PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI BAIQ HIDAYAH E1R113012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN ARTIKEL SKRIPSI... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK...... iv ABSTRACT..... v I. PENDAHULUAN... 1 II. METODE PENELITIAN... 4 III. PEMBAHASAN... 5 IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA
iv PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh Baiq Hidayah, Nyoman Sridana, Rahadi Suryadi Program studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidkan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email: baiqhidayah86@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktitivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar pada materi segiempat melalui model discovery learning tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui lembar observasi dan data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang diadakan tiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 10,15 dengan kategori cukup aktif, dan skor aktivitas pada siklus II adalah 15,33 dengan kategori sangat aktif. Dari analisis hasil evaluasi belajar siswa, rata-rata hasil evaluasi pada siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 77,25 dan 80,60 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 72% dan 88%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar dapat ditingkatkan pada materi segiempat melalui model discovery learning tahun ajaran 2016/2017. Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa, model discovery learning.
v THE INCREASING STUDENT S ACTIVITIES AND LEARNING ACHIEVEMENT AT GRADE VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR ON SQUARE TOPIC THROUGH DISCOVERY LEARNING MODEL IN ACADEMIC YEARS 2016/2017 By Baiq Hidayah, Nyoman Sridana, Rahadi Suryadi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email: baiqhidayah86@gmail.com ABSTRACT This research was motivated by the low of student s activities and learning achievement at grade VII-C SMP Negeri 3 Lingsar. So, the purpose of this research is to improve the activities and learning achievement of students at grade VII-C SMP Negeri 3 Lingsar on square topic through discovery learning model in academic years 2016/2017. Type of this research is the Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two cycles. Every cycles have four steps namely the planning, the implementation, observation and evaluation, and the reflection. The data of student s learning activities were acquired from the observation step and the students achievement were obtained from evaluation step in each cycle. The result showed that the score of student s activities on the first cycle in arrow was 10.15 with categorized quite activity, and score activities of second cycle was 15.33 with categorized very hight activity. Based on the analysis of evaluation results of student s achievement, the average of the evaluation cycle I and II respectively were 77.25 and 80.60 with classical completeness of each cycle were 72% and 88%. So it can be concluded that the student s activities and learning achievement of students at grade VII-C SMP Negeri 3 Lingsar can be increased on square topic through discovery learning model in academic years 2016/2017. Keyword: student s activities, student s achievement, and discovery learning model
1 I. PENDAHULUAN Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dan wajib diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia [1]. Mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan dunia pendidikan, maka pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius dengan harapan matematika mampu dikuasai dengan baik oleh seluruh siswa. Namun pada kenyataannya, pemahaman siswa di Indonesia belum sesuai dengan harapan, penguasaan di bidang matematika masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari hasil survei yang diadakan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa ranking Indonesia untuk matematika adalah 63 dari 70 negara yang mengikuti tes dengan skor rata-ratanya adalah 386 dari skor rata-rata tertingginya yaitu 564 [2]. Rendahnya prestasi belajar siswa di bidang matematika juga terjadi di kelas VII SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017. Hal ini diperkuat dengan data hasil ulangan akhir semester ganjil kelas VII SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017 yang menunjukkan bahwa semua kelas memiliki rata-rata nilai yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Selain itu terlihat pula dari semua kelas belum mencapai ketuntasan klasikal minimal