Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

PUNTIRAN. A. pengertian

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TABUNG KOMPOSIT PADA KASUS PEMBEBANAN TEKANAN INTERNAL, GAYA AKSIAL, DAN TORSI DENGAN PENDEKATAN TEORITIK DAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Tugas Akhir Bidang Studi Desain SAMSU HIDAYAT Dosen Pembimbing Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA.

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

1.2. Tujuan Penelitian 2

TEGANGAN DAN REGANGAN

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BebanAksial(lanjutan)

Bab VI Hasil dan Analisis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b).

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II LANDASAN TEORI

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

PERILAKU STRUKTUR RANGKA DINDING PENGISI DENGAN BUKAAN PADA GEDUNG EMPAT LANTAI

Pertemuan IV II. Torsi

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

PENGGUNAAN METHODA PENDEKATAN BEDA HINGGA PADA ANALISIS PLAT ORTHOTROPIK. Sri Haryono. Abstrak

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB II STUDI PUSTAKA

FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAIJAN PllSTAKA

E(Pa) E(Pa) HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengujian Tarik Material Kayu. Spesimen uji tarik pada kayu dilakukan pada dua spesimen uji.

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

ANALISA TEKUK PADA KOLOM BAJA TAMPANG IWF AKIBAT GAYA TEKAN AKSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

ANALISA LENTUR DAN TORSI PADA CORE-WALL TERBUKA DAN TERTUTUP DENGAN TEORI THIN-WALLED TUGAS AKHIR FRANS SUBRATA

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

PLASTISITAS. Pendahuluan. Dalam analisis maupun perancangan struktur (design) dapat digunakan metoda ELASTIS atau Metoda PLASTIS (in elastis)

PENDAHULUAN TEGANGAN (STRESS) r (1)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

DAFTAR ISI. i ii iii iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

ANALISA PELAT BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT DENGAN FIBER REINFORCED POLYMER (FRP) (STUDY LITERATUR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

Transkripsi:

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS 5.1 Distribusi Tegangan Dari bab sebelumnya terlihat bahwa semua hasil perhitungan teoritik cocok dengan perhitungan dengan metode elemen hingga. Hal ini ditunjukkan dengan semua grafik yang menyatakan distribusi tegangan dalam arah ketebalan dimana grafik hasil perhitungan teoritik dan perhitungan dengan metode elemen hingga hampir berimpit. Tegangan maksimum yang terjadi pada material S2 secara umum lebih kecil daripada tegangan maksimum pada T300/5208 meskipun modulus elastisitas pada arah serat untuk S2 jauh lebih kecil dan pada arah tegak lurus serat tidak jauh berbeda (S2 sedikit lebih besar). Hal ini terjadi karena perbandingan modulus elastisitas dalam arah serat terhadap arah tegak lurus serat (E1/E2) T300/5208 jauh lebih besar dibandingkan pada S2. Setelah diuji dalam perhitungan teoritik, diperoleh hubungan antara E1/E2 dengan besar tegangan yang terjadi dimana secara umum dapat dikatakan bahwa E1/E2 berbanding lurus dengan besar tegangan yang terjadi. Distribusi tegangan pada material orthotropik dan quasi-isotropik untuk kasus pembebanan tekanan internal dan gaya aksial jelas berbeda. Untuk kasus pembebanan tekanan internal pada material orthotropik tegangan terjadi pada semua arah (radial, aksial, dan tangensial), sedangkan pada material quasi-isotropik tidak terjadi tegangan dalam arah aksial, seperti terlihat pada grafik berikut ini : Grafik 5.1 Grafik 5.2

Bab V : Analisis 33 Grafik 5.3 Untuk pembebanan gaya aksial pada material orthotropik terjadi tegangan pada tiap arah, sedangkan pada material quasi-isotropik tegangan hanya terjadi pada arah aksial saja. Perbedaan ini disebabkan oleh modulus elastisitas dan poison ratio yang terdapat pada material orthotropik yang tidak sama di setiap arah, sedangkan untuk kasus pembebanan torsi, distribusi tegangannya tidak dipengaruhi oleh properti material. Berikut grafik perbandingannya : Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7

Bab V : Analisis 34 5.2 Analisis Regangan Pada dasarnya analisis suatu struktur berguna untuk mengetahui karakteristik kegagalan dari struktur tersebut. Kegagalan itu sendiri ditentukan oleh beberapa kriteria, yakni kriteria tegangan maksimum, kriteria regangan maksimum dan kriteria Tsai-Hill. Oleh karena itu, besarnya regangan pun perlu diperhitungkan dalam merancang suatu struktur. Berikut ini perbandingan strain maksimum pada tiap kasus pembebanan : Regangan Maksimum pada Pembebanan Tekanan Internal 1.43E 11 2.30E 12 2.60E 11 x 1.60E 11 1.90E 11 7.00E 11 8.60E 11 1.70E 11 5.10E 11 1.20E 10 5.90E 11 1.30E 10 r 4.83E 11 7.80E 11 1.12E 10 1.37E 10 2.04E 10 2.78E 10 θ xθ Tabel 5.1 Regangan Maksimum pada Pembebanan Gaya Aksial 6.63E 13 1.01E 13 1.39E 13 x 6.29E 13 2.61E 13 3.43E 13 4.05E 13 3.67E 15 4.13E 14 r 2.59E 13 2.95E 14 1.11E 13 4.48E 14 3.67E 15 4.13E 14 θ 6.25E 14 2.95E 14 1.11E 13 xθ Tabel 5.2

Bab V : Analisis 35 Regangan Maksimum pada Pembebanan Torsi 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 x 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 r θ 1.92E 10 1.92E 10 5.39E 11 xθ 3.14E 10 3.14E 10 1.36E 10 Tabel 5.3 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masing-masing material dan susunan serat memiliki karakteristik yang berbeda. Regangan maksimum yang terjadi pun terdapat pada jenis regangan yang berbeda pada masing-masing material. Pada material T300 orthotropik regangan maksimum terjadi pada regangan radial, tidak seperti pada material dan atau susunan serat yang lain dimana regangan maksimumnya terjadi pada regangan tangensial. Seperti pada distribusi tegangan, hal ini disebabkan oleh E1/E2 dimana besarnya E1/E2 berpengaruh cukup besar pada regangan yang terjadi tetapi tidak begitu berpengaruh pada regangan tangensial untuk kasus pembebanan tekanan internal. Selain E1/E2, faktor poison ratio terutama v23 juga cukup mempengaruhi besarnya tegangan dan regangan. Untuk kasus pembebanan tekanan internal, poison ratio mempengaruhi distribusi tegangan dan regangan dalam arah aksial (material orthotropik), sedangkan untuk kasus pembebanan gaya aksial, poison ratio mempengaruhi distribusi tegangan dan regangan pada tiap arah (material orthotropik). 5.3 Analisis Ketebalan Tabung Salah satu parameter yang mempengaruhi distribusi tegangan adalah geometri, dalam hal ini ketebalan tabung menjadi faktor penting. Berikut ini grafik yang menyatakan pengaruh distribusi tegangan T300/5208 quasi-isotropik (0_+-45_90) pada kasus pembebanan tekanan internal :

Bab V : Analisis 36 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Dari grafik di atas terlihat bahwa ketebalan tabung sangat mempengaruhi distribusi tegangan tangensial dan tidak mempengaruhi distribusi tegangan radial. Semakin tipis tabung, tegangan tangensial yang terjadi akan semakin besar dan dominan sehingga untuk tabung yang sangat tipis tegangan radial pun bisa diabaikan. Distribusi tegangan aksial pada pembebanan gaya aksial dan tegangan geser pada pembebanan torsi T300/5208 quasi-isotropik : Grafik 5.10 Grafik 5.11 Seperti distribusi tegangan tangensial pada pembebanan tekanan internal, besarnya distribusi tegangan aksial pada pembebanan gaya aksial berbanding terbalik dengan ketebalan tabung. Sedangkan pada kasus pembebanan torsi, semakin kecil ketebalan tabung, maka rentang distribusi tegangan geser yang terjadi semakin kecil hingga pada tabung yang sangat tipis distribusi tegangan gesernya mendekati konstan.