Journal of Japanese Learning and Teaching

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI PERMINTAAN MAAF ORANG JEPANG DITINJAU DARI ASPEK SOSIOKULTURAL BUDAYA JEPANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. percakapan. Sehingga bisa dinyatakan bahwa berbicara mengenai sebuah

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah (1) sistem lambang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STRATEGI TINDAK TUTUR MEMINTA MAAF DALAM FILM MARUMO NO OKITE.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

SPEECH ACT APOLOGIES IN MOTION OJIGI ( お辞儀 ) OF SHAZAI NO OUSAMA FILM

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. digunakan oleh kelompok sosial untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna kepada seseorang, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

ABSTRACT. Keywords: refusal speech acts, pragmatics, language politeness I.PENDAHULUAN

Fitria Sanimah Rahmawati*Sri Wahyu Widiati**Merri Silvia Basri*** Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI UNGKAPAN PENOLAKAN BAHASA JEPANG DALAM DRAMA SERIAL NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO EPISODE 1-12 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB 2 TEORI TINDAK TUTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

PENGGUNAAN TUTURAN SIMPATI BAHASA JEPANG DALAM DRAMA BOKU NO ITA JIKAN PADA EPISODE 3 KARYA ATSUKO HASHIBE SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, kita dapat menerjemahkan suatu teks dari

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

STRATEGI PENGGUNAAN TUTURAN MEMINTA MAAF DALAM BAHASA JEPANG PADA FILM KIMI NI TODOKE KARYA NAOTO KUMAZAWA SKRIPSI

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG TINGKAT 3 UDINUS ABSTRACT

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

COMMUNICATION STRATEGIES OF REQUEST EXPRESSION BY THIRD GRADE STUDENTS OF JAPANESE LANGUAGE EDUCATION STUDY PROGRAM OF UNIVERSITY OF RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama ichi Rittoru No Namida

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini media massa semakin berkembang. Jumlah informasi

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA SASOI HYŌGEN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA JEPANG

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dalam Chaer (1994:32) Bahasa adalah sistem. untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

PELANGGARAN TERHADAP MAKSIM PRINSIP SOPAN SANTUN DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN VOLUME 1 SKRIPSI OLEH PUTRI SATYA PRATIWI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

Transkripsi:

CHI E 3 (1) (2014) Journal of Japanese Learning and Teaching http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chie ANALISIS PENGGUNAAN TINDAK TUTUR KATA MAAF BAHASA JEPANG Atmaja, Anggun Nur Indra dkk Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel SejarahArtikel: Diterima April 2014 Disetujui Mei 2014 Dipublikasikan Juni 2014 Keywords: speech act sorry, strategy apology, social factors Abstrak Manusia melakukan interaksi dengan sesama mengungkapkan maksud, tujuan dan perasaan melalui bahasa yang dituturkan. Dalam mengungkapkan suatu maksud, tujuan, maupun perasaan terbentuk dari suatu tindak tutur, salah satunya yaitu tindak tutur maaf. Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mengungkapkan kata maaf kepada seseorang maupun seseorang yang meminta maaf kepada kita dengan memiliki alasan yang berbeda dalam mengungkapkannya. Maaf merupakan salah satu tindak tutur dimana seorang penutur menggunakannya untuk memperbaiki suatu hubungan dengan mitra tutur, yang dikarenakan pihak penutur telah melakukan tindakan kurang menyenangkan kepada mitra tutur yang disengaja maupun tidak disengaja. Cara penyampaian ungkapan maaf berbeda-beda menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimana peristiwa tersebut terjadi. Oleh karenanya, faktor sosial budaya setempat turut mempengaruhi seseorang dalam penyampaian ungkapan maaf tersebut. Begitu pun dalam masyarakat Jepang. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui: variasi tuturan maaf, strategi permintaan maaf yang digunakan, serta ingin mengetahui bagaimana faktor sosial budaya masyarakat mempengaruhi pemilihan tuturan maaf. Abstract Human interaction with fellow express intent, purpose and feelings through spoken language. In expressing an intent, purpose, or feeling formed from a "speech act", one of which speech acts "sorry". In everyday conversation, we often express a word of apology to any person or someone who apologized to us to have a different reason to disclose it. "I'm sorry" is one of the speech act in which a speaker uses it to fix a relationship with partner said, that because the speaker has acted less favorable to the hearer who intentionally or unintentionally. Sorry for the submission of expressions vary according to the norms prevailing in a society where the incident occurred. Therefore, local socio-cultural factors also influence a person in the delivery of the expression of apology. So even in the Japanese society. Therefore, researchers wanted to know: variation of speech "sorry" apology strategies used, and want to know how social and cultural factors influence the selection of speech "sorry". 2014UniversitasNegeri Semarang Alamatkorespondensi: Gedung B4 Lantai 2 FBS Unnes KampusSekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: nawang@unnes.ac.id ISSN 2252-6250 56

