I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap"

Indra Gunardi
6 tahun lalu
Tontonan:

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap polong pada pertanaman kedelai, padi, dan kacang panjang. Hama kepik hijau termasuk dalam famili Pentatomidae (ordo Hemiptera) yang bersifat polifagus dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan daya kecambah benih. Hama ini dapat menurunkan hasil panen baik secara kuantitas maupun kualitas (Prayogo, 2012). Penurunan hasil panen dapat terjadi karena penggunaan insektisida kimia yang digunakan secara terus menerus, sehingga hama kebal terhadap insektsida kimia tersebut dan berkembang pesat (Tillman, 2006 dalam Prayogo, 2012). Selain itu, dapat terjadi kasus resurjensi hama akibat penggunaan insektisida kimia yang berlebihan menyebabkan musuh alami dari hama tersebut punah dan perkembangan hama tersebut semakin meningkat (Prayogo, 2012). Dalam mengatasi permasalahan resurjensi yang disebabkan N. viridula, diperlukan kajian pengendalian hama yang ramah lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan musuh alami sebagai agensia pengendali hama. Salah satu agensia

2 2 hayati yang potensial sebagai pengendali hama adalah jamur entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. Jamur B. bassiana dapat menginfeksi serangga dari beberapa ordo antara lain ordo Coleoptera, Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera, Orthoptera, dan Diptera (Herlinda et al., 2008). Menurut Hasnal et al. (2012), pengendalian hama N. viridula menggunakan cendawan B. bassiana tergantung pada konsentrasi cendawan yang diaplikasikan kepada hama N. viridula. Pada konsentrasi 6 g/l aquades ditambah cendawan B. bassiana dapat menyebabkan mortalitas hama sebesar 45,23% dan pada konsentrasi 2 g/l sebesar 23,31%. Kematian serangga hama tersebut terjadi karena jaringan tubuh N. viridula yang terserang cendawan mengeluarkan enzim dan toksinnya sehingga menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, sistem pernapasan serta menghancurkan daya tahan tubuh serangga sehingga nafsu makannya menjadi berkurang. Selanjutnya untuk meningkatkan efikasi jamur entomopatogen dalam pengendalian hama, dapat dilakukan dengan mengkombinasikan teknologi pengendalian yang lain, dengan harapan terjadi efek sinergisme dan dapat menekan perkembangan hama (Herlinda, 2006). Selain menggunakan jamur entomopatogen, pengendalian N. viridula dapat menggunakan pestisida nabati salah satunya adalah babadotan (Ageratum conyzoides L.) yang selama ini terkenal sebagai gulma tanamam. Sebagai contoh salah satu penelitian yang menggabungkan antara pestisida nabati dengan jamur entomopatogen adalah penelitian Prayogo (2011) dalam penelitian tersebut diuji efikasi jamur entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) yang dikombinasikan

3 3 dengan insektisida nabati serbuk daun pacar cina Aglaia odorata, serbuk biji srikaya Annona squamosa, dan serbuk biji jarak Jatropha curcas. Hasil penelitian Prayogo (2011) menunjukkan bahwa kombinasi jamur entomopatogen dan pestisida nabati mampu meningkatkan mortalitas hama dalam pertanian. Kajian tentang kompatibilitas jamur entomopatogen dengan pestisida nabati perlu dilakukan, sebelum direkomendasikan untuk diaplikasikan di lapang. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian kompatibilitas jamur entomopatogen B. bassiana (Bals.) Vuill. dan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap kepik hijau (N. viridula) di laboratorium. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompatibilitas jamur entomopatogen B. bassiana (Bals.) Vuill. dan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap nimfa instar 4 atau 5 kepik hijau (Nezara viridula) di laboratorium. 1.3 Kerangka Pemikiran. Infeksi jamur entomopatogen B. Bassiana selain dapat menyebabkan kematian larva dan nimfa, juga mempengaruh biologi hama sehingga berpengaruh terhadap perkembangan populasi selanjutnya. Penelitian Indriyati (2009) menunjukkan bahwa perlakuan jamur B. bassiana lapang terhadap kepik hjau menimbulkan

4 4 mortalitas 76%, periode letal 5,44, dan nilai virulensi 0,195. Hasil ini tidak berbeda dengan perlakuan jamur B. bassiana komersial yang menimbulkan mortalitas 70%, periode letal 4,58, dan virulensi 0,248. Hal ini menunjukkan bahwa kedua perlakuan jamur tersebut memiliki keefektifan yang tidak berbeda pada kepik hijau. Kematian nimfa dan imago N. viridula yang terinfeksi jamur B. bassiana terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan jamur yang melakukan penetrasi ke dalam tubuh nimfa dan imago melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh. Untuk selanjutnya hifa jamur B. bassiana mengeluarkan enzim seperti lipolitik, proteolitik dan khitinase sehingga menyebabkan hidrolisis integumen serangga yang tersusun dari protein dan khitin (Hasnah et al., 2012). Selain pemanfaatan jamur entomopatogen, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan aplikasi pestisida nabati ramah lingkungan. Menurut Kardinan (2000), ekstrak daun A. conyzoides ditambahkan methanol dengan konsentrasi 1% beracun terhadap serangga, tepung daunnya mampu menghambat pertumbuhan larva menjadi pupa. Ekstrak akar, batang, daun dan bunga A. conyzoides dapat mengendalikan hama Tribolium castaneum. Daun dan bunga A. conyzoides mengandung saponin, flavanoid, dan polifenol, disamping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

5 5 Penggunaan pencampuran jamur entomopatogen dengan ekstrak pestisida nabati adalah untuk meningkatkan efektifitas pengendalian hama. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah uji sinergisme jamur entomopatogen Lecanicillium lecanii dengan insektisida nabati terhadap telur kepik coklat Riptortus linearis pada kedelai. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aplikasi yang bersamaan antara L. lecanii dengan insektisida nabati dapat meningkatkan penekanan daya tetas telur kepik coklat (Prayogo, 2011). Berdasarkan pemikiran tersebut perlu juga dilakukan penelitian aplikasi B. Bassiana yang dikombinasikan dengan ekstrak daun babadotan. Diharapkan pengkombinasian bahan tersebut saat aplikasi dapat bersifat kompatibel dan dapat meningkatkan efektifitas. 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1. Jamur entomopatogen B. bassiana bersifat kompatibel dan dapat tumbuh pada media PDA yang telah dicampur dengan ekstrak daun babadotan. 2. Jamur entomopatogen B. bassiana dan pestisida nabati ekstrak daun babadotan mampu menginfeksi dan menyebabkan kematian terhadap kepik hijau (Nezara viridula).

dokumen-dokumen yang mirip

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman(opt). Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu