Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY
Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat ini banyak ibu yang bekerja dan ketersediaannya pendidikan untuk anak pra sekolah Ternyata peran teman sebaya memberikan pengaruh khusus bagi perkembangan anak karena anak akan melakukan eksperimen terhadap inter-personalnya dan juga anak akan melakukan eksplorasi terhadap hal tersebut
Awal interaksi dengan teman sebaya Interaksi sosial dengan teman sebaya dilakukan sejak masa bayi Pada saat anak usia 2 tahun anak sudah mengalami perkembangan berupa locomotion dan perkembangan bahasa Kondisi tersebut akan membuat anak mampu melakukan in-sos yang lebih kompleks sehingga membentuk peer group
Infancy and toddlerhood Usia 6 bulan : memegang dan melihat satu sama lain dan akan menangis juga jika anak lain menangis 6-12 bulan : anak mencoba untuk mempengaruhi partner mereka dengan melakukan vokalisasi, melihat, menyentuh, dan melambai pada anak lain (sedikit ada mendorong dan memukul)
Cont 13-24 bulan : anak sudah mampu untuk locomotion dan berbahasa sehingga interaksi sosialnya sudah melibatkan pertukaran giliran dan peran (ada yang mengejar dan dikejar, ada yang sembunyi dan pencari). Anak juga mulai mengimitasi perilaku anak lain. Anak yang diimitasi juga sudah membentuk kesadaran bahwa dirinya diimitasi. Anak sudah dapat tersenyum dan tertawa pada anak lain
Cont 25 36 bulan (late toddler) : anak sudah mampu membagi suatu makna dan mereka sudah memahami bagaimana memainkan suatu permainan. Pada fase ini mulai muncul konflik. Selain itu, interaksinya sudah mulai berubah menjadi sebuah hubungan (yaitu masing-masing pihak sudah mengenal dengan baik) Anak juga mulai banyak melakukan permainan sosial dan sudah dengan jelas menunjukkan keinginannya untuk bermain dengan peer serta menolak orang dewasa
Awal masa sekolah Yaitu masa pra sekolah dan masa sekolah dasar Peranan peer semakin besar bagi anak Jumlah permainan sosial juga bertambah Dan keinginan untuk bermain sendiri atau dengan ibu semakin berkurang Melalui peer anak belajar mengenai cara belajar sesuatu, aturan yang berbeda dengan yang ada di keluarga seolah-olah peer menjadi sumber pengetahuan
Cont Seiring dengan bertambahnya usia, peer dianggap sebagai sumber reinforcement, model, self image dan self esteem (melalui perbandingan sosial) dan sebagai guide atau instruktur (sehingga lebih banyak aktu dihabiskan dengan peer daripada dengan keluarga) Anak akan belajar tentang skill sosial yang baru melalui imitasi dan modeling. Anak juga menjadi anggota dalam sebuah kelompok Perkembangan dirinya (self esteem dan self image) akan semakin bertambah dengan cara membandingkan antara diri dengan orang lain
Cont Perbandingan sosial yang dilakukan anak adalah merupakan proses evaluasi terhadap karakteristik, kemampuan, nilai dan kualitas lainnya yang dimiliki oleh seorang anak yang kemudian dibandingkan dengan dirinya sendiri
Bermain dan fungsinya In-sos yang dibangun anak dengan peer atau orang lain adalah melalui permainan, yaitu aktivitas yang dilakukan karena dorongan dari dalam diri. Permainan yang dilakukan menekankan pada arti bukan pada tujuan akhir, bebas dari aturan eskternal, tidak serius dan menuntut keterlibatan yang tinggi
Fungsi bermain???? Meningkatkan kemampuan intelektual (mempermudah perkembangan kognitif terjadi) misalnya permainan tentang eksplorasi lingkungan, mempelajari hal-hal yang ada di lingkungan atau permainan pemecahan masalah (monopoli) Meningkatkan kemampuan sosial anak permainan fantasi, peran, pemahaman akan berbagai macam peran (main pasar-pasaran, dokter, dll) Anak belajar untuk menyelesaikan atau memecahkan sesuatu masalah emosi dan belajar bagaimana mengatasi kecemasan dan konflik (namun dalam situasi yang tidak menakutkan)
Play, fantasies and social competence Melalui permainan, anak belajar tidak hanya menggunakan fantasi mereka namun juga melakukan dan mewujudkan fantasinya ke dalam kenyataan Permainan fantasi yang sering dilakukan anak adalah pretend play (yaitu permainan yang membuat anak dapat mempraktekkan khayalan mereka tentang peran masa depan, dapat merasakan dan mengalaminya sendiri dalam suatu konteks permainan)
Cont Munculnya usia 1-2 tahun Bentuknya adalah fantasy solitary play kemudian berubah menjadi fantasy social play Teman yang diajak bermain awalnya adalah ibu dan saudara kemudian setelah kenal dengan lingkungan luar keluarga mulai bermain dengan peer Contoh fantasy play : memberi makan bayi, memandikan bayi, dll