PENDAHULUAN Manusia melakukan interaksi dengan sesama mengungkapkan maksud, tujuan dan perasaan melalui bahasa yang dituturkan. Dalam mengungkapkan suatu maksud, tujuan, maupun perasaan terbentuk dari suatu tindak tutur. Salah satunya yaitu tindak tutur maaf. Maaf merupakan salah satu tindak tutur dimana seorang penutur menggunakannya untuk memperbaiki suatu hubungan dengan mitra tutur, yang dikarenakan pihak penutur telah melakukan tindakan kurang menyenangkan kepada mitra tutur yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam bahasa Indonesia, apabila seseorang ingin mengutarakan rasa penyesalannya karena telah berbuat salah pada orang lain, maupun telah gagal dalam menjalankan suatu tugas, maka hanya ada satu ungkapan yaitu, maaf apapun kondisinya. Baik itu diungkapkan kepada seseorang yang memiliki status atau jabatan yang sepadan, maupun kepada seseorang yang memiliki status lebih tinggi. Kata-kata maaf yang diucapkan oleh seseorang selalu memiliki konteks yang sangat mendalam maknanya karena sebagai suatu cara untuk mengungkapkan berbagai macam perasaan dan kondisi hati apabila memiliki suatu perasaan penyesalan. Selain itu, cara penyampaian ungkapan maaf juga berbedabeda menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimana peristiwa tersebut terjadi. Oleh karenanya, faktor sosial budaya setempat turut mempengaruhi seseorang dalam penyampaian ungkapan maaf tersebut. Begitu pun dalam masyarakat Jepang. Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai tindak tutur kata maaf dalam bahasa Jepang, dengan menggunakan drama Zettai Kareshi karya Nezu Rika sebagai sumber data, karena terdapat variasi tuturan maaf yang cukup banyak. Dalam drama tersebut, peneliti ingin menganalisis mengenai variasi tuturan maaf dan strategi yang digunakan dalam menuturkan, serta faktor sosial dalam kehidupan masyarakat Jepang sehingga dapat mempengaruhi pemilihan penggunaan ungkapan maaf sesuai dengan situasi dan kondisi. Rumusan masalah penelitian ini yaitu : Apa sajakah variasi tuturan maaf bahasa Jepang yang terdapat dalam drama Zettai Kareshi karya Nezu Rika? Strategi permintaan maaf apa sajakah yang diterapkan dalam menuturkan permintaan maaf? Bagaimanakah aspek sosial budaya masyarakat Jepang mempengaruhi pemilihan tuturan maaf? LANDASAN TEORI Sosiopragmatik yaitu ilmu linguistik yang mengkaji makna dihubungkan dengan situasi dan kondisi saat bahasa tersebut digunakan (Sutedi 2004:6). Pengertian lain sosiopragmatik adalah telaah mengenai kondisikondisi setempat atau kondisi-kondisi lokal yang lebih khusus mengenai penggunaan bahasa (Tarigan, 1986:26). Sosiopragmatik tidak hanya mengutamakan bahasanya saja, tetapi juga lingkungan yang mendukung bahasa tersebut. Jadi dengan kata lain, sosiopragmatik merupakan titik pertemuan antara sosiologi dan pragmatik. Jelas sekali bahwa sosiopragmatik sangat erat kaitannya dengan sosiologi. Sumarsono (2005:48) mengatakan bahwa tindak tutur adalah suatu ujaran sebagai suatu fungsional dalam komunikasi. Satuan tuturan merupakan sebuah ujaran atau tuturan mengandung maksud. Maksud tuturan sebenarnya harus di identifikasi dengan melihat situasi tuturan yang melatar belakanginya. Permintaan maaf (Apologies) merupakan bentuk lain dari strategi kesantunan. Holmes (1990:155-199), salah satu satu peneliti strategi kesantunan membagi strategi permintaan maaf (apology strategies) menjadi empat kategori, antara lain : 1). Ungkapan maaf eksplisit (an explicit expression of apology) 57