yaitu 85% dan kelas VII-C merupakan kelas yang memiliki nilai rata-rata terendah diantara kelas VII yang lain yaitu 62,00 dengan ketuntasan klasikal 19,23%. Hal serupa juga terjadi pada siswa kelas VII dua tahun terakhir. Rendahnya prestasi belajar matematika kelas VII dua tahun terakhir dapat diketahui dari hasil ulangan harian matematika kelas VII semester genap tahun ajaran 2014/2015 dan tahun ajaran 2015/2016 yang menunjukkan bahwa materi yang paling rendah penguasaannya adalah materi segiempat. Hal ini disebabkan karena 1) siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi segiempat karena siswa hanya mendapatkan rumus secara langsung tanpa ada penguraian bagaimana rumus tersebut didapatkan, 2) siswa juga kurang memahami materi prasyarat dari segiempat yaitu materi garis dan sudut, sehingga 3) siswa kesulitan dalam memahami konsep dan
2 rumus dari materi segiempat yang telah dijelaskan guru. Hal ini diketahui dari banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab pada saat guru melontarkan pertanyaan dan memberikan soal latihan tentang materi segiempat. Pada pembelajaran materi segiempat dibutuhkan pemahaman konsep yang kuat agar siswa dapat memahami dan menguasai materi tersebut, karena materi segiempat terdiri dari rumus-rumus. Selain memiliki prestasi belajar yang rendah, kelas VII-C juga memiliki aktivitas belajar yang tergolong kurang aktif. Hal ini diketahui dari hasil observasi awal yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 11 Januari 2017 didapatkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa 7,33 dengan kategori kurang aktif. Selama proses pembelajaran siswa kurang bersemangat karena hanya mendengarkan, mencatat, mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru yang mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan kurang berkesan dalam ingatan siswa. Akibatnya, siswa jadi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Apabila keadaan seperti ini tetap diterapkan, maka permasalahan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa akan terulang kembali. Permasalahan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika di SMP Negeri 3 Lingsar adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru menjelaskan materi secara langsung, memberikan contoh soal dan tugas-tugas. Sedangkan siswa lebih banyak diam dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru, mencatat dan mengerjakan soal latihan. Siswa tidak diajak ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, seperti mengarahkan siswa membentuk kelompok diskusi untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan mengeneralisasi pengetahuannya. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru, serta mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam pengajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena keberhasilan pengajaran sangat tergantung pada cocok tidaknya penggunaan model pembelajaran terhadap suatu topik yang diajarkan sehingga tujuan pengajarannya tercapai dengan baik [3].
3 Namun disamping beberapa masalah di atas, ditemukan beberapa potensi dalam diri siswa kelas VII-C tahun ajaran 2016/2017 yang dapat dikembangkan, diantaranya yaitu pada saat guru memberikan latihan soal, siswa lebih senang menyelesaikannya dengan berdiskusi. Saat siswa kurang begitu mengerti mengenai suatu masalah, mereka lebih suka menemukan sendiri kemudian berdiskusi dengan teman-temannya sebelum bertanya kepada guru. Sayangnya pada saat proses pembelajaran guru tidak menyertakan metode belajar diskusi yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuannya, yang akan mengarahkan siswa pada penemuan konsep. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dan potensi yang dimiliki siswa kelas VII-C, maka model discovery learning merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai konsep materi yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, karena model discovery learning akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuannya, yang akan mengarahkan siswa pada penemuan konsep. Sehingga melalui penerapan model discovery learning diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017 pada materi segiempat. Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu, bagaimanakah peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar pada materi segiempat melalui model Discovery Learning tahun ajaran 2016/2017. Dari rumusan masalah trsebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII- C SMP Negeri 3 Lingsar pada materi segiempat melalui model Discovery Learning tahun ajaran 2016/2017.
