BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

H. armigera. Berdasarkan pengaruh ketiga faktor lingkungan tersebut, pada

Permasalahan OPT di Agroekosistem

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN DAN SUMMARY

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian OPT. Status Pengendalian

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

Baik, berikut adalah penjelasa prinsip bagaimana mengendalikan hama secara alami, Istilah ilmiahnya adalah Pengendalian Hayati.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

HAMA UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

Ilmu Tanah dan Tanaman

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PERKEBUNAN RAKYAT PADA TANAMAN KOPI, TEH DAN LADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Pengendalian Terpadu Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China PENDAHULUAN

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

ANALISIS MUTU PARASITOID TELUR Trichogrammatidae (Quality assessment of Trichogrammatid) DAMAYANTI BUCHORI BANDUNG SAHARI ADHA SARI

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

KESESUAIAN TELUR KEPIK KEDELAI UNTUK PEMBIAKAN MASSAL Anastatus dasyni FERR. (HYMENOPTERA: EUPELMIDAE), PARASITOID TELUR KEPIK LADA

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

(biologically based tactics) Modul 1. Pengendalian Hayati Untuk Pengelolaan Hama Kegiatan Belajar 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAHAN DAN METODA. Penelitian Kelapa Sawit, Pematang Siantar dengan ketinggian tempat ± 369 m di

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

SELEKSI KETAHANAN GALUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

COCOPET SEBAGAI PREDATOR DAN POLINATOR PADA TANAMAN KELAPA

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENINGKATAN HASIL USAHATANI SAYURAN MELALUI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

Pengendalian Hama dengan Varietas Tahan

Memahami Konsep Perkembangan OPT

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

Transkripsi:

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada Ada empat pendekatan dalam kegiatan pengendalian hayati yaitu introduksi, augmentasi, manipulasi lingkungan dan konservasi (Parella et al. 1992). Introduksi dilakukan dengan cara mendatangkan musuh alami dari tempat/negara lain, dan melepaskannya di wilayah baru hingga menetap serta mampu mengendalikan hama sasaran tanpa perlu adanya upaya susulan. Augmentasi adalah pelepasan musuh alami secara periodik hasil pembiakan massal dengan tujuan untuk menghentikan populasi hama dengan segera atau untuk mengekang perkembangan populasi hama. Augmentasi diterapkan pada musuh alami yang efektif menekan hama sasaran tapi setelah panen terganggu keberadaannya atau terlambat kehadirannya, atau untuk musuh alami yang tidak sinkron dengan mangsa/inangnya, atau untuk musuh alami yang tidak efektif karena di alam populasinya terlalu rendah. Manipulasi lingkungan adalah upaya penguatan peran musuh alami melalui penyediaan inang atau mangsa alternatif, penyediaan sumber nektar, atau memodifikasi teknik budidaya tanaman. Konservasi merupakan upaya meningkatkan keefektifan musuh alami dengan cara menghindari praktek budidaya yang berdampak buruk terhadap musuh alami, khususnya yang diakibatkan oleh penggunaan insektisida yang berspektrum lebar. Pembahasan berikut ini akan difokuskan pada pendekatan augmentasi dan manipulasi lingkungan, karena keduanya berkaitan dengan hasil penelitian yang dilaporkan dalam disertasi ini. Hasil penelitian tentang kesesuaian inang alternatif menunjukkan bahwa parasitoid Anastatus dasyni dapat dibiakkan secara massal di laboratorium dengan menggunakan telur kepik kedelai Riptortus linearis. Salah satu keunggulan dari penggunaan kepik kedelai dalam pembiakan massal parasitoid A. dasyni adalah karena kepik ini dapat dibiakkan pada polong kacang panjang. Dibanding dengan inang asli yang memerlukan buah lada, polong kacang panjang harganya relatif murah serta mudah diperoleh karena selalu tersedia di pasar. Keunggulan lainnya, keturunan parasitoid yang muncul dari telur kepik R. linearis sebagian besar

