Pembangunan Hutan Tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

B. BIDANG PEMANFAATAN

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Panduan Teknis Pelaksanaan Pembalakan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Tractor Logging)

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

E U C A L Y P T U S A.

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Ekologi Padang Alang-alang

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN


PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Iklim Perubahan iklim

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

Bab IV PENEBANGAN POHON

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

II. METODOLOGI. A. Metode survei

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK

Transkripsi:

Pembangunan Hutan Tanaman Kompetensi Utama: Kompetensi Inti Guru: Kompetensi Dasar: Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Memahami konsep dan prinsip pembangunan hutan tanaman, Menerapkan Teknik-Teknik Penebangan Hasil Hutan Kayu Yang Ramah Lingkungan (Reduced Impact Logging) Pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu program Kementerian Kehutanan yang sedang digalakkan. Di masa depan hutan tanaman diharapkan menjadi pemasok utama industri perkayuan dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk masyarakat. Menurut Data Release Ditjen Bina Usaha Kehutanan (2011) jumlah IUPHHK-HTI sampai Triwulan II tahun 2011 sebanyak 245 unit dengan luas lahan 9.927.792 ha. Pencadangan areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di 103 kabupaten/kota yang tersebar di 26 provinsi sampai Triwulan II tahun 2011 seluas 650.662,73 ha. Hutan tanaman memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan hutan alam. Keuntungan hutan tanaman antara lain: 1. Produktivitas tegakan tinggi. Dengan jumlah tanaman pada akhir panen 200-400 pohon per ha dapat dihasilkan kayu 150-250 m3 per hektar melalui teknik silvikultur yang intensif (SILIN) 2. Kayu yang dihasilkan seragam meliputi jenis yang seragam, ukuran kayu pada saat panen yang relatif sama besarnya sehingga memudahkan untuk bahan baku industri perkayuan 3. Menyediakan lapangan kerja yang cukup banyak mulai dari persiapan lahan, penanaman pohon, pemeliharaan sampai penebangan. Tenaga kerja yang diserap khususnya tenaga kasar (buruh) cukup banyak sehingga dapat mengurangi pengangguran 4. Dampak pembangunan hutan tanaman baik langsung maupun tidak langsung dapat menggerakkan perekonomian di suatu lokasi. Misalnya hutan tanaman mangium di Halaman ke 1 dari 22 halaman

Sumatera Selatan (PT Musi Hutan Persada) dan di Riau (PT Riau Andalan Pulp and Paper). Indonesia memiliki berbagai keunggulan dalam pembangunan hutan tanaman diantaranya : posisi Indonesia di daerah tropis dimana cahaya matahari sekitar 12 jam dan tidak terdapat musim dingin; Curah hujan yang sangat penting bagi pertumbuhan pohon terdapat dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan pohon dapat dicapai secara maksimum. Sebagai contoh pertumbuhan pohon sengon sangat cepat dimana pada umur lima tahun mencapai diameter 20-25 cm dan sudah dapat dipanen; tenaga kerja di Indonesia cukup banyak sehingga tidak sulit memperoleh tenaga; lahan utnuk penanaman tersedia cukup luas dimana Kementerian Kehutanan telah mencadangkan lahan cukup luas untuk pembangunan hutan tanaman. Progam penanaman satu milyar pohon pada tahun 2011 dan tahun-tahun berikutnya dan pembangunan hutan tanaman oleh perusahaan dan masyarakat perlu didukung oleh hasilhasil IPTEK diantaranya yang terkait dengan Pemilihan jenis pohon yang tepat. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang terkait dengan Pemilihan Jenis Pohon untuk Pembangunan Hutan Tanaman. Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi para pengguna terutama para penyuluh kehutanan. TUJUAN PENANAMAN Sebelum melaksanakan pembangunan hutan tanaman, perlu ditetapkan tujuan pembangunan hutan tanaman. Tujuan Pembangunan Hutan Tanaman bervariasi diantaranya untuk menghasilkan : 1. Kayu pertukangan termasuk kayu lapis, kayu gergajian, ukiran dll 2. Kayu serat seperti bahan baku pulp dan kertas 3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya rotan, sagu, penghasil getah, penghasil buah, penghasil kulit, minyak atsiri dll 4. Kayu energi seperti wood pellet, kayu bakar, arang, arang aktif dll 5. Rehabilitasi lahan kritis seperti padang alang-alang, sempadan sungai dll KESESUAIAN JENIS POHON DAN TAPAK Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan seperti produktivitas yang tinggi, tumbuh secara baik dan normal serta daur yang ekonomis. Halaman ke 2 dari 22 halaman

