BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Industri konstruksi merupakan sektor industri yang menghasilkan prasarana

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan


BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.


BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

6.2.1 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adal

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE

BAB II TINJAUAN UMUM

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

BID EVALUATION SYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. (specification) biaya dan waktu yang direncanakan. Manajemen proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

Manajemen Proyek Perangkat Lunak Minggu 1

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB 5 ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN

Anggota Tim Proyek. Manajer Proyek 22/09/2007

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS. PT. Inti Graha Sembada didirikan pada tanggal 23 November 2006 berdasarkan

Project Manager pada Proyek Wisma Atlet Banyuwangi

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teknologi Konstruksi (Construction Technology) yaitu mempelajari metode

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN DAN PEMANTAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

JALUR SOP DARI ORDER DITERIMA SAMPAI ORDER JADI

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Transkripsi:

73 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil PT. Syamsir Karya Pertama (PT. SKP) PT. Syamsir Karya Pertama (PT. SKP) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang didirikan pada tahun 1997 oleh sekelompok insinyur yang memiliki pengalaman di bidang konstruksi dan operasional di industri minyak dan gas. Perusahaan ini menawarkan berbagai jasa di bidang konstruksi, seperti engineering, procurement dan construction. 4.1.1 Motto BERTEKAD TERUS MENJADI YANG TERBAIK DENGAN MENGUTAMAKAN KUALITAS DAN EFISIENSI KERJA 4.1.2 Visi Menjadi perusahaan yang terbaik yang bergerak dibidang kontraktor minyak dan gas bumi dengan penyelesaian pekerjaan yang berkualitas tinggi dan tepat waktu dengan biaya yang lebih efisien.

74 4.1.3 Misi Mencapai kepuasan pelanggan dengan memenuhi kebutuhannya. Menerapkan dan mempertahankan sistem mutu ISO 9001:2000. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar semua karyawan jelas dengan tugas dan tanggung jawabnya serta terus mengevaluasi kemampuan tersebut. Melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan serta tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian. Senantiasa meninjau persyaratan-persyaratan manajemen mutu yang telah ditetapkan. 4.1.4 Jasa yang Ditawarkan PT. SKP Jenis pekerjaan yang ditawarkan, sebagaimana dikutip dari website PT. SKP www.ptskp.com, dapat dilihat pada lampiran 7. 4.1.5 Struktur Organisasi PT. SKP Struktur organisasi PT. SKP dapat dilihat pada lampiran 8. Struktur organisasi PT. SKP merupakan struktur organisasi jenis matriks, dilihat dari ciricirinya yaitu para spesialis tetap bernaung dibawah departemen fungsional sekaligus

75 memberikan pelayanan kepada proyek. Karakteristik dari struktur ini yaitu berhubungan dengan organisasi induk dan berhubungan dengan proyek. PT. SKP memutuskan untuk menggunakan struktur matriks karena paling cocok dengan keadaan perusahaan, yaitu karena PT. SKP tidak memiliki banyak tenaga kerja. 4.2 Profil Proyek Ammonium Nitrate Prill Plant (ANPP) ORICA Penelitian ini mengangkat PT.SKP yang merupakan sub kontraktor dalam proyek ANPP. Berikut adalah profil dari proyek: Nama proyek : EPC Ammonium Nitrate Prill Plant (ANPP) ORICA Nilai proyek : Rp. 15.244.556.000 Lokasi : Bontang, Kalimantan Timur. Indonesia Tujuan : PT. KALTIM NITRATE INDONESIA merupakan produsen ammonium nitrate, perusahaan ini berencana untuk membangun pabrik ammonium nitrate prill yang lokasinya berada di Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia.

76 Dalam proyek ANPP, PT. Rekayasa Industri merupakan main contractor yang membawahi PT. SKP. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh PT. SKP, akan dipimpin, dikoordiir, diawasi dan dikontrol oleh PT. Rekayasa Industri. Sebagai sub kontraktor, PT. SKP harus memahami semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan oleh main contractor, memberikan progress dalam periode tertentu serta melaporkan kendala-kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan proyek. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh sub kontraktor akan dikontrol kualitasnya oleh perwakilan dari pihak main contractor serta dari pihak owner. Kontrak pekerjaan ini adalah Lump Sum Fixed Price for Indirect Cost dan Fixed Unit Price Basis for Direct Work. Lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh PT. SKP dapat dilihat pada lampiran 9. 4.2.1 Struktur Organisasi Proyek ANPP Struktur organisasi proyek ANPP dapat dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan struktur tersebut, Project Manager untuk proyek ANPP adalah salah satu Operational Director PT. SKP, Beliau menunjuk Site Manager untuk mengendalikan operasional di lapangan dan untuk berkomunikasi dengan main contractor di lapangan.

77 4.2.2 Daftar Kontraktor dan Konsultan Proyek ANPP Konsultan : PT. Petrosea Indonesia Kontraktor Pekerjaan Sipil : PT. Murinda Iron Steel Pekerjaan Mekanikal dan Struktur : PT. Guna Teguh Abadi Pekerjaan Piping : PT. Promits Pekerjaan Instrumen : PT. Syamsir Karya Pertama Pekerjaan Elektrikal : PT. Varia Usaha Sebagai sub kontraktor, PT. SKP dituntut untuk dapat melakukan koordinasi dengan sub kontraktor lainnya, agar dapat saling bekerja sama demi kelangsungan proyek. 4.3 Tahapan Manajemen Proyek 4.3.1 Perencanaan Proyek Perencanaan proyek dilakukan oleh pihak main contractor dan owner proyek. Sebagai sub kontraktor, PT. SKP bertugas untuk mengikuti segala perencanaan yang telah ditetapkan oleh pihak main contractor dan owner.

78 Sebagai sub kontraktor pekerjaan instrumen, PT. SKP membuat perencanaan yang berkaitan dengan pekerjaan instrumen berlandaskan perencanaan yang telah ditetapkan untuk dapat mencapai tujuan dari proyek tersebut. Perencanaan Mutu Perencanaan mutu ditentukan oleh pihak owner, berupa gambar-gambar rencana kerja, spesifikasi material serta persyaratan-persyaratan metode pelaksanaan. Ketentuan mutu ini diberikan kepada para sub kontraktor yang mengikuti tender dalam bentuk dokumen. Setelah dokumen tersebut dipelajari oleh para peserta, diadakan rapat oleh pihak main contractor untuk membicarakan hal-hal yang tidak dimengerti oleh para peserta tender dalam dokumen tersebut. Lalu para peserta diberikan waktu untuk membuat proposal penawaran kepada pihak main contractor, bagi yang memenangkan tender tersebut, wajib untuk mengikuti dan melakukan pekerjaan sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati tersebut. Perencanaan Waktu Perencanaan waktu penyelesaian proyek ditentukan oleh pihak owner. Perencanaan waktu dibuat dalam bentuk kurva-s dan akan menjadi acuan untuk penyelesaian seluruh item pekerjaan proyek. Sebagai sub kontraktor, PT. SKP sendiri membuat perencanaan waktu yang berkaitan dengan pekerjaan instrumen dan berlandaskan perencanaan waktu yang telah dibuat oleh pihak owner.

79 Perencanaan Biaya Setelah memberikan proposal penawaran, PT. SKP memenangkan tender untuk pekerjaan konstruksi, artinya perencanaan biaya yang ditawarkan oleh PT. SKP telah disetujui oleh pihak main contractor. Kontrak pekerjaan ini adalah Lump Sum Fixed Price for Indirect Cost dan Fixed Unit Price Basis for Direct Work, artinya selama paket pekerjaan yang diberikan dalam kontrak tidak berubah, maka harga nilai pekerjaannya tetap, kecuali adanya perubahan berupa pekerjaan tambahan. Untuk proses pembayarannya, berdasarkan dari progress pekerjaan yang telah diopname secara bersamasama. Perencanaan Sumber Daya Perencanaan sumber daya yang dilakukan oleh PT. SKP yaitu mencari pekerja-pekerja yang kualifikasinya sesuai dengan yang disyaratkan oleh pihak main contractor. Selain itu melakukan perencanaan alat-alat kerja dan material yang perlu disiapkan. 4.3.2 Pengendalian Proyek Pengendalian dititikberatkan pada tiga sasaran yaitu biaya, jadwal dan mutu. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah proyek ANPP ini telah berjalan secara efisien dan sefektif dengan optimal atau tidak.

80 Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dilakukan oleh Site Manager, sehingga seluruh pengeluaran yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan kepada Project Manager dan kepada Finance Director. Laporan harus diberikan secara lengkap dalam periode sebulan sekali. Jika terdapat penambahan kerja, maka Site Manager harus membuat proposal permohonan dana tambahan dan mempresentasikannya kepada Project Manager dan Finance Director. Pengendalian Jadwal Pengendalian waktu dilakukan dengan cara menghitung progress actual dan membandingkannya dengan progress yang direncanakan. Hasil tersebut akan diperiksa oleh Construction Control untuk memastikan apakah laporan progress tersebut sudah sesuai atau belum dengan kondisi aktual di lapangan. Hasil pengecekan tersebut dibahas pada rapat koordinasi yang dihadiri oleh seluruh pihak yang terkait dalam proyek ANPP. Jika terdapat kendalakendala, maka akan dibicarakan dan dicarikan solusinya bersama-sama. Rapat ini diadakan dalam periode seminggu sekali. Pengendalian Mutu Pada periode tertentu quality control dari pihak PT. SKP dan pihak main contractor, akan memeriksa pekerjaan-pekerjaan dari para pekerja untuk memastikan apakah hasil pekerjaan tersebut sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan atau tidak.

