BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

perencanaan dan pembangunan suatu sekolah dasar. Tanpa adanya jalan yang mengajar terdiri dari enam hari dalam seminggu, kegiatan tersebut menjadi

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sumbu Imaginer dan filosofi, sumber : penulis

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

Perencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar

PERANCANGAN KOTA. BAB II Ruang Kota (Urban Space) TINJAUAN PUSTAKA Batasan Pengertian Perancangan Kota Ruang Terbuka (Open Space)

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

Transformasi pada objek

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Komponen-komponen enclosure yang memiliki karakteristik terdapat kumpulan grafiti liar, terdapat akses ke arah komponen enclosure, terdapat media pada komponen enclosure, dan terdapat perbedaan fungsi bangunan akan mengundang terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut. Karakteristik komponen enclosure tersebut disebabkan oleh adanya karakter yang terdapat pada setiap komponen enclosure, yaitu: 1. Komponen enclosure yang berupa fasad bangunan-bangunan yang tanpa pagar, memiliki pagar solid, memiliki setback kecil yaitu kurang dari 6m, dan memiliki akses menuju signshop akan menjadi sasaran grafiti liar. 2. Komponen enclosure yang berupa bangunan-bangunan dengan fungsi komersil, hunian, dan bangunan kosong akan menjadi sasaran grafiti liar 3. Komponen enclosure yang berupa bangunan-bangunan yang memiliki setback kecil yaitu kurang dari 6m akan menjadi sasaran grafiti liar. Pada prinsipnya, semakin kecil setback, semakin besar peluang grafiti liar untuk mengotori bangunan tersebut. Sebaliknya semakin besar setback, semakin kecil peluang grafiti liar untuk mengotori bangunan tersebut 4. Komponen enclosure yang berupa Street furniture yang terletak di dekat bangunan yang telah terkena grafiti liar, baik terletak di samping, di depan, atau di antara bangunan tersebut dengan jarak kurang dari ±15m akan menjadi sasaran grafiti liar. Dengan kata lain hubungan grafiti liar dengan street furniture adalah mengenai posisi/letak street furniture terhadap bangunan di sekitarnya. 5. Komponen enclosure yang berupa trotoar yang terletak di dekat bangunan yang telah terkena grafiti liar akan menjadi sasaran grafiti liar. Prinsip ini sama dengan hubungan antara grafiti liar dengan street furniture 120

Eksistensi grafiti liar tidak memiliki hubungan dengan nilai sense of space pada teori enclosure. Grafiti liar di Jl Brigjen Katamso menyebar dengan acak tanpa memperhatikan kaidah nilai sense of space. Demikian pula dengan pola penyebaran grafiti liar di Jl Brigjen Katamso tidak memiliki hubungan dengan nilai sense of space pada teori enclosure. Dengan demikian, eksistensi dan pola penyebaran grafiti liar hanya dipengaruhi oleh karakteristik komponen-komponen enclosure. 5.2 Temuan Berdasarkan kesimpulan di atas maka diperoleh temuan mengenai pola penyebaran grafiti liar di Jl Brigjen Katamso, antara lain sebagai berikut: 1. Sifat Grafiti Liar: Mengumpul Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan dan/atau komponen enclosure lain pada area yang teradapat kumpulan grafiti. Hal tersebut menjelaskan bahwa grafiti liar memiliki sifat mengumpul pada satu area. Sifat mengumpul pada grafiti liar ini sebagian besar terjadi karena image atau citra bangunan yang negatif (lihat gambar 5.1). A B Gambar 5.1 Pengumpulan grafiti pada bangunan kosong (A) dan area sekitarnya (B) 121

2. Sifat Grafiti Liar: Menyebar Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan dan/atau komponen enclosure lain pada area yang telah terkena tagging grafiti liar. Komponen enclosure yang telah terkena tagging berupa nama gang maka grafiti liar akan menyebar ke beberapa komponen enclosure lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa grafiti liar memiliki sifat menyebar dari satu komponen enclosure ke komponen lainnya. Sifat menyebar pada grafiti liar ini sebagian besar terjadi layout bangunan yang berbentuk linear (lihat gambar 5.2) Gambar 5.2 Penyebaran grafiti pada signshop bangunan komersil. 3. Area Sepi Memacu Eksistensi Grafiti Liar Grafiti liar akan mengotori komponen enclosure pada area yang relatif sepi atau tidak ada kegiatan. Pada malam hari saat jam non-operasional, hampir seluruh bangunan komersil di Jl Brigjen Katamso tutup. Bangunan-bangunan komersil yang tutup tersebut telah mengundang pelaku grafiti liar untuk mengotori fasad bangunan komersil 122

4. Pagar Tanpa Duri Memicu Eksistensi Grafiti Liar pada Fasad Bangunan Grafiti liar akan mengotori fasad bangunan apabila terdapat akses langsung menuju fasad bangunan tersebut. Pagar void yang berada pada bagian depan fasad bangunan dapat mencegah grafiti liar mengotori pagar itu sendiri namun di sisi lain, pagar void justru dapat menjadi akses bagi para pelaku grafiti untuk mengotori fasad bangunan (lihat gambar 5.3) Gambar 5.3 Grafiti liar pada pintu fasad bangunan 5.2 Saran Untuk mengantisipasi penyebaran grafiti liar, maka terdapat dua jenis saran yang diajukan. Saran pertama adalah usulan design guideline mengenai komponen enclosure yang meliputi perubahan bentuk fasad dan pengaturan pagar maupun setback. Sedangkan saran kedua adalah usulan design guideline mengenai layout bangunan yang meliputi perubahan tatanan letak bangunan dan penciptaan kegiatan dalam suatu area. 123

5.2.1 Komponen Enclosure A. Fasad Untuk Komponen enclosure yang berupa fasad bangunan-bangunan dengan fungsi non komersil yang tidak memiliki pagar atau memiliki pagar solid dan memiliki setback kurang dari 6m direkomendasikan untuk memasang pagar void (pagar tralis) dan menambah ukuran setback menjadi lebih dari 6m. Selain itu, untuk mencegah terjadinya grafiti liar pada fasad bangunan, desain pagar void direkomendasikan memiliki duri atau penghalang lain di bagian atasnya. Dengan adanya penghalang tersebut diharapkan akses dari pelaku grafiti liar dapat ditutup Before Duri untuk memblokir akses pelaku grafiti liar After Gambar 5.4 Perbandingan kondisi fasad bangunan non komersil sebelum dan sesudah dipasang pagar tralis. 124

Untuk fasad bangunan komersil, direkomendasikan memasang pintu tralis di bagian depan guna mencegah grafiti liar mengotori fasad bangunan. Selain itu, untuk mencegah pelaku grafiti mengotori singshop, maka bagi bangunan komersil yang memiliki signshop, direkomendasikan untuk mengubah desain signshop tersebut menjadi signshop portable. BEFORE AFTER Gambar 5.5 Perbandingan kondisi fasad bangunan-bangunan komersil sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis. Pengadaan pintu tralis dilakukan dengan cara memotong area dalam bangunan kurang lebih 1m ke dalam sehingga terdapat space untuk memasang pintu tralis tersebut. Kemudian untuk alasan keamanan, maka dibelakang pintu tralis 125

direkomendasikan untuk dipasang folding door/rolling door (lihat gambar 5.6 dan 5.7). Pemasangan pintu tralis pada bangunan komersil Rolling Door Rolling Door Space 1m Pintu tralis Layout bangunan Eksisting Layout bangunan Perubahan Gambar 5.6 Perbandingan layout bangunan sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis Fasad bangunan Eksisting Fasad bangunan Perubahan Gambar 5.7 Perbandingan kondisi fasad bangunan sebelum dan sesudah dipasang pintu tralis 126

B. Pemasangan Signshop portable pada bangunan komersil Signshop portable pada bangunan komersil dimaksudkan untuk mencegah pelaku grafiti liar mengotori signshop. Secara teknis, signshop portable adalah signshop yang dapat berada dalam posisi vertikal dan horizontal. Pada siang hari saat jam operasional toko, signshop dapat ditegakkan menjadi signshop vertikal. Sedangkan pada malam hari, signshop dapat diubah posisinya menjadi signshop horizontal. Gambar 5.8. Signshop portable saat malam hari / jam tutup toko dapat diubah menjadi posisi horizontal Gambar 5.9. Signshop portable saat siang hari/ jam operasional dapat diubah menjadi posisi vertikal 127