81 (70%) adalah betina. Selain itu, parasitoid A. dasyni yang dipelihara pada telur R. linearis memperlihatkan laju pertambahan intrinsik (r) yang relatif tinggi (0.1870). Parasitoid yang memiliki nilai r yang tinggi lebih cepat perkembangan populasinya, sehingga diharapkan dapat mengendalikan populasi hama inangnya. Ciri-ciri keunggulan tersebut tadi tidak dimiliki oleh parasitoid A. dasyni yang dipelihara pada telur kepik Nezara viridula, terutama karena keturunan parasitoid yang dihasilkan hampir semuanya jantan. Dengan demikian, telur N. viridula tidak dapat digunakan untuk pembiakan massal parasitoid A. dasyni. Dalam pembiakan massal, seringkali telur R. linearis diperoleh dalam jumlah yang berlebih. Namun kelebihan inang pembiakan tersebut dapat diawetkan melalui penyimpanan pada suhu dingin. Telur R. linearis dapat disimpan dalam freezer (-4 o C) selama 3 minggu sebagai stok untuk pembiakan A. dasyni. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri, yaitu inang alternatif tersebut dapat langsung tersedia jika sewaktu-waktu diperlukan. Cara seperti ini dapat mempersingkat proses pembiakan parasitoid jika dibandingkan pembiakan yang diawali dari proses pemeliharaan dan pembiakan serangga R. linearis sampai diperoleh telurnya. Parasitoid A. dasyni yang diperbanyak pada telur R. linearis dapat memarasit inang alaminya. Dengan demikian, pelepasan parasitoid A. dasyni asal inang alternatif tersebut dapat dilakukan dan tidak menjadi masalah terhadap preferensinya. Parasitoid A. dasyni juga tidak bergantung pada inang alami dengan umur tertentu karena parasitoid tersebut menyukai inang alami umur 3 hari. Perilaku ini sama seperti yang ditunjukkan oleh A. dasyni asal inang alami terhadap inang alami. Dengan demikian, jika parasitoid A. dasyni dilepas ke lapangan maka parasitoid memiliki peluang besar untuk mendapatkan inangnya. Hal ini karena berbagai fase perkembangan D. piperis selalu ditemukan di lapangan. Di samping itu, parasitoid juga mampu menunjukkan tanggap fungsional terhadap kelimpahan inang alami. Parasitoid A. dasyni yang dilepas ke lapangan atau yang sudah ada di lapangan dapat didukung kehidupannya melalui penyediaan sumber pakan. Salah satu sumber pakan imago parasitoid adalah nektar bunga. Pada pertanaman lada dapat dikelola beberapa vegetasi liar sebagai sumber pakan A. dasyni, terutama

82 Cleome aspera dan Asystasia gangetica. Nektar bunga kedua jenis vegetasi liar tersebut terbukti mampu menunjang kehidupan parasitoid. Parasitoid betina A. dasyni hidup lebih lama dan menghasilkan keturunan dibanding dengan jenis gulma lainnya yang diuji. Kehidupan dan keperidian parasitoid kemungkinan lebih lama dan tinggi di lapangan karena parasitoid akan lebih bebas mendapatkan nektar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Pada kebun lada yang ditumbuhi dengan bunga kedua jenis vegetasi liar tersebut, tingkat parasitisasi A. dasyni lebih tinggi (48.30% sampai 61.67%) dibanding dengan kebun lada yang dilakukan penyiangan vegetasi liar (17.86% sampai 44.53%). Tanaman penutup tanah Arachis pintoi yang selama ini dianjurkan untuk ditanam di sekitar pertanaman lada, dapat dimanfaatkan sebagai pemikat parasitoid berkunjung. Ketertarikan imago A. dasyni betina terhadap bunga A. pintoi sebesar 31.25%, meskipun bunga tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan lama hidup dan keperidian parasitoid. Pemanfaatan tanaman A. pintoi dan vegetasi liar dapat mempertinggi peluang kehadiran parasitod di pertanaman lada, sehingga tingkat parasitisasi terhadap telur D. piperis menjadi lebih tinggi. Penataan agroekosistem lada melalui pengelolaan vegetasi liar yang berguna bagi imago parasitoid adalah suatu strategi untuk mengembangkan keefektifan parasitoid melalui penyediaan sumber pakan parasitoid. Bagi parasitoid yang bersifat sinovigenik seperti A. dasyni, parasitoid yang kenyang akan segera mencari inangnya, sedangkan parasitoid yang lapar akan sibuk mencari pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 60% betina A. dasyni yang lapar akan mencari pakan, sedangkan 70% betina A. dasyni yang kenyang akan mencari inang untuk peletakan telur. Keberadaan sumber pakan juga dapat menjadi tempat pengungsian (refugia) bagi parasitoid (Hoelmer & Goolsby 2002). Berdasarkan uraian di atas, berikut ini diajukan strategi pengendalian hayati kepik D. piperis dengan memanfaatkan parasitoid A. dasyni (Gambar 7.1). Strategi mencakup pembiakan massal dan pelepasan parasitoid serta manipulasi lingkungan pertanaman lada. Tercakup dalam manipulasi lingkungan adalah penanaman tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat pengungsian parasitoid

