BAB III TINJAUAN KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB III TINJAUAN KASUS

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS. : Jawa, Indonesia. : 10 Januari 2011 pukul WIB. Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. paranoid. Klien bernama Tn.ES, umur 33 th, laki-laki, pendidikan terakrih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

Koping individu tidak efektif

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan


BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 januari 2010, pukul WIB di

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 di Ruang VII Rumah Sakit Jiwa

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

BAB II TINJAUAN TEORI

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VI (Gatot Kaca) RSJ Amino

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 di Ruang 2 di RSJD Amino Gondo

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 01 Januari 2008

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien 1. Nama : Ny. S 2. Umur : 34 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Alamat : Singorojo Kendal 5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SLTA 7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 8. Tanggal dirawat : 7 Desember 2009 9. Tanggal pengkajian : 11 Desember 2009 10. Ruang rawat : II ( Brotojoyo ) 11. No. CM : 057076 12. Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid 13. Penanggung jawab :Tn. A ( Suami ) II. Riwayat Keperawatan a. Alasan Masuk Keluarga mengatakan klien marah-marah tanpa sebab.

b. Predisposisi Keluaraga mengatakan 5 hari terakhir mengamuk, bicara sendiri, tertawa sendiri, memecahkan barang barang, mau memukul orang, waktu luang untuk melamun / ngeluyur ( jalan jalan tanpa arah yang jelas). Makan, mandi, minum atas inisiatif sendiri, tidak bisa melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga dengan normal. Pasien dulu pernah dirawat 2 kali ( tahun 2002 dan tahun 2006 ). Tidak ada anggota keluarga yang yang mengalami sakit seperti klien. c. Faktor presipitasi Pengobatan pasien sebelumnya belum berhasil dikarenakan klien tidak mau kontrol teratur karena klien merasa sudah sembuh, kemudian keluarga membawanya ke pengobatan spiritual. Di tempat tersebut klien merasa bahwa dirinya diperlakukan tidak manusiawi sehingga klien ngamuk dan keluarga membawanya ke rumah sakit jiwa lagi. III. Pemeriksaan Fisik a. Tanda tanda vital Tekanan Darah : 110/80 mmhg Nadi : 84 x/menit RR : 24 x/menit

b. Data antropometri Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 53 kg c. Keluhan fisik Kepala : Tidak ada keluhan Mata : Konjungtiva tidak anemis Hidung : Tidak terdapat penumpukan sekret Telinga : Simetris, kotor Mulut : Bibir kering, kotor Kulit : Kulit kering, kurang bersih.

IV. Psikososial 1. Genogram Keterangan : : Laki laki : Perempuan : Meninggal : Pasien : Hubungan darah : Tinggal serumah Klien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Keluarga pasien sebelumnya tidak ada yang sakit seperti klien. Yang menanggung kebutuhan klien adalah suami dan pengambilan keputusan klien dibantu oleh suami. Pola komunikasi keluarga baik, tetapi kadang klien lebih suka menyendiri dan mudah tersinggung.

2. Konsep diri a. Gambaran Diri Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota tubuhnya, pasien menyukai semua bagian tubuhnya b. Identitas Diri Klien adalah seorang perempuan yang memiliki seorang suami dan tiga orang anak dan berperan sebagai seorang istri dan ibu dalam kelurga. Klien merasa puas dengan keadaanya sekarang. c. Peran Klien mengatakan dalam keluarga berperan sebagai ibu rumah tangga. Pasien dapat menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tahap perkembangan usia dewasa. Klien berperan sebagai seorang istri dan ibu dari tiga orang anaknya. Dalam masyarakat sebelum sakit klien sering mengikuti kegiatan pengajian. Namun setelah sembuh pada sakit yang pertama klien tidak pernah aktif lagi karena malu dan merasa dikucilkan. d. Ideal Diri Klien berharap bisa segera sembuh agar dapat pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga. Dan dapat merawat suami dan anaknya. Klien berharap diterima dengan baik oleh keluarga dan lingkungan.