81 4.4 Pembahasan Hasil Kuesioner Responden diminta untuk memberi penilaian terhadap penerapan seluruh 9 kriteria serta sub kriteria manajemen proyek yang efisien dan efektif dengan kondisi yang sebenarnya di proyek ANPP. Responden diminta untuk memilih salah satu dari pilihan yang dianggap paling mendekati realisasinya, pilihan tersebut yaitu: Tidak diterapkan 0% = 1 Sudah diterapkan 25 % = 2 Sudah diterapkan 50% = 3 Sudah diterapkan 75% = 4 Sudah diterapkan 100% = 5 Bentuk penilaian seperti ini bertujuan agar memudahkan responden dalam memberikan penilaian. Hasil kuesioner ini diperoleh dengan cara yaitu merataratakan penilaian yang diberikan oleh seluruh responden, hasil rata-rata tersebut dianggap dapat mewakili kondisi real dari penerapan kriteria-krtiteria tersebut di proyek ANPP dan ditampilkan pada lampiran 11. Seluruh komponen didapat dari hasil kuesioner-kuesioner yang telah dilakukan oleh Peneliti sebelumnya, dipakai untuk menentukan kinerja manajemen proyek ANPP ini sudah optimal atau tidak. Caranya adalah dengan perhitungan seluruh komponen yang ada mulai dari kriteria, sub kriteria, bobot terapan sub kriteria tersebut. Hasil perhitungan dari masing-masing kriteria mulai dari tahap

82 pertama hingga tahap ketiga (tahap pertama sampai tahap kedua telah dilakukan oleh Peneliti sebelumnya) dan nilai atau score akhir bagi manajemen proyek ANPP akan dibahas satu persatu. Skor ideal dari seluruh hasil perhitungan adalah 5, dengan asumsi bahwa setiap responden akan memberikan jawaban tertinggi yaitu 5 atau 100%. Hasil dari seluruh perhitungan akan dibandingkan dengan skor ideal. 4.4.1 Profil Responden Responden untuk kuesioner tahap ketiga ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam proyek ANPP, baik yang berada di lapangan maupun yang berada di kantor pusat. Responden merupakan orang-orang yang menangani dan bertanggung jawab atas pembangunan proyek ini dari tahap awal hingga akhir dan merupakan karyawan tetap PT. SKP. Pemilihan responden adalah berdasarkan struktur organisasi proyek ANPP, sehingga perwakilan dari head office dan site office telah terwakilkan. Dari 116 jumlah karyawan, terdapat 103 karyawan yang merupakan karyawan tidak tetap, sedangkan sisanya merupakan karyawan tetap PT. SKP yaitu sebanyak 13 karyawan.

83 Berikut adalah profil responden dari kuesioner tahap ketiga, antara lain : Tabel 4.1 Profil Responden NO JABATAN PENGALAMAN KETERANGAN 1 President Director 35 Tahun Kantor Pusat 2 Finance Director 30 Tahun Kantor Pusat 3 Project Manager and Operational Director 26 Tahun Kantor Pusat 4 Procurement 8 Tahun Kantor Pusat 5 Project Control 10 Tahun Kantor Pusat 6 Site Manager 13 Tahun Lapangan 7 Administration & Cashier 11 Tahun Lapangan 8 Construction Control 5 Tahun Lapangan 9 QA/QC 9 Tahun Lapangan 10 Warehousemen 11 Tahun Lapangan 11 Superintendent 12 Tahun Lapangan 12 Safety Supervisor 12 Tahun Lapangan 13 Field Engineer 13 Tahun Lapangan 14 Quality Control 10 Tahun Main Contractor Sumber : Hasil pengolahan data Kriteria yang digunakan dalam pemilihan responden adalah pihak-pihak yang dibatasi hingga sampai layer ketujuh, yaitu sampai level supervisor dan merupakan karyawan tetap PT. SKP. Pembatasan ini dikarenakan bahwa para responden ini diyakini memahami konsep manajemen proyek dan terlibat dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan hingga penyelesaian proyek ANPP. Jumlah responden yang memenuhi kriteria tersebut adalah sebanyak 14 responden. Sebagai pihak yang mengawasi pekerjaan dari manajemen proyek PT. SKP pada proyek ANPP, maka terdapat satu perwakilan koresponden dari pihak main contractor yaitu quality control yang akan menjadi salah satu sampel pada penelitian ini.

84 4.4.2 Rencana Kerja Rencana kerja merupakan proses dikeluarkannya suatu work statement dan daftar deliverable yang diikuti oleh pembuatan perkiraan biaya dan sumber daya (material, peralatan dan tenaga kerja). N O 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 4.2 Nilai Akhir Kriteria Rencana Kerja AKTIVITAS BOBOT SKALA Pemahaman atas scope dari paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. Besar kecilnya setiap volume paket pekerjaan harus dapat diukur dan dikontrol dengan baik. Kebutuhan atau kualifikasi dari setiap paket pekerjaan harus lengkap dan jelas. Meliputi halhal seperti penggunaan scaffolding, genset, ijinijin khusus, peralatan konstruksi, materialmaterial prefabrikasi, gambar kerja, spesifikasi, prosedur, dan lain-lain. Rencana paket pekerjaan dibuat dengan mempertimbangkan faktor-faktor keamanan kerja. Rencana kerja dan waktu yang diperlukan untuk masing-masing paket pekerjaan harus konsisten dan sejalan dengan schedule proyek sehingga penyelesaian proyek dapat tepat waktu. Menggunakan metode konstruksi yang efektif dan efisien dalam melaksanakan setiap item atau paket pekerjaan. Menentukan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap paket pekerjaan. Pengecekan terhadap jumlah jam kerja yang dihabiskan oleh tukang atau tenaga kerja dalam penyelesaian pekerjaan sehingga produktifitas proyek dapat terukur. 17,04% 4,857142 86 NILAI (bobot x skala) 0,82766 12,80% 5 0,64 12,02% 5 0,601 11,67% 5 0,5835 10,85% 4,714285 71 0,5115 9,79% 5 0,4895 9,40% 4,857142 86 0,45657

85 N O 8 9 AKTIVITAS BOBOT SKALA Adanya Person in Charge dalam setiap paket pekerjaan. Me-monitoring kemajuan pekerjaan secara periodik dan memastikan tidak ada hambatan yang memperlambat progress pekerjaan. Memberi solusi bagi setiap masalah yang timbul dengan cepat untuk efisiensi pekerjaan. NILAI (bobot x skala) 8.53% 5 0,4265 7.90% 5 0,395 4,931228 Total Nilai untuk Kriteria Rencana Kerja 571 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya perencanaan kerja oleh PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,93 (dari skala 5) atau 98,63%, terletak pada daerah sangat baik (SB), dimana kriteria ini merupakan kriteria yang paling kritis dalam mencapai kinerja manajemen proyek yang efektif dan efisien. Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 98,63%100% Gambar 4.1 Skala Kriteria Rencana Kerja Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 9 sub kriteria perencanaan kerja, terdapat beberapa sub kriteria yang perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain penggunaan metode konstruksi yang efektif dan efisien dalam melaksanakan setiap item atau paket

86 pekerjaan (4,71); pemahaman atas scope dari paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. Besar kecilnya setiap volume paket pekerjaan harus dapat diukur dan dikontrol dengan baik (4,86); dan pengecekan terhadap jumlah jam kerja yang dihabiskan oleh tukang atau tenaga kerja dalam penyelesaian pekerjaan sehingga produktivitas proyek dapat terukur (4,86). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, menjelaskan bahwa metode yang digunakan sebenarnya sudah cukup efisien karena pemakaian budget lebih sedikit dari yang sudah direncanakan, selain itu secara efektif dapat menghasilkan pekerjaan yang berkualitas. Setiap periode tertentu pihak main contractor melakukan inspeksi quality control untuk pekerjaan yang dilakukan oleh PT. SKP. Tetapi ada beberapa kendala eksternal yang terjadi pada saat pengerjaaan proyek ANPP ini yaitu faktor alam, keterlambatan pengadaan oleh sub kontraktor lain, dan terlambatnya pekerjaan oleh disiplin lain yang berimbas pada pekerjaan instrumen yang dilakukan oleh PT. SKP. Untuk menghadapi kendala-kendala tersebut, Site Manager harus dapat mengatur para pekerja agar selalu produktif. Kendala cuaca yang sering dihadapi oleh PT. SKP yaitu pada saat hujan sehingga pekerjaan konstruksi yang dilakukan para pekerja di tempat terbuka seperti penarikan kabel, galian, pengelasan dan lainnya harus berhenti sampai hujan mereda. Untuk menghadapi kendala seperti ini, maka para pekerja tersebut langsung dialihkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di dalam ruangan. Setelah cuaca kembali cerah, para pekerja tersebut langsung kembali ke pekerjaannya semula sehingga dapat mengejar waktu yang tertinggal. Lembur akan diberlakukan jika diperlukan agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.

87 Kendala lain yang dihadapi PT. SKP yaitu keterlambatan pengadaan material yang dilakukan oleh sub kontraktor lain sehingga PT. SKP tidak dapat melakukan instalasi instrumen. Material yang sering terlambat antara lain cabel tray dan field instrument equipment. Untuk mengatasi kendala ini, Site Manager menugaskan para pekerja yang seharusnya melakukan instalasi kabel untuk membantu grup lain menginstalasi material-material yang telah tersedia. Kendala lain yang sering dihadapi PT. SKP yaitu terlambatnya pekerjaan yang dilakukan oleh disiplin lain sehingga PT. SKP tidak dapat memasang instrumen karena area kerja belum siap jika pemasangan pipa belum selesai. Terlambatnya pekerjaan disiplin ini disebabkan perubahan rute pada saat pemasangan pipa karena menabrak pipa lain sehingga harus merubah jalur. Akibat dari perubahan jalur tersebut yaitu terdapat perhitungan material baru yang dibutuhkan tetapi tidak tersedia sehingga harus dipesan terlebih dahulu dan menunggu material tersebut sampai di lapangan. Untuk mengatasi hal ini, para pekerja diusahakan untuk terus bekerja membantu grup lain yang area kerjanya telah siap sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma. Untuk meningkatkannya, PT. SKP harus lebih belajar dari pengalamanpengalaman pada proyek sebelumnya, sehingga jika akan mengerjakan proyekproyek berikutnya yang kurang lebih sama paket pekerjaannya, maka akan mengetahui strategi-strategi apa saja yang dapat dilakukan agar pengerjaan proyek dapat dilakukan dengan lebih efisien dan juga lebih efektif. Dari hasil wawancara dengan Site Manager, menjelaskan bahwa terkadang ada job description yang masih abu-abu dan baru jelas pada waktu realisasinya. Ini

88 disebabkan karena sub kontraktor tidak di ikut sertakan pada saat survey, sub kontraktor hanya sebagai eksekutor saja, sehingga belum mengetahui secara real keadaaan di lapangan. Pengecekan jumlah jam kerja dilakukan dengan mengukur progress yang terjadi perharinya bukan perjamnya karena banyaknya tugas yang dilakukan setiap jamnya. Kebutuhan atau kualifikasi dari setiap paket pekerjaan berdasarkan yang tercantum pada dokumen telah dilengkapi, meliputi hal-hal seperti penggunaan scaffolding, genset, ijin-ijin khusus, peralatan konstruksi, material-material prefabrikasi, gambar kerja, spesifikasi, prosedur, dan lain-lain. Jika pada saat realisasinya terdapat perubahan, maka akan disesuaikan kembali. Bradley (2005) mengungkapkan bahwa pemilik dan konsultan secara menyeluruh meninjau jadwal awal dengan kontraktor sehingga asumsi dan urutan sepenuhnya dikomunikasikan. Pemilik juga harus mempertimbangkan apa yang mereka minta saat menyiapkan spesifikasi jadwal dan mencoba untuk membuat pembatasan. Demi yang terbaik untuk proyek dan semua pihak yang terlibat pada jadwal baseline, harus merupakan rencana yang masuk akal untuk durasi dan urutan pekerjaan yang diusulkan dan bahwa rencana ini harus benar sehingga dapat menggabungkan informasi baru dan perubahan proyek secara tepat waktu. Pemilik dan mereka yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan, meninjau, menyetujui dan memantau jadwal proyek harus memiliki spesifikasi penjadwalan (Bradley, Martin J., 2005, PS111-PS114).

89 Rencana untuk pelaksanaan paket pekerjaan telah dibuat dengan mempertimbangkan faktor-faktor keamanan kerja, terbukti pada setiap laporan proyek ANPP bahwa keselamatan kerja dalam kondisi zero accident, artinya tidak terjadi kecelakaan kerja. Perusahaan dapat melakukan penghematan dengan menerapkan praktekpraktek manajemen keselamatan, pengusaha juga dapat meningkatkan citra keamanan (Findley, Michael., Smith, Susan., Kress, Tyler., Petty, Gregory., Kim, Enoch, 2004, Vol.49, issue 2, p. 14-21). Terjadi perubahan pada pelaksanaan paket pekerjaan karena terdapat penambahan kerja yang diminta oleh pihak owner dan main contractor yang berkaitan dengan pekerjaan instrumen dan pengadaan untuk material yang berhubungan dengan pekerjaan tambahan yang akan dilakukan oleh PT. SKP, sehingga jadwal proyek berubah. Walaupun dengan adanya jadwal baru, PT. SKP tetap dapat mengikuti perubahan-perubahan tersebut dan mengerjakan proyek sesuai dengan penambahan waktu yang diberikan. PT. SKP telah menentukan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap paket pekerjaan, ini dilakukan pada saat proses pembuatan proposal yang akan diajukan oleh PT. SKP kepada main contractor, sehingga dapat dilihat gambaran person in charge pada setiap paket pekerjaan. Setiap seminggu sekali diadakan rapat internal maupun eksternal dengan pihak main contractor untuk me-monitoring kemajuan pekerjaan dan memastikan tidak ada hambatan yang memperlambat progress pekerjaan. Tujuan dari rapat

90 tersebut adalah untuk memberi solusi bagi setiap masalah yang timbul dengan cepat untuk efisiensi pekerjaan. 4.4.3 Pengaturan Biaya Salah satu sasaran proyek adalah biaya, yaitu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran dan seefisien mungkin tetapi juga efektif untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan pekerjaan yang dapat mencapai kepuasan pelanggan. N O 1 2 3 4 5 6 Tabel 4.3 Nilai Akhir Kriteria Pengaturan Biaya AKTIVITAS BOBOT SKALA Membuat kontrol budget yang dapat mengontrol pengeluaran dan memprediksi biaya yang dibutuhkan secara akurat atau cukup detil sesuai dengan rincian pekerjaan yang telah direncanakan. Pengontrolan secara kontinu atau seluruh biaya pengeluaran proyek dibandingkan dengan budget yang sudah ditetapkan. Biaya proyek di breakdown atau diperinci sesuai dengan jenis item pekerjaan sampai level terkecil. Prediksi tambahan biaya proyek yang mungkin harus dikeluarkan untuk penyelesaian proyek. Pekerjaan tambah-kurang (variation order) dibuat jelas dan terdokumentasi dengan baik, sehingga memudahkan kontrol budget, memprediksikan final cost dan schedule proyek (tambahan waktu pekerjaan) bila terjadi. Update data terhadap kontrol budget berdasarkan pekerjaan tambah-kurang yang telah disetujui. 23,96% 4,857142 86 NILAI (bobot x skala) 1,16377 17,66% 5 0,883 15,20% 5 0,76 12,81% 10,92% 10,12% 3,357142 86 4,785714 29 4,428571 43 0,43005 0,5226 0,44817

91 N O 7 AKTIVITAS BOBOT SKALA Laporan biaya proyek dibuat lengkap dan dilaporkan secara periodik termasuk biaya-biaya tambahan yang mungkin akan dikeluarkan. NILAI (bobot x skala) 9,32% 5 0,466 4,673592 Total Nilai untuk Kriteria Pengaturan Biaya 857 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya pengaturan biaya oleh PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,67 atau 93,47%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 93,47%100% Gambar 4.2 Skala Kriteria Pengaturan Biaya Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 7 sub kriteria pengaturan biaya, terdapat beberapa sub kriteria yang perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain prediksi tambahan biaya proyek yang mungkin harus dikeluarkan untuk penyelesaian proyek (3,36); update data terhadap control budget berdasarkan pekerjaan tambah-kurang yang telah disetujui (4,43); pekerjaan tambah kurang (variation order) dibuat jelas dan terdokumentasi dengan baik, sehingga memudahkan kontrol budget, memprediksikan final cost dan schedule proyek (tambahan waktu pekerjaan) bila terjadi (4,79); membuat kontrol budget yang dapat mengontrol pengeluaran dan memprediksi biaya yang dibutuhkan

92 secara akurat atau cukup detil sesuai dengan rincian pekerjaan yang telah direncanakan (4,86). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, sebelum mengerjakan suatu proyek, Site Manager membuat rincian prediksi budget yang dibutuhkan secara detail sesuai dengan rincian pekerjaan yang telah direncanakan, lalu dipresentasikan kepada Project Manager dan Finance Director. Setelah disetujui, budget dipegang dan dikontrol oleh Cost Controller di head office, untuk di lapangan budget dikontrol oleh Site Manager. Setiap pengeluaran akan dilaporkan kepada Cost Control di head office berupa laporan yang detail oleh Site Manager, sehingga setiap pengeluaran dapat dikontrol dengan baik. Hal ini dilakukakan untuk pengontrolan secara kontinu atau seluruh biaya pengeluaran proyek untuk dibandingkan dengan budget yang sudah ditetapkan. Dijelaskan juga bahwa prediksi tambahan biaya proyek memang tidak disediakan selama tidak ada penambahan durasi proyek yang menyebabkan penambahan-penambahan biaya. Jika terdapat penambahan biaya, maka Site Manager harus membuat permohonan penambahan budget dan mempresentasikannya kepada Project Manager dan Finance Director. Kontrak dalam proyek ini adalah Lump Sum Fixed Price for Indirect Cost dan Fixed Unit Price Basis for Direct Work. Walaupun memang prediksi tambahan biaya tidak disediakan selama tidak ada penambahan durasi atau kerja proyek, tetapi tidak ada salahnya untuk memprediksi tambahan biaya proyek sehingga jika sewaktu-waktu diperlukan biaya

93 tambahan, dana tersebut sudah tersedia. Jika dana tersebut tidak digunakan, maka dapat digunakan untuk proyek lainnya. Pekerjaan tambahan telah dibuat dengan jelas oleh pihak main contractor, dikerjakan oleh PT. SKP sesuai dengan permintaan dan persetujuan main contractor dan terdokumentasi dengan baik, sehingga memudahkan kontrol budget, memprediksikan final cost, schedule proyek tambahan waktu pekerjaan dan update data terhadap kontrol budget berdasarkan pekerjaan tambahan yang telah disetujui. Laporan biaya proyek dibuat dengan lengkap dan dilaporkan secara periodik tertentu. Tichacek, Robert L. (2005) menjelaskan bahwa cost management yang efektif adalah jika fungsi managementis biaya tidak dianggap sebagai disiplin atau sebagai posisi dalam project structure dan ditugaskan bukan hanya untuk individu, tetapi untuk seluruh tim. Integrasi proses dan informasi mengenai biaya membutuhkan keterlibatan dan interaksi antara banyak individu pada tingkat yang berbeda, memiliki peran yang berbeda dan keterampilan yang berbeda. Biaya dianggap sebagai sumber daya yang terbatas, dengan demikian sebagai project control, project management harus dapat mengeluarkan usaha dan kecerdasan yang diperlukan untuk dapat mengelolanya. Pengaturan biaya yang efektif membutuhkan pelaksanaan metodologi dan langkah-langkah yang berulang dari proyek satu ke proyek lainnya dan dapat diintegrasikan dengan tujuan organisasi.

94 4.4.4 Pengaturan Jadwal Salah satu sasaran proyek adalah jadwal, yaitu proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. N O 1 2 3 4 5 6 Tabel 4.4 Nilai Akhir Kriteria Pengaturan Jadwal AKTIVITAS BOBOT SKALA Mengikuti schedule pekerjaan yang lengkap atau master schedule dengan analisa jalur kritis (CPM) dengan mempertimbangkan lamanya pekerjaan konstruksi, pengadaan material dan tenaga kerja yang telah ditetapkan oleh main contractor. Dibuatkan schedule rencana kerja bulanan atau 2 mingguan atau mingguan yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berdasar atas master schedule yang telah disepakati. Rencana kerja mingguan yang menjelaskan secara detil target dan volume pekerjaan yang akan diselesaikan selama seminggu. Dibuatkan monitoring Kurva-S proyek, membandingkan yang terealisasi versus yang direncanakan, sehingga apabila terjadi keterlambatan, tindakan koreksi dapat segera dilakukan. Histogram mengenai kebutuhan manpower atau tenaga kerja yang diperlukan. Membuat milestone-milestone untuk mengontrol kelancaran penyelesaian proyek, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu. NILAI (bobot x skala) 22,87% 4,5 1,02915 14,30% 5 0,715 14,05% 5 0,7025 11,86% 10,80% 9,47% 4,857142 86 4,357142 86 4,357142 86 0,57606 0,47057 0,41262 7 Schedule harus ter-update mengikuti progress pekerjaan proyek secara berkala seperti mingguan atau bulanan. 9,05% 5 0,4525

95 N O 8 AKTIVITAS BOBOT SKALA Adanya laporan bulanan proyek kepada manajemen, yang menjelaskan secara umum mengenai kemajuan proyek, waktu tersisa, Kurva- S, administrasi proyek, foto-foto, dan lain-lain. NILAI (bobot x skala) 7,59% 5 0,3795 Total Nilai untuk Kriteria Pengaturan Jadwal 4,7379 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya pengaturan jadwal oleh PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,74 atau 94,76%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 94,76%100% Gambar 4.3 Skala Kriteria Pengaturan Jadwal Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 8 sub kriteria pengaturan jadwal, terdapat beberapa sub kriteria yang perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain membuat histogram mengenai kebutuhan manpower atau tenaga kerja yang diperlukan (4,36); membuat milestonemilestone untuk mengontrol kelancaran penyelesaian proyek, sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu (4,36); mengikuti schedule pekerjaan yang lengkap atau master schedule dengan analisa jalur kritis (CPM) dengan mempertimbangkan lamanya pekerjaan konstruksi, pengadaan material dan tenaga kerja yang telah

96 ditetapkan oleh main contractor (4,5); dibuatkan monitoring kurva-s proyek, membandingkan yang terealisasi versus yang direncanakan, sehingga apabila terjadi keterlambatan, tindakan koreksi dapat segera dilakukan (4,86). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, dijelaskan bahwa histogram yang telah dibuat oleh manajemen proyek memang kurang tepat karena perkembangan proyek pada saat aktualnya seperti penambahan pekerjaan dan karena kendalakendala pada saat realisasinya seperti contohnya karena keterlambatan pekerjaan oleh disipilin lain, maka pekerjaan instrumen yang akan dilakukan oleh PT. SKP tertunda, sehingga untuk mengejar waktu yang tertinggal maka PT. SKP menambah tenaga kerja atau mengadakan lembur agar proyek dapat selesai tepat pada waktunya. Site Manager meng-update milestone-milestone serta jadwal setiap ada perubahan-perubahan yang terjadi (tergantung kondisi). Update dapat terjadi berdasarkan hasil rapat dengan main contractor karena main contractor memiliki milestone dan jadwal sendiri dan sebagai sub kontraktor, PT. SKP menyesuaikan milestone-nya dan jadwalnya dengan main contractor. Untuk meningkatkan penerapan sub-sub kriteria ini, maka site management dan project management dapat belajar dari pengalaman-pengalaman proyek sebelumnya dalam merencanakan kebutuhan tenaga kerja, dan membuat milestonemilestone harus dilakukan dengan benar dan di-update jika terjadi perubahanperubahan serta diinformasikan kepada pihak eksternal dan internal. PT. SKP mengikuti dan menganalisa master schedule yang diberikan oleh main contractor. PT. SKP menganalisa lama pekerjaan yang harus dilakukan dan sumber daya yang harus disediakan guna menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal

97 yang telah ditentukan. Seteleh itu dibuat schedule rencana kerja bulanan atau 2 mingguan atau mingguan dengan detail target dan volume yang harus dilaksanakan secara konsisten berdasarkan master schedule yang diberikan oleh main contractor. Kurva-S dibuat oleh main contractor lalu perbandingannya dibuat oleh PT. SKP untuk mengetahui progress yang telah dicapai, jika progress-nya tidak sesuai atau terlalu jauh dari persentase progress yang seharusnya dicapai, maka akan dilakukan tindakan-tindakan koreksi. Kendala-kendala yang terjadi pada saat pengerjaan proyek ANPP ini adalah faktor cuaca, pengadaan material yang dilakukan oleh sub kontraktor lain terlambat dan pekerjaan dari disiplin lain terlambat sehingga PT. SKP mendapat imbas dengan melakukan lembur atau penambahan tenaga kerja untuk mengejar waktu agar proyek dapat selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kurva-S dapat dilihat pada lampiran 14. Terdapat laporan bulanan proyek kepada manajemen, yang menjelaskan secara umum mengenai kemajuan proyek, waktu tersisa, Kurva-S, administrasi proyek, foto-foto, dan lain-lain. Laporan ini bertujuan dalam rangka meningkatkan pemahaman serta pelaksanaan pekerjaan dengan baik, PT. SKP mengharuskan Site Manager untuk memberikan laporan tentang perkembangan pelaksanaan proyek secara keseluruhan yang dilaporkan setiap bulan dan bertujuan agar dapat memperoleh solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul sehingga target yang diberikan dapat tercapai dengan baik. Isi dari laporan bulanan proyek yaitu latar belakang proyek, manfaat dan tujuan pembuatan laporan bulanan, manpower status, maning schedule, equipment schedule, safety record

98 manhours, general cash flow project, problem and solving, visual (photo project), penutup dan lampiran yang terkait dengan laporan bulanan proyek. 4.4.5 Organisasi Membangun suatu tim proyek merupakan satu tindakan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek. N O 1 2 3 4 5 Tabel 4.5 Nilai Akhir Kriteria Organisasi AKTIVITAS BOBOT SKALA Ada metode seleksi dan evaluasi karyawan yang objective dan didasarkan atas kebutuhan dan persyaratan pekerjaan. Membentuk struktur organisasi yang jelas, sehingga tugas, wewenang, tanggung jawab dan jalur pelaporan menjadi jelas bagi setiap karyawan dan pekerja. Kerjasama atau komunikasi yang baik dan cepat antara staf di lapangan dengan staf kantor, sehingga semua informasi selalu update. Meeting kordinasi dilakukan secara reguler antara dua belah pihak. Adanya perencanaan terhadap penempatan karyawan yang sesuai dengan skill karyawan dan kebutuhan proyek. Diadakan program pelatihan untuk para karyawan yang menjadi ujung tombak pekerjaan. 26,28% 20,68% 20,52% 4,071428 57 4,428571 43 4,785714 29 NILAI (bobot x skala) 1,06997 0,91583 0,98203 19,61% 5 0,9805 12,91% 2,928571 43 0,37808 Total Nilai untuk Kriteria Organisasi 4,326407 143 Sumber: Hasil Pengolahan Data

99 Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya organisasi PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,33 atau 86,53%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 86,53%100% Gambar 4.4 Skala Kriteria Organisasi Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 5 sub kriteria organisasi, hampir semua sub kriteria perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain diadakan program pelatihan untuk para karyawan yang menjadi ujung tombak pekerjaan (2,93); ada metode seleksi dan evaluasi karyawan yang objective dan didasarkan atas kebutuhan dan persyaratan kerja (4,07); membentuk struktur organisasi yang jelas, sehingga tugas, wewenang, tanggung jawab dan jalur pelaporan menjadi jelas bagi setiap karyawan dan pekerja (4,43); kerjasama atau komunikasi yang baik dan cepat antara staf di lapangan dengan staf kantor pusat, sehingga semua informasi selalu update. Meeting kordinasi dilakukan secara reguler antara kedua belah pihak (4,79). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, menjelaskan bahwa Site Manager dan para Supervisor akan diberikan training yang berkaitan dengan pekerjaannya. Untuk beberapa jabatan memang belum diberikan training secara rutin karena faktor biaya, waktu dan lokasi, untuk itu diberikan pelatihan secara internal

100 oleh orang dalam kantor yang memiliki pengalaman di bidangnya masing-masing. Pemberian pelatihan tergantung kepada persyaratan kualifikasi pekerja yang diminta oleh pihak main contractor, jika terdapat kualifikasi khusus seperti harus memperkerjakan pekerja yang memiliki sertifikasi maka PT. SKP akan mengadakan program pelatihan demi memenuhi persyaratan yang diberikan. Pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pekerja yang memiliki sertifikasi antara lain calibration dan penyambungan kabel. Selain Site Manager dan Supervisor, terdapat key person lain yang menjadi ujung tombak perusahaan yang juga membutuhkan program pelatihan. Key person tersebut misalnya, engineer, estimator dan procurement. Ketiga karyawan ini memiliki tanggung jawab yang krusial pada sebuah proyek, diharapkan PT. SKP dapat memberikan pelatihan yang berguna bagi ketiga key person tersebut dan demi kemajuan perusahaan juga. Metode seleksi dan evaluasi karyawan ditentukan oleh Site Manager, sedangkan pelaksananya adalah administrasi lapangan. Standar ditentukan tergantung dari jenis pekerjaan, seperti misalnya untuk pekerjaan construction control, diperlukan orang yang memiliki pengalaman dengan pendidikan minimal smp, berbeda dengan pekerjaan calibration, diperlukan orang yang berpengalaman dengan pendidikan minimal sma. Struktur organisasi telah dirancang dengan jelas, sehingga tugas, wewenang, tanggung jawab dan jalur pelaporan menjadi jelas bagi setiap karyawan dan pekerja. Setiap sebulan sekali diadakan rapat antara pihak head office dengan pihak site office, Site Manager dan Construction Control melaporkan seluruh informasi yang berkaitan

101 dengan proyek kepada Project Manager. Lalu Project Manager akan menyampaikan informasi tersebut kepada President Director. 4.4.6 Progress dan Produktivitas Pengukuran progress dan produktivitas suatu proyek sangat penting dilakukan oleh sub kontraktor untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek sesuai dengan yang sudah direncanakan atau berjalan diluar rencana. N O 1 Tabel 4.6 Nilai Akhir Kriteria Progress dan Produktivitas AKTIVITAS BOBOT SKALA Opname yang akurat dari progress pekerjaan sehingga didapat % penyelesaian dari item pekerjaan yang dibandingkan dengan progress rencana untuk mengetahui apakah kemajuan proyek diatas rencana atau sudah terlambat. 21,81% 4,428571 43 NILAI (bobot x skala) 0,96587 2 Pelaksanaan opname pekerjaan secara rutin dengan periode tertentu. 18,88% 5 0,944 3 Memprediksi total waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Dengan demikian manajemen perlu melakukan re-plan dan reschedule proyek apabila muncul kebutuhankebutuhan diluar rencana. 18,58% 4,357142 86 0,80956 4 Mengukur faktor produktivitas dengan membandingkan progress yang dicapai terhadap waktu yang telah dihabiskan. Apabila produktifitas rendah maka tindakan koreksi harus segera dilakukan. 16,31% 4,642857 14 0,75725

102 N O 5 6 AKTIVITAS BOBOT SKALA Pembuatan laporan progress dan produktivitas secara rutin kepada manajemen konstruksi sehingga informasi keterlambatan proyek dapat segera diketahui dan diperbaiki. Pengukuran yang tepat terhadap jumlah jam kerja yang telah dihabiskan oleh tukang-tukang terhadap akitivitas suatu pekerjaan. NILAI (bobot x skala) 13,09% 5 0,6545 11,33% 4,214285 71 0,47748 4,608657 Total Nilai untuk Kriteria Progress dan Produktivitas 143 Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari tabel, menunjukan bahwa upaya progress dan produktivitas oleh PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,61 atau 92,17%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 92,17%100% Gambar 4.5 Skala Kriteria Progress dan Produktivitas Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 6 sub kriteria progress dan produktivitas, terdapat beberapa sub kriteria yang perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain pengukuran yang tepat terhadap jumlah jam kerja yang telah dihabiskan oleh tukang-tukang terhadap aktivitas suatu pekerjaan (4,21); opname yang akurat dari progress pekerjaan sehingga didapat % penyelesaian dari item pekerjaan yang dibandingkan dengan

103 progress rencana untuk mengetahui apakah kemajuan proyek diatas rencana atau sudah terlambat (4,43); memprediksi total waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Dengan demikian manajemen perlu melakukan re-plan dan reschedule proyek apabila muncul kebutuhan-kebutuhan diluar rencana (4,36); dan mengukur faktor produktivitas dengan membandingkan progress yang dicapai terhadap waktu yang telah dihabiskan. Apabila produktivitas rendah maka tindakan koreksi harus segera dilakukan (4, 64). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, untuk mengukur jumlah jam kerja, perlu dibicarakan lebih lanjut dengan main contractor karena harus disesuaikan dengan metode yang digunakan oleh main contractor, ini disebabkan karena kondisi, manpower job description dan jenis pekerjaan tiap proyek berbeda-beda. Di dalam proposal terdapat perhitungan manhour, yaitu perhitungan jumlah waktu dan orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan. Perhitungan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman aktual dari proyek-proyek terdahulu, misalnya untuk pekerjaan penarikan 1 rol kabel (500 m) membutuhkan 20 orang untuk diselesaikan dalam waktu kurang lebih 12,5 jam. Pelaksanaan re-plan dan re-schedule tergantung dari progress dan hasil meeting dengan main contractor yang dilakukan seminggu sekali dan tiap sebulan sekali, tergantung tingkat critical-nya, jika sangat urgent, bisa dilakukan meeting setiap hari untuk mengetahui perkembangannya. Opname dilakukan seminggu sekali oleh construction control, setelah itu dilakukan rapat secara internal untuk membahas laporan opname yang dilakukan oleh construction control, rapat ini membahas progress yang telah dicapai dengan

104 membandingkan dengan waktu yang telah dihabiskan. Apabila produktivitasnya rendah, maka akan dibicarakan tindakan koreksi yang harus dilakukan untuk memeperbaikinya. Lalu dibuat laporan progress dan produktivitas secara rutin kepada manajemen konstruksi sehingga informasi keterlambatan proyek dapat segera diketahui dan diperbaiki. Mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah isu-isu kritis yang dihadapi oleh manajer konstruksi. Agar berhasil, perusahaan harus fase affirmative action ke dalam manajemen total produktivitas melalui proses formal yang didokumentasikan. Proses ini harus dimulai dengan analisis produktivitas yang telah tercapai, pengetahuan yang diperoleh dari pencapaian terdahulu maka harus digunakan untuk meramalkan dan mengelola produktivitas masa depan. Supervisor yang terlibat dalam proses harus melaksanakan dan memantau nilai-nilai produktivitas yang telah ditentukan. Kemudian perusahaan dapat lebih kompetitif dan sukses. (Motwani, Jaideep; Kumar, Ashok; Novakoski, Michael, 1995, p.18)

105 4.4.7 Manajemen Kualitas Manajemen kualitas merupakan proses penentuan standar dan kriteria mutu yang akan dipakai oleh proyek, serta usaha untuk dapat memenuhinya. Ketentuan standar mutu ini akan besar pengaruhnya terhadap biaya proyek secara keseluruhan. N O 1 2 3 4 5 Tabel 4.7 Nilai Akhir Kriteria Manajemen Kualitas AKTIVITAS BOBOT SKALA Kualitas pekerjaan sudah ditentukan berdasarkan spesifikasi yang terdapat pada dokumen, baik dalam merencanakan, menentukan spec, menyusun syarat-syarat kerja dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Adanya sistem kontrol material yang baik. Sistem harus dapat mengontrol material sejak purchase order, penerimaan, penyimpanan sampai pada penggunaannya. Diperlukan tukang yang ahli, mandor yang dapat mengatur dan mengarahkan pekerja termasuk adanya pelaksana yang kompeten. Dukungan dari manajemen terhadap QC yang bertanggung jawab atas kualitas, diberikan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan yang menjamin tercapainya kualitas terbaik. Memberi penghargaan kepada para pekerja yang menghasilkan suatu pekerjaan yang berkualitas. 19,51% 13,31% 11,43% 11,31% 10,56% 4,571428 57 4,714285 71 4,785714 29 4,714285 71 3,785714 29 NILAI (bobot x skala) 0,89189 0,62747 0,54701 0,53319 0,39977 6 Identifikasi sedini mungkin untuk area-area pekerjaan dimana hal kualitas masih dapat dikompromikan. 9,66% 4,571428 57 0,4416

106 N O 7 AKTIVITAS BOBOT SKALA Laporan dari hasil inspeksi lapangan harus terdokumentasi dengan baik, dimana bila ada penyimpangan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka harus dikoreksi dan dikompromikan, sejauh kualitas tidak dikorbankan. 8,43% NILAI (bobot x skala) 4,571428 57 0,38537 8 Pekerja dan pengawas mengetahui secara pasti standar kualitas yang ingin dicapai untuk setiap 4,785714 8,18% pekerjaan. Informasi mengenai spec dan syaratsyarat 29 0,39147 pelaksanaan tersedia setiap waktu. 9 Monitoring terhadap kualitas pekerjaan. 7,62% 5 0,381 4,598764 Total Nilai untuk Kriteria Manajemen Kualitas 286 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya manajemen kualitas PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,6 atau 92%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 92% 100% Gambar 4.6 Skala Kriteria Manajemen Kualitas Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 9 sub kriteria manajemen kualitas, hampir semua sub kriteria perlu ditingkatkan lagi. Sub kriteria tersebut antara lain memberi penghargaan kepada para pekerja yang menghasilkan suatu pekerjaan yang berkualitas (3,79); kualitas

107 pekerjaan sudah ditentukan berdasarkan spesifikasi yang terdapat pada dokumen, baik dalam merencanakan, menentukan spec, menyusun syarat-syarat kerja dan alatalat yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik (4,57); identifikasi sedini mungkin untuk area-area pekerjaan dimana hal kualitas masih dapat dikompromikan (4,57); laporan dari hasil inspeksi lapangan harus terdokumentasi dengan baik, dimana bila ada penyimpangan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka harus dikoreksi dan dikompromikan, sejauh kualitas tidak dikorbankan (4,57); adanya sistem kontrol material yang baik. Sistem harus dapat mengontrol material sejak purchase order, penerimaan, penyimpanan sampai pada penggunannya (4,71); Dukungan dari manajemen terhadap QC yang bertanggung jawab atas kualitas, diberikan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan yang menjamin tercapainya kualitas terbaik (4,71); diperlukan tukang yang ahli, mandor yang dapat mengatur dan mengarahkan pekerja termasuk adanya pelaksana yang kompeten (4,79); pekerja dan pengawas mengetahui secara pasti standar kualitas yang ingin dicapai untuk setiap pekerjaan. Informasi mengenai spec dan syarat-syarat pelaksanaan tersedia setiap waktu (4,79). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, dijelaskan bahwa main contractor dan owner pada periode tertentu mengadakan award untuk para pekerja yang menghasilkan suatu pekerjaan yang berkualitas, hadiahnya berbentuk jam tangan atau helm besar dan helm kecil. Hal ini dilakukan agar para pekerja memiliki semangat untuk terus bekerja dengan berkualitas. Walaupun site manager telah melakukan ajang award dalam rangka untuk memberi penghargaan kepada para pekerja yang berprestasi, tetapi dari hasil

108 kuesioner ini para pegawai merasa belum dihargai sepenuhnya. Untuk itu perlu dilakukan ide lain seperti diberikan bonus akhir proyek kepada karyawan yang menghasilkan suatu pekerjaan yang berkualitas, misalnya bonus sebesar 50% dari gajinya. Dengan begitu dapat menumbuhkan rasa semangat para karyawan. Syarat-syarat kerja di lapangan mengikuti SOP yang ada, selain itu sebelum melakukan pekerjaan, PT. SKP memberikan method statement dan dipresentasikan kepada main contractor sehingga jika ada metode yang tidak sesuai dengan standar main contractor, dapat dilakukan penyesuaian. Kualitas pekerjaan sudah ditentukan berdasarkan spesifikasi yang terdapat pada dokumen, baik dalam merencanakan, menentukan spec, menyusun syarat-syarat kerja dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Identifikasi untuk area-area pekerjaan dilakukan setiap sebulan sekali. Joint inspection dilakukan bersama-sama oleh main contractor, owner dan juga sub kontraktor. Pengambilan keputusan mengenai area-area pekerjan dimana hal kualitas masih dapat dikompromikan, diputuskan oleh owner proyek. Kontrol material dilakukan dimulai dari pengambilan barang di gudang milik main contractor sampai barang tersebut sudah terpasang dengan benar. Kontrol material dilakukan oleh kedua belah pihak, main contractor dengan sub kontraktor. Dukungan terhadap QC selalu diberikan karena salah satu objek dari manajemen PT. SKP yaitu untuk memastikan bahwa dalam pelaksanaan setiap proyek dapat mencapai kepuasan klien. Maka dari itu kualitas pekerjaan selalu dimonitor.

109 Tenaga kerja ahli yang diperlukan adalah orang-orang yang berpengalaman, dapat mengatur dan mengarahi pekerja. Jika terdapat pegawai yang tidak kompeten, maka akan dilakukan rotasi ke pekerjaan yang tanggung jawabnya tidak terlalu krusial. Pekerja dan pengawas telah sama-sama mengetahui secara pasti standar kualitas yang ingin dicapai untuk setiap pekerjaan. Informasi mengenai spec dan syarat-syarat pelaksanaan tersedia setiap waktu walaupun terjadi perubahan, informasi selalu diperbarui. Hart, John A (2005) menjelaskan bahwa ada tiga fase dari construction quality management, yaitu persiapan awal, kontrol lalu ke fase tindak lanjut. Fasefase ini memerlukan perencanaan yang cermat dan penjadwalan pekerjaan. Tahap Persiapan Rapat pertemuan dilakukan, pesertanya adalah manajer QC, pengawas pekerjaan, mandor, setiap sub kontraktor, dan quality assurance (QA) yang representatif. Pertemuan ini mungkin adalah langkah yang paling penting dalam menetapkan kualitas yang dibutuhkan. Tahap Kontrol Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memastikan bahwa prosedur pengendalian dilakukan secara efektif dan pengerjaan yang sebenarnya sesuai dengan persyaratan kualitas yang telah ditetapkan.

110 Tahap Tindak Lanjut Pada fase ini, cek harian dari pekerjaan yang sedang berlangsung menjamin bahwa prosedur kualitas kontrol berfungsi, pengerjaan dapat diterima, pengujian kontrol saat ini dan semua langkah-langkah keamanan di tempat. Upaya ini setiap hari dicatat dalam laporan QC setiap hari sampai dianggap pekerjaan selesai dan semua kekurangan diperbaiki. 4.4.8 Manajemen Material Manajemen material merupakan kegiatan identifikasi jenis material, volume material yang akan dibutuhkan pada saat pengerjaan proyek, serta kegiatan untuk mengontrol kapan material tersebut harus tersedia berikut pembelian dan penyimpanannya agar proses pengerjaan proyek dapat berjalan lancar. N O 1 2 Tabel 4.8 Nilai Akhir Kriteria Manajemen Material AKTIVITAS BOBOT SKALA Melakukan perencanaan material meliputi: identifikasi jenis, volume material yang dibutuhkan, kapan dibutuhkannya, proses pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan atau pengembalian material apabila berlebihan. Purchase order dilakukan tepat waktu, dengan mempertimbangkan lamanya waktu pengiriman. Diberikan kepada supplier-supplier yang bereputasi baik dalam menjamin proses pengiriman sesuai deadline dengan kualitas yang baik dan harga kompetitif. 27,19% 20,20% 4,714285 71 4,214285 71 NILAI (bobot x skala) 1,28181 0,85129

111 N O 3 4 5 AKTIVITAS BOBOT SKALA Informasi yang jelas dari purchasing ke logistik lapangan mengenai kapan material yang dibeli akan dikirim ke lapangan, berapa volumenya dan spesifikasi yang diisyaratkan. Pada saat material akan digunakan di lapangan harus ada pencatatan yang jelas sehingga status material selalu update. Mengatur inventory dengan baik akan memperlancar pekerjaan di lapangan. Yang penting adalah ketersediaan material selalu terjamin untuk pelaksanaan pekerjaan. Adanya sistem yang selalu update dan mudah diakses dalam memberikan informasi status material. Menginformasikan status purchase order, volume material yang dibutuhkan, penerimaan dan pengeluaran, inventory level, lokasi penyimpanan masing-masing material, dan prediksi adanya kelebihan atau kekurangan. Dengan demikian inventory level dapat diatur dan diputuskan dengan benar. 19,35% 17,10% 16,17% 4,571428 57 4,357142 86 3,571428 57 NILAI (bobot x skala) 0,88457 0,74507 0,5775 4,340242 Total Nilai untuk Kriteria Manajemen Material 857 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa upaya manajemen material PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,34 atau 86,8%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 86,8% 100% Gambar 4.7 Skala Kriteria Manajemen Material Sumber : Hasil Pengolahan Data

112 Dari 5 sub kriteria manajemen material, seluruh sub kriteria perlu ditingkatkan lagi. Kelima sub kriteria tersebut antara lain adanya sistem yang selalu update dan mudah diakses dalam memberikan informasi status material. Menginformasikan status purchase order, volume material yang dibutuhkan, penerimaan dan pengeluaran, inventory level, lokasi penyimpanan masing-masing material, dan prediksi adanya kelebihan atau kekurangan. Dengan demikian inventory level dapat diatur dan diputuskan dengan benar (3,57); purchase order dilakukan tepat waktu, dengan mempertimbangkan lamanya waktu pengiriman. Diberikan kepada suppliersupplier yang bereputasi baik dalam menjamin proses pengiriman sesuai deadline dengan kualitas yang baik dan harga kompetitif (4,21); mengatur inventory dengan baik akan memperlancar pekerjaan di lapangan. Yang penting adalah ketersediaan material selalu terjamin untuk pelaksanaan pekerjaan (4,36); informasi yang jelas dari purchasing ke logistik lapangan mengenai kapan material yang dibeli akan dikirim ke lapangan, berapa volumenya dan spesifikasi yang diisyaratkan. Pada saat material akan digunakan di lapangan harus ada pencatatan yang jelas sehingga status material selalu update (4,57); melakukan perencanaan material meliputi: identifikasi jenis, volume material yang dibutuhkan, kapan dibutuhkannya, proses pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan atau pengembalian material apabila berlebihan (4,71). Dari hasil wawancara dengan Site Manager, menjelaskan bahwa PT. SKP sebagai sub kontraktor, mengetahui identifikasi jenis, volume material yang dibutuhkan, kapan dibutuhkannya, proses pembelian sebagian material yang dilakukan oleh PT. SKP berikut dengan pengiriman, penerimaan, penyimpanan atau

113 pengembalian material apabila berlebihan. Terdapat coordinator gudang yang mengurus peralatan dan material yang dibutuhkan dan digunakan oleh PT. SKP, pencatatan dilakukan secara manual dan di update setiap hari. Permasalahan yang sering dihadapi oleh PT. SKP yaitu jika ada karyawan yang tidak langsung mengembalikan peralatan yang telah selesai dipakainya dan langsung meminjamkan peralatan tersebut ke teman kerja yang sedang membutuhkan, sedangkan peraturannya adalah harus mengembalikan terlebih dahulu ke gudang lalu baru dapat dipinjam kembali setelah melalui pencatatan. Untuk meningkatkan penerapan sub kriteria ini, PT. SKP diharapkan dapat mengubah metode manual menjadi metode yang lebih praktis dalam pengontrolan inventory, misalnya dengan menggunakan barcode, sehingga arus keluar-masuk material dapat dengan cepat teridentifikasi. Selain itu, diharapkan pengawas gudang dapat menegur para pekerja yang tidak menaati peraturan yang berlaku. Untuk pembelian material yang ditugaskan kepada PT. SKP, purchase order dilakukan dengan tepat waktu dan diberikan kepada supplier-supplier yang bereputasi baik dalam menjamin proses pengiriman sesuai deadline dengan kualitas yang baik dan harga kompetitif. 4.4.9 Hubungan Pekerja Hubungan pekerja merupakan kegiatan perencanaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan proyek serta jumlah tenaga kerja, penciptaan aturan-aturan dalam bekerja, pemberian penghargaan dan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan agar proyek

114 dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dengan menggunakan manpower yang tepat. N O Tabel 4.9 Nilai Akhir Kriteria Hubungan Pekerja AKTIVITAS BOBOT SKALA NILAI (bobot x skala) 1 Schedule perencanaan manpower yang baik terhadap jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan kegiatan di lapangan. Implikasi dari perencanaan ini menghasilkan pekerjaan yang sesuai jadwal dengan jumlah tenaga kerja yang tidak berlebihan, dan biaya yang optimum. 25,04% 4,428571 43 1,10891 2 3 4 5 Memberi penghargaan dan training-training bagi karyawan-karyawan yang qualified, agar skill-nya berkembang menjadi bersemangat dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Menciptakan aturan-aturan main yang jelas dan diterima oleh pekerja untuk menghindari atau menangani secara efektif terjadinya keluhan para pekerja (mogok kerja). Proses rekrutmen karyawan yang baik untuk memastikan hanya orang-orang terbaiklah yang diperkerjakan sesuai dengan bidangnya masingmasing. Ada koordinator pekerja proyek yang dapat mengakomodir keluhan atau masalah para pekerja. 22,40% 21,60% 19,71% 3,214285 71 4,571428 57 4,214285 71 0,72 0,98743 0,83064 11,25% 3,5 0,39375 4,040728 Total Nilai untuk Kriteria Hubungan Pekerja 571 Sumber : Hasil Pengolahan Data

115 Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa upaya hubungan pekerja PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4 atau 80,81%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75%80,81% 100% Gambar 4.8 Skala Kriteria Hubungan Pekerja Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 5 sub kriteria hubungan pekerja, seluruh sub kriteria perlu ditingkatkan lagi. Kelima sub kriteria tersebut antara lain memberi penghargaan dan trainingtraining bagi karyawan-karyawan yang qualified, agar skill-nya berkembang menjadi bersemangat dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi perusahaan. (3,21); ada koordinator pekerja proyek yang dapat mengakomodir keluhan atau masalah para pekerja. (3,5); proses rekrutmen karyawan yang baik untuk memastikan hanya orangorang terbaiklah yang diperkerjakan sesuai dengan bidangnya masing-masing (4,21); schedule perencanaan manpower yang baik terhadap jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan kegiatan di lapangan. Implikasi dari perencanaan ini menghasilkan pekerjaan yang sesuai jadwal dengan jumlah tenaga kerja yang tidak berlebihan, dan biaya yang optimum (4,43); menciptakan aturan-aturan main yang jelas dan diterima oleh pekerja untuk menghindari atau menangani secara efektif terjadinya keluhan para pekerja (mogok kerja) (4,57).

116 Dari hasil wawancara dengan Site Manager, dijelaskan bahwa setiap bulan sekali diadakan award, yang bernama Safety Award. Kategorinya yaitu karyawan yang paling disiplin, produktivitas kerjanya tinggi, dan karyawan yang paling taat terhadap peraturan dan safety. Untuk karyawan yang dianggap memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka akan diberikan hadiah berupa souvenir, uang atau pulsa. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa semangat dalam bekerja. Pemberian training-training belum diterapkan secara optimal karena alasan biaya yang tinggi dan memakan waktu, karena itu proses belajar dilakukan langsung di lapangan oleh atasan yang sudah berpengalaman. Kendala yang dihadapi PT. SKP untuk mengadakan program pelatihan salah satunya adalah faktor biaya. Biaya untuk mengadakan program pelatihan cukup besar, misalnya untuk mengikuti electrical calibration training dibutuhkan biaya lebih dari Rp. 5.000.000 per orang. Keadaan keuangan PT. SKP memang belum memungkinkan untuk memberikan program pelatihan kepada para karyawan yang menjadi ujung tombak pekerjaan secara rutin, maka dari itu pemberian training dilakukan jika memang terdapat persyaratan khusus dari pihak main contractor. Selain faktor biaya, kendala lainnya adalah faktor waktu dan lokasi. Pelatihanpelatihan biasanya diadakan di Jakarta, sedangkan proyek berada di Kalimantan. Pelatihan biasanya membutuhkan waktu tiga hari sampai seminggu, sedangkan proyek tidak dapat ditinggal karena harus diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk meningkatkan penerapan sub kriteria ini, PT. SKP diharapkan dapat menyisihkan dana untuk membiayai pelatihan-pelatihan yang berguna bagi karyawan dan juga bagi kemajuan perusahaan. Penghargaan dapat diberikan berupa bonus,

117 misalnya jika suatu tim proyek dapat menyelesaikan proyek sesuai rencana, efisien dan efektif, maka seluruh tim akan diberikan bonus. Dengan cara ini dapat menyatukan visi dan misi seluruh tim, sehingga dapat saling berkerja sama dengan baik. Keluhan para pekerja dapat disampaikan langsung kepada admin, sehingga admin dapat menyampaikan langsung kepada Site Manager dan Site Manager dapat meneruskannya ke head office. Setiap ada permasalahan yang terjadi yang berkaitan dengan pekerja, semaksimal mungkin akan diselesaikan dengan cepat oleh Site Manager agar tidak mengganggu jalannya proyek. Proses rekrutmen dilakukan oleh Project Manager dan Site Manager, hal ini disebabkan karena mereka lebih mengetahui kriteria apa saja yang sesuai dengan kebutuhan untuk menyelesaikan suatu proyek. Perencanaan manpower telah dilakukan dengan baik, hanya saja pada saat realisasinya terdapat sedikit penyesuaian karena terjadi perubahan-perubahan dan penambahan kerja. 4.4.10 Administrasi Sub Kontrak Administrasi sub kontrak merupakan proses pengintegrasian informasi antara sub kontraktor dengan main contractor. Kegiatan ini dilakukan agar semua pekerjaan yang dilakukan oleh PT. SKP dapat dikontrol oleh main contractor, agar PT. SKP mengerti mengenai paket pekerjaan yang harus dikerjakan dari awal sampai selesai. Soeharto (1999) Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kesepakatan yang dicapai dari

118 hasil negosiasi kontrak dan pengaturan kerjasama antara peserta dalam suatu proyek dituangkan dalam suatu dokumen kontrak, dokumen ini menjadi landasan pokok yang memuat aturan-aturan tentang hubungan kerja, hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak serta penjelasan perihal lingkup kerja beserta syaratsyarat lain yang berkaitan dengan implementasi proyek. N O 1 2 3 4 Tabel 4.10 Nilai Akhir Kriteria Administrasi Sub Kontrak AKTIVITAS BOBOT SKALA Kegiatan dari pekerjaan harus dimasukkan dalam master schedule proyek, sehingga dapat dikontrol sejalan dengan pekerjaan lainnya. Memahami standar baku yang terdapat pada tender proyek dan dapat memberikan dokumen yang lengkap. Mengikuti pre-qualification yang mempertimbangkan kriteria seperti kualitas, kemampuan, realibilitas, kecepatan, dan lain-lain. Koordinasi pekerjaan dari para sub kontraktor, untuk kemudahan dan kelancaran pekerjaan. Memahami dengan jelas mengenai lingkup pekerjaan dan kualitas yang diharapkan. Prosedur serah terima pekerjaan, final inspeksi, testing dan komisioning harus dilaksanakan dan didokumentasikan dengan baik. 29,99% 25,24% 22,49% 22,28% 4,071428 57 4,285714 29 4,142857 14 4,571428 57 NILAI (bobot x skala) 1,22102 1,08171 0,93173 1,01851 4,252978 Total Nilai untuk Kriteria Administrasi Sub Kontrak 571 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari tabel diatas, menunjukan bahwa kriteria administrasi sub kontrak PT. Syamsir Karya Pertama adalah sangat baik dengan hasil yang diperoleh sebesar 4,25 atau 85,1%, terletak pada daerah sangat baik (SB).

119 Secara kontinum, dapat digambarkan sebagai berikut: STB TB CB B SB 0% 25% 50% 75% 85,1% 100% Gambar 4.9 Skala Kriteria Administrasi Sub Kontrak Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari 4 sub kriteria adminitrasi sub kontrak, seluruh sub kriteria perlu ditingkatkan lagi. Keempat sub kriteria tersebut antara lain kegiatan dari pekerjaan harus dimasukkan dalam master schedule proyek, sehingga dapat dikontrol sejalan dengan pekerjaan lainnya (4,07); koordinasi pekerjaan dari para sub kontraktor, untuk kemudahan dan kelancaran pekerjaan (4,14); memahami standar baku yang terdapat pada tender proyek dan dapat memberikan dokumen yang lengkap, mengikuti prequalification yang mempertimbangkan kriteria seperti kualitas, kemampuan, realibilitas, kecepatan, dan lain-lain (4,29); memahami dengan jelas mengenai lingkup pekerjaan dan kualitas yang diharapkan, prosedur serah terima pekerjaan, final inspeksi, testing dan komisioning harus dilaksanakan dan didokumentasikan dengan baik (4,57). Jadwal proyek adalah peta jalan manajer proyek untuk menyediakan informasi mengenai timeline proyek dan pengukuran kemajuan. Karena kegiatan terkait, setiap perubahan dapat mempengaruhi perubahan dalam aktivitas penerus proyek atau kegiatan dalam salah satu sub-proyek terkait lainnya. (Francis, Clive D., 2003, p.6).

120 Dari hasil wawancara dengan Site Manager, dijelaskan bahwa kegiatan pekerjaan yang dilakukan PT. SKP terdapat dalam master schedule, sehingga progress dari pekerjaan dapat dimonitor oleh pihak main contractor. Untuk meningkatkannya, PT. SKP harus lebih terperinci dalam memasukkan kegiatannya ke dalam master schedule dan selalu meng-update jika terjadi perubahan-perubahan. Terkadang ada job description yang masih abu-abu dan baru jelas pada waktu realisasinya. Ini disebabkan karena sub kontraktor tidak di ikut sertakan pada saat survey, sub kontraktor hanya sebagai eksekutor saja, sehingga belum mengetahui secara real keadaaan di lapangan. Koordinasi pekerjaan dari para sub kontraktor untuk kemudahan dan kelancaran pekerjaan telah dilakukan dengan baik, setiap seminggu sekali diadakan rapat yang dihadiri seluruh pihak yang terkait dalam proyek ANPP (main contractor, consultant dan para sub kontraktor) untuk membicarakan progress proyek beserta kendala-kendala yang dihadapi dan juga solusi-solusi yang dapat dilakukan serta untuk merevisi jadwal jika terdapat perubahan-perubahan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa sebelum memulai pekerjaan, beberapa sub kontraktor yang dianggap memiliki kompeten diundang oleh pihak main contractor untuk mengikuti tender, lalu pihak sub kontraktor tersebut mengambil dokumen yang berkaitan dengan proyek. Setelah mempelajari dan mengevaluasi dokumen tersebut, pihak main conractor mengundang seluruh peserta sub kontraktor untuk mengadakan diskusi mengenai hal-hal yang tidak dimengerti dalam dokumen. Hasil diskusi tersebut didokumentasikan, sehingga menjadi dokumen yang tidak terpisahkan

121 dengan dokumen sebelumnya. Setelah itu, pihak sub kontraktor mengajukan proposal penawaran, dengan berbagai pertimbangan dari pihak main contractor, PT. SKP mendapatkan pekerjaan sebagai sub kontraktor untuk pekerjaan instrumentasi. PT. SKP memahami dengan jelas mengenai lingkup pekerjaan dan kualitas yang diharapkan, setiap ada perubahan pekerjaan selalu didiskusikan dulu dengan pihak main contractor dan juga dengan pihak owner. Prosedur serah terima pekerjaan, final inspeksi, testing dan komisioning sedang dilaksanakan dan didokumentasikan dengan baik dengan adanya laporan-laporan per periode tertentu.

122 4.4.11 Evaluasi Akhir Kinerja Manajemen Proyek PT. SKP dalam Proyek ANPP Setelah memperoleh total nilai masing-masing kriteria, maka akan dijumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot masing-masing kriteria dengan total nilai masing-masing kriteria, sehingga akan diperoleh hasil akhir kinerja manajemen proyek ANPP. Tabel 4.11 Hasil Akhir Kinerja Manajemen Proyek PT. SKP dalam Proyek ANPP KRITERIA TOTAL NILAI BOBOT MASING- SUB PERSENTASE MAJOR MASING TOTAL (%) KRITERIA KRITERIA Rencana Kerja 14,17% 4,931228571 0,698755089 98,62457142 Pengaturan Biaya 13,08% 4,673592857 0,611305946 93,47185714 Pengaturan Jadwal 12,61% 4,7379 0,59744919 94,758 Organisasi 12,39% 4,326407143 0,536041845 86,52814286 Progress dan Produktivitas 11,51% 4,608657143 0,530456437 92,17314286 Manajemen Kualitas 10,57% 4,598764286 0,486089385 91,97528572 Manajemen Material 10,33% 4,340242857 0,448347087 86,80485714 Hubungan Pekerja 7,90% 4,040728571 0,319217557 80,81457142 Administrasi Sub Kontrak 7,45% 4,252978571 0,316846904 85,05957142 TOTAL AKHIR KINERJA MANAJEMEN PROYEK PT. SKP DALAM PROYEK ANPP 4,544509439 90,89018878 Sumber : Hasil Pengolahan Data

123 Hasil akhir penelitian ini menjelaskan bahwa kinerja manajemen proyek PT. SKP dalam proyek ANPP sudah optimal atau belum dengan melihat skala hasil akhir yang diperoleh. Seluruh kriteria penerapan manajemen proyek telah diterapkan dengan sangat baik, dengan perolehan rata-rata diatas 80%. Dari kesembilan kriteria, kriteria yang paling tinggi penerapannya adalah kriteria rencana kerja yaitu sebesar 98,62%, sedangkan kriteria yang paling rendah penerapannya adalah kriteria hubungan pekerja yaitu sebesar 80,81%. Grafiknya dapat dilihat pada gambar berikut ini, Penerapan Manajemen Proyek ANPP (%) Administrasi sub kontrak Hubungan Pekerja Manajemen Material Manajemen Kualitas Progress & Produktivitas Organisasi Pengaturan Jadwal Pengaturan Biaya Rencana Kerja 85.1 80.81 86.8 91.98 92.17 86.53 94.76 93.47 98.62 Gambar 4.10 Grafik Penerapan Manajemen Proyek PT. SKP dalam Proyek ANPP Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari hasil penilaian kinerja manajemen proyek, menggambarkan bahwa PT. Syamsir Karya Pertama telah berusaha dengan sangat baik untuk menerapkan kinerja manajemen proyek secara optimal. Dari hasil perhitungan seluruh kriteria, maka diperoleh sebesar 4,54 atau 90,89%, terletak pada daerah sangat baik (SB). Hasil ini