BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. Jumlah kehancuran fisik diperkirakan sama dengan kira-kira dua kali GNP untuk 1948 s/d

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

Jepang Abad NIHON/NIPPON I

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pendidikan di Jepang merupakan salah satu kunci keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB II GAMBARAN UMUM

Kemitraan Dalam. Ringkasan Laporan 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KEMAMPUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN, SUPERVISI, DAN LINGKUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MBS PADA SMP DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

Tinjauan Sosiologi Terhadar Perilaku Homoseksual Samurai pada Keshogunan Tokugawa dalam Film Ooku Karya Fuminori Kaneko JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa

PENDAHULUAN Latar Belakang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior EF English First. Pendidikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi masalah umum yang hangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

JEPANG. Part IV Edo - Meiji

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah maju sejak sebelum zaman Meiji. Di bawah kekuasaan Shogun Tokugawa, anak-anak dari golongan samurai telah menerima pendidikan di sekolah-sekolah han. Pada periode ini, sistem pendidikan juga berkembang tidak hanya pada anak-anak dari golongan Samurai (6-7% dari populasi), tetapi juga anak laki-laki dan perempuan dari golongan lain (80% adalah petani dan pedagang). Keluarga-keluarga petani dan pedagang ini menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah swasta yang disebut terakoya ( 寺子屋 ) yang memberikan pengetahuan untuk membaca, menulis dan berhitung. Jumlah persentasi anak-anak yang dapat membaca cukup tinggi yaitu sekitar 40% anak laki-laki dan 15% anak perempuan. Perkembangan pendidikan pada periode ini cukup memberikan sumbangan besar untuk laju modernisasi Jepang pada periode berikutnya yaitu Zaman Meiji (Richard,1993:245). Sejak awal reformasi pendidikan tahun 1872, pemerintah memegang peran utama dalam menawarkan pendidikan modern bagi anak-anak tanpa memandang status yang dulu mereka punyai pada zaman Tokugawa. Pada tahun 1871, Kementrian Pendidikan (Monbusho) dibentuk dan menyusun suatu rencana sistem pendidikan. Berdasarkan rencana itu didirikan sekitar 25.000 Sekolah Dasar di seluruh kota pada tahun 1880. Selain itu Kementrian Pendidikan juga mengumumkan suatu sistem

2 sekolah yang disebut gakusei ( 学生 ), yang mewajibkan semua anak laki-laki dan perempuan berusia enam sampai sepuluh tahun untuk mengikuti pendidikan formal empat tahun. Pada mulanya pemerintah membebankan biaya pendidikan kepada orang tua siswa. Namun ternyata dalam pelaksanaannya terdapat masalah-masalah antara lain meningkatnya jumlah anak yang tidak dapat masuk sekolah dikarenakan tidak sanggup membayar biaya sekolah yang besarnya sepuluh kali lipat dibandingkan biaya pendidikan di terakoya, gagasan gakusei terlalu modern untuk rakyat Jepang yang dibesarkan dalam sistem kelas sosial yang lama dan masalah terbesar yang dihadapi oleh pemerintah pada saat itu adalah kesulitan ekonomi karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun kembali kerusakan-kerusakan akibat perang, membantu membiayai kehidupan bekas kaum samurai dan lain-lain (Katsumi, 1961:135-137). Akhirnya pada tahun 1879 gakusei dihentikan pelaksanaannya dan digantikan oleh Peraturan Pendidikan atau Kyouiku Rei ( 教育礼 ) yang menetapkan wajib belajar tiga tahun. Pada tahun 1907, pendidikan wajib diperpanjang menjadi enam tahun berdasarkan Revisi Undang-undang Sekolah Dasar. Menjelang awal abad ke-20, sekitar 90% anak usia sekolah mengikuti pendidikan tersebut. Pada prinsipnya, pendidikan pada waktu itu menggunakan pendekatan egalitarian yaitu pendekatan yang memandang bahwa semua orang sama. Pendidikan diberikan pada semua orang tanpa memandang jenis kelamin maupun kemampuan finansial (Cummings,1992:20). Sesudah Jepang kalah perang dalam Perang Dunia II, terjadi reformasi pendidikan lagi pada tahun 1947 yaitu suatu sistem pendidikan baru dengan program pendidikan wajib sembilan tahun (gimu kyoiku) yang terdiri dari pendidikan Sekolah Dasar enam tahun dan Sekolah Menengah Pertama tiga tahun. Selanjutnya disediakan

3 juga Sekolah Menengah Umum tiga tahun serta pendidikan akademi dua tahun dan universitas empat tahun. Sistem pendidikan tersebut dibuat seperti model sistem Amerika yang menekankan pada pendidikan bagi setiap orang. Pendidikan sekolah di Jepang ditetapkan berdasarkan ketetapan-ketetapan dalam Garis-Garis Besar Program Pendidikan Sekolah (Gakushushidouryou) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Jepang (Monbushou) berdasarkan Undang- Undang Dasar tahun 1946. Pada pasalnya yang ke-26 dicantumkan bahwa, semua warga negara Jepang berhak untuk mendapatkan pendidikan sekolah yang diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma dan setiap orang tua wajib menyekolahkan anaknya pada usia sekolah (Nihonkoku Kempou,1946). Sampai pada tahun 1958, program pendidikan sekolah Jepang diatur oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional. Kemudian setelah tahun 1958, setiap sekolah diberi wewenang untuk mengembangkan kurikulum pendidikan sekolah yang disesuaikan dengan minat dan kepentingan baik anak maupun masyarakat yang tinggal di daerah itu. Pemerintah pusat Jepang memberikan otonomi pada pemerintah daerah melalui sekolah-sekolahnya untuk mengembangkan kurikulum dasar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di masingmasing daerah. Dengan sistem pengajaran yang menarik perhatian anak sebagai murid, diharapkan anak dapat menyerap ilmu pengetahuan yang didapat. Proses pendidikan pada setiap anak seusianya dialami sama oleh setiap anak Jepang didalam kehidupan sekolah. Mereka menjalani kehidupan sekolah yang sama dengan sistem pendidikan dibawah naungan Monbusho, tetapi proses pengembangan belajar-mengajarnya diserahkan kepada masing-masing wilayah dan sekolahnya sesuai dengan kebutuhan wilayah, sekolah dan anak-anaknya. Pemerintah Jepang mengarahkan sistem

4 pendidikan secara komprehensif kepada setiap murid untuk menjadikan anak Jepang tumbuh sehat secara fisik maupun mentalnya (Madubrangti, 1999:8). Di dalam kurikulum pendidikan sekolah tahun 1998, dikatakan bahwa setiap sekolah wajib membuat rencana program belajar-mengajar yang berhubungan dengan pengalaman, keinginan dan kebutuhan anak di dalam kehidupannya. Anak-anak secara aktif dilibatkan kedalam kegiatan mengatur, merencanakan serta menjalankan proses belajar-mengajar (Monbusho,1999). Kurikulum pendidikan sekolah dasar-menengah di Jepang dikelompokkan kedalam program pendidikan yang terdiri dari: (1) pelajaran dasar umum (kihongo kyoka), yaitu pelajaran bahasa (kokugo), bahasa inggris (eigo), masyarakat (shakai), matematika (sugaku), Ilmu Pengetahuan Alam (rika); lalu (2) pendidikan moral (doutoku kyoiku); (3) kegiatan kekhususan (tokubetsu katsudou); dan (4) muatan lokal (sougouteki gakushuu). Sebelum dimulainya Restorasi Meiji, Jepang adalah sebuah negara yang terisolasi. Di bawah pemerintahan Tokugawa, Jepang mulai melaksanakan politik isolasi mulai tahun 1600 sampai dengan sekitar tahun 1868. Pada jaman itu Jepang menikmati kedamaian akan tetapi hanya sedikit sekali kemajuan yang dicapai dalam masa itu. Sementara itu dunia Barat melaksanakan industrialisasi dengan cepatnya, menciptakan organisasi-organisasi baru baik sosial maupun ekonomi. Perkembangan ini tidak banyak diketahui oleh bangsa Jepang sampai saat kapal-kapal perang Komodor Perry masuk teluk Edo dan melepaskan beberapa tembakan peringatan dari meriam-meriamnya. Melihat ketertinggalan bangsa Jepang dengan dunia luar, akhirnya setelah melalui pertikaian-pertikaian, Rezim Tokugawa pun dapat ditumbangkan dan dimulailah Restorasi Meiji pada tahun 1868. Pemerintahan Meiji mulai mengejar ketertinggalannya dari Barat. Mereka mulai menjalankan kepemimpinan yang kuat dengan menanamkan

