BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang
|
|
- Sudomo Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beberapa negara di dunia menganut konsep patriaki, menurut Bhasin (Kartika, 2014:2), Jepang juga termasuk sebagi negara kapitalis yang menganut konsep patriaki di masyarakatnya. Konsep ini merupakan sistem sosial yang didominasi kaum pria atas perempuan. Masyarakat patriarkal mengganggap pria memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan wanita, sehingga mereka menempatkan posisi pria lebih tinggi daripada wanita. Jepang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terkuat kedua di dunia namun berada di peringkat ke-54 dalam hal kesetaraan gender. Jepang dikenal dengan perbedaan gender yang nyata antara pria dan wanita dalam berbagai hal termasuk dalam dunia kerja. Adanya anggapan wanita sebagai The second sex, yaitu wanita selalu dinomor duakan, peran dan status mereka dipandang rendah dan tidak terlalu penting dalam masyarakat. Sedangkan pria dianggap lebih memiliki kekuasaan dan status maupun mereka lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dalam tradisional Jepang, masyarakat tidak mengenal filosofi Ladies-first bahkan dalam segi bahasa. Kaum Pria mendapatkan posisi kepemimpinan hampir di semua bidang. Ini dikarenakan adanya filosofi Gentelmen-first yang menempatkan dan memperioritaskan kaum pria dahulu sebelum wanita, dan kaum pria paling dihormati sedangkan kaum wanita hanya dipandang sebagai kedudukan yang rendah ( danson-joshi / 男尊女卑 ) (Cherry, 2002 : 23) Masyarakat percaya bahwa selayaknya seorang wanita mempunyai tugas mengurus rumah tangga, merawat serta mendidik anak dan juga melayani suami ataupun ayahnya. Sedangkan sebagai seorang pria, mempunyai tugas dan kewajiban mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap keluarga, dan sebagainya. Peran yang melekat pada keduanya tersebut membuat kaum wanita menggantungkan hidupnya 1
2 2 pada kaum pria. Perbedaan ini juga yang menimbulkan diskriminasi gender, terutama bagi wanita. Perbedaan status yang mereka dapat akibat sistem dan pandangan yang melekat pada diri mereka merupakan bentuk-bentuk diskriminasi gender terhadap kaum wanita. Diskriminasi gender tersebut dapat ditemui dalam berbagai bidang, termasuk dalam dunia kerja. Salah satu contohnya, posisi seorang pekerja wanita dalam sebuah perusahaan hanya mempunyai peluang yang sangat kecil untuk mendapatkan promosi kenaikan jabatan, kebanyakan pekerja wanita tersebut diberikan tugas untuk mengerjakan hal-hal yang dianggap tidak penting dan sederhana. Adapun dari segi pendidikan, wanita Jepang dahulu sangat sulit untuk mengenyam pendidikan tinggi. Namun anggapan wanita sebagai The second sex, mulai memudar di Jepang. Wanita Jepang kini mulai diakui dan dapat disejajarkan dengan pekerja pria lainnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya pekerja-pekerja wanita yang memperoleh posisi pada level yang tinggi di perusahaan. Tempat kerja yang sebelumnya didominasi oleh kaum pria, kini terbuka kesempatan bagi pekerja wanita untuk meraih posisi yang sejajar dengan pria. Setelah Perang Dunia Kedua, peluang wanita untuk mencapai kesetaraan gender mulai terbuka. Adanya perbaikan perundang-undangan sipil, memberikan kesempatan bagi wanita untuk bekerja di dalam perusahaan Jepang (Akasaka, 1996 : 81). Perekonomin Jepang berkembang pesat, namun pada tahun 1980-an hingga 1990-an, perekonomian Jepang dilanda krisis berkepanjangan, yaitu krisis Bubble Economy. Krisis ini memberikan berbagai macam dampak ke berbagai aspek kehidupan di Jepang. Namun krisis finansial yang melanda Jepang, tidak terlalu berpengaruh terhadap pekerja wanita Jepang. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh badan statistik Jepang, pekerja wanita Jepang secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun 1990 hingga tahun Pada grafik di bawah ini, mengenai perubahan jumlah pekerja dalam berbagai macam industri, jumlah pekerja wanita di tahun 1990 berjumlah orang, jumlah pekerja ini terus bertambah di tahun 2010 sebesar , di tahun 2011 sebesar orang dan menjadi orang pekerja wanita di tahun Jumlah pekerja wanita ini mengalami