Berkaitan dengan itu jenis pohon yang akan ditanam haruslah sesuai dengan tapak (Species site matching). Jenis yang tumbuh di rawa tidak cocok bila ditanam dilahan kering. Begitu pula jenis pohon yang tumbuh di dataran rendah tidak akan tumbuh maksimal bila ditanam di dataran tinggi. Jenis pohon di daerah tropik umumnya tumbuh kurang baik di daerah temperate. Jenis pohon yang tumbuh pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi kurang cocok ditanam pada daerah dengan curah hujan yang rendah. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan hutan tanaman khususnya kesesuaian jenis dan tapak (site) adalah: 1. Ketinggian diatas permukaan laut atau altitude 2. Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanam haruslah memenuhi persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam 3. Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun hutan tanaman. Sebagai contoh jenis pohon jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam pada tanah berkapur dengan musim kemarau dan musim hujan yang jelas misalnya di daerah Cepu (Jawa Tengah). 4. Kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri dari jenis yang perlu cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, jenis yang perlu nanungan pada umur muda misalnya jenis-jenis meranti merah 5. Suhu dan kelembaban di pada lokasi tanaman JENIS-JENIS POHON TUMBUH CEPAT (FAST GROWING SPECIES) Jenis-jenis pohon yang dikategorikan kedalam jenis pohon tumbuh cepat umumnya mempunyai daur tebang atau panen pohon dalam waktu kurang dari 10 tahun. Indonesia memiliki banyak jenis-jenis pohon asli yang tumbuhnya cepat bahkan sangat cepat bila menggunakan teknik penanaman yang tepat. Contoh jenis-jenis pohon tumbuh cepat diantaranya adalah: 1. Sengon (Falcataria moluccana) 2. Mangium (Acacia mangium Wild) 3. Ekaliptus (Eucalyptus pellita, E.urolhylla, E.eurograndis) 4. Nyawai (Ficus variegata) 5. Jabon (Anthocephalus cadamba) 6. Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb.) Halaman ke 3 dari 22 halaman

7. Manglid (Manglietia glauca Bl.) JENIS-JENIS POHON TUMBUH SEDANG DAN LAMBAT (MODERATE AND SLOW GROWING) Masa panen atau daur tebang jenis pohon tumbuh sedang berkisar antara 10-30 tahun dan jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari 30 tahun. Umumnya kayu pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran termasuk dalam jenis tumbuh sedang dan lambat. Contoh jenis pohon tumbuh sedang antara lain: 1. Meranti merah (Shorea leprosula, S.parvifolia, S.johorensis ) 2. Kapur (Dryobalanops lanceolata, D.aromatica) 3. Pulai (Alstonia scholaris, A.sngustiloba) 4. Mahoni (Swietenia macrophylla) 5. Kayu bawang (Disoxylum molissinum ) 6. Bambang lanang (Michelia champaka) 7. Cempaka (Elmerillia champaca) 8. Jelutung (Dyera polyohylla Miq.) 9. Mahoni Afrika (Khaya anthorheca) 10. Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) 11. Pinus (Pinus merkusii) Contoh jenis pohon tumbuh lambat antara lain: 1. Ulin (Eusideroxylon zwageri ) 2. Eboni (Diospyros celebica) 3. Jati (Tectona grandis L.f) 4. Tembesu (Fagraea fragrans) 5. Sungkai (Peronema canescens Jack) 6. Bangkirai (Shorea laevis) 7. Sonokeling (Dalbergia latifolia ) PEMILIHAN JENIS POHON Pemilihan jenis pohon yang akan ditanam dalam pembangunan hutan tanaman sangat penting. Mengingat investasi yang besar dan waktu yang dibutuhkan untuk panen cukup lama yaitu berkisar antara 10-30 tahun maka penentuan jenis pohon jangan sampai salah, Halaman ke 4 dari 22 halaman

apalagi biula dikaitkan dengan selera pasar pada saat panen nantinya. Untuk jenis pohon tumbuh cepat yang umumnya digunakan untuk bahan baku pulp dan bahan bangunan ringan waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat dibandingkan dengan jenis tumbuh sedang dan lambat, karena itu jenis yang dipilih harus tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Menurut Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004) dalam Mile (2007) berbagai produk dan jasa yang mempunyai nilai komersial untuk pengembangan hutan rakyat diantaranya : 1. Hasil hutan berupa kayu pertukangan untuk bangunan, mebel, perkakas kerajinan 2. Kayu lapis, pulp dan kertas 3. Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari tanaman serbaguna (MPTS) berupa buah-buahan, biji-bijian, bunga-bungaan, getah-getahan, rotan bamboo, gaharu, damar, minyak resin, lebah madu dan sutera alam 4. Hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran umbi-umbian dan bungabungaan 5. Hasil tanaman industri berupa tanaman rempah, tanaman obat dan minyak resin serat 6. Jasa lingkungan dari ekosistem hutan yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata alam 7. wisata petualangan, hutan pendidikan dan hutan penelitian Selanjutnya Winrock International (1992) mengemukakan kriteria umum dalam pemilihan jenis untuk ditanam yaitu : 1. Mudah beradaptasi terhadap kondisi tanah dan iklim yang ada 2. Tahan terhadap hama dan penyakit 3. Sedikit biaya dan waktu untuk pengolahan 4. Tahan terhadap kekeringan dan tekanan iklim lainnya 5. Toleran terhadap perlakuan pemangkasan dan trubusan 6. Memiliki pertumbuhan awal yang cepat 7. Mempunyai percabangan rendah yang dapat dengan mudah dipotong dengan peralatan sederhana dan mudah diangkut 8. Mempunyai kadar air kayu yang rendah sehingga mudah dikeringkan Halaman ke 5 dari 22 halaman

9. Mempunyai kegunaan lain yang dapat menyokong kehidupan petani 10. Mempunyai karakteristik akar yang baik Beberapa persyaratan dalam pemilihan jenis pohon untuk tujuan reboisasi dan pemulihan lahan terdegradasi dikemukakan oleh Gintings et.al., 1995 sebagai berikut: 1. Mampu tumbuh ditempat terbuka 2. Dapat bersaing dengan alang-alang secara cepat 3. Jenis yang dipilih disenangi oleh masyarakat disekitar 4. Mudah memperoleh biji 5. Mudah bertunas setelah terbakar 6. Dapat bersimbiose dengan jasad renik tanah Arsyad (1989) dalam Kosasih et.al., (2009) mengemukakan jenis-jenis pohon untuk ditanam pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya memenuhi criteria yang berikut: 1. Termasuk dalam kategori jenis cepat tumbuh 2. Dapat menghasilkan serasah yang banyak 3. Memiliki sistem perakaran yang melebar dan kuat 4. Mempunyai nilai ekonomi 5. Mampu memperbaiki tanah misalnya jenis lamtoro 6. Mempunyai tajuk pohon yang lebat. 7. Keselamatan Pekerjaan 8. Jarak aman Sebelum penebangan dilakukan, Anda harus memastikan bahwa tidak ada orang dalam jarak setidaknya dua kali tinggi pohon dari pohon yang akan Anda jatuhkan. Anda dan rekan kerja Anda harus menggunakan pakaian atau jaket berwarna atau rompi agar mudah terlihat satu sama lain dan orang yang lewat di sekitar area penebangan. Halaman ke 6 dari 22 halaman

Rencanakan penebangan Mulai perencanaan pekerjaan penebangan sebelum Anda menebang. Tentukan arah rebah. Perhatikan faktor-faktor yang berbeda yang dapat mempengaruhi penebangan, seperti arah angin, kekuatan angin, kemiringan dan hambatan di seluruh daerah kerja. Pelajari pohon. Apakah sudah rusak oleh pembusukan, retak atau ada beberapa faktor lainnya? Apakah ada risiko cabang/ranting kering atau rusak jatuh dari pohon atau dari pohon yang berdekatan? Apakah pohon condong ke satu arah tertentu? Ke arah mana harus pohon ditebang, perhitungkan pekerjaan awal agar memudahkan pekerjaan berikutnya? Untuk pekerjaan limbing berikutnya, disarankan untuk mengambil ketinggian kerja yang sesuai. Misalnya, Anda dapat memastikan bahwa pohon itu dijatuhkan ke arah batang pohon yang sudah jatuh, batu atau elevasi lainnya di area itu. Hati-hati terhadap bagian bawah pohon yang ditebang karena bisa saja ada hentakan di situ. Halaman ke 7 dari 22 halaman

Seberapa jauh pohon akan mencapai jarak untuk jatuh? Ketika menebang pohon dekat dengan bangunan, penting untuk memperhatikan jarak jatuh pohon. Salah satu cara adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip geometris sederhana dan menentukan titik di tanah yang membentuk segitiga sama sisi dan siku-siku, yaitu jarak yang sama dengan tinggi pohon. Prinsip ini dapat ditentukan dengan menggunakan tongkat kayu. Pegang tongkat sehingga jarak mata Anda ke tongkat sama dengan panjang tongkat, dan sudut antara dua sisi segitiga menjadi lurus. Ketinggian mata Anda terhadap tanah sama dengan ketinggian pada pohon yang tidak dihitung pada prinsip perhitungan ini. Hasil yang didapat pada perhitungan ketinggian pohon tadi akan ditambahkan jarak dari tanah ke mata Anda. Jatuhkan ke arah alami jatuh jika mungkin Sebagian besar pohon memiliki arah alami jatuh. Hal ini dipengaruhi oleh kecondongan pohon, bentuk cabang dan setiap beban yang ada. Jika Anda tidak yakin dengan bentuk pohon yang condong, bergerak sedikit menjauh dari pohon dan periksa dengan mistar/pengukur tegak lurus. Halaman ke 8 dari 22 halaman

Pada tingkat tertentu, memungkinkan bagi Anda untuk mengarahkan jatuhnya pohon sesuai pada musim gugur, tapi cara ini membutuhkan biaya dan meningkatkan risiko serta aktivitas fisik tambahan. Hal ini membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman bersama dengan alat pendukung yang tepat. Pohon dengan kayu yang sudah lemah, seperti pohon yang mati atau membusuk, harus selalu ditebang ke arah termudah. Pohon yang condong ke arah tertentu, bentuk pohon, panjang pohon, diameter pohon, jenis pohon dan pembusukan merupakan faktor yang mempengaruhi penebangan pohon, serta kemiringan tanah, arah angin, saluran udara, jalan dan bangunan juga harus diperhatikan. Pemanenan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu penebangan, penyaradan (memindahkan kayu dari petak tebang ke TPN) dan pengangkutan (mengeluarkan kayu dari hutan menuju tempat tujuan pengangkutan). Pemanenan merupakan kegiatan kehutanan dengan resiko kesehatan dan kecelakaan kerja serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang tinggi sehingga pengetahuan tentang teknik pemanenan sesuai standar dan prosedur yang benar sangat diperlukan. Dengan memiliki pengetahuan tersebut diharapkan saat bekerja di lapangan akan sesuai dengan standar dan prosedur yang benar. Saat ini telah dikembangkan Halaman ke 9 dari 22 halaman

pendekatan penerapan teknik pemanenan yang ramah lingkungan yang dikenal dengan RIL (Reduce Impact Logging). RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. RIL bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal dan lestari. Dalam konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi pemanenan kayu yaitu: 1. Perncanaan sebelum pemanenan 2. Pembukaan wilayah hutan 3. Operasi penebangan 4. Operasi penyaradan 5. Operasi pengangkutan 6. Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu Ciri ciri penerapan RIL adalah: 1. Peta pohon dan garis kontur berskala besar 2. Peta rencana pemanenan kayu yang memuat informasi a. Garis kontur b. Areal yang dilindungi c. Lokasi pohon masak tebang, pohon inti, pohon dilindungi dan pohon induk d. Jaringan jalan, TPN dan jaringan jalan sarad e. Rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon yang akan ditebang 3. Penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan 4. Penebangan sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik yang tepat 5. Pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana 6. Menggunakan teknik winching 7. Koordinasi operator chainsaw dan operator traktor penyarad 8. Training terhadap pekerja, operastor chainsaw, operator traktor, mandor, supervisor dan inspector blok secara teratur Halaman ke 10 dari 22 halaman

9. Breefing rutin mengenai prosedur teknik 10. Menerapkan tarif upah yang adil dan transparan a. Teknik Penebangan Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu keperluan dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan). Prinsip dalam melakukan penebangan adalah meminimalkan kecelakaan, kerusakan terhadap pohon yang ditebang, tegakan sisa, tanah dan air. Satu regu tebang terdiri dari 1 orang operator chainsaw dan 4-5 helper. Helper memiliki tugas untuk membantu persiapan sebelum penebangan, membersihkan cabang dan ranting dan melakukan pengukuran saat pembagian batang. Hutan hujan tropis seperti di Indonesia merupakan sebuah lingkungan kerja dengan tingkat bahaya yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi pohon yang diatas 40 m, serta tajuk yang lebar dan tidak teratur. Selain itu, tajuk yang saling terkait antara pohon menyulitkan untuk menentukan arah rebah dalam penebangan. Dengan memperhatikan kondisi tersebut maka terdapat beberapa kondisi yang menimbulkan resiko dalam kegiatan penebangan, yaitu: 1. Kayu mungkin tersangkut cabang dan liana saat akan tumbang 2. Cabang dari pohon yang ditebang ataupun pohon didekatnya dapat patah saat proses jatuhnya pohon 3. Pohon yang berdekatan saat penebangan akan memicu kick-back dengan arah yang tidak dapat diprediksi 4. Liana dapat patah dan berbalik arah dengan arah yang tidak dapat diprediksi 5. Tumbangnya pohon dapat menekan pohon lain sehingga dampak yang ditimbulkan 2 kali tinggi pohon yang tumbang Selanjutnya perlu dilakukan usaha untuk meminimalisir resiko kerja dalam penebangan. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah : Halaman ke 11 dari 22 halaman

1. Penebang selalu dibantu oleh helper. Komunikasi sebelum pohon jatuh harus baik sehingga final cut tidak dilakukan sebelum helper menyatakan kondisi aman 2. Selalu menjaga jarak aman antara regu tebang 3. Menunggu beberapa saat setelah pohon jatuh sebelum dilakukan pembagian batang, untuk menghindari cabang yang tersangkut pada pohon lain 4. Saat bekerja dekat jalan atau tempat dengan banyak orang, berikan peringatan akan adanya pohon yang akan tumbang 5. Pastikan saat ada orang lain masuk area penebangan telah memakai alat pelindung diri 6. Pastikan penebang memahami teknik penebangan sehingga akan meminimalkan resiko kerja dan limbah kayu 7. Perusahaan harus melengkapi penebang dengan alat-alat keselamatan diri Beberapa alat keselamatan diri yang harus digunakan dalam penebangan adalah: 1. Helm 2. Sarung tangan 3. Penutup telinga 4. Kaca penutup muka 5. Baju dan celana panjang 6. Sepatu boot 7. Chainsaw harus dilengkapi dengan penghenti rantai otomatis Sebelum melakukan penebangan maka penebang perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar antara lain: 1. Kemampuan menentukan arah rebah ke arah jalan sarad 2. Kemampuan menebang dengan dampak yang kecil 3. Pohon yang akan dipanen pada periode berikutnya menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam menentukan arah rebah 4. Pengalaman menebang akan dapat menghindari jatuh pohon di tanah yang tidak rata, batang retak yang akan mengurangi volume kayu Halaman ke 12 dari 22 halaman

5. Penebangan harus dilengkapi dengan peta topografi yang menggambarkan area penyangga, daerah yang curam dan peta pohon sehingga dapat mengarahkan arah rebah ke jalan sarad sehingga penyaradan lebih efektif 6. Lebih baik apabila memiliki buku saku kebijakan penebangan di perusahaan Persiapan sebelum penebangan: Persiapan sebelum penebangan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Setelah regu tebang mempersiapkan chainsaw, memastikan kondisi alat baik dan dapat beroperasi, termasuk mempersiapkan bahan bakar. Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum melakukan penebangan adalah: 1. Menentukan arah rebah 2. Membersihkan bagian bawah pohon dan mempersiapkan gergaji mesin 3. Liana pada pohon harus dipotong 4. Helper membersihkan daerah disekitar pohon dan area penyelamatan 5. Membuat takik rebah menghadap arah rebah Gambar 1: copyright Operational consideration for reduce impact logging Halaman ke 13 dari 22 halaman

Kegiatan membersihkan rintangan berupa liana bertujuan untuk meminimalisir bahaya kecelakaan kerja, kerusakan alat dan mempermudah pekerjaan penebangan. Pada perusahaan kegiatan ini biasanya disebut pengimasan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memudahkan membuat takik rebah dan takik belas serta memotong banir pohon sheingga memungkinkan tunggul yang ditinggalkan rendah (di atas banir untuk pohon berbanir) dan sekitar 5 10 cm diatas tanah untuk pohon tidak berbanir. Pelaksanaan pengimasan dilakukan saat akan menebang namun pada perusahaan besar dapat dilakukan 1 bulan sebelum penebangan sebagai persiapan penebangan. Dalam Endom, Wesman dan Sukanda. 2009. Disampaikan bahwa di perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) tertentu telah menjadi prosedur bahwa sebelum dilakukan penebangan ada kegiatan pengupasan kulit dalam keadaan berdiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperingan pekerjaan saat pengupasan lanjutan setelah kayu ditebang. Pengupasan dilakukan dari pangkal bawah sekitar 5 cm dari tanah dan dapat dipakai sebagai tanda batas tinggi tunggul. Dengan menggunakan parang, pengupasan kulit kayu sampai kira-kira 4-8 meter dari pangkal pohon. Ada pula pengupasan yang dilakukan setelah pohon ditebang dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran (sortimen) tertentu. Pengupasan setelah penebangan dilakukan minimal 95%. Kulit kayu, ranting dan cabang yang tidak terpakai diletakkan di jalur sarad secara merata dan jalur sarad harus terbebas dari kayu yang masih dimanfaatkan. Penentuan arah rebah Setelah melakukan pembersihan bagian bawah pohon maka berikutnya adalah kegiatan menentukan arah rebah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah: 1. Keadaan pohon, posisi tumbuhnya pohon, percabangan, tajuk, liana/tumbuhan yang terkait dengan pohon lain 2. Arah angin 3. Keamanan pekerja (jarak antar regu tebang min 2 x tinggi pohon) 4. Keadaan lapangan (usahakan pohon jatuh kearah lereng bukit yang datar/rata) Halaman ke 14 dari 22 halaman

5. Keselamatan kayu (batang jatuh usahakan tidak menimpa batu, tunggak, selokan, parit atau batang kayu lain) 6. Arah penyaradan Prosedur penentuan arah rebah: 1. Arah rebah yang terbaik adalah mendekati jalan sarad dengan pola sirip ikan (sudut 30 45 derajat) atau arah rebah sejajar diatas jalan sarad dengan arah berlawanan dengan arah penyaradan 2. Bila memungkinkan arah rebah diarahkan ke tempat kosong dan pada tajuk yang sudah ditebang sebelumnya 3. Pada areal curam arah rebah kesamping lereng (kontur) Teknik penebangan sesuai Reduce Impact Logging Pada dasarnya penebangan dilakukan dengan membuat takik rebah, takik balas dan membuat engsel. Takik rebah dibuat dengan membuat potongan datar (alas takik) dan potongan miring (atap takik) yang bertujuan untuk mengarahkan rebahan pohon sehingga pohon akan rebah sesuai arah rebah yang ditentukan, mencegah terjadinya ungkitan pada tunggak, penuntun terciptanya engsel setelah takik rebah dibuat dan untuk menentukan letak takik balas. Takik rebah dibuat searah dengan arah rebah yang dibuat. Selanjutnya takik balas adalah potongan datar yang dibuat lebih tinggi dari alas takik rebah dan berlawanan dengan takik rebah bertujuan untuk mengurangi kekuatan serat pada bagian tersebut sehingga mempermudah rebahnya pohon. Engsel dibuat dengan menyisakan bagian pohon antara takik balas dan takik rebah yang bertujuan untuk mengurangi kecepatan jatuhnya pohon sehingga dapat menghindari rusaknya kayu hasil penebangan. Teknik pembuatan takik rebah, takik balas dan engsel adalah: Halaman ke 15 dari 22 halaman

Teknik memotong takik balas adalah: Beberapa teknik penebangan pohon berdasarkan pedoman Reduce Impact Logging adalah: a. Teknik Penebangan pada Pohon normal Tahapan kerja: 1. Buat takik rebah dengan membuat potongan datar sedalam ¼ - 1/3 diameter pohon pada ketinggian maksimum 50 cm (lebih rendah akan lebih baik) 2. Buat potongan atap/miring takik rebah dengan sudut 45 derajat terhadap potongan datar 3. Buat potongan datar dari belakang takik rebah setinggi 5 10 cm dari potongan datar takik rebah 4. Tinggalkan engsel selebar 1/10 1/6 diameter pohon b. Teknik menebang pohon miring Halaman ke 16 dari 22 halaman

- Takik rebah dibuat sesuai dengan arah rebah yang diinginkan - Buat engsel asimetris dimana lebar kayu negsel lebih sempit disisi arah miring pohon - Gunakan baji untuk membantu mengarahkan arah rebah pohon 1. Teknik menebang pohon kecil yang miring Tahapan: 1. Buat takik rebah 2. Buat takik balas dengan pemotongan dari sisi kiri dan kanan takik balas 3. Potong dari depan takik balas 2. Teknik menebang pohon besar yang miring Tahapan kerja: 1. Buat takik rebah 2. Buat takik balas dengan cara menusuk dari samping kiri takik balas 3. Pemotongan dengan cara menusuk dari samping kanan takik balas 4. Pemotongan takin balas dari depan takik balas c. Teknik menebang pohon besar 1. Membuat takik rebah 2. Membuat lubang pusat Halaman ke 17 dari 22 halaman

3. Membuat takik balas setinggi 10-20 cm diatas takik rebah d. Teknik menebang pohon berbanir Banir merupakan bagian pohon yang khas berupa akar yang menganjur keluar menyerupai dinding penopang pohon pada pangkal pohon. Saat akan menebang pohon berbanir ada beberapa teknik memanfaatkan batang berbanir antara lain: 1. Merimbas banir setelah pohon rebah 2. Banir besar dipotong sebelum penebangan Teknik menebang pohon berbanir Halaman ke 18 dari 22 halaman

Keterangan gambar: 1. Takik rebah 2. Menghilangkan banir samping 3. Takik balas a. Arah rebah b. Tinggi takik rebah c. Tinggi takik balas d. Engsel e. baji tahapan kerja: 1. buat takik rebah 2. hilangkan banir di samping kiri dan kanan takik balas 3. buat takik balas f. teknik menebang pohon berbanir yang miring Keterangan gambar: a. arah rebah sama dengan arah miring pohon b. Arah rebah berlawanan dengan arah miring pohon c. Arah rebah menyerong ke kiri atau ke kanan arah miring pohon Bilangan 1, 2, 3 dan 4 menunjukan urutan/tahapan kerja (membuat takik rebah, menghilangkan banir, pembuatan takik balas dan memotong banir penahan) Halaman ke 19 dari 22 halaman

Saat pembuatan takik tidak sesuai dengan ketentuan maka akan mengakibatka banyak kerugaian secara ekonomi dan meningkatkan resiko kerja. Beberapa akibat yang ditimbulkan akibat pembuatan takik balas yang tidak sesuai adalah: 1. Terlalu tinggi = Pemborosan kayu 2. Dua takik rebah = arah rebah meragukan 3. Terlalu tinggi dan miring = pemborosan kayu dan arah rebah meragukan b. Pembagian batang Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa membagi batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk mendapatkan kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh pembeli. Hal ini menjadi penting karena apabila terjadi salah pengukuran dalam pembagian batang, kayu tidak akan laku di jual atau nilai ekonominya menjadi turun, bahkan hanya akan menjadi limbah. Untuk itu, pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pembagian batang sangat penting untuk dikuasai oleh operator. Sebelum kegiatan pembagian batang, perlu dilakukan pembersihan cabang dan ranting. Seluruh cabang dan ranting dari pohon yang rebah dibersihkan, dipapras/dipotong dengan dengan menggunakan chainsaw atau parang sehingga batang bersih dan menjadi kayu bulat (log). Usahakan pemotongan cabang dan ranting tersebut tidak merusak bagian kayu bulat (log) karena akan menimbulkan cacat dan mengurangi nilai kayu. Halaman ke 20 dari 22 halaman

Sebelum pemotongan batang perlu dilakukan pengukuran dan pembagian batang. Dalam pengukuran dan pembagian batang biasanya diberikan kelebihan ukuran (spilasi) dari ukuran yang dipersyaratkan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kesalahan pemotongan. Teknik pembagian batang sesuai Reduce Impact Logging Beberapa teknik pemotongan batang sesuai Reduce Impact Logging adalah: 1. Pemotongan batang harus tegak lurus sumbu batang, tidak boleh miring melebihi 10 derajat terhadap sumbu vertikal. 2. Teknik Pemotongan batang yang ada tegangan Potong bagian yang mengalami tekanan (a) lalu potong bagian yang mengalami regangan (b) 3. Teknik memotong batang Rangkuman: 1. RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. RIL bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap Halaman ke 21 dari 22 halaman

lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal dan lestari. 2. Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu keperluan dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan). 3. Penebangan merupakan kegiatan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi sehingga dalam melakukannya perlu dilengkapi dengan alat pelindung diri, persiapan kerja yang baik (pemeriksaan kondisi chainsaw dan bahan bakar, pembersihan liana, penentuan arah rebah) dan teknik penebangan yang benar (takik rebah, takik balas, engsel) 4. Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa membagi batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk mendapatkan kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh pembeli. Halaman ke 22 dari 22 halaman