BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI

2017, No Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

PP 3/1994, PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN; ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH; ATAU TANAH DAN BANGUNAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI ANALISIS

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5916); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENYETOR

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. design penelitian menyatakan, baik struktural masalah penelitian maupun. mengenai hubungan hubungan dalam masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pajak penghasilan atas pengembangan investasi bidang properti.

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. pembahasan mengenai perbandingan dan perhitungan PPh pasal 21 Metode

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH (IPPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pokok yang sangat mendasar bagi setiap individu. Kebutuhan pokok ini tidak. cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Objek yang digunakan sebagai penelitian dalam skripsi adalah PT. Dipta

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 100/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS SURPLUS BANK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka

BAB III OBJEK PENELITIAN. penjualan maka berdasarkan peraturan perpajakan PT SCE yang telah

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat

UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

2015, No mengatur pelaksanaan lebih lanjut ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DATA PERUSAHAAN. Sejarah Pegadaian penuh warna. Berasal dari Bank Van Leening yang didirikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

Transkripsi:

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan Pembangunan sektor perumahan di kota Gresik khususnya dan Jawa timur pada umumnya sedang ramai-ramainya digalakkan, baik oleh masyarakat sendiri maupun sejumlah perusahaan lainnya di bidang Real Estate. Perusahan-perusahaan yang bergerak dalam bidang perumahan pada umumnya dituntut untuk dapat memberikan partisipasi aktifnya, dalam menyukseskan pembangunan perusahaan juga harus berusaha agar perusahaannya berkembang terus-menerus. Mengingat semakin banyaknya perusahaan khususnya dibidang perumahan atau real estate dewasa ini yang tumbuh dan mengalami perkembangan yang dinamis maka semua aspek perusahaan perlu diatur sedemikian rupa agar semua bekerja secara efisien dan efektif dengan begitu tujuan perusahaan bisa tercapai. Perlu kebutuhan perumahan tersebut ikut pula dimanfaatkan oleh perusahaan yang tergabung dalam Hadji Kalla Group dengan mendirikan perusahaan yang khususnya bergerak dalam bidang real estate yaitu: PT. Bumi Sarana Indah. Perusahaan ini didirikan hari rabu 27 Mei 1992. Aktivitas rancang bangunan dan pemasaran rumah toko dimulai pada tahun 1990. Karena PT. Bumi Sarana Indah ini belum disetujui oleh Menteri Kehakiman maka pihak perusahaan mengajukan beberapa nama yang 33

disampaikan kepada Menteri Kehakiman. Setelah salah satu nama yang diajukan mendapat persetujuan Menteri Kehakiman maka dibuatlah akte perubahan yaitu pada hari selasa tanggal 26 April 1994, berdasarkan akte perubahan ini nama PT. Bumi Sarana Indah menjadi PT. Titan Putra Development yang terletak di Jalan Raya Menganti Gresik. 34 4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan Visi Menjadi Pengembang Terbaik Misi 1. Mengutamakan kejujuran, kebersamaan, keikhlasan, setia dan selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengutamakan pelayanan pelanggan dalam kualitas produk dengan semangat inovasi serta pelayanan purna jual. 3. Mengutamakan pemberdayaan sumber daya manusia secara berkesinambungan dan terus-menerus agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan professional serta memiliki integritas yang tinggi terhadap perusahaan. 4. Menghasilkan laba dan asset yang tinggi perusahaan yang tinggi. 5. Menjaga lingkungan serta peduli terhadap masyarakat sekitarnya. 4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Sukses atau tidaknya sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan atau

kerjasama yang baik antara para karyawan dan personil yang ada dalam suatu organisasi diperlukan hubungan kerjasama dan pembagian tugas yang ada dalam suatu organisasi diperlukan suatu struktur organisasi, sehingga antara suatu pekerjaan dan pekerjaan lainnya tidak salin tumpang tindih. Dengan demikian akan terjadi rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai profesinya. Selain itu dengan adanya struktur organisasi akan dapat mendorong etos kerja yang lebih baik. Susunan struktur organisasi adalah susunan dari pembagian tugas dan wewenang didalam suatu organisasi yang memperlihatkan pengaturan tatatata hubungan antara atasan dan bawahan serta tugas dan tanggung jawab masing-masing pelaksana. Organisasi PT. Titan Putra Development berbentuk line dan staf, dimana setiap bagian dalam perusahaan mempertanggung jawabkan kegiatannya hanya pada seorang pimpinan. Adapun struktur organisasi pada PT. Titan Putra Development. 35

36 PRESIDEN KOMISARIS Juwono Tjiptokusmo PEMERIKSA INTERN NV. Hadji Kalla Group DEWAN DIREKSI PRESIDEN DIREKTUR David Dwi Putra DIREKTUR UTAMA William Perdana DIREKTUR TEKNIK Robert Putra Sampurna Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sumber: PT. Titan Putra Development 1. Presiden Komisaris : Juwono Tjiptokusmo 2. Badan Pemeriksa Intern : NV. Hadji Kalla Group 3. Dewan Direksi, yang terdiri dari a. Presiden Direktur : David Dwi Putra b. Direktur Utama : William Perdana c. Direktur Teknik : Robert Putra Sampurna Sedang tugas dan tanggung jawab setiap jenjang dalam organisasi dalam perusahaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

37 1. Presiden komisaris bertugas : a. Mengawasi Direksi dalam segala aktivitas intern perusahaan. b. Memberikan saran dan ikut bertanggung jawab atas masalah penentuan perusahaan. 2. Badan Pemeriksa Intern : Merupakan suatu badan pemeriksa semua perusahaan yang bernaung dalam NV. Hadji Kalla Group memiliki kordinasi dengan presiden komisaris dan Presiden Direktur, fungsinya sebagai berikut: a. Membuat rencana dan realisasi kegiatan secara berkala b. Membantu dalam hal teknis dan administarsi keuangan, pembukuan dan mengadakan pemeriksaan terhadap anak-anak perusahaan. c. Mengadakan pemeriksaan secara sistematis serta melaporkan simpulan dan rekomendasi internal control dan melindungi harta milik perusahaan. d. Mengawasi pelaksanaan dari rencana yang telah disusun oleh presiden direktur. 3. Dewan Direksi Dewan Direksi pada perusahaan ini secara umum memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Merencanakan usaha perusahaan b. Merencanakan strategi pendanaan c. Menentukan strategi masa depan

d. Direksi baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu dalam jam kantor berhak memeriksa buku-buku, bukti-bukti, memeriksa dan mencocokkan kondisi dan keuangan kas serta mengetahui tindakan yang telah dilakukan oleh para manajer dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Presiden Direktur memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan saran dan nasehat mengenai penentuan kebijaksanaan perusahaan sebagai tindak lanjut dari statement Dewan Komisaris. b. Memberikan pengarahan kepada Direktur pelaksana mengenai peraturan yang telah digariskan dalam bidang dalam bidang pengelolaan perumahaan, pertanahan, keuangan, pemasaran dan perdagangan serta personalia/hrd c. Memberikan pengarah kepada Direktur teknik dan produksi mengenai kebijakan perusahaan dalam bidang teknik, produksi dan perencanaan. 5. Direktur Utama memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Merencanakan pelaksanaan yang telah ditetapkan Dewan Direksi dalam memajukan perusahaan b. Memimpin, membimbing dan mengarahkan serta mengamati pelaksanaan tugas-tugas karyawan c. Berhak dan berwenang dan bertindak atas nama Dewan Direksi d. Menyajikan informasi mengenai proyek 38

e. Melakukan perifikasi seluruh transaksi keuangan dan menyetujuinya untuk direalisasikan f. Bertanggung jawab atas masalah yang berhubungan dengan pengarahan dan melakukan kegiatan perifikasi bidang pemasaran untuk disetujui agar dapat direalisasikan. 4.1.4 Deskripsi Perumahan Perseroan dan anak-anak perusahaan selain menjual rumah, juga menjual kavlin yang desain rumahnya ditentukan sendiri oleh pemiliknya. Jumlah tipe rumah, batasan minimum dan maksimum luas tanah dan luas bangunan (net) untuk tahap tertentu dapat dilihat, sebagai berikut: Tabel 4.1 Luas ijin proyek 39 Sumber: PT. Titan Putra Development Dari luas ijin proyek PT. Titan Putra Development sebesar 300 Hektar

40 direncanakan untuk : 1. Perumahan 27,6% 2. Lapangan Golf dan Kolam Renang 11,7% 3. Lahan komersil siap bangun 18,0% (Kondominium, Pertokoan/Ruko, Distrik Perdagangan) 4. Fasilitas Sosial 4,7% 5. Sarana dan Prasarana 38,0% TOTAL 100,0% 4.2 Sistem pengalihan hak atas tanah dan Bangunan perusahaan Sistem pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan PT. Titan Putra Development dalam melakukan transaksi kegiatan adalah sebagai berikut : PT. Titan Putra Development membayar pajak penghasilan yang terutang di bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Pembayaran tersebut menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final tersebut dicantumkan : 1. Nama penerima Penghasilan yaitu PT. Titan Putra Development 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT. Titan Putra Development 3. Lokasi tanah dan/atau bangunan perumahan, Lokasi perumahan dari PT. Titan Putra Development Development berada di Jl Raya Menganti Gresik 4. Nama pembeli. 5. Lembaga SSP Final yang digunakan adalah lembar ke-1 sampai dengan lembar ke-5 dengan jenis penghasilan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau

41 Bangunan dengan kode/map dank ode setoran, yaitu : Lembar ke-1 untuk : PT. Titan Putra Development Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak melalui KPKN Lembar ke-3 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-4 untuk : Kantor Penerima Pembayaran Lembar ke-5 untuk : Wajib Pajak untuk diserahkan ke PPAT Dalam hal penyetoran Pajak Penghasilan dilakukan sebelum ada akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang dan selambat- lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran. Penyetoran pajak penghasilan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat- lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran. 4.3. Analisa dan Pembahasan 4.3.1. PPh Final yang dipungut perusahaan Telah diketahui PT. Titan Putra Development sedang mengembangkan kawasan perumahan sesuai dengan analisa perhitungan yang telah ditetapkan Pemerintah. Berikut ini akan dibahas tentang analisa perhitungan pajak penghasilan atau penghasilan dari Penghasilan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang dilakukan karena pengalihan oleh Wajib Pajak Badan Real Estate PT. Titan Putra Development sesuai Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 1999 dengan Perhitungan Pajak

Penghasilan sesuai dengan peraturan yang sekarang berlaku yakni Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2008. Sebelum diatur dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 dan pada PP Nomor 5 Tahun 2002, bangunan PPh atas penghasilan dari jasa kontruksi dan sewa atas tanah dan/atau bangunan diatur dalam Pasal 23 UU PPh. Sejak tahun 1995 penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang merupakan objek pajak menurut Pasal 4 Ayat (1) UU PPh, diatur dalam PP Nomor 79 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan PP Nomor 71 Tahun 2008, dan mulai berlaku tanggal 4 November 2008. Perubahan yang mendasar dengan adanya pemotongan pajak yang bersifat final adalah potongan pajak tersebut dianggap sebagai pembayaran atas pajak penghasilan terhutang, sehingga atas potongan tersebut tidak dapat dikreditkan kembali dengan PPh Badan tahun yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan ketentuan PPh Pasal 23 UU PPh, dimana potongan pajak merupakan pajak yang dibayar dimuka, sehingga atas potongan tersebut dapat diperhitungkan kembali dengan PPh Badan Tahun yang bersangkutan. Perubahan lain yang terjadi setelah diterapkan PPh final adalah menyangkut besar tarif dan pengenaan pajak. Seperti halnya PPh Pasal 23, tarif PPh final menggunakan tarif khusus, namun besarnya tarif dan dasar pengenaan pajak yang berbeda. Perbedaan tersebut akan diuraikan 42