Permohonan maaf yang diucapkan oleh penutur kepada petutur secara gamblang, biasanya disertai penyesalan. 2). Ungkapan maaf sebagai sebuah penjelasan atau laporan terhadap sesuatu yang terjadi (an explanation or an account) Penutur menjelaskan situasi yang membuat dia merasa bersalah atas tindakan yang dilakukannya atau mengungkapkan alasan kepada petutur, biasanya mengesankan adanya pembelaan terhadap dirinya untuk meminimalisasi tingkat kesalahan atau perasaan tidak enak yang dia rasakan terhadap petutur. 3). Ungkapan maaf sebagai pertanggungjawaban atau pengakuan atas kesalahan (an acknowledgement of responsibility) Penutur melakukan pengakuan terhadap kesalahan atau gangguan yang dilakukan. Selain itu, penutur kadang berusaha memberi ganti rugi kepada petutur sebagai pertanggungjawaban atas kesalahan yang dilakukan. 4). Ungkapan maaf sebagai janji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama (a promises of forbearance). Penutur berjanji kepada petutur untuk memperbaiki tingkah lakunya dan berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menurut Holmes, strategi (1) dan (2) adalah yang paling sederhana dan menunjukan tingkat pembebanan atau tingkat kesalahan penutur yang paling ringan. Sedangkan strategi (3) dan (4) merupakan strategi yang lebih rumit dan tingkat pembebanan atau tingkat kesalahan penutur yang lebih berat (1995:1-4). Chie (1970:1-3) mengemukakan bahwa shikaku (atribute) dan Ba (frame) mempunyai pengaruh besar dalam menentukan posisi dan status setiap individu masyarakat Jepang pada hubungan sosial secara vertikal. Shikaku merupakan penggolongan status berdasarkan jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, status sosial dan garis keturunan, Ba adalah penggolongan status lebih berdasarkan tempat terjadinya aktivitas ekonomi individu masyarakat Jepang dan peran individu tersebut dalam satu kelompok atau grup melalui kerangka kerja tertentu. Sehingga shikaku dan Ba membuat masing-masing individu Jepang bersosialisasi dalam batas-batas tertentu agar tetap dalam koridor yang telah menjadi kesepakatan bersama masyarakat Jepang. Shikaku dan Ba inividu berubah sesuai dengan lingkungan sosial dimana individu tersebut berada. Pengaruh Shikaku dan Ba bisa sama kuat atau salah satunya lebih menonjol dari lainnya, tergantung dengan siapa, dimana dan juga peran apa yang disandang oleh individu tersebut. Misalnya, ketika individu Jepang mewakili perusahaannya (dalam hal ini perusahaannya sebagai grupnya), sehingga saat berinteraksi dengan pihak lain di luar grupnya, maka yang lebih menonjol adalah pengaruh Ba. Secara otomatis, individu tersebut akan mengidentifikasikan diri sebagai karyawan perusahaan, tempat dia melakukan aktivitas ekonomi bersama grupnya. Menurut Chie (1970:1-3), orang Jepang di dalam berinteraksi sosial memang selalu mendahulukan kesadaran akan kelompoknya, sehingga perananan kelompok merupakan salah satu sifat yang menonjol di dalam kehidupan masyarakat Jepang METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari dialog drama Zettai Kareshi episode 1 sampai 11, yang ditulis oleh Nezu Rika, karena dalam drama tersebut terdapat cukup banyak bentuk variasi tuturan maaf. Objek penelitian adalah tuturan maaf yang diperoleh dari sumber data. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak, dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap dan Teknik Catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu, yaitu dengan cara membagi unsur pembentuk tuturan maaf menjadi beberapa unsur. Kemudian dilanjutkan dengan teknik hubung banding menyamakan/hbs, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 58

