HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN USIA DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KOTA MANADO TAHUN 2017 Made Ayu Sawitri*, Grace D. Kandou*, Rahayu H. Akili* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Kelelahan mata sangat berpengaruh terhadap penurunan kinerja para pekerja. Salah satu penyebab kelelahan mata adalah intensitas pencahayaan yang buruk dan usia tua. Intensitas pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan keluhan pegal didaerah mata dan kerusakan pada mata. Pada usia tua yang berisiko juga berpengaruh mengalami kelelahan mata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas pencahayaan dan usia dengan kelelahan mata pada pekerja di bagian operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) kota manado. Jenis penelitian menggunakan pendekatan studi cross sectional. Penelitian dilakukan selama bulan mei-juni tahun 2017. Besar sampel adalah 86 responden dan diambil secara purposive sampling. Intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi sebanyak 67 titik (77,9%), memenuhi 19 titik (22,1%). Responden dengan usia berisiko sebanyak 16 (18,6%), tidak berisiko sebanyak 70 (81,4%). Responden dengan kelelahan mata berat sebanyak 55 orang (64,0%), kelelahan mata ringan sebanyak 31 orang (36,0%). Intensitas pencahayaan memiliki hubungan dengan kelelahan mata (p=0,000). Usia memiliki hubungan dengan kelelahan mata (p=0,001). Adanya hubungan antara intensitas pencahayaan dan usia dengan kelelahan mata pada pekerja di bagian operasional PT. Angkasa pura I (Persero) kota manado. Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion ABSTRACT Eye fatigue greatly affects the performance of the workers. One of the causes of eye fatigue is poor lighting intensity and old age. Poor lighting intensity can cause sore complaints in eye area and eye damage. In the elderly are at risk also affect the eye fatigue. The purpose of this study was to determine the relationship between the intensity of lighting and age with eye fatigue in workers in the operational PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado City. This study used cross sectional study approach. The study was conducted during May to June 2017. The sample size is 86 respondents and taken by purposive sampling. Inadequate lighting intensity of 67 points (77.9%), meet the 19 point (22.1%) d. Respondents with age at risk as much as 16 (18,6%), do not risk as much as 70 (81,4%). Respondents with severe eye fatigue were 55 people (64.0%), light eye fatigue counted 31 people (36.0%). The intensity of the illumination has a relationship with eye fatigue (p = 0.000). Age has a relationship with eye fatigue (p = 0.001). The existence of the relationship between the intensity of lighting and age with eyestrain on workers in the operational part of PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado City. Keywords: lighting intensity, age, eyestrain, lux meter, flicker fusion PENDAHULUAN Kelelahan mata biasanya gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman ataupun sakit dan bisa terjadi kecelakaan kerja bagi pekerja dalam kondisi yang tidak stamina atau tidak produktif (Nourmayanti, 2010). Kelelahan kerja sangat berpengaruh terhadap fisik dan spikis pada tenaga
kerja juga dapat terjadi penurunan pada kinerja fisik, perasaan lelah, dan penurunan motivasi kerja (Tarwaka, 2012). Faktor lingkungan yang menunjang tenaga kerja dalam keadaan sehat dan produktif harus adanya pencahayaan. Pencahayaan membantu manusia melihat lebih jelas dan lebih teliti dalam pekerjaannya. Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Pencahayaan juga sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Penerangan yang baik yaitu penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan juga dengan cepat tanpa upaya yang tidak perlu (Suma mur PK, 2009). Sesuai dengan PERMENKES No. 48 tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran, tingkat intensitas pencahayaan harus terpenuhi untuk menunjang kinerja, rasa nyaman, kesehatan dan tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. Untuk kenyamanan mata disyaratkan pencahayaan 300-500 lux, ruang kerja 300 lux, ruang rapat 300 lux. Pada usia tenaga kerja juga banyak mempengaruhi kelelahan mata yang terjadi seperti usia tua, penglihatan sudah mulai tidak stabil untuk melihat benda-benda yang ada disektar atau membutuhkan ketelitian yang lebih daripada usia yang masih muda. Menurut penelitian dari (Puha, 2014) hasil