karena menyediakan inang alternatif, dan tumbuhan yang memikat dan menyediakan sumber nektar bagi parasitoid. 83 Pembiakan massal parasitoid A. dasyni Pelepasan parasitoid Peningkatan kelimpahan, lama hidup, dan keperidian parasitoid Ketertarikan parasitoid Ketersediaan nektar Penyediaan inang alternatif bagi parasitoid Penanaman A. pintoi sebagai penutup tanah Pengelolaan tumbuhan liar berbunga Penanaman legum di sekitar kebun lada Penurunan serangan kepik D. piperis di pertanaman lada Gambar 7.1 Strategi pengendalian hayati kepik pengisap buah lada dengan parasitoid A. dasyni Tumbuhan yang dapat dijadikan tempat pengungsian parasitoid adalah berbagai jenis legum seperti kacang panjang dan kedelai. Tanaman ini merupakan inang dari kepik R. linearis, yang pada giliran berikutnya telur kepik ini merupakan inang alternatif bagi parasitoid A. dasyni. Tanaman kedelai dapat ditanam di antara pohon lada, sedangkan tanaman kacang panjang dapat ditanam di luar atau di dekat kebun lada sebagai tempat pengungsian parasitoid ketika populasi kepik lada rendah (bulan Juli sampai September). Selain berfungsi

84 sebagai tempat pengungsian parasitoid, hasil dari tanaman kedelai atau kacang panjang dapat dijadikan sebagai pendapatan tambahan di luar pendapatan dari budidaya lada. Penanaman tanaman penutup tanah A. pintoi masih relevan untuk dilakukan, karena bunganya yang berwarna kuning dapat memikat parasitoid untuk datang ke pertanaman lada. Sementara itu, keberadaan vegetasi liar berbunga berfungsi menyediakan nektar sehingga diharapkan dapat meningkatkan lama hidup dan keperidian parasitoid A. dasyni. Dalam kaitan ini, kiranya perlu dilakukan kajian tentang jarak dan kerapatan vegetasi liar yang tidak menimbulkan persaingan hara dengan tanaman lada. Selain itu, tumbuhan terpilih bukan merupakan inang alternatif patogen tanaman lada. Pelepasan parasitoid di pertanaman lada dilakukan bila populasi parasitoid di pertanaman lada selalu rendah atau terlambat kehadirannya. Pelepasan dilakukan dengan berpedoman pada fluktuasi populasi D. piperis. Deciyanto (1991) melaporkan bahwa populasi D. piperis tertinggi terjadi pada bulan Juni dan Nopember, sedangkan terendah pada bulan Juli sampai September. Melalui kegiatan manipulasi lingkungan tersebut, dan bila perlu pelepasan parasitoid, diharapkan kelimpahan parasitoid meningkat sehingga tingkat serangan kepik D. piperis di pertanaman lada menurun. Implementasi Pengendalian Hayati Sebagai Komponen PHT Lada Implementasi teknik pengendalian hayati kepik pengisap buah lada, pelaksanaannya perlu dilakukan secara bertahap terutama pada masyarakat tani yang terbiasa dengan penggunaan insektisida sintetik, seperti di Bangka. Secara de facto, petani lada lebih mengandalkan penggunaan insektisida sebagai cara pengendalian hama yang efektif. Cara ini tentu dapat mempengaruhi aktivitas, perkembangan dan peranan parasitoid. Oleh karena itu, upaya pemasyarakatan hasil-hasil penelitian secara terus menerus perlu dilakukan baik melalui penyuluhan, pendidikan, maupun keterlibatan langsung petani di lapangan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, penggunaan insektisida sesungguhnya tidak diperlukan untuk mengendalikan kepik pengisap buah lada. Hasil survei pada kebun lada yang ditumbuhi vegetasi liar berbunga menunjukkan bahwa tingkat parasitisasi telur D. piperis oleh parasitoid sangat tinggi berkisar