menyimak dialog drama Zettai Kareshi memilih dan mencatat data berupa tuturan maaf menganalisis data berdasarkan jenis tuturan mengidentifikasi strategi permintaan maaf yang digunakan mendeskripsikan faktor sosial masyarakat Jepang yang mempengaruhi pemilihan tuturan maaf. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini diperoleh 16 data variasi tuturan maaf yang diperoleh dari sumber data, yaitu shitsurei shimasu, moushiwakenaindesukedo, nanka suimasen, moushiwakearimasendeshita, moushiwakearimasen, hontou ni sumimasendeshita, omataseshimashita, suimasen, gomennasai, taihen moushiwakegozaimasen, sumimasen, gomen, ojamashimashita. Dari beberapa data yang menggunakan ungkapan maaf yang sama, namun memiliki strategi permintaan maaf yang berbeda karena pengaruh faktor sosial yang berbeda. Dalam penuturan maaf, mayoritas penutur menggunakan strategi permintaan maaf kategori 1) ungkapan maaf eksplisit (an explicit expression of apology), yaitu permohonan maaf yang diucapkan oleh penutur kepada petutur secara gamblang, biasanya disertai penyesalan, karena dengan kategori ini penutur menganggap petutur sudah bisa menerima permintaan maaf atas kesalahan penutur. Penggunaan kategori lain atau pengkombinasian strategi permintaan maaf dilakukan ketika penutur melakukan kesalahan yang lebih berat, seperti yang terdapat dalam data 4, 5, 10 dan 13. Penutur terkadang mengulang permintaan maafnya meskipun petutur memberikan kesan menerima permintaan maaf pertama penutur, sehingga besarnya kesalahan atau gangguan yang dilakukan lebih cenderung berdasarkan pada subyektivitas penutur daripada respon petutur. Faktor sosial dapat diketahui bahwa pengaruh Ba (frame) lebih berperan daripada pengaruh Shikaku (attribute) dalam pemilihan tuturan maaf, karena permasalahan yang terjadi pada drama Zettai Kareshi mayoritas mengambil setting di tempat kerja, sehingga terjadi dalam lingkup in-group dengan hubungan vertikal yang mengacu pada hubungan vertikal atasan-bawahan (jougekankei). Pada salah satu data terdapat pengaruh keakraban shitasiimono (keakraban antar partisipan) yang lebih berperan karena antar partisipan memiliki status yang sama. sehingga konsep Shikaku justru diabaikan. SIMPULAN Analisis penggunaan tuturan maaf dengan strategi permintaan yang digunakan, dan dipengaruhi oleh faktor sosial yang terdapat dalam drama Zettai Kareshi menghasilkan beberapa simpulan. 5.1 Variasi tuturan maaf yang digunakan dalam drama Zettai Kareshi yaitu : 礼します, 申し訳ないんですけど, あっ なんかすいません, 申し訳ありませんでした, 申し訳ありません, 本当にすみませんでし た, お待たせしました, すいません, ごめんな さい, 大変申し訳ございません, すみません, ごめん, お邪魔しました shitsureishimasu, moushiwakenaindesukedo, nanka suimasen, moushiwakearimasendeshita, moushiwakearimasen, hontou ni sumimasendeshita, omataseshimashita, suimasen, gomennasai, taihen moushiwakegozaimasen, sumimasen, gomen, ojamashimashita yang semua tuturan tersebut memiliki arti sebuah permintaan maaf. 5.2 Strategi Permintaan Maaf Berdasarkan hasil analisis, tindak tutur maaf disampaikan sebagai konsekuensi di mana penutur merasa tidak memenuhi tanggung jawabnya kepada petutur, sehingga timbul kekhawatiran hal tersebut akan mengganggu atau mengecewakan petuturnya. 59

Pada data analisis di atas, penutur ungkapan maaf dalam drama Zettai Kareshi mayoritas adalah perempuan, dan lebih sering menerapkan strategi permintaan maaf kategori 1, yaitu tindak tutur maaf secara ekplisit daripada permintaan maaf yang lainnya. Penutur maaf cenderung memilih kategori tersebut disebabkan melalui strategi tersebut, petutur cukup bisa menerima kesalahan atau gangguan yang dilakukan penutur kepada petutur. Selain itu kesalahan atau gangguan yang dilakukan penutur kepada petutur bersifat ringan, sedangkan penutur terlihat menggunakan strategi permintaan maaf lainnya atau mengkombinasikan keduanya pada tingkat kesalahan yang lebih berat (Data 4,5 dan 10), bahkan mengkombinasikan 3 kategori dari strategi permintan maaf karena kesalahan yang lebih berat (Data 13). Penutur terkadang mengulang permintaan maafnya meskipun petutur memberikan kesan menerima permintaan maaf pertama penutur, sehingga besarnya kesalahan atau gangguan yang dilakukan lebih cenderung berdasarkan pada subyektivitas penutur daripada respon petutur. 5.3 Faktor Sosial yang mempengaruhi pemilihan tuturan dan strategi permintaan maaf. Hasil analisis faktor sosial budaya, peranan Ba (frame) lebih menonjol dibandingkan dengan peranan Shikaku (attribute). Hal ini dikarenakan permasalahan dan cerita pada drama Zettai Kareshi mayoritas mengambil setting di tempat kerja yaitu di perusahaan Asamoto. Percakapan hampir semua terjadi dalam lingkup in-group dengan hubungan vertikal yang mengacu pada hubungan atasan-bawahan (jouge-kankei). Hubungan vertikal dalam hal ini hubungan atasan bawahan (jougekankei) sangat berperan dalam pemilihan strategi permintaan maaf yang digunakan dalam drama Zettai Kareshi. Partisipan superior menggunakan futsuugo, sedangkan subordinat umumnya menggunakan teineigo, kenjougo dan sonkeigo. Berdasarkan analisis data 9 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh shitasiimono (keakraban antar partisipan) lebih berperan dalam hubungan antar partisipan yang memiliki status sama, sedangkan konsep Shikaku (attribute) justru diabaikan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Bagi pembelajar bahasa Jepang, ketika melakukan suatu kesalahan disarankan dapat menerapkan strategi permintaan maaf di atas dengan menggunakan salah satu atau beberapa kategori sekaligus, dengan melihat situasi kesalahan yang telah dilakukan. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil situasi tutur yang lebih bervariasi, dengan lingkup out-group, karena dalam penelitian ini, mayoritas terjadinya penuturan maaf berada pada lingkup in-group, sehingga dapat ditemukan jenis tuturan maaf lainnya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain dalam pemilihan tuturan maaf. DAFTAR PUSTAKA Austin, J.L. 1962. How to Do Things With Words. Oxford New York : Oxford University Press. Brown, P. And Levinson, S.C. 1978. Politeness Phenomena: universals in language usage. New York: Cambridge University Press. Gudykunst, W. B. & Nishida, T. (1994). Bridging Japanese/North American differences. Thousand Oaks, CA: Sage. Gunarwan, Asim. 1994. Pragmatik : Pandangan Mata Burung dalam Darjowidjojo ed. Mengiring Rekan Sejati. Jakarta : Lembaga Bahasa Unika Jaya. Holmes, Janet (1990) Apologies in New Zealand English. Language in Society 19: 155-199. 60

Holmes, Janet (1995) Woman, Men and Politeness. New York: Longman. Kàbrt, Filip. 2003. Wakan Electronic Dictionary. Leech, Geoffrey. 1993. Principle of Pragmatics. Terjemahan M.D.D. Oka. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : UI Press. London : Longman. Matsuura, Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang- Indonesia. Jepang : Kyoto Sangyo University Press. Moloeng, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nakane, Chie. 1970. Japanese Society. Berkeley, CA : University of California Press. Nomoto, Kikuo. 1988. Kiso Nihongo Katsuyoo Jiten. Tokyo: Kokuritsu Kokugo Kekyusho. Purwa, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Menyimak Kurikulum 1984. Yogyakarta : Kanisius. Rustono. 1990. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang : IKIP Semarang Press. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik : ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Sumarsono. 2005. Filsafat Bahasa. Jakarta : PT G rasindo. Sutedi, Dedi. 2004. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa 61