C. Street furniture Rekomendasi desain untuk street furniture yang terkena grafiti liar terdiri dari street furniture yang berupa (1) tiang, yang mencangkup tiang listrik, tiang telpon, tiang lampu, signage lalu lintas termasuk nama jalan, kanopi, dan traffic light. (2) kursi, (3) kios, (4) portable shelter (5) street divider, (6) pot. Keenam jenis street furniture tersebut akan diberikan rekomendasi desain dengan prinsip penggunaan material void sebagai materi pencegah grafiti liar. D. Tiang Street furniture yang berbentuk tiang akan diberikan pelindung berupa tralis besi yang melingkupi tiang tersebut. Tralis ini bertujuan untuk melindungi street furniture dari pelaku grafiti liar, baik yang menggrafiti secara langsung ataupun harus memanjat. Gambar 5.10 Pelingkup street furniture 128

Gambar 5.11 Signage dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut Gambar 5.12 kanopi dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut 129

Gambar 5.13 Signage, traffic light, dan tiang listrik maupun tiang lampu dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut Gambar 5.14 tiang telpon dan tiang listrik dengan penutup tralis besi dapat mencegah terjadinya grafiti liar pada komponen enclosure tersebut 130

E. Kursi Untuk street furniture berupa kursi, maka solusi untuk mencegah terjadinya grafiti liar adalah dengan memodifikasi kursi fixed menjadi kursi lipat. Solusi ini membutuhkan pengawasan intensif Pada bagian ujuang sandaran tersebut dapat dipasang pengait yang berfungsi sebagai pengunci sehingga di malam hari kursi dapat terlipat secara permanen sehingga tidak dapat dicoret-coret oleh pelaku grafiti liar. Disisi lain, kaki kursi dan sandaran kursi akan dilapisi dengan material void sehingga dapat mencegah terjadinya aksi grafiti liar. Engsel Tralis besi Beton Pengait Tralis besi Gambar 5.15 Kursi lipat anti grafiti liar Gambar 5.16 Visualisasi 3d Kursi lipat anti grafiti liar 131

F. Kios Untuk street furniture berupa kios, rekomendasi desain yang dapat digunakan untuk mencegah aksi grafiti liar adalah dengan menggunakan pagar tralis portabel. Konsep ini mirip dengan konsep pagar pada fasad bangunan Pada siang hari, pagar tralis akan dibuka sedangkan pada malam hari saat tutup toko, pagar tralis akan ditutup. Gambar 5.17 Pagar tralis portabel Gambar 5.18 Aplikasi pagar tralis portabel pada kiios 132

G. Portable shelter Rekomendasi desain untuk portable shelter adalah penggunaan material besi sebagai kerangka shelter yang membentuk tubuh shelter keseluruhan. Tujuan dari penggunaan material besi tersebut adalah supaya terdapat bidang void yang tidak dapat dicoret-coret oleh pelaku grafiti liar. Pada bagian stage dan anak tangga akan diberikan space tertentu untuk diisi kerikil. Hal ini bertujuan supaya bagian floor dari shelter tersebut tidak dicoret-coret. Kerikil sangat fleksibel sehingga apabila kerikil tergrafiti, maka kerikil tersebu dapat dibalik permukannya atau ditukar dengan kerikil lain. Gambar 5.19 Portable shelter kerangka besi Kerikil Gambar 5.20 Visualisasi 3D Portable Shelter 133

Before After Gambar 5.21 kondisi shelter portable eksisting dan perubahan H. Street Divider Rekomendasi desain yang diusulkan untuk street divider adalah berupa penggunaan material berteksture void pada sebagian besar body street divider tersebut. Before After Gambar 5.22 Visualisasi 3D street divider dengan teksture void 134

I. Pot / planter Rekomendasi desain untuk pot atau planter supaya tidak terkena grafiti liar adalah dengan penerapan jeruji besi yang mirip dengan konsep street furniture kursi. Before After Gambar 5.23 Visualiasi 3D pot dengan jeruji besi J. Trotoar Pada komponen enclosure yang berupa trotoar, rekomendasi desain yang diajukan adalah berupa penggunaan material kerikil pada trotoar. Konsep ini mirip dengan penggunaan kerikil pada portable shelter yaitu bertujuan untuk melindungi trotoar tersebut grafiti liar. Before After Gambar 5.24 Visualisasi 3D Trotoar yang diberi kerikil untuk mencegah aksi grafiti liar 135

