Keragaan Varietas Unggul Baru Inpari dan Inpara di Kabupaten Kutai Kartanegara Muryani Purnamasari dan Muhamad Hidayanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl.P.M. Noor Sempaja, Samarinda E-mail: muryani_p@yahoo.com; mhidayanto@yahoo.com Abstrak Verietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya meningkatkan produktivitas padi. Uji adaptasi VUB padi dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas padi di atas rata rata yaitu lebih dari 5,6 ton GPK/ha, yang dilaksanakan dua musim tanam tahun 2012-2014 di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dilaksanakan di 7 kecapatan yaitu Loa Kulu, Marang Kayu, Anggana, Tenggarong Seberang, Tenggarong, Sebulu dan Kota Bangun. Varietas unggul baru (VUB) yang digunakan yaitu Inpari 1,4,6,7,8,9,10,13,14,15 dan inpara 3 dan 5. Dari hasil ujiadaptasi diperoleh produktivitas rata-rata di setiap kecamatan bervariasi: (1) Loa kulu: Inpari 10 produktivitas 7,0 ton GKP/ha, (2) Marang Kayu: Inpari 14 dan Inpari 6 produktivitas 6,7 ton GKP/ha, (3) Anggana: Inpari 15 dan Inpara produktivitas 7,6 ton GKP/ha, (4) Tenggarong: Inpari 13 produktivitas 8,2 ton GKP/ha, (4) Tenggarong Seberang : Inpari 1,4,6,7,10,13,14 dan 15 produksitivitas 6,5 8,2 ton GKP/ha, (6) Sebulu: Inpari 7, 10, 14 dan 15 produktivitas 6,3 7,3 ton GKP/ha dan (7) Kota Bangun: Inpari 15 produktivitas 6,0 ton GKP/ha. Hasil ujiadaptasi menunjukkan bahwa dengan menggunakan VUB dapat meningkatkan produktivitas sebesar 23 47% dibandingkan dengan tanpa menggunakan VUB. Kata kunci : Padi, produktivitas, uji adaptasi, varietas unggul baru Pendahuluan Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka permintaan terhadap bahan pangan terutama padi juga mengalami peningkatan. Menurut hasil sementara Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 2025, maka pada tahun 2025 akan mencapai 273,7 juta jiwa, (BPS, 2008). Dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,3 persen, atau 2,7 juta jiwa per tahun maka diperlukan tambahan penyediaan bahan pangan yang terus meningkat setiap tahunnya. Disisi lain, pada periode tahun 2002 2003, perkembangan produksi bahan pangan strategis di Indonesia menunjukkan gejala yang cenderung mendatar ( leveling-off), sehingga pada kenyataannya peningkatan produksi tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, sehingga ketergantungan Indonesia terhadap bahan pangan impor cenderung meningkat. Varietas Unggul Baru (VUB) padi merupakan salah satu komponen penting dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi nasional. Kementerian Pertanian telah melepas 233 varietas unggul baru (VUB) padi, antara lain VUB padi sawah inhibrida, 35 VUB padi hibrida, 30 VUB padi gogo dan 24 VUB padi rawa/pasang surut. Varietas unggul tersebut memberikan kontribusi yang bersar terhadap peningkatan produksi, karena umumnya berdaya hasil tinggi. Varietas unggul tersebut terus diperbaiki keunggulannya melalui proses pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan, selanjutnya dilepas secara resmi oleh Pemerintah (Menteri Pertanian) sebagai varietas unggul baru (VUB). Sebagaimana tertuang dalam permentan No 24 tahun 2011 tentang Tata Hubungan kerja Antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan pertanian dalam mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), Badan Litbang Pertanian diharapkan dapat menyediakan: (i) rekomendasi teknologi spesifik lokasi sesuai usulan Direktorat Jenderal 228 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Tanaman Pangan, (ii) kalender dan pola tanam, (iii) informasi dan teknologi adaptas i terhadap perubahan iklim, (iv) benih dasar dan merekomendasikan varietas unggul baru dalam spesifik lokalita (Abdurachman et al., 2012). Oleh karena itu, BPTP Kaltim sebagai sebagai institusi Pusat dari Badan Litbang Pertanian di daerah mempunyai kewajiban melakukan pengujian VUB padi, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan produktivitas padi, pilihan varietas sesuai dengan kondisi setempat atau spesifik lokasi. Metodologi Tempat dan waktu Uji adaptasi VUB padi dilaksankan di 7 kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara(Loa Kulu, Marang Kayu, Anggana, Tenggarong Seberang, Tenggarong, Sebulu dan Kota Bangun), Kabupaten Kutai Kartanegara. Kegiatan dilaksanakan tahun 2012 2014, pada musim rendengan dan gadu. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu benih VUB padi Inpari 1,4,6,7,8,9,10,13,14,15 dan inpara 3 dan 5. Pupuk yang digunakan NPK Pelangi, Urea, kapur (dolomit), dan obat-obatan. Alat yang digunakan adalah alat olah tanah dan alat pendukung tanam lainnya. Pelaksanaan Kegiatan Dilakukan dengan persiapan lahan, membuat persemaian, pemeliharaan persemaian, pemcabutan bibit (umur bibit 17 25 hari setelah semai), sistem tanaman jarwo (jajar legowo 2:1) dengan jarak tanam 20 cm x 40 cm antar legowo dan 20cm x 10 cm dalam legowo, melakukan pemupukan dengan dosis pupuk ditetapkan berdasarkan perangkat uji tanah sawah (PUTS), pemeliharaan tanaman, dan pemanenan sesuai juknis. Dilakukan pengambilan data produktivitas dan ketahanan terhadap hama penyakit perkecamatan dari masing masing VUB yang diujiadaptasikan Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas Wilayah 27.263.10 km² terletak antara 115º26 Bujur Timur dan 117º36 Bujur Barat serta diantara 1º28 Lintang Utara dan 1º08 Lintang Selatan (BPS Kaltim, 2014). Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi menjadi 18 Kacamatan. Kedelapan belas Kecamatan tersebut adalah Samboja, Muara Jawa, Sanga-Sanga,Loa Janan, Loa Kulu, Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarong, Sebulu, Tenggarong seberang, Anggana, Muara Badak, Marang Kayu, Muara Kaman, Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang.Luasan sawah kutai Kartanegara. Dilihat dari Struktur dan Basis Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara, terdapat dua sektor yang mendominasi perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu sektor Pertambangan dan sektor Pertanian (BPS Kaltim, 2014). Kontribusi sektor pertanian 13,84% dari delapan sektor secara keseluruhan, dimana sektor pertanian, subsektor kehutanan, peternakan dan pertanian pangan memiliki peranan yang dominan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara diperkirakan sebesar 79.963 Ha dan lahan bukan sawah 1.890.702 ha. Dari potensi untuk lahan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 229
sawah, baru dimanfaatkan sekitar 26.086 ha (32,62%), sedangkan laha n bukan sawah sekitar 418.213 ha (41.85%). Perkembangan luas panen, produksi padi serta hasil per hektar di Kalimantan Timur pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Secara riil luas panen padi naik dari 102.912 ha pada tahun 2013 menjadi 100.262 ha pada tahun 2014. Kemudian untuk hasil per hektarnya menurun menjadi 42,55 kuintal per ha. Daerah Kabupaten/ Kota yang memiliki luas panen dan produksi padi (sawah + ladang) terbesar di Kaltim adalah Kabupaten Kutai Kartanegara. Luas panen padi sawah di Kabupaten ini mencapai 39.679 ha dengan produktivitas 49,02 kuintal per ha (Distan Kurak, 2014). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sekitar 45,60 persen produksi padi di Kalimantan Timur dihasilkan oleh Kabupaten Kutai Kartanegara. Lahan sawah di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah tadah hujan. Tingkat kesuburan tanah di Kalimantan Timur umumnya tergolong sangat rendah sampai rendah. Kondisi ini sesusi dengan hasil analisis tanah, yang melalui beberapa parmaterhal ini ditunjukkan oleh beberapa parameter uji antara lain: ph tanah masam-agak masam, kandungan C-organik rendah, N total sangat rendah, P total dan K total umunya tinggi namum P tersedia