Pretend play di usia 3 tahun Sifatnya lebih kompleks, kooperatif, dramatis, dan anak berbagu makna simbolik Kemudian memasuki usia 4,5 tahun, permainan yang dilakukan menjadi lebih lama dan memiliki peran, aturan dan tema yang sifatnya negosiatif Domestic fantasy play akan berkurang saat anak masuk usia sekolah (fantasi petualangan mulai meningkat pada usia menjelang remaja)
Cont Permainan fantasi tidak hilang hanya saja berubah bentuk seiring dengan bertambahnya usia anak Dengan fantasi anak dapat belajar cara mengatasi rasa takutnya
Play, peers and pathology Menjalin in-sos dengan peer akan membuat anak belajar untuk mengembangkan kontrol diri, menekan impulsivitas dan agresi, berbagi, kerja sama, kemandirian, dan kematangan sosial Permainan dapat menjadi alat terapi bagi anak yang memiliki masalah emosi. Anak yang takut tidur dalam gelap, dapat sembuh melalui permainan fantasi yang ia lakukan
Penerimaan peer Jika penerimaan peer baik maka kemampuan sosial anak akan berkembang dengan baik pula Ada beberap istilah yang digunakan dalam konteks penerimaan peer, yaitu ppular children, average children, controversial children, neglected children, rejected children, aggressive rejected children dan non aggressive rejected children
Penilaian peers Popular children : Adalah anak yang paling disukai oleh teman sebayanya Average children : anak yang memiliki teman tetapi tidak sepopuler anak yang populer Controversial children : anak yang disukai banyak teman tetapi juga tidak disukai oleh banyak teman yang lain
Cont Neglected children: anak yang cenderung diisolasi secara sosial dan mereka memiliki sedikit teman tetapi tidak berarti tidak disukai teman Rejected children: anak yang tidak disukai oleh banyak peer dan hanya sedikit yang menyukainya
Cont Aggressive rejected children : anak yang memiliki perilaku agresif, memiliki kontrol diri yang rendah dan memiliki masalah perilaku Nonaggressive rejected children: anak yang cenderung menarik diri, pencemas dan tidak mampu bersosialisasi
Kesan pada anak Anak akan memberikan kesan pada teman sebayanya melalui karakteristik yang tampak misalnya melalui nama atau penampilan fisik Anak usia 3-5 tahun dapat membedakan anak yang menarik dan yang tidak menarik. Penilaian yang mereka lakukan mirip dengan yang orang dewasa lakukan Keduanya lebih menyukai anak atau orang yang menarik daripada yang tidak menarik
Cont. Anak dengan masalah sosial akan cenderung memilih teman yang usianya lebih muda. Sedangkan anak dengan kemampuan sosial yang baik akan dapat menjalin hubungan dengan teman sebayanya (sama usia) Pada masa anak-anak, mereka cenderung untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin, meskipun mereka masih mau untuk bermain dengan lawan jenis (namun frekuensinya lebih sedikit)
cont Menjelang masa remaja, mereka lebih memilih untuk berteman dengan lawan jenis Anak perempuan lebih memilih permainan yang tidak menguras banyak energi, dalam kelompok kecil, dekat dengan sekolah atau pengawasan orangtua Tidak demikian dengan anak laki-laki
Akibat karena tidak populer Kesepian (banyak terjadi pada anak rejected children) Tidak puas secara sosial Menjadi korban kekerasan verbal dan non verbal Pada masa berikutnya (jika berlangsung terus) akan membuat anak menjadi drop out dari sekolah dan mengembangkan perilaku kriminal
Friendships Adalah ikatan komitmen yang sifatnya timbal balik antara dua orang yang memandang diri mereka relatif setara Ada tiga tingkatan pertemanan : a. Reward-cost stage b. Normative stage c. Emphatic stage
Reward-cost stage Anak mengharapkan temannya akan menawarkan bantuan, berbagi aktiviyas, memberikan ide, bergabung dalam permainan, menawarkan suatu penilaian, secara fisik dekat dan tinggal di lingkungan yang sama
Normative stage Anak berharap temannya akan menerima dan mengangguminya, membawa kesetiaan dan komitmen pertemanan, menunjukkan nilai dan sikap yang sama terhadap suatu aturan dan sanksi yang ada
Emphatic stage Anak mulai berharap adanya ketulusan dan keintiman dalam pertemanan mereka, berharap agar temannya memahami, dan teman bersedia untuk terbuka, berharap teman mau menerima pertolongan, saling berbagi minat, serta memegang sikap dan nilai yang sama
Cliques Adalah kelompok yang terbentuk dari pertemanan yang terjalin Isinya 3-9 orang Biasanya dengan gender dan ras yang sama Banyak terjadi pada usia 11 tahun Mulai menurun saat anak masuk usia remaja (SMA)
Crowds Anak SMA memilih untuk mundur dari clique dan masuk crowds Adalah sekumpulan orang yang berbagi sikap dan aktivitas yang diidentifikasikan dengan stereotipe tertentu, misalnya popular or nerds Kelompok ini terbentuk atas dasar konsensus dari anggotanya