4 II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar melalui model discovery learning tahun ajaran 2016/2017. Penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran [4]. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Lingsar. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII-C semester II tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 25 orang, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi. Data-data pada penelitian ini diambil dengan menggunakan 2 instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes evaluasi hasil belajar. Lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengukur hasil belajar afektif dan psikomotor siswa, dan lembar observasi aktivitas guru bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Sedangkan tes evaluasi hasil belajar dilakukan pada tiap akhir siklus untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tes ini berupa soal-soal dalam bentuk essay atau uraian.untuk menentukan rata-rata skor aktivitas siswa digunakan rumus, dengan = skor rata-rata indikator, = jumlah skor deskriptor aktivitas siswa, dan = banyak deskriptor. Sedangkan untuk menentukan keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran digunakan rumus dengan = skor rata-rata indikator, = jumlah skor deskriptor aktivitas guru, dan = banyak descriptor. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil evaluasi belajar dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menentukan ketuntasan belajar siswa secara individu, menghitung nilai rata-rata kelas, dan menentukan kriteria ketuntasan belajar siswa. Secara individu siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa memperoleh nilai 75. Untuk mengetahui skor rata-rata kelas, dapat dihitung dengan menggunakan rumus dengan M = nilai rata-
5 rata kelas, = nilai siswa ke i = 1,2,3,4..,N dan N = banyak siswa klas VII-C. sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis dengan rumus [5], dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal, banyaknya siswa yang memperoleh nilai 75, banyaknya siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar. Adapun indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa dengan ketentuan sebagai berikut: 1) aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas siswa minimal berkategori aktif, 2) prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila tercapainya persentase ketuntasan belajar klasikal minimal 85% siswa mendapat nilai 75. III. PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pembelajaran materi segiempat dengan menerapkan model discovery learning. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017. Secara keseluruhan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Ringkasan hasil penelitian siklus I dan siklus II Aktivitas belajar Prestasi belajar Siklus Skor Kategori Rata-rata nilai Persentase ketuntasan belajar I 10,15 Cukup aktif 77,25 72% II 15,33 Sangat aktif 80,60 88% Berdasarkan tabel 3.1 di atas, terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklus. Pada siklus I skor rata-rata aktivitas belajar siswa yaitu 10,15 dengan kategori cukup aktif dan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus II yaitu 15,33 dengan kategori sangat aktif. aktivitas belajar siswa tidak mengalami peningkatan secara drastis, akan tetapi peningkatan terjadi secara bertahap. Pada siklus I aktivitas siswa berkategori cukup aktif. Salah satu penyebabnya adalah siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menerapkan model Discovery Learning. Hal ini terlihat dari kesulitan siswa dalam melakukan beberapa tahap
6 pembelajaran seperti pada tahap stimulation (memberikan stimulus), pada tahap ini sebagian besar siswa belum memahami dengan baik stimulus yang diberikan oleh guru sehingga pada tahap selanjutnya yaitu tahap problem statement (identifikasi masalah) siswa juga mengalami kebingungan dalam membuat jawaban sementara atau hipotesis. Sementara, pada tahap presentasi dan penyimpulan hasil belajar siswa masih kurang aktif dalam menyampaikan pendapat, hanya beberapa siswa yang bertanya dan memberikan tanggapan, siswa yang lain hanya diam dan mendengarkan. Hal ini disebabkan karena mereka belum terbiasa dilatih dalam menyampaikan pendapat. Kesulitan yang dialami siswa tidak hanya disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, namun guru juga mengambil peran dalam hal tersebut. Guru memberikan stimulus yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswa pun tidak dapat merespon dengan baik. Oleh karena itu dilakukanlah perbaikan-perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Adapun beberapa perbaikan yang dilakukan pada pertemuan selanjutnya antara lain : 1) memberikan sanksi kepada siswa yang belum tertib dengan cara mengurangi nilai jika tidak bisa tertib, dan memindahkan siswa yang suka ribut ke kelompok lain, 2) guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan diberikan stimulus, agar mereka tau tujuan mereka dalam mengerjakan stimulus yang diberikan guru, 3) guru memberikan stimulus yang lebih mudah dipahami oleh siswa,dan guru menjelaskan stimulus lebih rinci kepada siswa, 4) guru memberikan tambahan nilai kepada siswa yang berani mengemukakan pendapatnya atau bertanya, dan menunjuk siswa yang mau mengemukakan pendapat tapi masih kelihatan malu, 5) membagikan LKS kepada setiap anggota kelompok dan memastikan setiap anggota kelompok memegang LKS sehingga mempermudah diskusi dalam kelompok, 6) guru mengatur kegiatan presentasi sehingga semua kelompok terlibat,yaitu dengan cara membagi kelompok yang ada menjadi kelompok penyaji dan kelompok penanggap, 7) memberikan klarifikasi atau penguatan secara maksimal terkait konsep-konsep materi yang harus dikuasai siswa. Dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II dengan skor rata-rata 15,33 berkategori sangat aktif.
7 Dengan menerapkan model Discovery Learning pada pembelajaran materi segiempat akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam merespon stimulus, membuat jawaban sementara atau hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data atau informasi, melakukan verifikasi serta menyimpulkan sendiri konsep-konsep yang ditemukan tentang pengertian, sifat-sifat, rumus keliling dan luas daerah segiempat. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, prstasi belajar siswa juga mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa hasil belajar mengalami peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus I rata-rata nilai siswa adalah 77,25 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 72%. Pada siklus II rata-rata nilai siswa adalah 80,60 dengan ketuntasan belajar secara klasikal adalah 88%. Data tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus I indikator kerja dalam penelitian ini belum tercapai karena masih ada beberapa kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II semua kekurangan pada siklus I dapat di atasi, sehingga penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II. Terlihat bahwa penerapan model Discovery Learning mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Walaupun pada awal penerapannya yaitu pada siklus I diperoleh hasil evaluasi pembelajaran dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal 76% yang mengindikasikan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal berada di bawah indikator kerja yaitu kurang dari 85%. Namun rata-rata nilai siswa sudah berada di atas 75, dimana 75 merupakan standar kelulusan minimal. Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam penerapan model Discovery Learning pada pembelajaran siklus I masih terdapat kekurangan. Dengan melakukan refleksi dan perbaikan atas kekurangan pada siklus I sehingga pada siklus II prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan rata-rata nilai siswa yaitu 81,24 dengan presentasi ketuntasan belajar secara kalsikal 88%. Data tersebut menunjukkan bahwa indikator kerja yang ditetapkan telah tercapai. Secara umum, uraian di atas menunjukkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar dapat ditingkatkan pada pembelajaran materi
8 segiempat melalui model Discovery Learning tahun ajaran 2016/2017. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, karena pembelajaran discovery mendorong siswa untuk berperan aktif, kreatif dan kritis. Adapun peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan, guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa [6]. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan model Discovery Learning secara optimal pada pembelajaran materi segiempat dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus. Pada siklus I skor aktivitas belajar siswa adalah 10,15 dengan kategori cukup, dan pada siklus II skor aktivitas belajar siswa menjadi 15,33 dengan kategori sangat aktif, 2) Penerapan model Discovery Learning secara optimal pada pembelajaran materi segiempat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Lingsar tahun ajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II masing-masing nilainya adalah 77,25 dan 80,60 dengan persentase ketuntasan klasikalnya adalah 72% dan 88%. Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah: 1) Dalam penerapan model Discovery Learning harus selalu memperhatikan alokasi waktu. Alokasi waktu untuk kegiatan penemuan harus lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya, terutama pada tahap pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar interaksi siswa dalam kerja kelompok dapat berjalan optimal, sehingga siswa benar-benar memahami konsep-konsep yang telah ditemukan sendiri, 2) Pada kegiatan penemuan, guru harus memfasilitasi siswa agar semua siswa aktif dalam kerja kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi LKS ke semua anggota kelompok dan memastikan semua siswa di setiap kelompok memegang LKS, sehingga peran kerja kelompok merata, 3) Pada tahap stimulation (pemberian stimulus), guru harus memberikan stimulus yang lebih mudah dipahami oleh siswa, 4) Memberikan informasi yang komunikatif dan
9 mudah dipahami oleh siswa pada LKS, 5) Mengatur kegiatan presentasi sehingga kelompok siswa terlibat, dengan cara membagi kelompok menjadi dua bagian yaitu kelompok penyaji dan kelompok penanggap, 6) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru harus lebih banyak memberikan penguatan dan pemberian contoh soal yang lebih beragam serta memastikan setiap anggota kelompok terlibat dalam mengerjakan LKS.
DAFTAR PUSTAKA [1] Depdiknas, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP dan MTs. (Jakarta: 006), hal 101. http://akhmadsudrajad.files.wordpress.com/2006/101/sk.kd.pdf, diakses pada tanggal 3 Januari 2015. [2] OECD. Hasil PISA 2015. (online), http://www.oecd.org/pisa/keyfinndings/pisa2015- result-in-focus/46619703.pdf, diakses pada tanggal 3 januari 2017. [3] Hamiyah, N. dan Muhammad jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas. Jakarta : prestasi pustakarya. [4] Sujana, Made. 2010. Worksop penelitian tindakan kelas. Lombok : Arga Puji Press. [5] Nurkancana dan Sunartana.1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional. [6] Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : yrama widya.