rendah, KTK dan Kejenuhan basah (<35%) rendah (BPTP Kaltim, 2012). B. Produktivitas VUB padi di Kabupaten Kutai Karta Negara Introduksi VUB padi melalui kegiatan ujiadaptasi Inpari 1,4,6,7,8,9,10,13,14,15 dan inpara 3, dan 5 sebagian disukai oleh petani karena produktivitas tinggi, pulen, aromatik (harum), dan sebagian tahan terhadap hama penyakit. Sebaliknya varietas tertentu dengan produksi tinggi tetapi tektur nasi pera kurang diminati petani di Kutai Kartanegara. Tabel 1. Produktivitas hasil ujiadaptasi di Kabupaten Kutai Kartanegara (ton/ha) No Lokasi (Kecamatan) dan Produktivitas (ton GKP/ha) Varietas Loa Marang Tenggarong Kota (VUB) Anggana Tenggarong Sebulu Kulu Kayu Seberang Bangun 1. Inpari 1 - - - 6,6 - - - 2. Inpari 4 - - - 7,0 - - - 3. Inpari 6-6,7-8,6 - - - 4. Inpari 7 7,5 6,5-7,5 - - 5,4 5. Inpari 8 - - - 6,4 - - - 6. Inpari 9 - - - 6,5 - - - 7. Inpari 10 7,0 5,8 5,5 7,4 7,0 5,5 8. Inpari 13 - - - 6,8 8,2 - - 9. Inpari 14-6,8-6,5-7,2-10. Inpari 15-4,3 6,0 6,5-7,3 5,3 11. Inpara 3 - - 4,5 - - - - 12. Inpara 5-5,8 7,6 - - - - Sumber: data primer Produktivitas VUB pada masing masing kecamatan bervariasi. Di Kecamatan Loa Kulu varietas yang dominan dan produktivitasnya tinggi yaitu inpari 7 dan inpari 10. Kecamatan Marang Kayu varietas yang dominan dan produktivitas tinggi yaitu Inpari 6, 7 dan inpari 14. Sedangkan di Kecamatan Anggana varietas yang dominan dan produktivitasnya tinggi yaitu Inpari 15 dan Inpara 5. Di Kecamatan Tenggarong Seberang hampir semua varietas produktivitasnya tinggi dan disukai petani yaitu Inpari 6, 7, 10, 13 dan Inpari 15. Di Kecamatan Tenggarong varietas yang dominan inpari 13, di Kecamatan Sebulu varietas yang dominan Inpari 230 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
10 dan Inpari 15. Di Tenggarong Seberang Inpari 14 kurang disukai karena kurang tahan terhadap serangan hamanya penyakit. Di Kecamatan Kota Bangun varietas yang dominan adalah inpari 10 (tahan terhadap kekeringan), Inpari 7 dan inpari 15 serangan hamanya cukup tingg (kurang tahan). Tabel 2. Potensi Hasil dan Kisaran Produktivitas Uji adaptasi No Varietas (VUB) Produktivitas Rata-rata hasil Potensi hasil (ton/ha) (ton/ha) (ton/ha) Hasil Uji 1. Inpari 1 6,6 7,30 10,00 2. Inpari 4 7,0 6,04 8,80 3. Inpari 6 6,7-8,6 6,82 8,60 4. Inpari 7 5,4-7,5 6,20 8,7 5. Inpari 8 6,4 6,30 9,90 6. Inpari 9 6,4 6,40 9,30 7. Inpari 10 5,5-7,4 4,80 7,00 8. Inpari 13 6,8-8,2 6,60 8,00 9. Inpari 14 6,5-7,2 6,60 8,20 10. Inpari 15 4,3-7,3 6,10 7,50 11. Inpara 3 4,5 4,60 5,60 12. Inpara 5 5,8-7,6 4,50 7,20 Sumber: data primer ; Balitpa Sukamandi, 2015. C. Ketahanan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit Ujiadaptasi VUB padi yang dilakukan di tujuh Kecamatan menunjukkan produktivitas yang sangat baik dan adaptif di semua lokasi. Budidaya yang dilakukan melalui pendekatan pengeloloaan tanaman terpadu (PTT) yaitu: (a) bibit muda saat (17-21 hari setelah semai) dengan 2-3 bibit, (b) pemupukan berdasarkan PUTS dan BWD, (c) penanaman dengan sistem jajar legowo 2:1, dan (d) penggunakan benih unggul bersertifikat (Nurbani et al., 2012; Nurbani et al., 2013). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa antar VUB berbeda ketahanannya terhadap serangan hama dan penyakit. Untuk Inpari 1,4,6,7,13,15, Inpara 3 dan 5 hampir di semua lokasi tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan Inpari 8,9,10 dan 14 kurang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hasil ujiadaptasi menunjukkan bahwa hampir semua varietas produktivitasnya di atas rata-rata hasil, dan yang produktivitasnya di bawah rata-rata hasil yaitu Inpari 7,14 dan Inpara 3. Dari 12 varietas yang diujiadaptasikan, hanya satu VUB yang mendekati potensi hasil yaitu Inpari 10 dan Inpara 5, sedangkan VUB lainnya tidak ada yang produktivitasnya melebihi dari potensi hasil. Tabel 2. VUB