Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Sepanjang Hayat

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

MASA KANAK-KANAK AWAL

Teori Perkembangan Psikososial. Oleh : Yulia Ayriza

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

Social Learning Theory

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Masa Kanak-Kanak Akhir. Siti Rohmah Nurhayati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

Freud s Psychoanalytic Theories

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Psikologi Pendidikan di dalam Ruangan Kelas. Henry Clay Lindgren Profesor Psikologi San Francisco State University

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

Rentang Perkembangan Manusia UMBY

Memahami dan Mencegah Terjadinya Kekerasan di Sekolah

Behavior and Social Learning Theory

Pembelajaran dan Pembiasaan Aspek (Keterampilan) Sosial Peserta Didik di Institusi Prasekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

C. Teknik-teknik Gambar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

S A N T I E. P U R N A M A S A R I, M. S I, P S I K O L O G F A K U L T A S P S I K O L O G I U M B Y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL. Presented by : Dr. Mohammad Yamien,M.Si

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA. Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti ah, M.A, P.hD.

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

PENERIMAAN TEMAN SEBAYA SEBAGAI INDIKATOR KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI : ARTI PENTING PENGEMBANGAN KARAKTER SEJAK USIA DINI

PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

Transkripsi:

Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat ini banyak ibu yang bekerja dan ketersediaannya pendidikan untuk anak pra sekolah Ternyata peran teman sebaya memberikan pengaruh khusus bagi perkembangan anak karena anak akan melakukan eksperimen terhadap inter-personalnya dan juga anak akan melakukan eksplorasi terhadap hal tersebut

Awal interaksi dengan teman sebaya Interaksi sosial dengan teman sebaya dilakukan sejak masa bayi Pada saat anak usia 2 tahun anak sudah mengalami perkembangan berupa locomotion dan perkembangan bahasa Kondisi tersebut akan membuat anak mampu melakukan in-sos yang lebih kompleks sehingga membentuk peer group

Infancy and toddlerhood Usia 6 bulan : memegang dan melihat satu sama lain dan akan menangis juga jika anak lain menangis 6-12 bulan : anak mencoba untuk mempengaruhi partner mereka dengan melakukan vokalisasi, melihat, menyentuh, dan melambai pada anak lain (sedikit ada mendorong dan memukul)

Cont 13-24 bulan : anak sudah mampu untuk locomotion dan berbahasa sehingga interaksi sosialnya sudah melibatkan pertukaran giliran dan peran (ada yang mengejar dan dikejar, ada yang sembunyi dan pencari). Anak juga mulai mengimitasi perilaku anak lain. Anak yang diimitasi juga sudah membentuk kesadaran bahwa dirinya diimitasi. Anak sudah dapat tersenyum dan tertawa pada anak lain

Cont 25 36 bulan (late toddler) : anak sudah mampu membagi suatu makna dan mereka sudah memahami bagaimana memainkan suatu permainan. Pada fase ini mulai muncul konflik. Selain itu, interaksinya sudah mulai berubah menjadi sebuah hubungan (yaitu masing-masing pihak sudah mengenal dengan baik) Anak juga mulai banyak melakukan permainan sosial dan sudah dengan jelas menunjukkan keinginannya untuk bermain dengan peer serta menolak orang dewasa

Awal masa sekolah Yaitu masa pra sekolah dan masa sekolah dasar Peranan peer semakin besar bagi anak Jumlah permainan sosial juga bertambah Dan keinginan untuk bermain sendiri atau dengan ibu semakin berkurang Melalui peer anak belajar mengenai cara belajar sesuatu, aturan yang berbeda dengan yang ada di keluarga seolah-olah peer menjadi sumber pengetahuan

Cont Seiring dengan bertambahnya usia, peer dianggap sebagai sumber reinforcement, model, self image dan self esteem (melalui perbandingan sosial) dan sebagai guide atau instruktur (sehingga lebih banyak aktu dihabiskan dengan peer daripada dengan keluarga) Anak akan belajar tentang skill sosial yang baru melalui imitasi dan modeling. Anak juga menjadi anggota dalam sebuah kelompok Perkembangan dirinya (self esteem dan self image) akan semakin bertambah dengan cara membandingkan antara diri dengan orang lain

Cont Perbandingan sosial yang dilakukan anak adalah merupakan proses evaluasi terhadap karakteristik, kemampuan, nilai dan kualitas lainnya yang dimiliki oleh seorang anak yang kemudian dibandingkan dengan dirinya sendiri

Bermain dan fungsinya In-sos yang dibangun anak dengan peer atau orang lain adalah melalui permainan, yaitu aktivitas yang dilakukan karena dorongan dari dalam diri. Permainan yang dilakukan menekankan pada arti bukan pada tujuan akhir, bebas dari aturan eskternal, tidak serius dan menuntut keterlibatan yang tinggi

Fungsi bermain???? Meningkatkan kemampuan intelektual (mempermudah perkembangan kognitif terjadi) misalnya permainan tentang eksplorasi lingkungan, mempelajari hal-hal yang ada di lingkungan atau permainan pemecahan masalah (monopoli) Meningkatkan kemampuan sosial anak permainan fantasi, peran, pemahaman akan berbagai macam peran (main pasar-pasaran, dokter, dll) Anak belajar untuk menyelesaikan atau memecahkan sesuatu masalah emosi dan belajar bagaimana mengatasi kecemasan dan konflik (namun dalam situasi yang tidak menakutkan)

Play, fantasies and social competence Melalui permainan, anak belajar tidak hanya menggunakan fantasi mereka namun juga melakukan dan mewujudkan fantasinya ke dalam kenyataan Permainan fantasi yang sering dilakukan anak adalah pretend play (yaitu permainan yang membuat anak dapat mempraktekkan khayalan mereka tentang peran masa depan, dapat merasakan dan mengalaminya sendiri dalam suatu konteks permainan)