5.2.2 Layout Bangunan Layout bangunan adalah saran yang berupa perubahan tatanan bangunan yang akan mempengaruhi bentuk layout di sepanjang jalan Brigjen Katamso. Dalam guideline ini, mengingat jarak antar dinding Benteng Kraton ke arah tepi jalan adalah ±24 m, bangunan-bangunan komersil pada sisi barat akan dirancang dengan memberikan jarak setback sebesar 10-20m dengan pola tatanan linear. Perubahan tersebut sekaligus sebagai tindakan memperlebar trotoar guna memberikan ruang bagi pengguna jalan supaya lebih leluasa saat melakukan kegiatan (lihat gambar 5.25). Selain itu guna mengantisipasi adanya tindakan grafiti liar yang disebabkan oleh pola tatanan bangunan yang linear, maka open space tersebut pada malam hari digunakan sebagai tempat berjualan PKL dan publik space Dampak dari perubahan layout pada sisi barat adalah bangunan-bangunan komersil menjadi bangunan bertingkat. Mengingat di bagian belakang bangunanbangunan yang berada di sisi barat Jl Brigjen Katamso adalah dinding Benteng Kraton, maka bangunan-bangunan komersil hanya digeser sejauh dinding Benteng Kraton (lihat gambar 5.25). Di sisi timur, perubahan layout yang terjadi tidak terlalu kontras. Di beberapa tempat, perubahan layout bangunan yang terjadi adalah perubahan tatanan bangunan dari linear menjadi cluster. Dalam merancang pola cluster, hanya bangunan komersil saja yang mengalami perubahan layout, hal ini dikarenakan supaya privatisasi pada bangunan non komersil dapat tetap terjaga. Sesuai dengan teori CPTED, layout cluster memang lebih efektif untuk mengurangi tingkat kriminalitas dari pada liniear. Dengan demikian, layout bangunan-bangunan komersil di sisi timur akan dirancang menjadi pola cluster (lihat gambar 5.25). Sebagai catatan, eksistensi bangunan di sisi timur lebih bebas dari pada di sisi barat karena di sisi timur tidak terdapat batasan dinding benteng. Open space di depan area komersil tersebut memiliki fungsi yang beragam. Pada siang hari open space berfungsi sebagai lahan parkir, sedangkan pada malam hari open space berfungsi sebagai area kuliner, seperti pedagang kaki lima (liaht gambar 5.26). Dengan adanya kedua fungsi tersebut, diharapkan dapat tercipta beragam kegiatan di 136

sepanjang Jl Brigjen Katamso baik pada siang maupun malam hari. Dengan terciptanya kegiatan yang terus-menerus, maka tindakan grafiti liar dapat diminimalisasikan. Masterplan Jl Brigjen Katamso untuk Mengatasi Tindakan Grafiti Liar Keterangan: Open space Orientasi Natural Surveillance (a) Before Dinding Benteng (c) Jarak dinding benteng ke tepi jalan Komersil Hunian Mixed use Publik Masjid Bangunan kosong Pariwisata Pos polisi ±24m (b) After Gambar 5.25 Kondisi layout bangunan pada kedua sisi Jl Brigjen Katamso eksisting (a) dan perubahan (b). Jarak dinding benteng ke tepi jalan (c) 137

Bagian 2: area pejalan kaki Bagian 1: area parkir 8.5m 20m. (a) Ruas jalan Brigjen Katamso pada siang hari PKL Natural Surveillance (b) Ruas jalan Brigjen Katamso pada malam hari View Gambar 5.26 Ruas jalan Brigjen Katamso saat siang (a) dan malam hari (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi jalan Brigjen Katamso bila dilihat dari arah perempatan Jl Parangtritis ke utara. Sesuai dengan gambar di atas dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan komersil di sisi barat memiliki setback sebesari 10-20 m. Di sisi lain, pelebaran ukuran juga terjadi pada trotoar sebesar 8.5m dan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah area parkir dan bagian kedua adalah area pejalan kaki. Pada malam hari area pejalan kaki digunakan untuk berjualan pedagang kaki lima sedangkan area parkir tetap digunakan untuk memarkir kendaraan (lihat gambar 5.26 (b)). Perubahan fungsi ini bertujuan untuk memberikan natural surveillance pada area sekitarnya, terutama pada fasad bangunan-bangunan 138