3 3 peningkatan sebesar 4,7 % sebelumnya pada tahun 1990 yaitu dengan persentasi pekerja wanita sebesar 37,9 % dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 42,6%, kemudian di tahun 2011 tetap stabil diangka 42,6 dan tahun 2012 meningkat menjadi 42,8 % dari total seluruh pekerja di seluruh Jepang. Data tersebut bersumber dari Ministry of Health, Labour, and Welfare (2014). Gambar 1 Perubahan Jumlah Pekerja (seluruh industri) Sumber : Ministry of Health, Labour, and Welfare (2014) Keterangan : = Total Pekerja = Pekerja Wanita = Persentase Wanita dari total Semua Pekerja Secara lebih jelas dipaparkan dari sumber data Ministry of Internal Affairs and Communications yang dilakukan oleh biro statistik Jepang tahun 2014, peningkatan jumlah pekerja wanita ini dilihat dari survey yang dilakukan tiap tahunnya terhadap orang-orang yang bekerja berdasarkan status pekerjaannya. Menurut data yang diperoleh dalam lima tahun terakhir ( ) pekerja wanita
4 4 secara umum di seluruh Jepang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah pekerja wanita berjumlah orang, di tahun berikutnya 2011 meningkat menjadi orang. Di tahun 2012 jumlah pekerja wanita meningkat menjadi orang. Tahun 2013 jumlah pekerja wanita berdasarkan data Ministry of Internal Affairs and Communication (2013) adalah orang dan pada bulan Mei 2014, berdasarkan data dari Ministry of Internal Affairs and Communication (2014) tercatat berjumlah orang. Gambar 2 Data Tabulasi Pekerja berdasarkan status Pekerjaan di seluruh Jepang Sumber : Ministry of Internal Affairs and Communications 2013 Gambar 3 Data Tabulasi Pekerja berdasarkan Status Pekerjaan di seluruh Jepang
5 5 Sumber : Ministry of Internal Affairs and Communications 2014 Berdasarkan data statistik di atas, menurut Ministry of Internal Affairs and Communications (2013) pada tahun 2010 rata-rata jumlah pekerja tetap wanita yaitu orang, tahun berikutnya berjumlah orang, di tahun 2012 berjumlah orang dan di tahun 2013 berjumlah orang pekerja wanita. Pada data statistik di atas para pekerja digolongkan menjadi tiga bagian yaitu Self-employed worker yaitu orang yang bekerja dengan keahlian khusus yang dimilikinya, seperti dokter, pengacara, artis, atlet dan lainnya. Sedangkan family worker orang-orang yang bekerja dan meneruskan usaha keluarganya turun temurun. Dan yang ketiga adalah golongan Employee, golongan ini adalah orang-orang yang bekerja di dalam perusahaan atau perkantoran, golongan ini dibagi lagi menjadi tiga macam yaitu Regular employee atau yang disebut dengan pekerja tetap,lalu Temporary employee yaitu pekerja yang biasanya dikontrak, dan tidak mendapat jaminan kesehatan dan lainnya dari perusahaan, terakhir adalah Daily employee atau dikenal dengan sebutan pekerja harian. Banyak faktor yang melatar belakangi kemajuan dan meningkatnya pekerja wanita di Jepang. Menurut Koshal (2004:138), pada tahun 1960-an perkembangan ekonomi Jepang yang tumbuh pesat memberikan perkembangan yang baru bagi para wanita. Ketersediaan alat-alat elektronik seperti mesin cuci, kompor listrik, dan microwave mengurangi pekerjaan wanita di rumah. Perkembangan ini menyebabkan wanita memiliki waktu untuk bekerja di luar rumah. Sebelumnya banyak wanita yang bekerja hanya beberapa tahun sebelum akhirnya mereka menikah. Mereka diharuskan menikah setelah dua hingga tiga tahun setelah lulus dari sekolah ataupun perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan adanya pandangan Men First Society yang tertanam dalam masyarakat Jepang, pandangan mengenai pria harus lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih penting dibandingkan wanita. Namun, selama tahun 1980-an, kaum wanita menyadari pentingnya pendidikan yang lebih tinggi. Menurut mereka, pendidikan adalah jalan untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi dan membebaskan diri dari dominasi kaum pria. Pada tahun 1990-an, jumlah siswi wanita yang terdaftar di perguruan tinggi mulai melebihi dari jumlah siswa pria. Sehingga pada tahun 2000-an, profil pendidikan keseluruhan pekerja wanita di Jepang mulai menyamai status pendidikan pria (Koshal, 2004: ).