e. Harga Diri Keluarga mengatakan klien merupakan sosok perempuan yang cerdas namun cenderung tertutup. Klien lebih suka menyendiri di rumah dikarenakan minder dan merasa dikucilkan 3. Hubungan sosial a. Orang yang berarti Orang terdekat klien saat di rumah adalah suaminya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat Keluarga mengatakan setelah klien sembuh dari sakit yang pertama pada tahun 2002 klien jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan dan lebih senang berdiam diri di rumah. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien merasa minder dan dikucilkan karena pernah dirawat dua kali di rumah sakit jiwa. 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Pasien adalah seorang yang beragama Islam. Dan percaya bahwa semua adalah cobaan dari Tuhan. Keluarga dan masyarakat sekitar klien beranggapan bahwa penyakit jiwa yang diderita klien dapat disembuhkan di rumah sakit jiwa. b. Kegiatan Ibadah Sebelum sakit di rumah pasien juga melakukan sholat 5 waktu di rumah dan di masjid. Klien juga mengikuti kegiatan pengajian

setiap hari Selasa. Tetapi sekarang tidak pernah melakukan karena merasa minder dan dikucilkan. V. Status Mental a. Penampilan Saat dikaji penampilan bersih, rapi, penggunaan pakaian sesuai b. Pembicaraan Ketika dikaji klien menjawab pertanyaan dengan bahasa yang halus, namun kadang tersinggung dengan sebab yang tidak pasti. c. Aktivitas Motorik Saat dikaji klien tampak santai, ekspresi tegang, klien sering marahmarah sendiri tanpa sebab yang pasti, jika marah sering memukul benda yang ada di dekat klien seperti piring, gelas, kadang menyobek kertas, kontak mata bagus, interaksi dengan klien bagus, tetapi mudah tersinggung dan nada berubah menjadi tinggi. d. Alam Perasaan Pasien megatakan perasaan saat ini sedih karena ingin segera bertemu dengan keluarga terutama anak ketiga yang masih berumur 2 tahun. Klien juga merasa khawatir terhadap pengobatan yang akan diberikan. e Afek Afek pasien sesuai ( saat dilakukan wawancara dan diberikan cerita tentang keadaan sedih, pasien merasa ikut sedih dan sebaliknya).

f. Interaksi selama wawancara Saat wawancara, semua pertanyaan dijawab dengan baik, klien kooperatif, kontak mata bagus, tapi ekspresi sangat labil dan mudah berubah-ubah. g. Persepsi Klien mengatakan tidak pernah mendenganr suara suara bisikan ataupun melihat bayangan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang lain. h. Proses pikir Proses pikir baik, saat berinteraksi klien dapat fokus dan kooperatif namun mudah tersinggung. i. Isi pikir Klien mengatakan saya merasa bahwa adik saya ingin menghancurkan rumah tangga saya j. Tingkat kesadaran Kesadaran pasien bingung, ekspresi muka marah tapi masih dapat berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang terdekat. Pasien juga mengetahui orang yang mengajak bicara. k. Memori Klien tidak mengalami gangguan daya ingat.

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Pasien dapat berhitung dengan baik, masih dapat konsentrasi dengan cukup baik terbukti bahwa pasien bisa menyebutkan saudaranya dan bisa menghitung walaupun sudah berapa lama pasien dirawat. m. Kemampuan Penilaian Pasien dapat mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan, misal: selesai pasien makan, pasien langsung menaruh piring, gelas dan sendok pada tempatnya untuk mempermudah pencucian selanjutnya. n. Daya Tilik Diri. Daya tilik klien baik, pasien menyadari kalau dia sedang sakit, sehingga dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Semarang untuk mendapat perawatan. VI. Kebutuhan persiapan Pulang a. Makan Pasien bisa makan sendiri. Saat makanan pasien langsung makan tanpa harus nunggu perintah. Makan 3 kali sehari. Dan setiap makan klien selalu menghabiskan makanan sesuai porsi yang disediakan rumah sakit. b. BAB / BAK Untuk kebutuhan BAB ataupun BAK pasien tidak membutuhkan bantuan dari siapapun. Pasien mampu melakukannya sendiri.

c. Mandi Pasien biasanya mandi sehari 2 kali. Setiap pagi dan sore, dan tanpa bantuan siapapun. Pasien mandiri. d. Berpakaian Pasien mampu berpakaian sendiri sesuai pasangannya. Setiap pasien selesai mandi pasien ganti baju, pasien mampu menyisir rambutnya sendiri selama di Rumah Sakit Jiwa Daerah. e. Istirahat dan Tidur Tidur siang pasien dari jam habis makan siang (pukul 13.00) sampai dengan pukul 15.00 WIB. Sedangkan tidur malam pasien dari pukul 19.30 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB. Selama menjelang tidur pasien tidak ada persiapan khusus sebelum tidur klien ngobrol dengan teman dan nonton tv. f. Penggunaan Obat Selama di Rumah Sakit Jiwa Daerah pasien diberi obat 2 kali yaitu siang sebelum makan siang yaitu pukul 10.30 WIB dan sebelum makan sore pukul 16.00 WIB. Obat selalu diminum, tidak dibuang, reaksi obat yang dirasakan pasien yaitu pasien merasa mengantuk dan lemes. g. Pemeliharaan kesehatan Tekad suami sudah bulat dan berani menerima konsekuensinya untuk mengobati istrinya di Rumah Saki Jiwa Daerah ini, keluarga akan

mengunjungi pasien. Pasien mengatakan jika sudah pulang nanti akan rutin kontrol di rumah sakit. h. Kegiatan di rumah Pasien mengatakan jika nanti sudah pulang ke rumah, pasien akan mencari kesibukan dengan kembali merawat suami dan anaknya. i. Kegiatan di luar rumah Pasien tidak pernah melakukan kegiatan diluar selama sakit, tetapi kalau pulang nanti klien ingin mengikuti kegiatan yang ada di kampungnya, misalnya pengajian. VII. Mekanisme Koping Bila pasien mempunyai masalah, pasien selalu memendam dan tidak mau terbuka, pasien enggan bercerita. VIII. Pemeriksaan penunjang a. Therapi medik 1. Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid 2. Terapi medis : - Haloperidol 2 x 5 mg - Trihexypenidil 2 x 2 mg - Program ECT 6 kali konvensional

B. Analisa Data NO Tgl dan jam Data Fokus Masalah 1 11 Desember 2009 10.30 Wib DS: - Klien mengatakan jika ada teman lain yang dipuji perawat klien tidak suka. Perilaku kekerasan DO : - Ekspresi wajah tegang. - Jika marah sering memukul benda yang ada di dekat klien seperti piring, gelas, kadang menyobek kertas. - Emosi klien sangat labil. - Sering iri jika ada pasien lain yang dipuji oleh perawat. - Klien pernah menyobek kertas saat marah dan iri teman yang lain dipuji oleh perawat. 2 11 Desember DS : Resiko Perilaku 2009 - Klien mengatakan mudah marah kekerasan 10.30 Wib jika ada sesuatu yang kurang pas menurut dirinya. - Klien mengatakan pada saat di rumah ketika marah klien pernah memecahkan piring. - Keluarga klien mengatakan klien suka marah tanpa sebab dan mau

memukul orang. - Keluarga mengatakan pada saat di rumah klien pernah mau memukul keluarga dan tetangga pada saat marah. - Keluarga mengatakan klien sering marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. - Klien mengatakan sering ingin marah jika ada pasien lain yang manyinggung perasaannya. DO : - Ekspresi wajah tegang. - Emosi sangat labil. - Nada bicara tinggi. - Klien sering marah tanpa sebab yang pasti. 11 Desember 2009 10.30 DS : - Klien mengatakan minder saat bergaul dengan orang lain. - Klien mengatakan lebih suka berdiam diri di rumah dari pada keluar rumah dikarenakan minder dan merasa dikucilkan. - Keluarga klien mengatakan klien cenderung diam jika ada masalah. - Klien merasa minder karena dua kali dirawat di RSJ. Harga diri rendah

DO : - Klien jarang berinteraksi dengan orang lain saat di rumah sakit. - Klien cenderung pendiam dan acuh terhadap teman. C. Daftar Masalah Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2. Resiko Perilaku kekerasan 3. Harga diri rendah D. Pohon Masalah Perilaku kekerasan Resiko perilaku kekerasan Core problem Harga diri rendah E. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko Perilaku Kekerasan 2. Harga diri rendah 3. Perilaku kekerasan

F. INTERVENSI Nama pasien : Ny. S Umur : 34 tahun Ruang : II (Brotojoyo) No CM : 057076 Tgl No DX Diagnosa Keperawatan Rencanana Tindakan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi 11-12- 1 Resiko perilaku 1. Sp1p 2009 kekerasan. a. Membina Tanda-tanda percaya kepada Bina hubungan saling percaya hubungan saling perawat: 1. Beri salam setiap berinteraksi. percaya. 1. Wajah cerah, tersenyum. 2. Perkenalkan nama, panggilan 2. Mau berkenalan. perawat, dan tujuan perawat 3. Ada kontak mata. berinteraksi. 4. Bersedia menceritakan 3. Tanyakan dan panggil nama perasaan. kesukaan klien. 4. Tunjukan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali

berinteraksi. 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien. b. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. 1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. 2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal (diri sendiri, orang lain, lingkungan). 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya. 2. Bantu klien dapat mengungkapkan penyebab marah. c. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala kesal/jengkel yang dialami. 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa jengkel/marah yang dialami. 2. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala marah.

d. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan. 1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan. 2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 3. Klien dapat mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilkukan dapat menyelesaikan masalah atau tidak. 1. Tanyakan kebiasaan perilaku kekerasan yang dilakukan pasien. 2. Beri kesempatan pada klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 3. Bicarakan dengan klien apakah perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. e. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien. 1. Bicarakan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan. 2. Bersama klien simpulkan akibat/kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukan klien. 3. Diskusikan dengan klien:

a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat. b. Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien. f. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan. Klien dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. 1. Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. 2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang lain mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. 3. Diskusikan dengan klien cara

mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif : a. Secara fisik: tari nafas dalam jika klien sedang kesal/marah, memukul bantal/kasur, olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga. b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah/ kesal/ tersinggung/ jengkel. c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen perilaku kekerasan perilaku kekerasan. d. Secara spiritual: anjurkan klien untuk sembahyang, berdo a/ ibadah lain: meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

g. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam). Klien dapat mendemonstrasikancara mengontrol marah dengan cara menarik nafas dalam. 1. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan dan usaha klien dalam mencoba melakukan cara mengontrol marah dengan menarik nafas dalam. 2. Motivasi klien untuk melakukan tarik nafas dalam sebanyak 5x atau lebih. h. Membimbing pasien memasukan kegiatan ke dalam jadual harian. Klien mau memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual harian. 2. Beri reinforcement positif pada klien setelah memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual harian.

2. Sp2p a. Memvalidasi Kilen dapat menyebutkan dan 1. Motivasi klien untuk menyebutkan masalah dan mendemonstrasikan latihan dan mendemonstrasikan latihan latihan yang diajarkan sebelumnya. sebelumnya. sebelumnya. 2. Beri pujian atas jawaban yang benar. b. Melatih klien cara mengontrol marah dengan cara fisik II 1. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya. 2. Klien merasa lega. 1. Motivasi klien untuk melakukan cara mengontrol marah dengan memukul bantal atau kasur atau benda lunak lainnya. 2. Anjurkan klien untuk mengikuti lalu mempraktikan cara mengontrol marah (memukul bantal). 3. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

c. Menganjurkan klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. Klien bersedia untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 3. Sp3p a. Memvalidasi 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk masalah dan mengungkapkan apa yang mengungkapkan masalah dan latihan dirasakan. mendemonstrasikan kembali sebelumnya. 2. Klien dapat menyebutkan latihan sebelumnya. dan mendemonstrasikan 2. Beri reinforcement positif atas kembali latihan tindakan yang dilakukan klien. sebelumnya.

b. Melatih cara mengontrol marah dengan cara verbal. 1. Klien mau mengikuti dan mempraktikan apa yang telah diajarkan. 2. Klien merasa lega. 1. Motivasi klien untuk mengikuti apa yang telah diajarkan. 2. Berikan contoh cara mengontrol perilaku kekerasan dengan menolak, mengungkapkan marah secara verbal. saya marah sama kamu. 3. Beri reinforcement positif atas tindakan klien yang benar. c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadual kegiatan harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

4. Sp4p a. Memvalidasi 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk masalah dan mengungkapkan apa yang mengungkapkan masalah dan latihan dirasakan. mendemonstrasikan kembali sebelumnya. 2. Klien dapat menyebutkan latihan sebelumnya. dan mendemonstrasikan 2. Beri reinforcement positif atas kembali latihan tindakan yang dilakukan klien. sebelumnya. b. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (berdoa, shalat, wudhu). Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan salah satu cara yang diajarkan. Contoh: berwudhu. 1. Diskusikan kembali bersama klien latihan yang telah diberikan sebelumnya. 2. Bersama klien buat daftar efektif yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya. 3. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan.

c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadual kegiatan harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. 5. Sp5p a. Memvalidasi 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk masalah dan mengungkapkan apa yang mengungkapkan masalah dan latihan dirasakan. mendemonstrasikan kembali sebelumnya. 2. Klien dapat menyebutkan latihan sebelumnya. dan mendemonstrasikan 2. Beri reinforcement positif atas kembali latihan sebelumnya tindakan yang dilakukan klien. b. Menjelaskan cara mengontrol perilaku Klien dapat meminum obat sesuai aturan dan cara yang telah diajarkan. 1. Memotivasi klien untuk menyebutkan kembali latihan mengontrol perilaku kekerasan

kekerasan dengan minum obat. yang telah diajarkan. 2. Diskusikan bersama klien tentang latihan yang telah diajarkan sebelumnaya. 3. Ajarkan klien untuk meminum obat secara teratur. 4. Beri reinforcment positif atas tindakan benar yang dilakukan klien. c. Meminta klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. Klien bersedia memasukan kegiatan yang telah dilakuakn ke dalam jadual kegiatan harian. 1. Motivasi klien untuk memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadual kegiatan harian. 2. Beri reinforcement positif atas tindakan benar yang dilakukan klien.

6. Sp1k a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan. b. Menjelaskan pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala serta proses kejadiannya. c. Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan. 1. Keluarga dapat: - Menjelaskan perasaannya. - Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan. - Mendemonstrasikan cara perawatan klien perilaku kekerasan. - Berpartisipasi dalam perawatan klien perilaku kekerasan. 2. Keluarga mengerti dan menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan. 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga. - Salam perkenalan. - Jelaskan tujuan. - Buat kontrk. - Eksplorasi perasaan keluarga klien. 2. Motivasi keluarga klien untuk menyetujui dan mengikuti kontrak. 3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: - Perilaku kekerasan. - Penyebab perilaku kekerasan. - Akibat yang akan terjadi jika perilaku kekerasan tidak di tangani. - Cara keluarga menghadapi

perilaku kekerasan klien. 4. Dorong anggota keluarga untuk mengikuti cara merawat klien perilaku kekerasan. 5. Beri reinforcment positif pada keluarga. 7. Sp2k a. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan. b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien perilaku kekerasan. 1. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan. 2. Keluarga mampu melakukan cara merawat langsung klien perilaku kekerasan. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan. 2. Motivasi keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien perilaku kekerasan. 3. Beri reinforcment positif pada keluarga untuk respon baik dari anggota keluarga.

8. Sp3k a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. (discharge planning). b. Menjelaskan follow up klien sebelum pulang. 1. Keluarga mampu membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat secara mandiri. 2. Keluarga mematuhi jadual yang telah dibuat untuk kesembuhan klien. 3. Keluarga mengerti/ memahami follow up yang telah diarahkan pada klien. 1. Diskusikan bersama keluarga dalam membuat jadual aktivitas di rumah. 2. Motivasi keluarga untuk membuat dan memenuhi jadual aktivitas yang dibuat. 3. Beri reinforcment positif. 4. Motivasi keluarga untuk menerima klien. 5. Diskusikan follow up untuk keluarga.

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI Nama pasien Umur Ruang : Ny. S : 34 tahun : II (Brotojoyo) No CM : 057076 Tgl 11-12- 2009 09.30 WIB No DX Implementasi Evaluasi TTD 1 1. Sp1p S: a. Membina hubungan saling Klien mengatakan: percaya dengan pasien Nama saya S.i b. Mengidentifikasi penyebab rumah saya perilaku kekerasan Singorojo. c. Mengidentifikasi tandatanda O: perilaku kekerasan 1 Ekspresi wajah d. Mengidentifikasi perilaku datar. yang biasa dilakukan 2 Mau menjawab e. Mengidentifikasi akibat salam. perilaku kekerasan 3 Mau berjabat f. Melatih cara mengontrol tangan. perilaku kekerasan dengan 4 Kooperatif tapi fisik I (tarik nafas dalam) klien tampak g. Memberikan reinforcement bingung dan positif mudah h. Membantu mmasukkan apa tersinggung. yang diajarkan kedalam A: kegiatan harian pasien Sp1p tercapai 1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan 2. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan 4. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 5. Klien dapat melakukan cara kontrol perilaku kekerasan fisik I (nafas dalam) 6. Klien dapat membuat jadwal untuk berlatih cara mengontrol perilaku kekerasan P : 1 Perawat : Lanjutkan Sp 2p cara mengontrol

12-12- 2009 10.30 WIB Sp2p 1. Memvalidasi Latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol PK fisik II yaitu memukul bantal. 3. Berikan reinforcement positif atas tindakan yang benar yang dilakukan oleh klien. 4. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal harian. marah dengan pukul bantal. 2 Klien: Beri PR untuk memasukkan kedalam jadwal kegiatan dan melakukannya ketika sedang marah. S : Klien mengatakan sudah mengerti cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal namun klien masih sedikit bingung dalam mempraktekannya O : 1 Klien masih belum bisa mempraktekan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal. 2 Penampilan klien baik, ekspresi

13-12- 2009 09.00 WIB Sp2 p 1. Memvalidasi latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara mengontrol PK fisik II yaitu memukul bantal. tegang berkurang, emosi klien masih labil. A : SP2p Tercapai sebagian 1. Memvalidasi latihan sebelumnya. 2. Klien masih bingung mempraktikan pukl bantal P : 1 Perawat: Ulangi Sp2p cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II (pukul bantal). 2 Klien: Beri PR kepada klien untuk mengingat lagi apa yang telah diajarkan. S : Klien mengatakan sudah bisa mempraktekan cara mengontrol

3. Beri reinforcement positif atas tindakan yang benar yang dilakukan oleh klien. 4. Membimbing klien memasuan ke dalam jadwal harian. marah dengan cara memukul bantal. O : 1 Klien dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik II (memukul bantal) 2 Klien tampak rapi, wajah masih menampakkan ekspresi marah. A : SP2p Tercapai klien dapat melakukan cara mengontrol PK fisik II(pukul bantal). P : 1 Perawat: Lanjutkan Sp3p melatih cara mengontrol PK dengan cara verbal. 2 Klien: Sarankan untuk melakukan tarik nafas dalam, dan

16-12- 2009 16.00 WIB 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih cara mengontrol marah dengan cara verbal. 3. Beri reinforcement positif atas tindakan yang benar yang dilakukan oleh klien. 4. Membimbing klien memasukan ke dalam jadwal harian. mencoba pukul bantal apabila marahnya belum reda dengan tarik nafas dalam. S : Klien mengatakan sudah jelas dengan penjelasan perawat. O : 1 Klien Sudah bisa melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal. 2 Penampilan klien mengalami kemajuan yaitu tambah bersih dan rapi. A : Sp3p tercapai klien dapat melakukan apa yang telah diajarkan oleh perawat.

17-12- 2009 16.00 WIB Sp4 p 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Melatih klien cara mengontrol marah dengan pendekatan spiritual. 3. Beri reinforcement positif atas tindakan yang benar yang dilakukan oleh klien. 4. Membimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. P: 1. Perawat: Lanjutkan Sp4p melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan pendekatan spiritual. 2. Klien: Motivasi klien untuk melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal ke dalam jadwal yang sudah disusun. S : 1 Klien mengatakan sudah mengerti untuk cara mengontrol marah dengan pendekatan spiritual. 2 Klien lupa apa yang telah diajarkan oleh perawat.

18-12- 2009 08.00 WIB 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Mengulangi latihan mengontrol marah dengan tarik nafas dalam, memukul bantal, cara verbal dan dengan pendekatan spiritual. 3. Beri reinforcement positif atas tindakan yang benar yang dilakukan oleh klien. 4. Membimbing klien O : 1 Klien kooperatif 2 Klien tenang A : Sp4 p tercapai Melatih klien cara mengontrol marah dengan pendekatan spiritual (berdoa). P : 1 Perawat: Optimalkan SP1p, SP2p,SP3p, dan SP4p 2 Klien: Beri PR untuk mengingat lagi apa yang telah diajarkan. S : Klien mengatakan sudah bisa 4 cara mengontrol marah. O : 1 Klien kooperatif. 2 Klien perhatian. 3 Klien tenang. 4

19-12- 2009 08.00 WIB memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Sp 5p 1 Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2 Melatih cara mengontrol marah dengan minum obat secara teratur 3 Menjelaskan kegunaan minum obat 4 Menjelaskan prinsip 5 benar bila minum obat ( nama pasien, nama obat, dosis, cara pemberian dan waktunya) A : Klien dapat mengulangi 4 cara mengontrol marah. P : 1 Perawat: Lanjutkan Sp 5p Menjelaska cara mengontrol PK dengan minum obat secara teratur. 2 Klien: beri klien PR untuk mempraktikan kembali pada saat klien marah. S : Klien mengatakan masih bingung apa yang telah dijelaskan oleh perawat. O : 1 Pasien mendengarkan dengan serius apa yang dijelaskan

5 Menjelaskan kepada pasien tentang efek putus obat. 6 menganjurkan klien untuk melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 7 Memberikan reinforcement pasitif kepada pasien. 8 Memasukkan apa yang diajarkan kedalam jadwal kegiatan harian pasien 2 Tenang, kooperatif 3 Bisa mempertahankan kontak mata. A : Sp5p belum optimal tercapai 1 Pasien mampu menyebutkan efek samping obat. 2 Pasien mampu menyebutkan warna obat, cara pemberiannya dan waktu pemberian. P : 1 Perawat: Optimalkan Sp5p mengajarkan kembali tentang cara mengontrol marah dengan teratur minum obat. 2 Klien : Motivasi klien untuk meminum obat secara teratur.

20-12- 2009 pukul 08.30 WIB Sp5p 1 Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya (klien bingung) 2 Menjelaskan kegunaan minum obat 3 Menjelaskan prinsip 5 benar bila minum obat ( nama pasien, nama obat, dosis, cara pemberian dan waktunya) 4 Menjelaskan kepada pasien tentang efek putus obat. 5 menganjurkan klien untuk melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan 6 Memberikan reinforcement pasitif kepada pasien. 7 Membantu memasukkan apa yang diajarkan kedalam jadwal kegiatan harian pasien S: 1 Mas, aku sudah jelas yang diajarkan. 2 Obat warna yang pink namanya haloperidol, yang putih namanya THP dan diminum 2 kali sehari. 3 kalau selesai minum obat kepalaku pusing, ngantuk. 4 kalau tidak minum obat lidahku kaku 5 prinsip minum obat ada 5 (nama pasien, nama obat, dosis, waktu, cara pemberian. 6 Yang pink supaya tenang, yang pink untuk ngurangi marah, sing putih supaya rileks. O: 1 Pasien mendengarkan dengan serius apa

yang dijelaskan 2 Tenang, kooperatif 3 Bisa mempertahankan kontak mata. A: 1 Pasien mampu menyebutkan efek samping obat 2 Pasien mampu menyebutkan 5 benar minum obat. 3 Pasien mampu menyebutkan efek putus obat 4 Pasien mampu menyebutkan kegunaan obat P: 1 Perawat : Semua Sp sudah diberikan. Hanya mengingatkan untuk memasukkan kedalam kegiatan harian pasien.

14-12- 2009 Pukul 09.00 WIB 2 Sp1p 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 3. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan 4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 5. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuannya (menata tempat tidur) 6. Memberikan reinforcement positif 7. Membantu pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien 2 Klien: Anjurkan klien mempraktikkan cara-cara yang dilatih ke jadwal harian pasien. S: 1 Klien mengatakan nama saya S, suka dipanggil S. alamat Singorojo Kendal kendal. 2 Kegiatan yang dilakukan dirumah yaitu pergi ke sawah setiap pagi dan nonton tv. 3 Klien mengatakan kegiatan yang bisa dilakukan di RSJ yaitu senam pagi, jalan-jalan, mencuci sendok dan gelas, menata tempat tidur, menyapu dan menata kursi. 4 Klien mengatakan ingin dilatih menata tempat

tidur. O: Klien sering menunduk, bicara sambil tertawa, kontak mata kurang mempertahankan, klien mendemonstrasikan menata tempat tidur. A: 1 Ny. S mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 2 Ny. S mampu menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. 3 Ny. S mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan. 4 Ny. S mau belajar membuat dan mengisi jadwal kegiatan harian.

15-12- 2009 Pukul 09.00 WIB 1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Menanyakan kegiatan yang lain yang masih dilakukan dirumah sakit. 3. Melatih kegiatan kedua yang telah dipilih pasien (menyapu) 4. Memberikan reinforcement positif kepada klien 5. Membantu pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien P: 1 Perawat: Lanjutkan Sp2p; Ajarkan kegiatan yang lain yang dipilih klien. 2 Klien: Menganjurkan pasien menata tempat tidur setelah bangun tidur. S: 1 Klien mengatakan sudah menata tempat tidur tadi pagi 2 Klien mengatakan tadi pagi senam terus jalan-jalan. 3 Klien juga mengatakan mencuci gelas dan sendok sehabis makan. 4 Klien mengatakan memilih menyapu untuk dilatih. O: Kontak mata mulai bisa

mempertahankan, pembicaraan pelan, tempat tidur pasien rapi, klien kooperatif, klien mendemonstrasikan menyapu A: 1 Klien sudah melakukan menata tempat tidur 2 Klien mencoba apa yang diajarkan dan mau melakukannya. P: 1 Perawat: Mengoptimalkan kegiatan yang sudah dilatih 2 Pasien: Menganjurkan pasien melakukan kegiatan yang dilatih sesuai jadwal