5 gagasan teknologi Barat dan semangat Timur ke dalam hati rakyat Jepang. Kekuatan bangsa Jepang bertambah besar, persatuan rakyat semakin kokoh dan perekonomian pun mulai berkembang (Cummings, 1992:19). Tetapi dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, cukup melumpuhkan ekonomi Jepang secara total. Produksi di sektor pertambangan dan manufaktur tinggal sepertujuh dari tingkat tahun 1941. Sebagai akibat perang, Jepang kehilangan 44% dari wilayahnya dan dengan demikian 36% dari sumber pendapatan nasionalnya hilang. Kekurangan pangan menjadi genting dan pemulihan setelah perang mengalmai kesulitan-kesulitan yang luar biasa. Tetapi berkat bimbingan yang baik dari Markas Besar Tentara Sekutu, ditambah dengan usaha rakyat Jepang yang tidak kenal lelah, inflasi dapat dikendalikan. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Markas Besar Tentara Sekutu adalah membubarkan Zaibatsu (kekuatan monopoli) dan mendorong desentralisasi dari bisnis, reformasi kepemilikan tanah, dan memberikan hak-hak bagi kaum pekerja. Pasca Perang Dunia II, Jepang pun mulai bangkit dari kekalahannya dan mulai membuktikan diri bagi dunia internasional. Tingkat pertumbuhan Jepang perlahan-lahan mulai meningkat dan pada awal tahun 60-an pertumbuhan ekonomi Jepang mulai menarik perhatian dunia (Ravianto,1986:90) Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jepang, perusahaan-perusahaan besar di Jepang pun mulai berekspansi ke negara-negara tetangga salah satunya adalah di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan di Jepang mulai membangun kembali usaha-usahanya yang telah mereka dirikan sebelum Perang Dunia II. Mereka mulai mendirikan pabrik-pabrik dan mengirimkan orang-orang Jepang ke negara tersebut. Jumlah orang-orang Jepang yang bekerja di negara tersebut pun terus bertambah seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan Jepang yang melakukan ekspansi. Orang-

6 orang Jepang yang bekerja ini mulai membentuk komunitas mereka sendiri. Mereka tidak bergabung dengan orang-orang dari negara tempat mereka bekerja, tetapi mereka mulai bergabung dengan Perhimpunan Orang Jepang yang telah terbentuk lama sebelum Perang Dunia I. Perhimpunan Orang Jepang ini merupakan komunitas tempat orangorang Jepang untuk berkumpul. Perhimpunan ini pertama kali didirikan di Singapura pada tahun 1915. Tujuan utama dari perhimpunan ini adalah menjadi wadah untuk menggalang sikap persahabatan dan pertukaran informasi di antara orang-orang Jepang di negara tersebut. Tetapi peranan paling penting yang dimainkan oleh Perhimpunan Orang Jepang adalah mendirikan dan mengurus sekolah Jepang (Hirashi, 1998:23). Sekarang ini sekolah-sekolah Jepang untuk anak-anak dari orang-orang Jepang yang bekerja di luar Jepang sudah banyak didirikan di antaranya di Singapura yang merupakan sekolah Jepang terbesar diluar Jepang. Ada juga di Filipina, Malaysia, Thailand serta juga di Jakarta yakni Jakarta Japanese School yang selanjutnya penulis akan menyebutnya dengan JJS. Dengan dibukanya sekolah-sekolah Jepang ini maka orang-orang Jepang yang bekerja di luar Jepang tidak perlu khawatir akan pendidikan anaknya. Karena apa yang dikehendaki orang-orang Jepang ini bagi pendidikan anakanaknya adalah bukan pendidikan umum atau lokal, tetapi pendidikan dengan standar sistem Jepang, sehingga ketika mereka kembali lagi ke Jepang anak-anaknya tetap dapat mengikuti pelajaran di Jepang. Sekolah-sekolah Jepang ini diakui oleh Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagaku sho). Kurikulumnya pun mengikuti kurikulum yang ada di Jepang serta guru-guru yang mengajar pun berasal dari Jepang. Ijazah yang didapatkan dari lulusan sekolah Jepang ini pun mempunyai validitas sama dengan yang diterbitkan oleh sekolah di Jepang. Dana yang digunakan untuk dapat membangun sekolah-sekolah Jepang ini didapat dari partisipasi dan sumbangan perusahaan-