85 antara 75.47% sampai 82.50%. Petani tidak perlu melakukan penyiangan vegetasi liar secara bersih. Vegetasi liar seperti C. aspera dan A. gangetica yang bunganya berfungsi sebagai sumber pakan bagi parasitoid A. dasyni, serta tanaman penutup tanah A. pintoi yang bunganya berperan sebagai pendaya tarik bagi parasitoid, dapat dikelola pertumbuhannya di antara atau di sekitar tanaman lada. Jika pertumbuhan dan perkembangan C. aspera, A. gangetica dan A. pintoi perlu dipangkas, maka limbah hasil pemangkasannya dapat dicampurkan dengan pupuk kandang sebagai pupuk organik untuk pemupukan tanaman lada. Kegiatan ini menjadi bagian dari budidaya lada organik yang menjadi isu penting dalam permintaan produksi lada di pasar dunia yang menerapkan persyaratan yang ketat seperti mutu produk yang bebas residu. Pengetahuan petani lada tentang kepik pengisap buah lada cukup baik Namun demikian, perlu juga diberikan pengetahuan dasar seperti upaya pembiakan parasitoid dan pelepasannya ke pertanaman lada. Kegiatan ini akan lebih mudah jika petani melakukannya secara bersama-sama (kelompok tani). Teknik pembiakan massal parasitoid A. dasyni pada telur R. linearis mudah dilakukan. Kemudahan tersebut di antaranya adalah pakan untuk serangga R. lineraris yaitu kacang panjang, setiap saat mudah diperoleh dan harganya murah di pasaran. Parasitoid hasil pembiakan dilepaskan ke lapangan sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada teknik pengendalian hayati kepik pengisap buah lada. Implementasi hasil penelitian tentang parasitoid A. dasyni di satu sisi diharapkan sebagai masukan yang dapat memperbaiki teknologi pengendalian hayati hama pengisap buah lada, dan di sisi lain berdampak pada peningkatan pemahaman dasar tentang bagaimana komunitas terstruktur di lapangan, bahwa parasitoid A. dasyni merupakan bagian tidak terpisahkan dari rantai trofik. Implementasi pengendalian hayati kepik pengisap buah lada dengan menggunakan parasitoid A. dasyni, diharapkan nantinya pengendalian dapat berlangsung secara permanen dan efektif dalam jangka panjang. Pendekatan ini, menurut Rauf (1995) adalah pendekatan preemtif suatu tindakan sebelum masalah timbul yang sifatnya penangkalan dan pengekangan. Metode pengendalian permanen menurut Flint dan van den Bosch (1990) pada umumnya

86 paling efektif dan untuk jangka panjang, sehingga merupakan taktik pengendalian hama yang paling ekonomis. Metode ini sesuai dengan pertanian masa depan yang berorientasi pada kemampuan alami dengan produksi optimal dan input rendah (Reijntjes et al. 1999). Keberhasilan implementasi pengendalian hayati hama lada di tingkat petani, secara umum didukung oleh beberapa faktor yaitu (a) keinginan kuat masyarakat untuk menerapkan dasar-dasar pengendalian yang alami; (b) pengendalian hayati menghasilkan produksi yang bebas residu bahan kimia; (c) musuh alami sudah ada di lapangan, tinggal dikelola untuk ditingkatkan peranannya; (d) biaya pengendalian hama lada dapat dihemat; (e) harga lada yang kompetitif dan fluktuatif menjadi pertimbangan ke arah perubahan dan perbaikan usahatani lada yang efektif dan efisien; (f) produksi lada dapat dimantapkan dalam taraf tinggi dengan menekan potensi kehilangan hasil akibat serangan hama; (g) terdapat sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT) lada yang membangun kreativitas petani, belajar menganalisis permasalahan dan mampu mengambil keputusan sendiri terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan musuh alami; (h) motivasi, pengetahuan dan keterampilan yang cukup baik yang dimiliki petani tentang pengendalian hama lada; (i) banyak petani lada yang terlatih sebagai motivator, fasilitator dan nara sumber bagi petani lainnya, dan (j) dukungan kuat pengambil kebijakan dari hulu sampai hilir.