6 6 Menurut Tachibanaki (2010 : 68-69), orang-orang yang meraih pendidikan, mempunyai alasannya masing-masing, yang pertama dengan meraih pendidikan percaya, akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan mendapatkan kekuasaan. Yang kedua, dengan belajar di sekolah maupun institut pendidikan, memungkinkan seseorang bertemu dengan orang-orang yang juga menuntut ilmu, sehingga dapat memperluas jaringan sosial seseorang, lalu pendidikan juga dianggap sebagai alat penyaring pengetahuan secara ilmiah maupun karakter. Bukan hanya pendidikan yang menjadi faktor pendukung kemajuan pekerja wanita tersebut, kemampuan manajemen wanita tersebut juga diperhitungkan dalam promosi kenaikan jabatan di perusahaan. Penelitian mengenai Kontribusi Khusus Perempuan untuk Lingkungan Kerjanya di perusahaan maupun organisasi di daerah Nagoya dan sekitarnya. Berdasarkan penelitian tersebut, kemampuan pekerja wanita tersebut memberikan kontribusi yang positif di tempat kerja. Saat bekerja mereka lebih memfokuskan pada proses kerja bukan hanya hasil kerja, memperhatikan secara detail, menawarkan pemikiran yang baru untuk permasalahan bisnis (Koshal, 2004:143). Pemerintah Jepang memberikan dukungannya terhadap kemajuan pekerja wanita di dalam perusahaan. Beberapa tahun terakhir ini Perdana Mentri Jepang Shinzo Abe, memerintahkan untuk menambah persentase pekerja wanita pada posisi kepemimpinan di dalam perusahaan. Abe mengharapkan setidaknya dalam suatu perusahaan terdapat satu eksekutif wanita. Ia juga menambah fasilitas umum yang mendukung bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak, dengan menambah jumlah tempat penitipan anak atau Hoikuen ( 保育園 ). Dengan demikian, faktorfaktor pendukung tersebut memberikan peluang yang cukup besar bagi pekerja wanita untuk meraih posisi jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya dan dapat mensejajarkan diri dengan pekerja pria lainnya. Femininisme adalah konsep pemikiran yang menuntut adanya kesetaraan hak dan keadilan dengan kaum pria. Feminisme merupakan budaya serta gerakan politik yang mengubah cara wanita berpikir dan mempengaruhi cara hidup perempuan dan laki-laki hidup dalam menafsirkan dunia (Hannam, 2007 : 2). Konsep ini timbul sebagai perlawanan atau bentuk emansipasi wanita terhadap penindasan dan ketidakadilan karena adanya perbedaan gender, yang dialami hampir seluruh wanita di dunia. Adanya kesamaan latar belakang timbulnya feminisme dan kondisi wanita
7 7 Jepang pada saat itu yang terdiskriminasi, memberikan jalan bagi konsep ini untuk masuk ke Jepang. Menurut Mackie (2003:2-3) bangkitnya kesadaran feminis di Jepang adalah bentuk perlawanan dari perkembangan moderenisasi di Jepang. Beberapa wanita kelas menengah yang terlibat dalam kegiatan filantropis merupakan cerminan dari politik kepura-puraan yang tidak bertentangan dengan steorotipe feminisme. Konsep Feminisme sendiri masuk dan menyebar di Jepang pada tahun 1870-an (Mackie, 2003 : 1). Pemikiran wanita Jepang yang terpengaruh oleh paham feminisme meningkatkan kesadaran mereka tentang kondisi wanita yang terdiskriminasi. Pandangan tersebut juga mempengaruhi kemajuan mereka dalam dunia kerja. Cara berpikir mereka membuat kemampuan pekerja wanita mulai diakui dan dapat disejajarkan posisinya dengan pekerja pria lainnya. Sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah pekerja tetap wanita, mulailah bermunculan pekerja wanita yang menduduki level manajerial, yang biasanya dikuasai oleh sebagian besar pria. Meskipun jumlahnya masih jauh lebih kecil dari jumlah pria yang menduduki level manajerial, namun prestasi dan kemampuan wanita yang menduduki level manajerial setara kedudukannnya dengan pria. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya. Penulis ingin membuktikan dan menganalisis pengaruh paham feminisme liberal pada kemajuan pekerja wanita Masalah Pokok Permasalahan pokok yang ingin diteliti oleh penulis adalah mengenai pengaruh Feminisme Liberal yang ada di Jepang terhadap kemajuan pekerja wanita Jepang yang bekerja tetap khususnya di daerah Tokyo Formulasi Masalah Formulasi masalah yang akan penulis teliti adalah penulis akan menganalisis pengaruh feminism liberal pada wanita secara umum dilihat dari alasan wanita memilih bekerja Full Time dan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Setelah itu menganalisis beberapa faktor pendukung yang didapat pekerja wanita dalam mencapai posisinya saat ini.
8 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti, yaitu pada kasus wanita Jepang yang bekerja tetap dan berada di posisi manajerial di Tokyo pada kurun waktu lima tahun terakhir ( ). Kurun waktu tersebut dipilih karena ditemukan wanita-wanita Jepang yang telah memperoleh jabatan yang tinggi dalam perusahaan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak penulis capai yaitu ingin mengetahui pengaruh Feminisme Liberal terhadap kemajuan pekerja wanita Jepang. Penelitian ini juga bertujuan memberikan manfaat kepada para pembacanya, dengan menambah wawasan mengenai kemajuan pekerja wanita Jepang dan Feminisme Liberal yang ada di Jepang Tinjauan Pustaka Penulis melakukan tinjauan pustaka melalui jurnal jurnal ilmiah serta artikel artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Jurnal ilmiah dan artikel tersebut didapat dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara, perpustakaan Japan Foundation, Perpustakaan Universitas Indonesia. Ada juga yang diunduh melalui jejaring internet. Beberapa jurnal yang penulis gunakan untuk penelitian ini, yaitu artikel berjudul Women in a Bubble : Three Theoretical Perspective on Japanese OLs Experience at Work yang ditulis oleh Gregory A. Laurence dalam jurnal Studies on Asia volume 2 tahun Dalam artikel tersebut dibahas mengenai pengalaman, motivasi, dan hambatan yang dihadapi pekerja wanita di Jepang untuk mencapai kesetaraan. Penelitian ini juga membahas mengenai perusahaan yang menanggapi kekurangan tenaga kerja di manajerial mereka, dengan memanfaatkan angkatan
9 9 kerja perempuan dan bagaimana upaya yang dilakukan dalam bidang politik dan media. Selain itu, penulis jugs menggunakan artikel dengan judul Female Workers in Japan: Opportunities & Challenges yang ditulis oleh Rajindar K. Koshal dan beberapa peneliti lainnya dalam jurnal International Women's Studies volume 6 tahun Penelitian ini membahas mengenai survei terhadap pekerja wanita dan pria dalam organisasi di Nagoya dan sekitarnya. Hasil dari studi ini menemukan bahwa para manajer perempuan di Jepang dinilai memiliki kemampuan manajerial lebih baik daripada rekan-rekan pria mereka. Organisasi bisnis di Jepang didominasi oleh kaum pria dan sangat sedikit hal-hal yang dapat membantu wanita masuk kedalam tingkatan bisnis tersebut. Hal ini terutama terjadi ketika kita menganggap jumlah perempuan di manajemen meningkat. Namun setelah diteliti, ternyata kemampuan wanita bisa disejajarkan bahkan lebih baik dari pekerja pria, menurut hasil penelititan tersebut keunggulan pekerja wanita terdapat pada cara kerja mereka yang baik, misalnya mereka lebih detail dalam mengerjakan pekerjaan mereka, pengambilan keputusan, proses bekerja mereka dinilai lebih baik dari pekerja pria.
Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Shuji dalam Olson (2006: 197) masyarakat Jepang adalah masyarakat patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan diuraikan teori, pendapat dan hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 2.1 Konsep Shoushika Definisi shoushika ialah sebagai berikut
Lebih terperinciBAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Masyarakat Jepang di kenal sebagai suatu masyarakat yang memegang kuat nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan pada
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai 1943-1945 dan Jepang mencapai puncak kekalahannya atas serangan Sekutu pada tahun 1945. Kerusakan dan kerugian di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan
Lebih terperinciIssue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja
Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah berada diantara keluarga dan rumah. Pada era Meiji ada istilah ryousaikenbo wanita
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat keadaan dunia sekarang ini, di mana peradaban manusia sudah sangat maju dan adanya kemajuan teknologi yang sangat canggih, seringkali disebutkan bahwa kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI HUKUM KESEMPATAN KERJA YANG SAMA (EEOL) PADA PEKERJA WANITA DI JEPANG MAKALAH NON SEMINAR
UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI HUKUM KESEMPATAN KERJA YANG SAMA (EEOL) PADA PEKERJA WANITA DI JEPANG MAKALAH NON SEMINAR FRITA HANDAYANI NPM 1006700596 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI
Lebih terperinciUndang-undang Diskriminasi Status Keluarga & Saya
Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga & Saya 1T: Apakah Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga (Family Status Discrimination Ordinance (FSDO)) itu? 1J: FSDO adalah undang-undang antidiskriminasi
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP POLIGAMI A-2 DATA KASAR KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP POLIGAMI LAMPIRAN A-2 Data Kasar KESADARAN KESETARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran karyawannya. Maju mundurnya perusahaan juga ditentukan oleh kinerja para karyawannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam peran. Perempuan juga diharapkan dapat memilih dan bertanggung jawab atas peranan yang telah dipilihnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciPROFIL PEKERJA WANITA JEPANG PADA ZAMAN MODERN. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:
PROFIL PEKERJA WANITA JEPANG PADA ZAMAN MODERN Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010 ABSTRAK Jumlah pekerja wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan kesetaraan gender terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, didasarkan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender disebabkan oleh diskriminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan dengan pilihan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia jurnalistik adalah dunia yang penuh dengan gejolak dan selalu berhubungan dengan persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Semua peristiwa menarik
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Shuji dalam Olson (2006, 197) masyarakat Jepang adalah masyarakat patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu sistem
Lebih terperinciPERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR
PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu yang belajar di Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan studinya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan individu yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang melanjutkan pendidikan ke sebuah perguruan tinggi. Menurut Kamus Besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciNomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN
Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciPELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel kabapaan. Stelsel kebapaan ini yang dianut masyarakat Karo ini dapat dilihat dari kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinci2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT
BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini, yang berjudul Peranan Alice Paul Dalam MemperolehHak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat. Kesimpulan ini merujuk pada jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan satu dari sekian negara yang tergolong cepat melakukan pembangunan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi di dunia, semenjak dari masa isolasinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting
Lebih terperinciEksistensi Perempuan dalam Pembangunan yang Berwawasan Gender
ISSN 1907-9893 Populis, Volume 7 No. 2 Oktober 2013 Eksistensi Perempuan dalam Pembangunan yang Berwawasan Gender Oleh SITTI NURJANA BATJO Abstraksi UUD 1945, pasal 27 menyatakan tentang persamaan hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kini menghadapi percepatan pembangunan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan infrastruktur. Industrialisasi bangkit dalam skala global dengan melibatkan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan
BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Angkatan kerja dituntut untuk kompeten dan memiliki keterampilan yang mumpuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.
BAB 5 RINGKASAN Sistem perkawinan pada masyarakat Jepang mungkin tampak tidak umum bagi orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. Di dalam sistem ie ini wanita
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gender adalah permasalahan yang sudah menjadi topik umum setiap memperbincangkan perempuan dan laki-laki. Perempuan selama ini selalu saja dianggap sebagai kaum lemah
Lebih terperinciBAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA
BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah fenomena yang terjadi di seluruh dunia beberapa dekade terakhir. Banyak alasan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan
Lebih terperinciBAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita
Judul : Peran Koperasi Wanita dalam Upaya Pemberdayaan Perempuan pada Koperasi Wanita di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Nama : Cyntia Putri Devanty NIM : 1306105108 Abstrak Kabupaten Gianyar sebagai
Lebih terperinciMARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!
MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan, peran seseorang tidak lagi banyak mengacu kepada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada saat ini tidak hanya suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang mengalami permasalahan penyusutan partisipasi tenaga kerja di dalam negeri yang cukup serius. Permasalahan ini memengaruhi pertumbuhan perekonomian Jepang saat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa terkait penelitian yang telah peneliti kaji dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan dari penjelasan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan dinas yang memiliki jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki, terutama pada posisi jabatan
Lebih terperinci