penelitian juga terdapat 42 responden yang terdiri dari tingkat kelelahan mata yang mengalami kelelahan mata ringan sebanyak 30 orang (71,43%) dan responden yang memiliki tingkat kelelahan mata berat yaitu sebanyak 12 orang (28,57%). Berdasarkan uraian dan data-data yang dihasilkan diatas terdapat kelelahan mata yang diakibatkan oleh pencahayaan yang tidak sesuai dengan nya dan juga usia tua mengakibatkan kesehatan mata. Pada pekerja yang ada di bagian Operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado terdapat 109 pekeja dan memiliki 16 ruangan, usia pekerja rata-rata dari usia 25-50an tahun dan juga intensitas pencahayaan belum memenuhi yang di terapkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara intensitas pencahayaan dan usia tenaga kerja dengan kelelahan mata pada tenaga kerja di bagian Operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan uji chi square. Penelitian dilakukan selama bulan mei-juni tahun 2017. Besar
sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 86 responden dan diambil secara purposive sampling. Pengukuran pada intensitas pencahayaan menggunakan lux meter, dan pengukuran kelelahan mata menggunakan flicker fusion, pada usia menggunakan kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang didapatkan jumlah responden yang yang paling banyak yaitu laki-laki sebanyak 47 orang (54,7%) daripada pekerja perempuan yaitu sebanyak 39 orang (45,3%) Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja laki-laki lebih banyak dari pekerja perempuan. Pada usia responden yang paling banyak yang tidak berisiko yaitu sebesar 70 orang (81,4%) sedangkan kelompok usia responden yang paling sedikit yang berisiko yaitu sebesar 16 orang (18,6%). Jumlah pekerjaan responden yang paling banyak pada bagian SSD yaitu sebesar 18 orang (20,9%) sedangkan pekerjaan responden yang paling sedikit pada bagian QM yaitu sebesar 4 orang (4,7%). Masa kerja responden yang paling banyak pada masa kerja 1-20 tahun yaitu sebesar 71 orang (82,6%) sedangkan masa kerja responden yang paling sedikit pada masa kerja 21-40 tahun yaitu sebesar 15 orang (17,4%). Tabel 7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Pencahayaan Intensitas Pencahayaan Jumlah (titik) Persentase (%) Tidak memenuhi 67 77,9 Memenuhi 19 22,1 Total 86 100 Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa jumlah intensitas pencahayaan paling banyak yang tidak memenuhi yaitu sebesar 67 titik (77,9%) sedangkan intensitas pencahayaan paling sedikit yang memenuhi yaitu sebesar 19 titik (22,1%). Intensitas pencahayaan yang tinggi akan menimbulkan kesilauan dan dapat juga mengganggu penglihatan dan menyebabkan rasa letih pada mata. Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan sangat baik merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Tejadinya kesilauan dipengaruhi oleh luminasi, besar sumber cahaya, posisi pengamat terhadap sumber cahaya dan kontras anatara tengah medan pandang dan lingkungan sekitar (Setiawan, 2015). Tabel 8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelelahan Mata Kelelahan Mata Jumlah (orang) Persentase (%) Lelah berat 55 64,0 Lelah ringan 31 36,0 Total 86 100
Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa jumlah kelelahan mata paling banyak yang mengalami lelah berat yaitu sebesar 55 orang (64,0%) sedangkan kelelahan mata paling sedikit yang meglami lelah ringan yaitu sebesar 31 orang (36,0%). Hasil penelitian dari (Rahmayanti, 2015) terdapat hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata dengan presentase paling tinggi sebesar 80%. Kelelahan mata relatif lebih dipengaruhi dari faktor pekerjaan maupun faktor lingkungan dibandingkan dengan usia. Jika mata sudah mengalami kelelahan sebaiknya melakukan istirahat yang cukup maka kondisi mata yang tadinya mengalami kelelahan akan segera pulih kembali. Tabel 9. Hubungan antara Intensitas Pencahayaan dengan Kelelahan Mata Intensitas Pencahayaan Tidak memenuhi Memenuhi Kelelahan Mata Lelah Lelah berat ringan N % N % 52 77,6 15 22,4 3 15,8 16 84,2 P 0,000 Berdasarkan tabel 9, menunjukkan bahwa dari 67 intensitas pencahayaan yang tidak memenuhi mengalami kelelahan mata berat yaitu sebanyak 52 orang (77,6%) dan yang mengalami kelelahan mata ringan yaitu 15 orang (22,4%). Sedangkan intensitas pencahayaan yang memenuhi mengalami kelelahan mata berat yaitu sebanyak 3 orang (15,8%) dan mengalami kelelahan mata ringan 16 orang (84,2%). Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,000 (P-value < 0,05). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja bagian operational PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahim, 2014) mendapatkan Pvalue 0,11 > 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata yaitu dari 33 meja kerja yang diukur tingkat pencahayaannya, terdapat 7 meja yang memiliki tingkat pencahayaan yang sesuai dengan yang diajukan. Pencahayaan dengan intensitas yang rendah dapat menyebabkan kelelahan mata, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Namun apabia intensitas pencahayaan tinggi, hali ini juga dapat menimbulkan kelelahan mata, kesilauan yang dapat mengganggu pekerjaan. Tabel 10. Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata Kelelahan Mata Usia Lelah berat Lelah ringan N % N % Berisiko 16 100% 0 0% Tidak berisiko 39 55,7% 31 44,3% P 0,001 Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa dari 16 usia yang berisiko mengalami kelelahan mata berat yaitu
sebanyak 16 orang (100%) dan yang mengalami kelelahan mata ringan yaitu 0 orang (0%). Sedangkan usia yang tidak berisiko mengalami kelelahan mata berat yaitu sebanyak 39 orang (55,7%) dan mengalami kelelahan mata ringan 31 orang (44,3%). Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (P-value < 0,05). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja di bagian operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado. Dari penelitian (Rahim, 2014) ini presentase pekerja yang memiliki usia < 45 tahun lebih banyak yaitu 30 orang (90,9%) dibandingkan pekerja yang memiliki usia 45 tahun yaitu 3 orang (9,1%). Dari hasil tersebut menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kelelahan mata dan dari seluruh pekerja yang memiliki usia 45 tahun sebagian mengalami keluhan kelelahan mata dengan mendapatkan Pvalue yaitu 0,464 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan kelelahaan mata. Berbeda dengan hasil penellitian dari (Dedy Setiawan, 2015) berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari responden yang berjumlah 20 orang sebagian besar berumur 26-35 tahun, diperoleh nilai p = 0,007 (Pvalue < 0,05) sehingga mendapatkan hasil H0 ditolak. Jadi terdapat hubungan antara usia dengan kelelahan mata. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di PT.Agkasa Pura tentag hubungan antara intensitas pencahayaan dan usia dengan kelelahan mata di bagian opersional PT. Angkasa Pura I (Pesero) mendapatkan kesimpulan yaitu: 1. Adanya hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja di bagian operasional PT. Angkasa Pura I 2. Adanya hubungan antara usia dengan kelelahan mata pada pekerja di bagian operasional PT. Angkasa Pura I SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diajukan yaitu : 1. Sebaiknya intensitas pencahayaan dalam ruangan kerja atau di perkantoran bisa sesuai dengan yang ada menurut PERMENKES No. 48 tahun 2016 tentang keslamatan dan kesehatan kerja perkantoran, khususnya pada ruang kerja di bagian operasional PT. Angkasa Pura I (Persero) Manado. 2. Bagi pekerja yang sudah usia lanjut atau sudah berisiko mengalami kelelahan mata sebaiknya tidak
bekerja terlalu lama dengan paparan monitor setiap hari dan usia yang masih produktif melakukan istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi mata yang tadinya mengalami kelelahan mata. DAFTAR PUSTAKA Nourmayanti D, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer Di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009, Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Puha T, 2014, Hubungan Antara Intensitas Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal Di Kompleks Gedung President Pasar 45, Jurnal Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado. Rahim A, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Gejala Kelelahan Mata (Asstenopia) Pada Karyawan Pengguna Komputer PT. Grapari Telkomsel Kota Kendari, Jurnal Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. Kendari. Rahmayanti D, 2015. Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada Area Perkantoran Health, Safety, And Environmental (HSE) PT.Pertamina RU VI Balongan, Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Andalas. Padang. Setiawan D, 2015. Hubungan Antara Umur Dan Intensitas Cahaya Las Dengan Kelelahan Mata Pada Juru Las PT. X Di Kabupaten Gresik, PT. Setyanan Mahakarya Prima. Surabaya. Suma mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. Tarwaka, 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan implementasi tempat keja. Surakarta: Harapan Press.