BAB I PENDAHULUAN. Akuntan adalah profesi yang memiliki tujuan fundamental sebagai penyedia

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntan adalah profesi yang memiliki tujuan fundamental sebagai penyedia informasi transaksi ekonomi yang dilakukan oleh individu atau organisasi, melalui penggunaan teknik dan praktik akuntansi. Seiring berkembangnya ekonomi yang semakin kompleks dan terikat regulasi, jumlah pihak yang membutuhkan informasi transaksi ekonomi disebut juga sebagai pengguna laporan keuangan semakin meningkat. Hal itu menandakan bahwa keterlibatan peran etika seorang akuntan dalam menyiapkan dan menyediakan informasi laporan keuangan yang benar dan tepat kepada publik semakin meningkat pula karena meningkatnya urgensi dan kebutuhan atas informasi tersebut (Duska et al., 2011). Menurut Duska et al. (2011), etika dapat berbentuk seperangkat prinsip yang diyakini oleh individu atau grup dan digunakan untuk mengkaji benar atau salah serta baik atau buruk sebuah tindakan dan praktik yang dilakukan oleh seseorang terkait suatu hal. Dalam keterkaitannya dengan profesi seorang akuntan, publik atau pengguna laporan keuangan memiliki ekspektasi bahwa akuntan dapat mempertahankan standar etika pribadi yang tinggi secara profesional ketika menjalankan tanggung jawabnya, terutama ketika menghadapi dilema etika. 1

2 2 Kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh tingkat penalaran moralnya karena proses yang dijalani oleh seorang individu untuk membuat keputusan yang melibatkan isu-isu etis tergantung pada sejauh apa penalaran moral yang dimilikinya (Welton et al., 1994). Sehingga, perbedaan tingkat penalaran moral antarindividu berimplikasi pada perbedaan cara pandang antarindividu dalam menilai suatu hal etis atau tidak. Di satu sisi, kasus tindak kecurangan (fraud) akuntansi yang masih sering terjadi di sebuah perusahaan menunjukkan bahwa terdapat akuntan yang tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam melaksanakan pekerjaannya. Di Indonesia, tidak jarang kasus tindak kecurangan akuntansi terjadi, misalnya seperti kasus yang terungkap pada PT Telkom, PT Kimia Farma, PT KAI, PT Great River International, dan PT Asian Agri. Melihat fenomena tersebut, diasumsikan bahwa terdapat faktor di lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi penalaran moral seorang akuntan dalam menilai unsur etis suatu hal meskipun sikap dan perilaku etis mereka sudah dibentuk melalui proses pendidikan formal di perguruan tinggi. Kemudian, hal tersebut akan menentukan cara ia melakukan suatu tindakan dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan profesionalnya. Beberapa peneliti yang telah menguji pengaruh faktor lingkungan kerja terhadap kecenderungan individu untuk berperilaku etis adalah Wilopo (2006), Kusumastuti (2012), Najahningrum (2013), dan Mustika et al. (2016).

3 3 Penelitian Wilopo (2006) menguji efektivitas pengendalian internal, penegakan peraturan, asimetri informasi, moralitas manajemen, dan kesesuaian kompensasi sebagai faktor di lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap perilaku etis seorang individu. Lima variabel tersebut digunakan sebagai ukuran dari tiga motivasi utama seseorang melakukan kecurangan berdasarkan teori fraud triangle, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan pembenaran (rationalization). Hasil penelitian Wilopo (2006) menunjukkan bahwa faktor efektivitas pengendalian internal, penegakan peraturan, asimetri informasi, dan moralitas manajemen berpengaruh terhadap perilaku etis seorang individu. Sementara itu, faktor kesesuaian kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku etis seorang individu. Berbeda dari hasil penelitian Wilopo (2006), hasil penelitian Kusumastuti (2012) menunjukkan bahwa faktor efektivitas pengendalian internal, penegakan peraturan, asimetri informasi, dan kesesuaian kompensasi di lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku etis seorang individu. Sedangkan, moralitas manajemen memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian Kusumastuti (2012) didukung oleh hasil penelitian Mustika et al. (2016) yang menunjukkan hasil serupa untuk faktor-faktor tersebut, terkecuali penegakan peraturan. Sementara itu, hasil penelitian Najahningrum (2013) menunjukkan bahwa perilaku etis seorang individu dipengaruhi secara positif oleh faktor asimetri informasi dan dipengaruhi secara negatif oleh faktor efektivitas pengendalian internal, penegakan peraturan, dan kesesuaian kompensasi.

