data penduduk dan sasaran program Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin
(persentase di tiap desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa, kantor kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Data sekolah Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS, dll. Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, saarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah. b. Data Khusus (hasil penialaian kinerja puskesmas) 1) Status kesehatan terdiri dari : Data kematian Kunjungan kesakitan Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan 2) Kejadian luar biasa 3) Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa/kelurahan 4) Hasil survey (bila ada)
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan, dilaksanakan dengan memperhatikan halhal sebagai berikut : a. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah. b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan puskesmas. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu analisa masalah dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. 1) Analisa Masalah Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas dan Konsil Kesehatan Kecamatan/ Badan Penyantun Puskesmas melalui tahapan : a) Identifikasi masalah b) Menetapkan urutan prioritas masalah c) Merumuskan masalah d) Mencari akar penyebab masalah e) Menetapkan cara-cara pemecahan masalah
2) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, yang meliputi : a) Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah) b) Kebutuhan sumber daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun sekarang c) Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. 4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik untuk upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah-langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui. b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. c. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan. d. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang telah disusun dalam bentuk matriks (Depkes RI, 2006). 2.3.5 Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dalam Proses Perencanaan Tingkat Puskesmas Di tingkat kabupaten/kota, dinas kesehatan bertanggungjawab atas kelancaran dan keberhasilan proses dan kegiatan perencanaan kesehatan kabupaten/kota, dalam hal ini termasuk Perencanaan Tingkat Puskesmas. Perencanaan tingkat puskesmas juga harus dapat mengakomodasikan hasil diskusi pembangunan tingkat desa dan tingkat kecamatan. Dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam proses Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota agar diterbitkan Surat Edaran Bupati/Walikota tentang Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas dan
diinformasikan ke seluruh puskesmas serta semua instansi kesehatan maupun non kesehatan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. 2. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah agar proses perencanaan, pembahasan dan persetujuan terhadap rencana usulan kegiatan dapat diselenggarakan tepat waktu. Sehingga realisasi anggaran dapat tepat waktu, dan selanjutnya puskesmas dapat melaksanakan kegiatan sesuai jadwal. 3. Pemberian tanda penghargaan kepada puskesmas yang telah melaksanakan Perencanaan Tingkat Puskesmas dengan baik dan kepada instansi non kesehatan yang telah memberikan peran aktif dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar. 4. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam proses Perencanaan Tingkat Puskesmas melalui forum resmi, seperti rapat tim perencanaan kesehatan kabupaten/kota maupun kegiatan lainnya dalam rangkaian proses Perencanaan Tingkat Puskesmas. Dalam hal ini dapat ditempuh dengan membentuk Tim Perencanaan Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota yang beranggotakan lintas program dan lintas sektor. 5. Menyusun petunjuk teknis tata cara penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas yang memuat : a. Kebijakan pelaksanaan pembangunan kesehatan tahunan kabupaten/kota, termasuk ketentuan prioritas upaya kesehatan untuk wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.
b. Perkiraan target cakupan tahunan masing-masing program dan puskesmas, termasuk ketentuan-ketentuan pokok untuk pelayanan kesehatan swadaya masyarakat. c. Ketentuan-ketentuan tentang sumber daya (tenaga, peralatan dan pembiayaan). 6. Supervisi dan bimbingan teknis. a. Melakukan pelatihan bagi staf puskesmas dalam pengenalan dan penguasaan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas serta berbagai kebijakan pelaksanaan pembangunan kesehatan kabupaten/kota. b. Melakukan bimbingan teknis dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas, untuk : 1) Memberi penjelasan atas petunjuk teknis penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas sebagai masukan terhadap rencana usulan kegiatan puskesmas yang sedang disusun dan saran-saran perbaikan/umpan balik yang diperlukan. 2) Membantu kemajuan kegiatan penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas, agar setiap puskesmas dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan secara tepat waktu. c. Supervisi dan bimbingan teknis dilakukan terpadu dengan melibatkan sektor non kesehatan yang terkait. 7. Menyusun rencana tahunan kesehatan kabupaten/kota, dengan proses sebagai berikut :
a. Menyusun Pra-Rencana Tahunan Kesehatan kabupaten/kota berdasarkan hasil supervise dan bimbingan teknis penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas. b. Melaksanakan pertemuan/pembahasan perencanaan kesehatan kabupaten/kota dengan membahas Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas. c. Menyusun rancangan Rencana Tahunan Kesehatan kabupaten/kota berdasarkan Pra Rencana Tahunan Kesehatan Kabupaten/Kota dan hasil konsultasi Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas. Rancangan Rencana Tahunan ini dibahas dalam Pra-Rakorbang kabupaten/kota yang melibatkan sektor non kesehatan yang terkait. d. Menyusun dan menyampaikan Rencana Tahunan Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk dibahas dalam Rakorbang Tingkat Kabupaten/Kota. 8. Menyusun rencana operasional, meliputi : a. Rencana operasional disusun secara terpadu dengan memperhatikan secara seksama semua kegiatan yang dibiayai dari berbagai sumber (DAU, DAK, APBD). b. Rencana operasional disusun dengan memperhatikan RUK Puskesmas yang sudah diakomodasikan dan Rencana Tahunan Kesehatan kabupaten/kota dengan mengikutsertakan puskesmas dalam proses penyusunannya. Dengan demikian alokasi kegiatan dan sumber pembiayaan untuk setiap puskesmas telah termuat dalam rencana operasional ini (Depkes RI, 2006).
2.4 Fokus Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka fokus penelitian adalah sebagai berikut : Masukan Proses Keluaran Perencanaan Kesehatan Tingkat Puskesmas - Pengetahuan sumber daya manusia - Ketersediaan sarana dan - Tahap Persiapan - Tahap Analisa Situasi - Tahap Penyusunan RUK - Tahap Penyusunan RPK - Tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas Definisi Konsep : Gambar 1. Fokus Penelitian 1. Unsur masukan adalah hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan perencanaan tingkat puskesmas. Dalam penelitian ini unsur masukannya adalah pengetahuan sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana (dana dan waktu). 2. Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah proses penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 3. Unsur proses adalah semua tahapan yang dilakukan dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas berupa tahap persiapan, tahap analisis situasi, tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dan tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
4. Tahap persiapan adalah tahap awal dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas yakni mempersiapkan tim /staf puskesmas yang terlibat dalam proses Perencanaan Tingkat Puskesmas. 5. Tahap analisis situasi adalah tahap dimana tim melakukan pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam proses Perencanaan Tingkat Puskesmas. 6. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan adalah tahapan yang bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai dan menyusun kegiatan baru. 7. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan adalah tahapan yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari dinas kesehatan dan pemerintah daerah. 8. Unsur keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan perencanaan tingkat puskesmas yaitu tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas.