BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan umumnya menerapkan etika yang harus dipatuhi oleh para karyawannya, termasuk perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Etika itu sendiri adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota perusahaan/organisasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi. Profesi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup karyawan, manajer, maupun pimpinan perusahaan. Namun, tidak jarang dalam suatu perusahaan ada oknum yang tidak melaksanakan etika yang ditetapkan oleh perusahaan dengan berbagai alasan. Perilaku seperti ini disebut perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah gejala-gejala dari timbulnya kecurangan (fraud) dalam perusahaan. Kecurangan dapat dibedakan antara penyalahgunaan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan yang sering disebut juga kecurangan manajemen. Kecurangan laporan keuangan atau kecurangan manajemen merupakan salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Salah satu laporan keuangan yang diselesaikan oleh bagian akuntansi dan ditangani oleh manajemen perusahaan secara langsung adalah pengelolaan gaji dan upah karyawan. Selain itu, gaji juga merupakan bidang yang menyebabkan
pemborosan banyak sumber daya perusahaan karena inefisiensi atau pencurian melalui perilaku tidak etis dan kecurangan. Tingginya perilaku tidak etis dalam sistem penggajian yang dilakukan oleh karyawan disebabkan oleh informasi yang diterima manajemen tidak akurat, tidak relevan, tidak lengkap dan tidak tepat waktu sehingga menjadi penghambat bagi para pembuat keputusan dalam mengambil kebijakan yang tepat bagi pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengendalian intern untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Pengendalian ini berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melindungi sumber daya organisasi, baik yang berwujud maupun tidak. Pengendalian intern yang efektif sekalipun tidak menjamin kelangsungan hidup perusahan karena pengendalian ini mempunyai kelemahan, yakni dapat dimanfaatkan oleh karyawan bersangkutan yang berkolusi untuk kepentingan pribadinya. Dengan demikian, pengendalian intern yang efektif saja tidak cukup untuk menghidari kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian Wilopo tersebut juga menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak
etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh, tidak secara parsial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain: mengefektifkan pengendalian intern, termasuk penegakan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian, pelaksanaan good governance dan memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat. Ada beberapa contoh perilaku tidak etis karyawan yang terkait penggajian, antara lain: menyalahgunakan kedudukan sehingga dapat mengakses sistem penggajian, memberikan gaji karyawan lebih cepat dari pada waktunya dikarenakan karyawan tersebut adalah kerabat atau teman dari staf payroll, tidak memberikan gaji karyawan sesuai nominal, serta mengeluarkan uang dari kas penggajian untuk keperluan pribadi. Sebagai contoh nyata di Indonesia adalah kasus Citibank dimana salah satu manajernya telah menampung dana pencucian uang nasabahnya selama 10 tahun dan ternyata pihak Citibank telah lama mengetahui praktik Manajer tersebut yang kini telah merugikan nasabah sebesar Rp16,03 miliar. Namun, karena turut juga menerima keuntungan, pihak Citibank tidak mengambil tindakan apapun. Pihak City Bank tentu saja telah melakukan perilaku tidak etis dimana mereka tidak melakukan apa-apa (no action). Dalam rangka mengurangi terjadinya perilaku tidak etis seperti dalam fenomena tersebut dan juga untuk mencapai tujuan perusahaan, maka para
karyawan dalam suatu perusahaan perlu diyakinkan bahwa manajemen perusahaan itu sendiri menjalankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral sehingga dapat menjadi teladan dan pedoman bagi para karyawan didalamnya. Disinilah peran moralitas manajemen dibutuhkan. Selain moralitas manajemen diperlukan juga pendekatan terhadap individu-individu didalam perusahaan untuk meyakinkan bahwa kebutuhan mereka dapat terpenuhi sesuai dengan perkerjaan dan loyalitas yang mereka berikan kepada perusahaan. Pendekatan individu itu sendiri menyatakan bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika tindakan tersebut mendukung kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang lebih besar. Salah satu pendekatan individu yang dilakukan pemberi kerja dengan cara menyeimbangkan biaya kompensasi pada suatu tingkat yang menjamin daya saing organisasional yang memberikan penghargaan yang memadai untuk para karyawan atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kinerja mereka. Salah satu tujuan program kompensasi yang efektif adalah kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan harapan karyawan, maka akan memperkecil risiko kecurangan dan perilaku tidak etis. Dengan begitu pentingnya masalah kepatuhan pengendalian intern, moralitas manajemen, sistem kompensasi dan perilaku etis karyawan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepatuhan Pengendalian Intern, Moralitas Manajemen dan Sistem Kompensasi terhadap Perilaku Etis Karyawan dalam Sistem Penggajian (Studi Kasus pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau Medan) 1.2.Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah : 1. Apakah pengendalian intern, moralitas manajemen dan sistem kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap perilaku etis karyawan dalam sistem penggajian? 2. Apakah pengendalian intern, moralitas manajemen dan sistem kompensasi secara simultan berpengaruh terhadap perilaku etis karyawan dalam sistem penggajian? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengendalian intern, moralitas manajemen dan sistem kompensasi berpengaruh terhadap perilaku etis karyawan dalam sistem penggajian baik secara simultan maupun parsial.
1.3.2. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini antara lain adalah untuk: 1. Peneliti Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai pengaruh pengendalian intern, moralitas manajemen dan sistem kompensasi terhadap perilaku etis karyawan dalam sistem penggajian sebagai salah satu sumber informasi untuk mengambil keputusan dalam penerapan pengendalian intern, moralitas manajemen dan sistem kompensasi. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perusahaan sebagai informasi yang diperlukan sehubungan dengan penerapan pengendalian intern, moralitas manajemen, dan sistem kompensasi serta apa hubungannya dengan perilaku etis karyawan dalam sistem penggajian. 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan dasar pengembangan bagi penelitian sejenis selanjutnya.