43 sebagai berikut : Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2008, pembayaran pajak atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto. Sifat pengenaannya dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Bagi orang pribadi bersifat final, dan b. Bagi Wajib Pajak Badan merupakan pembayaran PPh Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan PPh Badan terhutang untuk tahun yang bersangkutan. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2008, sifat pembayaran PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan menjadi : a. Bagi orang pribadi, yayasan atau orang organisasi yang sejenis, Wajib Pajak Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan apabila melakukan pengalihan tersebut dalam kegiatan usaha pokoknya, maka pembayaran PPh-nya bersifat final. b. Bagi Wajib Pajak Badan lainnya dan bagi Wajib Pajak Badan yang usahanya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan di luar kegiatan usaha pokoknya, pembayaran PPh-nya merupakan pembayaran PPh Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan PPh Badan terutang. PP Nomor 71 Tahun 2008 selain mengatur tarif PPh-Final atas

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang besarnya 5% (lima persen), juga mengadakan pengecualian bagi pengalihan hak atas rumah sederhana (RS), rumah sangat sederhana (RSS), dan rumah susun sederhana yang dikenakan pajak PPh-final sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan. Dengan demikian, tarif dan dasar pengenaan pajak baik berdasarkan PP Nomor 79 Tahun 1999 maupun PP Nomor 71 Tahun 2008 adalah tetap 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan, kecuali untuk RS, RSS, dan rumah susun sederhana. Walaupun adanya pemberlakuan tarif final bertujuan untuk merangsang pertumbuhan sektor real estate tetapi pengenaan pajak dengan tarif final ini jelas Jadi pada hakekatnya penerapan pajak penghasilan dengan tarif final tidak memenuhi azas-azas perpajakan yang adil dan menyimpang dari sistem akuntansi keuangan, karena selain dapat merugikan kedua belah pihak, yakni perusahaan atau pemerintah, pelaksanaan pajak penghasilan dari nilai bruto pengalihan/penyerahan tidak sesuai dengan prinsip pengenaan pajak penghasilan yang mengemukakan bahwa semakin tinggi pula pajak terutangnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah penghasilan semakin berkurang pengenaan pajak terutangnya (pasal 17 Undangundang pajak penghasilan). 44

45 1.3.2. Analisis Perbandingan antara penerapan PPh Final PT. Titan Putra Development dengan PP No 71 tahun 2008. Tarif PPh berdasarkan PP Nomor 79 Tahun 1999 dan PP Nomor 71 Tahun 2008 tidak berbeda, yaitu sebesar 5%. Perbedaannya, pada PPh tidak final, pembayaran PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bagi Wajib Pajak Badan merupakan PPh Pasal 25 yang dapat diperhitungkan kembali dengan PPh Badan yang terutang pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan pada PPh-final, pembayaran PPh tersebut tidak dapat diperhitungkan kembali dengan PPh Badan yang terutang. Besarnya penghasilan yang menjadi dasar pengenaan pajak PPh- Final atas usaha realti/developer didasarkan pada uang muka dan pembayaran angsuran dari konsumen. Hal ini berbeda dengan PPh tidak Final. Perhitungan PPh tidak final didasarkan pada besarnya pendapatan yang diperoleh. Pengakuan pendapatan dari penjualan/pengalihan hak atas tanah/atau bangunan pada laporan keuangan PT. Titan Putra Development adalah sesuai dengan standar akuntansi untuk perusahaan Real Estate. 4.3.3. Pengaruh Terhadap Laporan Keungan Besarnya pajak terutang yang berkaitan dengan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan masih dihitung dengan menggunakan

ketentuan Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan, namun kemudian dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 pajak terutang dihitung dengan penerapan tarif final. Untuk membandingkan hasil perhitungan dari pajak penghasilan terutang PT. Titan Putra Development dengan penerapan kebijaksanaan keduanya, berikut ini perhitungannya sebagai berikut : Pada saat penjualan 1 unit Kas Rp 495.000.000 Penjualan Rp 445.500.000 PPN Keluaran Rp 49.500.000 Pada saat penerimaan uang muka (20% dari harga jual) dari konsumen,bagian akuntansi PT. Titan Putra Development sebagai berikut : Piutang Rp 396.000.000 Kas/Bank Rp 99.000.000 Penjualan Rp 445.500.000 Hutang PPN Rp 49.500.000 46 Tarif pajak berdasarkan PPh Final 445.500.000 X 5% = Rp 22.275.000 PPh Final Rp 22.275.000 Penjualan bersih sebanyak 80 unit Rp 495.000.000 x 80 Unit Rumah = Rp 39.600.000.000

47 PT. TITAN PUTRA DEVELOPMENT DEVELOPMENT LAPORAN LABA RUGI PERIODE TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2012 Penjualan Bersih Rp 39.600.000.000 Beban Pokok Penjualan Rp 27.720.000.000 Laba Kotor Rp 11.880.000.000 Beban Usaha - Penjualan Rp 792.000.000 - Umum dan Administrasi Rp 1.584.000.000 Jumlah Beban Usaha Rp 2.376.000.000 Laba Usaha Rp 9.504.000.000 Penghasilan (Beban) Lain-Lain - Bagian atas Laba Bersih Perusahaan Penerima Investasi - - Penghasilan Denda Rp 225.000.000 - Sumbangan Kepada Yayasan Dana Sejahtera Mandiri - - Jasa Konstruksi Rp 1.188.000.000 Jumlah Penghasilan Lain-Lain Bersih Rp 1.413.000.000 Laba Usaha Sebelum Pajak Rp 10.917.000.000

48 Perbandingan Penggunaan Tarif PPh Final Dengan Menggunakan Tarif Pasal 17 Menggunakan Tarif PPh Final Penjualan bersih 39.600.000.000 X 5% = Rp 1.980.000.000 Menggunakan Tarif pasal 17 4.800.000.000 / 39.600.000.000 X laba usaha sebelum pajakrp 10.917.000.000 = Rp 1.323.272.727 50% X 28% X Rp 1.323.272.727 = Rp 185.258.182 28% X Rp 10.917.000.000 1.323.272.727 = Rp 2.686.243.636 Rp 2.871.501.818 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa memakai perhitungan tarif PPh Final lebih efisien dibandingkan tarif pasal 17. Bisa dilihat pajak yang dibayarkan jika menggunakan PPh Final adalah Rp 1.980.000.000 sedangkan tarif yang digunakan pada pasal 17 jumlah pajak yang harus dibayarkan adalah Rp 2.871.501.818. Jadi PT. Titan Putra Development Development lebih efisien menggunakan tarif PPh Final daripada menggunakan tarif pasal 17. Dengan hasil perbandingan diatas disimpulkan bahwa penggunaan tarif PPh Final lebih efisien dibandingkan tarif pasal 17 Pengakuan pendapatan pada perusahaan Real Estate adalah terjadi pada saat

PT. Titan Putra Development menerima pembayaran administrasi, pembayaran uang muka, dan pelunasan. Dalam hal ini terutang pajak penghasilan terjadi pada saat pengakuan pendapatan, yaitu pada saat penerimaan uang muka. Perhitungan pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan pada PT. Titan Putra Development telah dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah No. 71 Tahun 2008 yaitu : a. 1% (dua persen) dari jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa rumah sederhana. b. Sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa rumah menengah ke atas. Hanya saja proses pencatatannya dilakukan secara menyeluruh pada saat pembayaran pajak penghasilannya, ini tidak lazim karena seharusnya pada saat penjualan dan penerimaan uang muka sampai dengan pelunasan pajak penghasilan langsung di catat. Perhitungan-perhitungan tersebut membuktikan bahwa PT. Titan Putra Development mengenakan pajak sesuai dengan ketentuan. Dengan melihat tersebut tampak bahwa untuk pengenaan pajak penghasilan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang - undang pajak penghasilan, sehingga memenuhi unsur-unsur azas keadilan, kepastian hukum dan sejalan dengan prinsip-prinsip akuntansi dan perpajakan. telah mulai diterapkannya tarif pajak penghasilan final. Berlakunya Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2008, Pajak Penghasilan terutang wajib pajak badan termasuk PT. Titan Putra Development yang dapat 49

diperhitungkan dengan pajak penghasilan terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2008, pengenaan 5% dari bruto nilai pengalihan hak dan/atau bangunan benar-benar bersifat final. 50