4 4 Penelitian ini memiliki dua hal yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya (misalnya Wilopo, 2006; Kusumastuti, 2012; Najahningrum, 2013; dan Mustika et al., 2016). Pertama, penelitian ini tidak menggunakan kecenderungan melakukan kecurangan sebagai variabel dependen, melainkan menggantinya dengan tingkat penalaran moral. Perubahan itu dikarenakan peneliti meyakini bahwa faktor lingkungan kerja akan terlebih dahulu mempengaruhi tingkat penalaran moral sebagai hal utama yang menentukan kecenderungan seseorang untuk bertindak, termasuk memutuskan untuk berperilaku etis maupun tidak etis. Kedua, penelitian ini mengukur faktor lingkungan kerja berdasarkan persepsi individu tentang lingkungan kerja yang etis, bukan berdasarkan penilaian mengenai kondisi sebenarnya di tempat ia bekerja. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini dilakukan pada mahasiswa akuntansi yang masa pengalaman kerjanya masih di bawah 5 tahun sehingga dianggap belum memiliki penilaian yang kuat mengenai kondisi sebenarnya di tempat ia bekerja. Meskipun demikian, persepsi ini akan berpengaruh dalam menentukan sikap dan perilaku individu sehingga dua hal tersebut dapat diprediksi dan diperbaiki sejak dini (Retnowati, 2003 dalam Fatimah, 2014). Rhoades dan Eisenberger (2002) dalam Sophia (2011) juga membuktikan bahwa persepsi yang baik mengenai organisasi berhubungan dengan sikap dan perilaku positif karyawan di tempat kerja Rumusan Masalah Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai lingkungan kerja menggambarkan kesiapan mereka dalam menghadapi dunia kerja yang terdapat banyak situasi dan

5 5 kondisi pengambilan keputusan bisnis. Jika seseorang memegang teguh sebuah persepsi bahwa lingkungan kerja harus memiliki standar etika dan perilaku yang tinggi, dengan otomatis hal tersebut akan meningkatkan level penalaran moralnya sehingga ia akan mengutamakan aspek etika dalam setiap tindakan yang ia lakukan dan keputusan yang ia ambil. Hal itu karena ia memiliki anggapan yang kuat tentang bagaimana seharusnya kondisi lingkungan kerja berjalan secara etis, terlepas dari kondisi sebenarnya nanti. Berdasarkan deskripsi di atas, seharusnya hal tersebut dapat mencegah seorang akuntan untuk berperilaku tidak etis di lingkungan kerja. Tetapi, yang menjadi masalah adalah sejauh mana persepsi mengenai lingkungan kerja dapat mempengaruhi penalaran moralnya untuk selalu mengedepankan aspek etika dalam berperilaku Pertanyaan Penelitian Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dan rumusan masalah, dikembangkan lima pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah efektivitas pengendalian internal persepsian memiliki pengaruh terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi? 2. Apakah penegakan peraturan persepsian memiliki pengaruh terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi? 3. Apakah asimetri informasi persepsian memiliki pengaruh terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi?

6 6 4. Apakah moralitas manajemen persepsian memiliki pengaruh terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi? 5. Apakah kesesuaian kompensasi persepsian memiliki pengaruh terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh lingkungan kerja persepsian yang meliputi efektivitas pengendalian internal, penegakan peraturan, asimetri informasi, moralitas manajemen, dan kesesuaian kompensasi terhadap tingkat penalaran moral seseorang ketika membuat keputusan akuntansi Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada literatur di bidang etika bisnis, khususnya di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran serta pertimbangan bagi institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi di bidang akuntansi untuk mengembangkan konsep pengajaran pendidikan etika yang berupaya menanamkan persepsi etis mengenai lingkungan kerja. Dengan demikian, berbagai kasus pelanggaran etika dapat dicegah sejak dini karena mahasiswa akuntansi sebagai calon tenaga kerja telah dibekali oleh persepsi etis mengenai lingkungan kerja Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

7 7 Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tinjauan studi literatur mengenai teori yang digunakan sebagai dasar analisis pada penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan penelitian, teknik pengambilan sampel dari populasi, dan alat analisis data yang dalam penelitian ini. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan metode yang telah dijelaskan pada Bab III. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan keterbatasan atas penelitian ini serta saran untuk penelitian di masa mendatang.