Padi dan Ketahanan terhadap Hama Penyakit No VUB Padi Blas (Pyricularia oryzae) Wereng Hama dan Penyakit Hawar daun Bercak daun coklat Sundep 1. Inpari 1 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 2. Inpari 4 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 3. Inpari 6 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 4. Inpari 7 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 5. Inpari 8 Tahan Tidaktahan Tahan Tahan Tahan 6. Inpari 9 Tahan Tidaktahan Tahan Tahan Tahan 7. Inpari 10 Tahan Tahan Tahan Tidak tahan Tidak tahan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 231
No VUB Padi Blas (Pyricularia oryzae) Wereng Hama dan Penyakit Hawar daun Bercak daun coklat Sundep 8. Inpari 13 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 9. Inpari 14 Tahan Tahan Tidaktahan Tidak tahan Tidak tahan 10. Inpari 15 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 11. Inpara 3 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan 12. Inpara 5 Tahan Tahan Tahan Tahan Tahan Sumber: data primer VUB yang pada Display yang disukai petani pada tujuh (7) Kecamatan yaitu: Varrietas Inpari 1,4,6,7,10,15, pada varietas tersebut produksi hasil yang tinggi rasa nasinya enak terutama pada Inpari 7. Inpari 13 tahan terhapat penyakit tetapi petani sebagian kurang tertarik karena pada saat panen perontokan sulit. Ipara 3 dan Inpara 5 tahan terhapat penyakit dan produktivitasnya relatif tinggi tetapi rasa nasinya kurang disukai petani. Sedangkan Inpari 8,9,14 tidak tahan wereng petani kurang berminat untuk menanam. Kesimpulan 1. Produktivitas VUB Padi di setiap lokasi ujiadaptasi di Kabupaten Kutai Kartanegara produktivitasnya berbeda antara lokasi yang satu dengan yang lain. 2. VUB yang berkembang dan produktivitas cukup tinggi di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Inpari 1,4,6,7,10 dan Inpari 15. Sedangkan VUB yang tahan terhapat penyakit dan di sukai petani yaitu: inpari 1,4,6,7,10 dan Inpari 15. 3. Peningkatan produktivitas VUB yang diujiadaptasi berkisar antara 20 40% dibandingkan dengan produktivitas yang tidak menggunakan VUB. Daftar Pustaka Abdurachman, S., E Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyono. 2007. Modul E Pemupukan Tanaman padi spesifik Lokasi. Balai besar Penelitian Tanaman padi Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor. Aswaldi A. 2005.Model dan sistem Perbenihan: Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan Pertanian Melalui Pengetahuan Sistem Perbenihan, 25-26 November 2005. Pusat analisis Sosialisasi Ekonomi Pertanian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur. 2012. Laporan Tahunan. BPTP Kaltim. Samarinda. Badan Pusat Statistik. 2008. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 2025. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur.2014.Kalimantan Timur Dalam Angka. Samarinda. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2014. Statistik Padi dan Palawija Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda. Balai Besar Penelitian Padi. 2015. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi Inbrida padi sawah Irigasi (Inpari), Inbrida Padi Gogo (Inpago), Inbrida Padi Rawa (Inpara), Hibrida padi (Hipa). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. 232 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara. 2014. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kutai Kartanegara. Tenggarong. Nurbani, dan Muryani Purnamasari. 2013 Teknik Ubinan Pendugaan Produktivitas Padi Jajar Legowo 2 : 1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kaltim. Samarinda. Nurbani, Hidayanto M, Muryani Purnamasari, Tarbiyatul, Farid Rahmad Abadi, dan Noor Roufig Ahmadi. 2012. Pendampingan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi di Kalimantan Timur. Samarinda 41 hal. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 233