1.5 (a) Bangunan komersil pada siang hari dengan pagar tralis terbuka (b) Bangunan komersil pada malam hari dengan pagar tralis tertutup view Gambar 5.27 Perspektif bangunan komersil di sisi barat saat siang (a) dan malam hari (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi jalan Brigjen pada sisi barat jalan dalam pandangan perspektif. Sesuai dengan gambar di atas dapat diketahui bahwa bangunanbangunan komersil di sisi barat memiliki pagar setinggi 1,5m. Hal tersebut menunjukkan bahwa pagar memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah terjadinya grafiti liar. Pada siang hari (a) pagar tralis akan dibuka sehingga mampu memberikan akses yang leluasa bagi pelanggan maupun pengguna jalan. Pada malam hari (b) pagar tralis akan ditutup sehingga tidak ada akses menuju halaman bangunan komersil. 139

(a) fasad eksisting Bangunan komersil di sisi barat (b) Fasad perubahan bangunan komersil di sisi barat View Gambar 5.28 fasad bangunan komersil eksisting (a) dan perubahan (b) Gambar di atas menunjukkan kondisi fasad bangunan-bangunan komersil sebelum dan sesudah didesain. Pada gambar (a), bangunan komersil memiliki ketinggian 1 lantai, sedangkan pada gambar (b) memiliki ketinggian sebesar 2 lantai. Perbedaan ketinggian ini disebabkan oleh adanya pelebaran trotoar atau pelebaran setback yang mengakibatkan ruang pada bangunan komersil mengecil. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut, design guideline yang diajukan adalah membuat bangunan komersil menjadi lebih dari 1 lantai 140

(a) Fasad eksisting bangunan kosong (b) Fasad perubahan bangunan kosong pada siang hari (c) Fasad perubahan bangunan kosong pada malam hari Gambar 5.29 fasad bangunan komersil eksisting (a) dan perubahan (b) 141

Image bangunan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya grafiti lair pada fasad bangunan tersebut. Gambar 2.29 menjelaskan mengenai perubahan kondisi fasad eksisting bangunan kosong menjadi bangunan komersil. Pada gambar 2.29 bagian (a) terlihat bahwa pada mulanya bangunan kosong tersebut memiliki citra yang negatif, dalam arti tidak terawat atau kumuh sehingga memicu pelaku grafiti liar untuk mengotori fasad tersebut. Pada gambar (b) terlihat perubahan yang terjadi pada bangunan kosong tersebut menjadi sebuah area komersil. Pada kondisi ini, layout bangunan yang digunakan adalah cluster dengan open space ditengah yang berfungsi sebagai tempat bersantai/area kuliner. Pada gambar 2.29 bagian (c) terlihat bahwa saat malam hari, bangunan komersil tersebut dihiasi oleh beragam jenis lampu dan terdapat aktivitas. Hal ini membuat open space tersebut tetap hidup selama 24 jam. Di sisi lain di area sekitar open space tersebut terdapat beberapa stand makanan yang beroperasi pada malam hari sehingga mampu ikut serta dalam meramaikan aktivitas malam. Dengan demikian image dari bangunan komersil tetap terjaga dan aktivitas pada malam hari tetap dapat berlangsung sehingga natural surveiilance dapat tercipta. Diharapkan dengan adanya natural surveillance ini, tindak grafiti liar dapat diminimalisasikan. 142

Konsep perubahan layout bangunan pada penjelasan di atas mendukung konsep Natural Surveillance dalam teori CPTED. Dengan adanya kegiatan yang beragam pada siang dan malam hari, pengawasan alami dari kegiatan tersebut dapat memonitor tindak kriminalitas, baik grafiti liar maupun tindak kiriminal yang lain. Dalam konsep perubahan layout ini, arah natural surveillance berkebalikan dari teori CPTED. Jika CPTED cenderung mengutamakan pengawasan dari dalam bangunan ke arah open space, maka dalam konsep perubahan layout ini, pengawasan berasal dari open space ke area di sekitar open space (lihat gambar 5.30) Area pejalan kaki Area parkir Area parkir Area pejalan kaki KETERANGAN Bangunan komersil Pintu tralis Open space Arah Natural Surveiilance Tempat PKL Gambar 5.30 Konsep Perubahan Layout Bangunan pada Jl Brigjen Katamso 143