7 perusahaan Jepang yang membangun perusahaannya di negara tersebut. Setiap perusahaan Jepang ini diharuskan untuk memberikan sumbangan untuk membantu kelangsungan sekolah-sekolah Jepang ini. 1.2 Rumusan Permasalahan Hal yang membedakan sekolah Jepang yang berada di negara lain dengan sekolah Jepang yang berada di Jepang adalah pendidikan moral (doutoku kyouiku), pelajaran kegiatan kekhususan (tokubetsu katsudou) dan muatan lokal (sougouteki gakushuu). Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan setiap kebudayaan negara maupun lingkungan tempat sekolah Jepang itu berada. Selain itu setiap sekolah Jepang yang berada di luar negara Jepang hanya dilaksanakan sampai pada tingkat SMP karena sistem pendidikan Jepang yang menganut pendidikan wajib sembilan tahun (gimu kyoiku) (Madubrangti, 1999:155). Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui apakah pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di sekolah Jepang yang berada di luar negara Jepang, khususnya di Jakarta Japanese School, berpengaruh terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang yang dulunya pernah bersekolah di Jepang. Perbedaan antara pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di sekolah Jepang dengan yang diajarkan di JJS terletak pada perbedaan kebudayaan yang ada antara kedua negara tersebut. Pelajaran yang diberikan pada tokubetsu katsudou ini disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah di masing-masing tempat dimana sekolah berada untuk dikembangkan bagi keperluan setiap siswa.

8 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti peranan pelajaran tokubetsu katsudou terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang yang bersekolah di Jakarta Japanese School, yang selanjutnya akan disebut penulis dengan JJS. Pendidikan yang dimaksud di sini dibatasi pada kondisi fisik anak, tingkat kemandirian, hubungan anak dengan orang tua, guru dan teman sekolahnya, tingkat kekreatifan anak serta tingkat keterlibatan anak dalam aktivitas sekolahnya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah ingin mengetahui: 1. Apakah pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di JJS berpengaruh terhadap pendidikan siswa-siswi Jepang? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam hal pendidikan anak? Yang dimaksud dengan pendidikan di sini dibatasi pada kondisi fisik, tingkat kemandirian, hubungan anak dengan orang tua, guru dan teman sekolahnya, tingkat kekreatifan anak serta tingkat keterlibatan anak dalam aktivitas sekolah ketika anak-anak bersekolah di Jepang dan saat sekarang ini bersekolah di JJS. 3. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa-siswi ini dalam menyesuaikan diri dengan perbedaan kebudayaan yang ada? 4. Bagaimana para orangtua melihat pelajaran tokubetsu katsudou berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anaknya di sekolah yang baru tersebut? Manfaat penelitian ini adalah agar dapat mengerti hal-hal yang dihadapi oleh anak-anak Jepang yang bersekolah di sekolah Jepang yang berada di luar Jepang. Adapun penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya terbatas, karena pemilihan

9 kelompok yang terbatas (siswa-siswi yang bersekolah di JJS saja). Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan secara umum, tapi dapat digunakan sebagai masukan bagi yang berkepentingan. 1.5 Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif dan penelitian lapangan melalui penyebaran angket yang diberikan kepada orangtua dari siswa-siswi yang bersekolah di JJS, Bintaro, Tangerang. Buku-buku referensi yang digunakan merupakan koleksi Perpustakaan Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Pusat Studi Jepang, Perpustakaan Kajian Wilayah Jepang, Perpustakaan The Japan Foundation, dan koleksi pribadi. Adapun data-data statistik yang dimuat dalam skripsi ini sebagian besar diperoleh dari media internet untuk mendapatkan datadata terbaru. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan urutan bab sebagai berikut : BAB 1 Pendahulan. Bab ini memuat uraian Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Ruang Lingkup Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB 2 Landasan Teori. Bab ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan pendidikan yaitu teori dari Kazuhiro, Suparlan dan Sasaki. BAB 3 Analisis Data. Bab ini memuat uraian tentang pendidikan siswa Jepang yang bersekolah di JJS. BAB 4 Simpulan dan Saran. Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi. BAB 5 Ringkasan. Bab ini memuat ringkasan dari semua bab.