Cont Munculnya usia 1-2 tahun Bentuknya adalah fantasy solitary play kemudian berubah menjadi fantasy social play Teman yang diajak bermain awalnya adalah ibu dan saudara kemudian setelah kenal dengan lingkungan luar keluarga mulai bermain dengan peer Contoh fantasy play : memberi makan bayi, memandikan bayi, dll

Pretend play di usia 3 tahun Sifatnya lebih kompleks, kooperatif, dramatis, dan anak berbagu makna simbolik Kemudian memasuki usia 4,5 tahun, permainan yang dilakukan menjadi lebih lama dan memiliki peran, aturan dan tema yang sifatnya negosiatif Domestic fantasy play akan berkurang saat anak masuk usia sekolah (fantasi petualangan mulai meningkat pada usia menjelang remaja)

Cont Permainan fantasi tidak hilang hanya saja berubah bentuk seiring dengan bertambahnya usia anak Dengan fantasi anak dapat belajar cara mengatasi rasa takutnya

Play, peers and pathology Menjalin in-sos dengan peer akan membuat anak belajar untuk mengembangkan kontrol diri, menekan impulsivitas dan agresi, berbagi, kerja sama, kemandirian, dan kematangan sosial Permainan dapat menjadi alat terapi bagi anak yang memiliki masalah emosi. Anak yang takut tidur dalam gelap, dapat sembuh melalui permainan fantasi yang ia lakukan

Penerimaan peer Jika penerimaan peer baik maka kemampuan sosial anak akan berkembang dengan baik pula Ada beberap istilah yang digunakan dalam konteks penerimaan peer, yaitu ppular children, average children, controversial children, neglected children, rejected children, aggressive rejected children dan non aggressive rejected children

Penilaian peers Popular children : Adalah anak yang paling disukai oleh teman sebayanya Average children : anak yang memiliki teman tetapi tidak sepopuler anak yang populer Controversial children : anak yang disukai banyak teman tetapi juga tidak disukai oleh banyak teman yang lain

Cont Neglected children: anak yang cenderung diisolasi secara sosial dan mereka memiliki sedikit teman tetapi tidak berarti tidak disukai teman Rejected children: anak yang tidak disukai oleh banyak peer dan hanya sedikit yang menyukainya

Cont Aggressive rejected children : anak yang memiliki perilaku agresif, memiliki kontrol diri yang rendah dan memiliki masalah perilaku Nonaggressive rejected children: anak yang cenderung menarik diri, pencemas dan tidak mampu bersosialisasi

Kesan pada anak Anak akan memberikan kesan pada teman sebayanya melalui karakteristik yang tampak misalnya melalui nama atau penampilan fisik Anak usia 3-5 tahun dapat membedakan anak yang menarik dan yang tidak menarik. Penilaian yang mereka lakukan mirip dengan yang orang dewasa lakukan Keduanya lebih menyukai anak atau orang yang menarik daripada yang tidak menarik

Cont. Anak dengan masalah sosial akan cenderung memilih teman yang usianya lebih muda. Sedangkan anak dengan kemampuan sosial yang baik akan dapat menjalin hubungan dengan teman sebayanya (sama usia) Pada masa anak-anak, mereka cenderung untuk bermain dengan teman sesama jenis kelamin, meskipun mereka masih mau untuk bermain dengan lawan jenis (namun frekuensinya lebih sedikit)

cont Menjelang masa remaja, mereka lebih memilih untuk berteman dengan lawan jenis Anak perempuan lebih memilih permainan yang tidak menguras banyak energi, dalam kelompok kecil, dekat dengan sekolah atau pengawasan orangtua Tidak demikian dengan anak laki-laki

Akibat karena tidak populer Kesepian (banyak terjadi pada anak rejected children) Tidak puas secara sosial Menjadi korban kekerasan verbal dan non verbal Pada masa berikutnya (jika berlangsung terus) akan membuat anak menjadi drop out dari sekolah dan mengembangkan perilaku kriminal

Friendships Adalah ikatan komitmen yang sifatnya timbal balik antara dua orang yang memandang diri mereka relatif setara Ada tiga tingkatan pertemanan : a. Reward-cost stage b. Normative stage c. Emphatic stage

Reward-cost stage Anak mengharapkan temannya akan menawarkan bantuan, berbagi aktiviyas, memberikan ide, bergabung dalam permainan, menawarkan suatu penilaian, secara fisik dekat dan tinggal di lingkungan yang sama

Normative stage Anak berharap temannya akan menerima dan mengangguminya, membawa kesetiaan dan komitmen pertemanan, menunjukkan nilai dan sikap yang sama terhadap suatu aturan dan sanksi yang ada

Emphatic stage Anak mulai berharap adanya ketulusan dan keintiman dalam pertemanan mereka, berharap agar temannya memahami, dan teman bersedia untuk terbuka, berharap teman mau menerima pertolongan, saling berbagi minat, serta memegang sikap dan nilai yang sama

Cliques Adalah kelompok yang terbentuk dari pertemanan yang terjalin Isinya 3-9 orang Biasanya dengan gender dan ras yang sama Banyak terjadi pada usia 11 tahun Mulai menurun saat anak masuk usia remaja (SMA)

Crowds Anak SMA memilih untuk mundur dari clique dan masuk crowds Adalah sekumpulan orang yang berbagi sikap dan aktivitas yang diidentifikasikan dengan stereotipe tertentu, misalnya popular or nerds Kelompok ini terbentuk atas dasar konsensus dari anggotanya